Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang terdiri atas sejumlah


sistem yang bekerja dan saling bergantung. Setiap sistem saling berhubungan.
Jika salaah satu sistem terganggu, sistem yang lain juga akan terganggu.
Dengan demikian, dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk berfungsi
secara normal. Sistem tubuh bekerja secara terintegrasi memastikan
kemampuan kelagsungan hidup individu. Oleh karena itu, struktur dan fungsi
tubuh manusia sangat kompleks.
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang nama bagian tubuh
dan susunan bagian tubuh itu dari bagian yang satu dengan bagian yang lain.
Fisiologi dibagi menjadi fisiologi tumbuhan dan fisiologi hewan, tetapi
prinsip dari fisiologi bersifat universal,tidak bergantung pada jenis organisme
yang dipelajari. Biokimia mempelajari seluruh proses kimia yang
berhubungan dengan makhluk hidup.
Acromioclavicular joint adalah sendi di bagian atas bahu ,ini adalah
persimpangan antara akromion (bagian dari skapula yang membentuk titik
tertinggi dari bahu) dan klavikula. Merupakan struktur sendi yang sangat
kompleks yang terdiri dari banyak tulang, ligamen, otot dan tendon yang
berfugsi sebagai stabilitasi dan penggerak tubuh.
Clavikula atau tulang selangka adalah tulang melengkung yang
membentuk bagian anterior gelang bahu. Untuk keperluan pemeriksaan
tulang ini dibagi ata batang dan dua ujung. Ujung medial disebut dengan
ekstremitas sternal dan membuat sendi dengan sternum. Ujung lateral disebut
ekstremitas acromialis, yang bersendi pada prosesus akromion skapula.
Teknik pemeriksaan clavicula terdiri dari beberapa proyeksi,
antara lain: proyeksi AP Projection Bilateral Person method, proyeksi AP
Axial Projection Alexander method. Teknik pemeriksaan acromioclavicular
articulation terdiri beberapa proyeksi,antara lain: AP Projection, PA
Projection, AP Axial Lordotic Position, PA Axial Projection.

1
2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan acromiclavicular joint?
2. Bagaimana prosedur pemeriksaan clavicula?

C. TUJUAN PENULIS
1. Untuk mengetahui pemeriksaan radiografi acromioclavikular articulation
2. Untuk mengetahui pemeriksaan radiografi clavicula

D. MANFAAT PENULIS

1. Manfaat Teoritis

Makalah ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan


sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep tentang teknik
radiografi acromioclavikular joint dan clavikula..

2. Manfaat Klinis

Makalah ini secara klinis diharapkan dapat menyumbang


pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah
patologi dan indikasi dari acromioclavikulaar joint dan clavikula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

1. Anatomi Clavikula

Calvikula merupakan tulang panjang berbentuk huruf


“S”.Clavikula membentuk persendian dengan manubrium sternum dan
membentuk sendi acromio-klavikula dengan prosesus akromino serta
skapula.(Angraini, 2011)
Clavikula atau tulang selangka adalah tulang melengkung yang
membentuk bagian anterior gelang bahu. Untuk keperluan pemeriksaan,
tulang ini dibagi atas batang dan dua ujung. Ujung medial disebut
ekstremitas sternal dan membuat sendi dengan sternum. Ujung lateral
disebut ekstremitas akromial, yang bersendi pada prosesus akromion
skapula.( Pearce,2019)

8 10
9

5
1

4 3
2
6 7

Gambar 2.1 anatomi clavicula (Paulsen,2017)

Keterangan gambar :
1. Facies articularis sternalis
2. Impressio ligamenti costoclavicularis
3. Foramen nutricium
4. Linea trapezoidea
5. Ekstremitas acromialis
6. Tuberculum conoideum
7. Sulcus musculi subclavii
8. Facies articularis acromialis
9. Corpus clavicula
10. Ekstremitas sternalis

Clavikula merupakan jenis tulang panjang yang terletak


pada bagian superoanterior dari scapula. Strukturnya terbagi
menjadi tiga yaitu, ekstremitas acromial , corpus, dan ekstremitas

3
sternal. Bagian ekstremitas acromial merupakan bagian yang
berdekatan dengan acromion(bagian dari tulang scapula), corpus
merupakan bagian tengah dari tulang clavikula yang memanjang
kearah medial dan bagian ekstremitas sternal merupakan bagian
dari clavikula yang berdekatan dengan sternum.(Utami dkk, 2018).
Clavikula (tulang selangka ) menghubungkan ekstremitas
atas dengan batang tubuh, corpus clavikula memiliki kurva ganda
pada bidang horizontal. Separuh medialnya berbentuk konveks di
anterior, dan ujung sternalnya membesar dan segitiga tempatnya
berartikulasi dengan manubrium sterni pada articulation
sternoclavikular. Separuh lateralnya berbentuk konkaf di anterior,
dan ujung acromialnya berbentuk rata,: ujung ini merupakan
tempat clavikula berartikulasi dengan acromion scapula pada
articulation acromioclavicularis. Dua pertiga medial corpus
clavikula berbentuk konveks di ateri. Kurvatura tersebut
meningkatkan kelenturan clavikula dan memberikan gambaran
seperti huruf S besar memanjang(moore,2013).

2. Anatomi Acromioclavikular

Acromioclavikular joint adalah bagian lateral clavikula yang


bersendi dengan acromion dan membentuk persendian.(Utami,2018)

5
1
4 2

Gambar 2.2 anatomi acromioclavikular joint (Paulsen, 2017)

Keterangan gambar :
1. Ligamen coracoclavikula,lig. Trapezoideum
2. Lig. Coracoclavicular,lig. Conoideum
3. Lig. Transversum scapula superius
4. Prosesus coracoideus
5. Articulation acromioclavicular, lig. Acromioclavikular

3
5

B. Fisiologi

1. Fisiologi clavikula
Fisiologi dari clavikula yaitu memberi ikatan pada beberapa otot
leher, bahu, dan lengan yang bekerja sebagai penopang lengan.
(pearce,2019)
Clavukula bekerja sebagai penopang seperti derek, dapat
digerakkan (penopang kaku) yang menjadi tempat bergantungnya scapula
dan ekstremitas bebas, menjaganya jauh dari tubuh sehingga ekstremitas
memiliki kebebasan bergerak yang maksimum. Penopang dapat
digerakkan dan memungkinkan scapula bergerak pada dinding toraks
pada “articulation scapulothoracis” yang meningkatkan rentang gerak
ekstremitas. Dengan memfiksasi penopang rentang pada posisinya,
terutama setelah elevasi, memungkinkan elevasi costa untuk inspirasi
dalam. ( Moore,2013).
Dan juga membentuk salah satu batas tulang pada canalis
cervicoaxillaris (jalan diantaraleher dan lengan), yang mengusahakan
proteksi bagi berkas neurovaskuler yang menyuplai ekstremitas atas. Dan
menghantarkan benturan (impak traumatik) dari ekstremitas atas ke
skeleton atas.
Permukaan inferior clavikula kasar, karena ligamentum kuat
mengikatnya dengan costa 1 dekat ujung sternalnya dan menggantung
scapula dari ujung acromialnya. Tuberculum conoideum, dekat ujung
acromial clavikula, memberikan perlekatan ke ligamentum conoideum,
bagian medial ligamentum coracoclavikular yang menjadi tempat
tergantungnya bagian lain ekstremitas atas secara pasif dari clavikula.
Juga, di dekat ujung acromial clavikula adalah linea trapezoidea, yang
menjadi tempat pelekatan ligamentum trapezoideum, linea tersebut
merupakan bagian lateral ligamentum coracoclavikular.( Moore, 2013)

2. Fisiologi acromioclavikular joint


Acromioclavikular joint memberikan kontribusi pada gerakan
elevasi – depresi, protaksi-retraksi dan abduksi elevasi lengan. Pada saat
gerakan elevasi –depresi prosesus acromion akan slide ke arah cranial-
caudal. Sedangkan saat gerakan protaksi-retraksi akan slide kearah ventral-
dorsal.
6

C. Patologi

Patologi adalah ilmu yang mempelajari ketidaknormalan dan


bagaimana hal tersebut memengaruhi fungsi tubuh,dimana seringkali
menyebabkan penyakit. (Nurachmah,2011)
Patologi pada acromioclavicula articulation dan clavicula yaitu :
1. Fraktur
Kebanyakan fraktur adalah akibat dari trauma. Beberapa fraktur
sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis yang
menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis.

Clavicula adalah tulang penyokong yang memfiksasi lengan


dibagian lateral,sehingga dapat bergerak bebas. Sayangnya,karna
posisi ini, clavicula mudah terkena trauma karna clavicula meneruskan
gaya dari ekstremitas superior ke tubuh.fraktur biasanya terjadi karna
jatuh pada bahu atau jatuh dengan tangan yang terulur. Fraktur
clavicula terbagi 3 kelompok,yaitu:
a. Fraktur clavicula sepertiga tengah (grup I)
b. Fraktur clavicula sepertiga lateral (grup II)
c. Fraktur clavicula sepertiga medial (grup III)

Clavicula merupakan tulang yang paling umum fraktur pada


individu dibawah usia pertengahan.
a. Kika jatuh dengan lengan yang dikedangkan, gaya yang diteruskan
melalui klavikula dari lengan menuju sternum menghasilkan
pergeseran di dekat pertengahan klavikula yang berbentuk S ini.

b. Fraktur klavikula pada segitiga bagian tengah (tempat fraktur


terumum) mengakibatkan perpindahan fragmen bagian proximal
kearah atas, karena tarikan M. Sternokleidomastoideus, dan
perpindahan fragmen bagian distal kearah bawah, karena tarikan M.
deltoideus dan efek gravitasi lengan.

c. Karena struktur neurovaskular utama terletak di antara klavikula


dan iga pertama, fraktur klavikula dapat mengakibatkan cedera saraf
sampai perdarahan internal hebat, bahkan fatal

2. Fissure
Fissure adalah dimana keadaan tulang tersebut retak
7

3. Cedera sendi acromioklavikula


Cedera sendi acromioclavikula diklasifikasikan oleh Rockwood
menjadi 6 tipe berdasarkan pergeseran dan kerusakan ligament. Tipe 1
dan 2adalah dislokasi yang komplit.
a) Cedera tipe 1melibatkan kerusakan parsial kapsul sendi dimana
tidak ada bukti klinis ataklinstabilitas secara radiografi.
b) Cedar tipe 2 mengakibatkan sobekan dari ligament
akromioclavikular tanpa gangguan dari ligament coracoklavikula.
Karena ligament coracoklavikulamasih intak, secara
radiografihanya didapatkan pergeseran minimal pada acromion.
c) cedera tipe 3, baik ligament akromioclavikula dan coracoklavikula
mengalami sobekan kompleks. Ini sering mengakibatkan
pergeseran klavikula yang komplit sebesar 100% ditandai adanya
jarak ruang coracoclavikula dibandingkan sisi kontra lateral yang
normal.
d) Cedera tipe 4 ditandai dengan pergeseran kea rah posterior dari
distal klavikula,menyebabkan robekan pada fascia otot trapezius.
e) Cedera tipe 5 mengakibatkan kerusakan ligament akromioclavikula
dan coracoklavikula dengan jarak koracoklavikula anatara 100%-
300% lebih besar dari sisi yang tidak cedera. Kadang-kadang,
cedera ini mengakibatkan klavikula distal masuk kedalam fascia
deltotrapezial.
f) Jenis cedera tipe 6 adalah pergeseran kea rah inferior klavikula
distall ke posisi subkorakoid.. cedera tipe 6 sangat jarang di
jumpai. Cedera tipe 3-6 menyebabkan perlekatan trapezius dan
deltoid terlepas dari klavikula distal. (ramawan,2018)
8

D. Pengertian sinar-x

Sinar- X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis


dengan gelombang radio,panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan
panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar-X bersifat heterogen,
panjang gelombangnya bervariasi dan tidak tidak terlihat. Perbedaan
antara sinar-X dengan sinar elektronmagnetik lainnya juga terletak pada
panjang gelombang, dimana panjang gelombang sinar-X sangat pendek,
yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang kelihatan. Karena
panjang gelombang yang pendek itu, maka sinar-X dapat menembus
benda-benda. Panjanggelombang sinar elektromagnetik dinyatakan dalam
satuan Angstrom. 1A = 10-8 cm (1/100.000.000 cm ).
Gelombang yang dipergunakan dalam dunia kedokteran antara
0,50 A– 0,125 A. Gelombang / sinar elektromagnetik terdiri atas: listrik,
radio, inframerah, cahaya, ultraviolet, sinar-x, sinar gamma, dan sinar
kosmik. (Rasad, 2005)
Sinar-X merupakan sinar yang terbentuk dengan menembaki target
dengan elektron cepat dalam tabung sinar katoda (Beiser, 1999).
Penemuan sinar-X berawal dari penemuan Rontgen (1845-1923), seorang
fisikawan Universitas Wutsburg sewaktu bekerja dengan tabung sinar
katoda pada tahun 1895. Rontgen menemukan bahwa sinar dari tabung
dapat menembus bahan yang tak tembus cahaya dan mengaktifkan layar
pendar atau film foto. Sinar ini berasal dari titik dimana elektron dalam
tabung mengenai sasaran di dalam tabung tersebut atau tabung kaca
(Beiser, 1999).
Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis
dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi dengan
panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar-X berifat heterogen, yakni
memiliki panjang gelombang yang bervariasi. Sinar-X merupakan
gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang antara 10-9

sampai 10-8m yang lebih pendek dibanding cahaya tampak, sehingga
energi yang dihasilkan jauh lebih besar. Besar energinya (E dalam Joule)
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 2 (Bambang, 1986).

E. Proses terjadinya sinar-x

Sinar-X dapat terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom


dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju tingkat energi yang lebih
rendah. Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama
dengan selesih energi antara kedua tingkat energi elektron tersebut.
Keunggulan dari sinar-X ini sendiri yaitu memiliki daya tembus yang
tinggi dan tidak bermuatan (netral), sehingga tidak dapat dibelokkan oleh
9

medan magnet maupun medan listrik (tidak dipengaruhi oleh medan


magnet dan medan listrik) (Helmy, 2011).
Keadaan fisik dari sinar-X yang menjadi sifat-sifat sinar-X antara
lain adalah daya tembusnya besar dengan frekuensi yang tinggi, memiliki
berkas sinar yang lurus dan koheren, dalam medan magnet maupun medan
listrik tidak dibelokkan karena tidak bermuatan (tidak dipengaruhi oleh
medan magnet dan medan listrik), dapat menghitamkan plat film (Roy,
2012).
Syarat-syarat terbentuknya sinar-X didalam tabung sinar-X yaitu
sumber elektron, gaya pemercepat, ruang yang hampa udara, alat pemusat
berkas elektron, dan benda penghenti gerakan elektron/target. Komponen-
komponen utama tabung sinar-X adalah katoda/ elektroda negatif (sumber
elektron). Katoda ini terbuat dari nikel murni dimana celah antara 2 batang
katoda disisipi kawat pijar (filamen) yang menjadi sumber elektron pada
tabung sinar-X. Filamen terbuat dari kawat wolfram (tungsten) digulung
dalam bentuk spiral. Bagian yang mengubah energi kinetik elektron yang
berasal dari katoda adalah sekeping logam wolfram yang ditanam pada
permukaan anoda. Arus yang diberikan pada tabung sinar-X pada kisaran
milliampere (mA) berfungsi untuk memijarkan filamen sehingga terbentuk
awan elektron pada filamen. Selanjutnya beda potensial dalam kisaran
kilovolt (kV) berfungsi untuk memeberikan energi kinetik pada elektron-
elektron tersebut (Radiologi Sciences, 2011).

Urutan terjadinya sinar-X adalah sebagai berikut :


1. katoda(filament) dipanaskan sampai menyala dengan mengalirkan
listrik yang berasal dari transformator. Filamen tersebut merupakan
kawat yang dililit dalam bentuk spiral. Energi kinetik elektron
berubah,berasal dari katoda yang berupa sekeping logam wolfram
yang ditanam di permukaan anoda.
2. karena panas , elektron-elektron dari katode(filamen) terlepas sehingga
menumbuk cepat ke target.
3. Sewaktu di hubungkan dengan transformator tegangan tinggi,electron-
elektron akan di percepat gerakannya ke anoda dan di pusatkan ke alat
pemusat (focusing cup). Fucusing cup berfungsi sebagai alat
untukmengarahkan elektro secara konvergen ke target agar elektron
tidak menyebar kemana-mana.
4. Filament dibuat relatif negatif terhadap sasaran atau target dengan
memilih potensial tinggi
5. Awan-awan elektron mendadak di hentikan pada sasaran atau target
sehingga terbentuk panas 99% dan sinar-x 1%.
6. Pelindung atau perisai timah akan mencegah sinar-x keluar dari
tabung, sehingga sinar-x yang terbentuk hanya keluar hanya melalui ke
window.
7. Panas yang tinggi pada sasaran atau target akibat benturan elektron
ditiadakan oleh radiator pendingin.( rasad, 2005)
10
11

F. Komponen sinar-x

1. Pesawat sinar-X
Pesawat sinar-x fixed adalah pesawat sinar-x yang terpasang
secara tetap dalam suatu ruangan yang digunakan untuk pemeriksaan
umum secara rutin.

Gambar 2.3 pesawat sinar-x fixed

Gambar 2.4 pesawat sinar-x


Komponen yang ada dipesawat sinar-x:
a) Katoda
Katoda terbuat dari nikel murni dimana celah antara dua batang
katoda disisipi kawat pijar (filament) yang menjadi sumber
elektron pada tabung sinar-x. filament terbuat dari wallfram
(tungsten) digulung dalam bentuk spiral. Bagian yang mengubah
energy kinetic elektron yang berasal dari katoda adalah sekeping
logam wallfram yang ditanam pada permukaan anoda. Arus
diberikan tabung sinar-x dalam kisaran mA berfungsi untuk
memijarkan filament sehingga terbentuk awan elektron pada
12

filament. Selanjutnya, beda potensial dalam kisaran kV berfungsi


memberikan energy kinetik pada elektron-elektron tersebut
(Rasad,2005).
b) Anoda
Anoda atau elektroda positif biasa juga disebut sebagai
target jadi anoda disini berfungsi sebagai tempat tumbukan
elektron. Ada 2 macam anoda yaituanoda diam dan anoda putar.
Anoda angel (sudut anoda) adalah sudut pada permukaan bidang
target yang dapat dijadikan pusat sumbu sinar yang terbentuk pada
bidang atau area terbentuknya sinar-x. (Rasad,2005)
c) Focusing cup
Focusing cup ini sebenarnya terdapatpada katoda yang
berfungsi sebagai alat untuk mengarahkan elektron secara
konvergen ke target agar elektron tidak terpancar kemana-man.
(Rasad Sjahrir,2005)
d) Rotor atau stator
Terdapat pada bagian anoda yang berfungsi sebagai alat untuk
memutar anoda. Rotor atau stator ini hanya terdapat pada tabung
sinar x yang menggunakan anoda putar. (Rasad ,2005)
e) Vacuum tube
Adalah tabung yang gunanya membungkus komponen-
komponen penghasil sinar-x agar menjadi vacum atau kata lainnya
menjadikannya ruangan hampa udara. (Rasad ,2005)
f) Oil
Adalah komponen yang cukup penting di tabung sinar-x karena
saat elektron-elektron menabrak target pada anoda, energi kinetik
elektron yang berubah menjadi sinar-x hanyalah 1% selebihnya
berubah menjadi panas mencapai 2000°C, jadi disinilah peran oil
sebagai pendingin tabung sinar-x. (Rasad ,2005)
g) Window
Adalah tempat keluarsinar-x, window terletak di bagian bawah
tabung. Tabung bagian bawah dibuat lebih tipis dari bagian atas hal
ini dikarenakan agar sinar-x dapat keluar.(Rasad ,2005)

2. Film
Film rontgen adalah tempat terciptanya gambar radiograf
dalam ilmu radiologi.film sinar-x tersusun atas base atau dasar
film,subratum atau perekat film,emulsi,dan supercoat atau pelindung
film.
a. Sifat film radiograf antara lain :
1) Bereaksi apalbila terpapar cahaya tampak.
2) Mempunyai kemampuan membuat variasi pola penghitaman
(densitas).
3) Tingkat penghitamannya sebanding dengan intensitas cahaya
yang diserap
13

4) Dengan kata lain semakin tinggi intensitas cahaya maka


penghitamannya akan sebakin besar
b. Film radiografi terdiri dari beberapa ukuran,antara lain :
1) 18×24 cm
2) 24×30 cm
3) 30×40 cm
4) 35×35 cm
5) 35×23 cm
c. Struktur film :
1) Film base (dasar film)
2) Substratum layer (lapisan perekat)
3) Emulsion layer (lapisan emulsi)
4) Supercoat (lapisan pelindung)
d. Jenis film berdasarkan emulsinya :
1) Double emulsi
2) Single emulsi
e. Jenis film radiografi menurut butir emulsi dibagi menjadi 3:
1) Butir emulsi ukuran besar
2) Butir emulsi ukuran sedang
3) Butir emulsi ukuran kecil

Gambar 2.4 film radiologi

3. Kaset
Kaset adalah suatu alat untuk menempatkan film yangakan
diekpose maupun yangsudah diexpose.
a. Jenis – jenis kaset :
1) Konvensional
2) Curved cassete
3) Gridded cassete
4) Flexible cassete
5) Kaset mamografi
6) Kaset kedokteran nuklir
7) Imaging plat
14

8) Dental film

Gambar 2.5 kaset

G. Teknik pemeriksaan

1. Acromioclavicular acrticulation

a. Posisi AP Projection Bilateral Person Method

1) Posisi pasien : duduk atau berdiri


2) Posisi objek : a) Bagian belakang bahu menempel pada
b) Usahakan kedua tegap dan sejajar
3) Central ray : Tegak Lurus Horizontal
4) Central point :
5) Ukuran kaset : 18×43

gambar 2.6 proyeksi AP acromioclavikular joint(ballinger,2003)

gambar 2.7 (A)hasil radiograf proyeksi AP acromioclavikular


joint(ballinger,2003)
15

2
3 1
4

Gambar 2.8 (B)hasil radiograf proyeksi AP acromioclavikuar


joint(ballinger,2003)
Kriteria gambar :
1. Tampak acromion
2. Tampak acromioclavikular joint
3. Tampak clavikula
4. Tampak prosesus coracoid
5. Tampak caput humerus

b. AP Axial Proection Alexander Method

1) Posisi pasien : pasien pada posisi erect atau duduk


2) Posisi objek : a) Punggung menempel pada bucky
b) Pusatkan bahu dibucky stand
c) Sesuaikan ketinggian IR
sehingga titik tengah film
berada di tingkat sendi
acromioclavicular
d) Posisi pasien dipusatkan pada
proses coracoid ke 12
3) Central ray : menyudut cephalad 15 ͦ
4) Central point :
5) Ukuran kaset : 18×24
6) Focus film distance : 100 cm

Gambar 2.9 proyeksi AP axial alexander method (ballinger,2003)


16

Gambar 2.10 hasil radiograf AP axial Alexander


method(ballinger,2003)
Kriteria gambar :

1. Tampak caput humerus


2. Tampak acromioclavikular joint
3. Tampak clavikula
4. Tampak prosesus coracoid

2. Clavicula
a. AP Projection

1) Posisi pasien : terlentang atau tegak


2) Posisi objek : a) pusat clavicula kegaris tengah kaset
b) tempatkan lengan disepanjang sisi tubuh,
c) sesuaikan pundak untuk berbaring
dibidang horizontal
3) Central ray : Tegak lurus terhadap clavikula
4) Central Point : pertengahn clavikula
5) FFD : 100 cm
6) Ukuran kaset :18×24

Gambar 2.11 proyeksi AP Clavikula(ballinger,2003)


17

Gambar 2.12 hasil radiograf clavikula AP(ballinger,2003)


Kriteria radiograf :
1.tampak clavikula dengan jelas
2. tampak 1/3 proximal humerus
3. tampak scapula yang superposisi
4. tampak costae

b. PA Projection
1) Posisi pasien : Berdiri atau erect
2) Posisi objek : Pasien berdiri tegak dengan posisi
dengan bagian depan tubuh menepel
pada bucky stand
3) Central ray : Sinar sentral tegak lurus
4) Central point : Pertengahan clavikula
5) Focus film distance : 100 cm
6) Ukuran kaset : 18×24

Gambar 2.13 Proyeksi PA clavikula(ballinger,2003)


18

Gambar 2.14 Hasil radiograf clavikula proyeksi PA(ballinger,2003)


Kriteria gambar : 1. Tampak caput humerus
2. Tampak clavikula
3. Tampak costae

c. AP Axial Projection lordotic position

1) Posisi pasien : Berdiri atau duduk


2) Posisi objek : Pasien bersandar ke
belakang posisi lordosis
ekstrem
3) Central ray : Cranial 0-15 ͦ
4) Central point : pertengahan clavikula
5) Focus film distance : 100 cm
6) Ukuran kaset : 18×24 cm

Gambar 2.15 proyeksi AP Axial Projection lordotic position


(ballinger, 2003)
19

Gambar 2.16 hasil radiograf AP Axial Projection lordotic position


(ballinger,2003)
kriteria gambar :
1. Tampak clavikula
2. Tampak Prosesus coracoid
3. Tampak acromioclavikular joint
4. Tampak sternoclavikular joint

d. PA Axial projection
1) Posisi pasien : Prone
2) Posisi objek : a) Posisikan clavicula pada
pertengahan kaset
b) bagian depan tubuh menempel
pada meja pemeriksaan
3) Central ray : 15°-30° caudal
4) Central point : Pertengahan clavicula
5) Focus film distance : 100 cm
6) Ukuran kaset : 24 x 30 cm

Gambar 2.17 proyeksi PA axial clavikula (ballinger,2003)


20

Gambar 2.18 proyeksi PA Clavikula(ballinger,2003)


Kriteria gambar :
1. Tampak clavikula dengan jelas
2. Tampak caput humerus superposisi
BAB III
PEMBAHASAN

A. Hasil pemeriksaan laporan kasus

1. Paparan kasus
a. Identitas pasien
1. Nama : Mr. B
2. Jenis kelamin : laki-laki
3. Tempat tanggal lahir : Bali,16 februari 1989
4. Umur : 23
5. Agama : Islam
6. Status : menikah
7. Alamat : Jl. Mawar, Jember
8. Tanggal masuk : 4 januari 2012
9. Pukul :09.00 WIB
10. Ruang : Edelwis

b. Keluhan pasien
1. Merasa nyeri dan sakit pada bahu kiri .
2. Nyeri saat menggerakkan bahu

Cedera sendi akromioclavikular terjadi pada 12% cedera


didaerah bahu. Prelevasi ini belum tentu menggambarkan
keseluruhan pasien karena terkadang pasien dengan cedera ringan
jarang mencari pertolongan medis. Cedera pada sendi
acromioclavikular terjadi 5 – 10 kali lebih banyak pada pria.
Sublukasi sendi akromioclavikular yang disebabkan oleh sprain
didapatkan kasus dislokasi yang disebabkan robekan sendi.
Pemilitian di Amerika yang melibatkan 520 pemain football
dengan cedera bahu , 300 pemain didapatkan kasus sprain atau
subluksasi sendi. Cedera bahu memang didapatkan paling banyak
pada olahraga yang melibatkan kontak fisik.
Proses penyembuhan cedera sendi akromioclavikular pada
kasus derajat berat(klasifikasi Rockwood 3-6) lebih membutuhkan
waktu yang lama dibandingkan kasus dislokasi derajat
ringan(klasifikasi Rockwood tipe 1-2). Walaupun pada hasil
penilitian yang dilakukan Pallis et al tidak didapatkan perbedaan
secara statistic namun didapatkan pengobatan pada kasus derajat
berat membutuhkan waktu yang lebih lama dengan rata-rata 2,5
bulan dibandingkan kasus derajat ringan.Namun bagi seorang atlet
membutuhkan waktu untuk kembali berkompetisi yang lebih cepat.

16
Riwayat penyakit sekarang:
Terjadi cedera sendi pada acromioclavikular joint
2. Persiapan pasien
Pasien menandatangani persetujuan pemeriksaan yang akan
dilakukan. Pasien mendapatkan 2 penatalaksanaan yaitu non-
peratif dan operatif.
Sebelum pemeriksaan pasien harus melepaskan benda-
benda yang bersipat mengganggu gambaran radiograf,seperti:
kalung,kancing baju,dan benda logam lainnya.
3. Persiapan alat
Alat yang harus disiapkan yaitu :
1) Pesawat sinar-x
2) Film
3) Kaset untuk memasukkan film
4) Marker R atau L
5) Automatic prosesing

4. Teknik pemeriksaan
Dilakukan foto rontgen dengan Posisi AP Projection Bilateral
Person Method

1. Posisi pasien : duduk atau berdiri


2. Posisi objek : a) Bagian belakang bahu menempel
pada, Usahakan kedua tegap dan sejajar
3. Central ray : Tegak Lurus Horizontal
4. Central point :
5. Ukuran kaset : 18×43

c. Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan,adanya cedera sendi . Diagnosa dokter
menunjukkan adanya cedera sendi ringan pada acromioklavikular
joint.penangannya yaitu tension band wiring sendi acromioclavikular
joint..

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

a) Prosedur pemeriksaan acromioclavicular articulation terdapat beberapa


proyeksi,antara lain :
1. Posisi AP Projection Bilateral Person method
2. Posisi AP Axial Projection Alexander method

b) Prosedur pemerikasaan clavicula terdapat beberapa proyeksi,antara


lain :
1) AP Projection
2) PA Projection
3) AP Axial Lordotic Position
4) PA Axial Projection

B. Saran

1. Pada saat pemeriksaan sebaiknya melepaskan benda-benda yang dapat


mengganggu gambaran hasil radiograf. Dan juga diharapakan pada saat
pemeriksaan hati-hati, jangan terlalu banyak gerak, ditakutkan apabila
pasien banyak gerak dapat memperparah keadaannya.

2. Pada saat pembuatan makalah kami menyadari bahwa kami masih jauh
dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih focus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat ditanggung jawabkan. Oleh sebab itu kami
harapkan kritik dan sarannya mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan diatas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ballinger,P.Philip dan Frank,D. Eugne. 2003. Merrill’s atlas of radiograpic


position&radiograpic procedure ten edition. USA: mosby
Kirnantoro,H.dan Maryana . 2019.anatomi fisiologi. Yogyakarta : pustaka baru
press
Rasad, syahriar. 2005. Radiologi diagnostik. Jakata : FKUI
Nurachmah, Elly dan rida angraini. 2011. Dasar-dasar anatomi dan fisiologi
adaptasi indonesia.
Pearce, C. Evelyn. 2019. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka utama
e-jurnal pustaka kesehatan, vol.2(no.2), mei 2014.
Utami, asih puji, sudibyo dwi saputra,dan fadli felayani. 2018. Radiologi dasar 1.
Magelang,jawa tengah : inti medika pustaka
Paulsen , herausgeben von fredrich dan jens waschke.2017..atlas anatomi
manusia sabotta(edisi 24).
Apley, A. Graham. 1995. Orthopedi dan fraktur system Apley edisi ketujuh.
Jakarta : Widya medika
Ramawan ,Erwin dan jifaldi afrian . 2018. Biomecanical comperative study
between tension band wiring,double endo button and hook plate for
acromioclavikular joint injury. . Vol 7. No. 1. Surabaya : jurna
Universitas Airlangga.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi clavicula(Paulsen,2017) ........................................................3

Gambar 2.2 Anatomi acromioclavikular joint(Paulsen,2017) .................................3

Gambar 2.3 Pesawat sinar-x fixed ...........................................................................5

Gambar 2.4 Film radiologi ......................................................................................6

Gambar 2.5 Kaset ....................................................................................................6

Gambar 2.6 Proyeksi AP acromioclavikular joint(ballinger, 2003) .......................8

Gambar 2.7 (A) Hasil radiograf proyeksi AP acromioclavikular joint(ballinger,


2003) ........................................................................................................................8

Gambar 2.8 (B) Hasil radiograf proyeksi AP acromioclavikular joint (ballinger,


2003) ........................................................................................................................9

Gambar 2.9 Proyeksi AP axial alexander method (ballinger, 2003)........................9

Gambar 2.10 Hasil radiograf AP axial alexander method(ballinger, 2003) ..........10

Gambar 2.11 Proyeksi AP clavikula (ballinger, 2003) .........................................11

Gambar 2.12 Hasil radiograf clavikula AP(ballinger, 2003) .................................11

Gambar 2.13 Proyeksi PA clavikula (ballinger, 2003) ..........................................12

Gambar 2.14 Hasil radiograf clavikula PA (ballinger, 2003) ................................12

Gambar 2.15 Proyeksi AP axial projection lordotic position (ballinger, 2003).....13

Gambar 2.16 Hasil radiograf AP axial projection lordotic position(ballinger,


2003) ......................................................................................................................13

Gambar 2.17 Proyeksi PA axial (ballinger, 2003) .................................................14

Gambar 2.18 Proyeksi PA clavikula(ballinger, 2003) ..........................................14

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TEKNIK
RADIOGRAFI ACROMIOCLAVICULAR ARTICULATION dan
CLAVICULA”.Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas dari mata
kuliah radiofotografi yang diampu oleh mam ANNISA,S.Tr.Rad.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan
dari berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.Terlepas dari itu
penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan, baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.

Penulis berharap makalah tentang“TEKNIK RADIOGRAFI


ACROMIOCLAVICULAR ARTICULATION dan CLAVICULA” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Pekanbaru,November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................1
B. Rumusan masalah ....................................................................................2
C. Tujuan pustaka.........................................................................................2
D. Manfaat penulisan ...................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi ..................................................................................................3
B. Fisiologi ...................................................................................................4
C. Patologi ....................................................................................................4
D. Pengertian sinar-x ....................................................................................5
E. Komponen sinar-x ...................................................................................5
F. Proses terjadinya sinar-x ..........................................................................6
G.Teknik pemeriksaan ................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN
A. Hasil pemeriksaan laporan kasus ..........................................................14
1. Paparan kasus .........................................................................................14
2. Persiapan pasien .....................................................................................15
3. Persiapan alat .........................................................................................15
4. Teknik pemeriksaan ...............................................................................15
B. Pembahasan ...........................................................................................16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................17
B. Saran ......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

ii
MAKALAH
TEKNIK RADIOGRAFI 1
“TEKNIK RADIOGRAFI ACROMIOCLAVICULAR ARTICULATION
dan CLAVICULA”
Dosen Pengampu : ANNISA, S.Tr.Rad

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Adit Patrian (19002001)
2. Ambar Dwi Wahyuni (19002003)
3. Haliza Marmis Rianti (19002019)
4. Henjelina Pransiska (19002021)
5. Lico Andre Seva (19002023)
6. Masni Delima (19002059)
7. Maysha Elfrida (19002027)
8. Nurshella Hayani (19002035)
9. Putri Dwi Adipa (19002043)
10. Suci Khoirunnisa (19002051)

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK RADIOLOGI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AWAL BROS PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai