PENDAHULUAN
1
1.2.9 Apa saja komplikasi yang ditimbulkan Fraktur clavicula dan Fraktur
Scapula?
1.2.10 Bagaimana prognosis klien yang menderita Fraktur clavicula dan
Fraktur Scapula?
1.2.11 Bagaimana Web of Caution Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?
1.2.12 Bagaimana pencegahan pada Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?
1.2.13 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Fraktur clavicula
dan Fraktur Scapula?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami konsep pembuatan
asuhan keperawatan klien dengan kasus Fraktur Clavicula secara
komprehensif.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem
muskuloskeletal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Fraktur clavicula dan
Fraktur Scapula
3. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi Fraktur clavicula dan
Fraktur Scapula
4. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dan factor risiko Fraktur
clavicula dan Fraktur Scapula
5. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis klien dengan
Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
6. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Fraktur clavicula
dan Fraktur Scapula
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada
Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksaan pada klien
dengan Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
2
9. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi pada Fraktur
clavicula dan Fraktur Scapula
10. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis pada Fraktur clavicula
dan Fraktur Scapula
11. Mahasiswa mampu menjelaskan Web of Caution Fraktur
clavicula dan Fraktur Scapula
12. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan pada Fraktur
clavicula dan Fraktur Scapula
13. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien
dengan Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat digunakan sebagai acuan bagi penulis serta rekan perawat yang
lain dalam praktik memberikan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
1.4.2 Dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan penyuluhan
kepada masyarakat dengan tujuan untuk menangani Fraktur clavicula
dan Fraktur Scapula
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang
Tulang dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein yang
diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Terdapat 206
tulang di tubuh diklasifikasikan menurut panjang, pendek, datar dan tidak
beraturan, sesuai dengan bentuknya. Permukaan tulang bagian luar yang keras
disebut periostenum, terbentuk dari jaringan pengikat fibrosa. Periistenum
mengandung pembuluh darah yang memberikan suplai oksigen dan nutrisi ke
sel tulang. Rongga tulang bagian dalam diisi dengan sumsum kuning dan
sumsum merah. Sumsum tulang merah adalah tempat hematopolesis yang
memproduksi sel darah putih dan merah (RBCs;WBCs) serta platelet.
Stuktur tulang terdiri dari tulang rangka appendikular dan aksial. Tulang
rangka aksial dibentuk oleh tempurung kepala, tulang belakang, tulang rusuk,
dan sternum. Proses pemindahan beban dari struktur aksial ke kaki-kai (limbs)
yang kurang ikatan dan kaki-kaki mereka itu sendiri menyempurnakan tulang
rangka appendikular. Tulang klavikula terletak persis di bawah kulit dan
mudah diraba sepanjang strukturnya. Dari ujung sternum, tulang mula-mula
4
melengkung ke depan, kemudian ke belakang. Ia mempertahankan posisi
scapula dan bila tulang ini patah, bahu jatuh ke depan dan kebawah. Klavikula
merupakan satu-satunya tulang yang menghubungkan tulang-tulang
ekstremitas atas dengan rangka aksila karena scapula tidak berartikulasi
dengan iga maupun kolumna vertebralis. Klavikula tidak ditemukan pada
rangka kebanyakan hewan berkaki empat, karena klavikula hanya diperlukan
untuk memfiksasi scapula bila ekstremitas digerakkan keluar menjauhi batang
badan.
Rangka apendikular terdiri dari girdle untuk pectoral (bahu) girdle pelvis,
dan tulang lengan serta tungkai. Setiap girdle pectoral memiliki dua tulang
klavikula dan scapula yang berfungsi untuk melekatkan tulang lengan ke
rangka aksial.
1. Skapula (tulang belikat) adalah tulang pipih triangular dengan tiga tepi;
tepi vertebra (medial) yang panjang terletak parallel dengan kolumna
vertebra; tepi superior yang pendek melandai ke arah ujung bahu; dan
tepi lateral (merupakan tepi ketiga pelengkap segitiga) mengarah ke
lengan.
5
anterior dan posterior, dan tiga patas yang meliputi superior, lateral dan
medial. Permukaan anteriornya agak konkaf dan terletak pada dinding
toraks posterior. Permukaan posterior dibagi menjadi dua daerah oleh
spina scapulae, rigi tulang, yang teraba melalui kulit, berjalan melintasi
lebar scapula berujung di sebelah lateral sebagai acromnion, bagian
tulang yang terletak tepat di atas sendi bahu. Acromnion berartikulasi
dengan ujung lateral clavicula.
Processus coracoideus yang berujung kecil dan tajam mengarah ke
depan dari batas atas scapula, menonjol tepat di bawah clavicula.
Cavitas glenoidale, pada ujung atas batas luar scapula berartikulasi
dengan caput humeri membentuk sendi bahu.
Scapula dihubungkan dengan kepala, badan dan lengan oleh
sejumlah otot. Gerakan sendi bahu meluncur melalui permukaan
posterior dinding dada.
6
b. Sepertiga bagian lateral tulang klavikula berbentuk konkaf, atau
melengkung ke belakang.
(Sloane, 2004)
Tulang klavikula terletak persis di bawah kulit dan mudah diraba sepanjang
strukturnya. Dari ujung sternum, tulang mula-mula melengkung ke depan,
kemudian ke belakang. Tulang tersebut mempertahankan posisi scapula dan
bila tulang ini patah, bahu jatuh ke depan dan kebawah. Klavikula merupakan
satu-satunya tulang yang menghubungkan tulang-tulang ekstremitas atas
dengan rangka aksila karena scapula tidak berartikulasi dengan iga maupun
kolumna vertebralis. Klavikula tidak ditemukan pada rangka kebanyakan
hewan berkaki empat, karena klavikula hanya diperlukan untuk memfiksasi
scapula bila ekstremitas digerakkan keluar menjauhi batang badan.
Tulang ini mudah patah akibat benturan pada bahu, karena ia tertekan antara
sternum dan titik benturan. Sebenarnya tulang ini lebih baik patah. Bila tidak,
7
akan terjadi cedera pada leher. Dileher terdapat banyak struktur penting atau
pada sendi bahu (Watson Roger, 2002)
Terdapat dua tipe jaringan tulang yang terdapat dalam konstruksi tulang
rangka yaitu diaphysis dan epiphysis. Saat pertumbuhan tulang tercapai,
diaphysis atau batang tulang panjang yang padat dan keras akan bergabung
dengan epiphysis yaitu ujung tulang yang mirip spon (Reeves 2001).
Ada 4 jenis tulang, yaitu tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan
tulang yang tidak beraturan (Ester 2008) :
1. Tulang panjang
2. Tulang pendek
3. Tulang pipih
8
Tulang tidak beraturan ( misalnya, vetebra, telinga tengah) mempunyai
bentuk yang unik sesuai fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri dari tulang
spongiosa yang dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta.
2. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
Struktur tulang aksesori menempel satu sama lainnya pada tempat yang disebut
dengan sendi atau artikulasi.
9
Terdapat tiga tipe jenis sendi yang di kelompokkan berdasarkan tingkat
gerakan menurut Reeves (2001) :
2. Sendi synovial atau diarthroses : sendi yang dapat digerakkan dengan bebas,
memiliki permukaan sambungan yang ditutupi oleh kartilago hyalin dan
kapsul yang diisi dengan cairan (bursa) untuk melumaskan dan mengurangi
pergesekan. Hal ini dapat ditemukan pada tulang sendi engsel, sendi peluru,
dan sendi bola serta sendi poros.
1. Fibrosa
Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan
yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya,
sutura pada tulang tengkorak perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal.
2. Kartilago
10
permukaan sendi. Contohnya, simfisis pubis dan sendi tulang
punggung.
3. Sendi sinovial
Sendi tubuh yang dapat digerakkan, serta memiliki rongga sendi dan
permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin. Sendi sinovial ini
memiliki struktur anatomi, yaitu:
a. Ball and socket joint (bahu dan pinggul) membuat pergerakan ke segala
arah.
Otot
Otot skelet adalah otot lurik karena mereka terbentuk dari serabut-serabut yang
terdiri dari beberapa myofibril yang tertutup dalam jaringan retikulum
endoplasmik. Serabut-serabut otot dibungkus dalam kelompok-kelompok
kemudian kelompok tersebut bersama-sama membentuk otot. Setiap otot
dilapisi oleh lapisan jaringan pengikat yang diberi nama fascia.
Tendon adalah ujung fascia yang memanjang membentuk ekor yang ulet dan
tendon ini menempelkan otot-otot pada tulang. Otot skelet biasanya
menghubungkan dua tulang dan melalui paling tidak satu sendi.
Otot memiliki sifat elastis maka dalam bekerja, otot-otot ini berpasangan
namun memiliki aksi yang berlawanan. Ketika satu otot berkontaksi
(penggerak yang utama) maka yang lain akan mengendor (antagonis).
11
Sedangkan kekuatan setiap gerakan atau kontraksi tergantung pada panjang asli
dari serabut-serabut.
1. Ekstabilitas
2. Kontrakbilitas
3. Ekstrabilitas
4. Elastisitas
2.2 Definisi
12
menimbulkan kerusakan pada jaringan / struktur di sekitarnya. Fraktur dapat
dijelaskan berdasarkan posisi anatomis dan susunan fragmen.(Chang, John &
Dough 2010).
Badan scapula mengalami fraktur akibat daya penghancur. Leher scapula dapat
mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada bahu. Fraktur Scapula tidak
lazim karena terlindungi oleh otot, dan terletak mendatar pada dinding dada.
(Chang, John & Dough 2010)
Fraktur scapula dapat terjadi pada badan, leher, prosesus akromion dan
prosesus korakoid. Terjadi akibat trauma langsung dengan gejala nyeri serta
pembengkakan pada daerah yang terkena trauma.
13
2.3 Klasifikasi
14
Gambar 3 : Klasifikasi Fraktur Clavicula (Zuckerman 2011)
2.4 Etiologi
15
kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu bisa karena jatuh,
kecelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.
Fraktur clavicula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau
hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga
tengah atau proksimal clavikula (Putra 2013). Pada daerah tengah tulang
clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament seperti pada
daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula bagian tengah juga merupakan
transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang
menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan
daerah distal ataupun proksimal.
1. Trauma langsung
2. Dislokasi bahu dapat menyebabkan glenoid fracture
3. Otot atau ligamen dapat menyebabkan fraktur avulsion
4. Cedera tidak langsung terjadi melalui aksial loading pada lengan
terentang
Penyebab fraktur scapula menurut Stover (2012), yaitu:
a. Trauma atau benturan
Adanya 2 trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu:
1) Benturan langsung (karena adanya suatu benda yang terjatuh ).
16
2) Benturan tidak langsung (benda metal).
b. Tekanan atau stress yang terus menerus dan berlangsung lama
Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu yang lama akan
mengakibatkan fraktur yang kebanyakan terjadi pada tulang tibia, fibula
atau mentatarsal pada olahragawan, militer maupun penari.
Contoh :
Seorang militer yang berlatih dengan menghentakkan kakinya secara rutin
dan terus-menerus.
c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang
Kelemahan tulang yang abnormal karena proses patologis seperti tumor
maka dengan energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur
yang pada orang normal belum dapat menimbulkan fraktur.
2.5 Patofisiologi
17
arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, keeelakaan olahraga, ataupun
kecelakaan kendaraan bermotor (Pusponegoro 2012).
Patah tulang klavikula pada umumnya mudah untuk dikenali
dikarenakantulang klavikula adalah tulang yang terletak dibawak kulit
(subcutaneus) dan tempatnya relatif didepan. Karena posisinya yang teletak
dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang
klavikula terjadi akibat dari tekanan yang kuat atau hantaman yang akan keras
ke bahu. Energy tinggi maupun pukulan langsung pada tulang akan
menyebabkan fraktur.
Pada daerah tengah tulang klavikula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligamentseperti pada daerah distal dan proksimal klavikula.
Klavikula bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral
dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling
sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal
Pada fraktur sepertiga tengah klavikula otot stemokleidomastoideus akan
menarik fragmen medial keatas sedangkan beban lengannya akan menarik
fragmen lateral ke bawah. Jikafraktur terdapat pada ligament korako-klavikula
maka ujung medial klavikula sedikit bergeser karena ditahan ligament
ini.Fraktur yang terjadi kearah medial terhadap fragment maka ujungluar
mungkin tampak bergeser kearah belakang dan atas, sehingga membentuk
benjolan dibawah kulit (Pusponegoro, 2013)
Setelah terjadi fraktur klavikula , periosteum dan pembuluh darah serta saraf
dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih.
Tulang bergenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah
dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang – tulang
baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel.
18
Pada stadium poliferasi sel menjadi fibrokartilago. Sel yang mengalami
poliferasi terus masuk kedalam lapisan yang lebih dalam dan bergenerasi
sehingga terjadi osteogenesis. Sel-sel yangberkembang memiliki potensi yang
kardiogenik (Henderson,2002).
19
Badan scapula mengalami fraktur akibat dari daya penghancur yang
biasanya juga mengakibatkan fraktur pada tulang rusuk dan dapat
mengakibatkan dislokasi pada sendi sternoclavikularis. Leher scapula dapat
mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada bahu. Prosesus korakoideus
dapat mengalami fraktur pada dasarnya atau mengalami avulse pada ujungnya.
Fraktur pada acromion adalah akibat kekuatan langsung. Fraktur pada pinggir
glenoid dapat terjadi bersama dislokasi bahu.
Manifestasi yang terjadi pada fraktur clavicula sebagai berikut (Gustilo 1993):
1. Nyeri
2. pembengkakkan
20
melalui kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati
rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah.
Anda mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan
yang lain untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan
(Medianers, 2011).
Manifestasi yang terjadi pada fraktur scapula sebagai berikut (Gustilo 1993) :
1. Nyeri
3. pembengkakkan
Gambar 1.
Hasil Radiografi Posterioranterior (PA) Fraktur klavikula
(Sumber:medicine.medscape.com/article/92429-overview)
21
Gambar 2.
Foto polos fraktur klavikula (Sumber: Omar Faiz & David mofat, 2002)
2. Pemeriksaan Darah
a. Pemeriksaan darah lengkap : nilai-nilai hemoglobin dan hematokrit
sebagai akibat cidera vaskuler. Nilai hemoglobin akan ditemukan rendah
karena pendarahan, LED meningkat bila terdapat kerusakan jaringan yang
luas.
b. Gas Darah Arteri (GDA) : mengidentifikasi kerusakan pada paru
22
2.8 Penatalaksanaan
23
e. Sebagian besar fraktur klavikua dapat diobati dengan sling sederhana
atau menggunakan pembalut angka 8. Ini digunakan membungkus
sekitar kedua bahu dan leher untuk menahan bahu belakang dan atas..
Klien akan diminta untuk memakai selempang setiap saat sampai tidak
ada rasa sakit ketika digerakan. Ini biasanya 2-4 minggu untuk anak-
anak dan 4-8 minggu untuk orang dewasa .
24
3. Rehabilitatif
Setelah kunjungan awal dan pengobatan, klien dengan fraktur
klavikula disarankan pergi ke dokter untuk memeriksa kemajuan
penyembuhannya dan menentukan adanya komplikasi atau tidak. Klien
diinstruksikan untuk menghindari olahraga selama minimal 6 minggu
setelah cedera awal; beberapa memerlukan waktu tambahan sebelum dapat
kembali ke kegiatan "normal".
4. Manajemen Keperawatan (ROM)
Range of motion (ROM) dilakukan dengan mengangkat lengan di
atas bahu sampai ujung tulang telah bersatu (sekitar 6 minggu) tetapi
mendorong pasien untuk latihan siku, pergelangan tangan, dan jari-jari
sesegera mungkin. Latihan bahu dilakukan supaya bahu dapat bergerak
bebas. Aktivitas yang kuat dibatasi selama 3 bulan
25
2.8.2 Penatalaksanaan Fraktur Scapula
1. Pengobatan tertutup
Terapi medis untuk pasien dengan fraktur skapula umumnya sama seperti
pada pasien dengan trauma. Melakukan resusitasi ciran, menstabilkan
cardiopulmonal, dan mengobati luka sebelum dilakukan tindakan operatif.
2. Pengobatan terbuka
Pengobatan secara tertutup dilakukan pada fraktur skapula:
a. Fraktur dengan pergeseran yang signifikan pada rongga glenoid
(glenoid rim dan fossa)
b. Fraktur dengan pergeseran yang signifikan pada bagian tulang leher
glenoid.
c. Gangguan ganda dari bahu superior suspensori kopleks (SSSC) dimana
satu atau lebih dari elemen skapula bergeser posisi.
Pada fraktur skaplua, tindakan operatif dilakukan dengan anestesi general.
Semua fraktur skapula kecuali rongga glenoid (cidera rim anterior) tipe II
dilakukan pembedahan dengan pendekatan posterior. Kadang-kadang juga
dilakukan secara superior.
3. Post-operative
a. ROM Exercise
b. Radiografi setiap 2 minggu sekali
c. Terapi fisik bersama ROM exercise
26
2.9 Komplikasi
1. Komplikasi dini
a. Cedera pembuluh darah
Hal ini jarang terjadi, biasanya terjadi karena trauma awal atau tekanan
sekunder dari kalus atau deformitas yang tersisa.
b. Pneumothorax – hemothorax
Hal ini dapat terjadi karena persentuhan bagian tengah klavikula dengan
apeks paru dan pleura (Steenvoorde, van Lieshout, & Oskam 2005
dalam Mouzopoulos et al, 2009)
c. Cedera pleksus brakialis
Sekitar 1% dari cedera pleksus brakialis terjadi setelah patah tulang
klavikula, dan gejala dapat muncul cepat atau lambat (Ring & Holovacs,
2005). Yang paling umum adalah presentasi akhir dari cedera pleksus
brakialis karena pembentukan sebuah kalus besar yang menjebak
posterior dan cabang tengah di ruang costoclavicular pada orang dewasa
(Derham, Varghese, Deacon, Spencer, & Curley, 2007).
2. Komplikasi lanjut
a. Malunion
Proses penyembuhan tulang berjalan normal dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
Biasanya berupa pemendekan dengan adanya angulasi.
Gambar malunion
27
b. Nonunion
Tidak ada penyambungan tulang baik secara klinis maupun
radiografi selama 4-6 bulan setelah cedera. Faktor predisposisinya yaitu
karena pergeseran fraktur >20 mm, fraktur klavikula distal, cedera berat
pada jaringan lunak, refraktur, open reduction, kegagalan fiksasi
internal, stabilisasi bahu yang tidak adekuat.
0,13-15% nonunion terjadi pada fraktur pertengahan klavikula
(Brinker et al., 2005; Jones, McCluskey, & Curd, 2000), 22-23% terjadi
pada fraktur distal klavikula, dan 1% terjadi pada fraktur sepertiga
proksimal klavikula (Rosenberg, Neumann, & Wallace, 2007).
Gambar nonunion
28
2.10 Prognosis
Sebagian besar patah tulang klavikula akan sembuh tanpa operasi, meskipun
dengan sejumlah variabel deformitas kosmetik. Pada anak prognosis sangat
baik karena proses penyembuhan sangat cepat dan memerlukan imobilisasi
yang lebih pendek (2-4 minggu). Sementara pada remaja dan dewasa
prognosis tergantung dari penanganan, jika penanganan baik maka
komplikasi dapat diminimalisir dan memerlukan imobilisasi selama 4-8
minggu (Kleinhenz, 2014).
29
2.11 WOC
Diskontinuitas
tulang
Fraktur terbuka Fraktur tetutup
30
WOC FRAKTUR SCAPULA
Diskontinuitas
tulang
Fraktur terbuka Fraktur tetutup
Penatalaksanaan
31
2.12 Pencegahan
32
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
FRAKTUR KLAVIKULA
Tn B 30 tahun dibawa ke rumah sakit universitas Airlangga tanggal 22 Maret
2016 pukul 17.00 setelah mengalami kecelakaan sepada motor. Pasien mengeluh
nyeri di bagian bahu kiri, tangan kirinya sulit digerakan dan ditemukan memar di
bahu kiri. Hasil foto polos pasien mengalami fraktur medial klavikula sinistra.
Pasien direncanakan operasi pemasangan plate. Pasien terlihat gelisah dan cemas.
Pasien mengatakan takut jika harus dioperasi. Pengkajian TTV : TD 130/85mmHg;
T 36,6⁰C; N 96 x/menit; R 25 x/menit. Hasil lab darahnya : Hb 14,7 gr/dl.
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 22 Maret 2016
Waktu pengkajian : 17.30 WIB
a. Anamnesa
1) Identitas
Nama : Tn. B
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
2) Keluhan utama
Nyeri di bahu kiri
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dibawa ke UGD RSUA tanggal 22 maret 2016 pukul 17.00
setelah mengalami kecelakaan sepeda motor. Saat ini pasien
33
mengeluh nyeri di bahu kiri. Hasil rongent pasien mengalami fraktur
klavikula sinistra. Pasien direncanakan pemasangan pen.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit dan ini
pertama kali mengalami kecelakaan sepeda motor.
5) Riwayat penyakit keluarga
Ayah pasien penderita hipertensi.
6) Riwayat psikologis
Pasien mengatakan takut jika harus dioperasi.
7) Riwayat social-ekonomi
Pasien mengatakan sudah menikah dan memiliki satu anak
perempuan. Pasien bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan
kurang lebih 2.500.000.
b. Pemerikasaan fisik
KU : pasien lemah, kesadaran compos mentis
TTV : TD 130/85mmHg; T 36,6⁰C; N 96 x/menit; R 25 x/menit.
Pemeriksaan B1-B6
1) B1 (breathing)
dyspnea, R: 25 x/menit, suara napas vesikuler
2) B2 (blood) : akral hangat, CRT <2 detik
3) B3 (brain)
Kesadaran pasien compos mentis, GCS 456, mengeluh nyeri (P:
fraktur klavikula; Q: nyeri tajam seperti tertusuk-tusuk; R: nyeri
pada daerah bahu kiri; S: klien mengatakan nyerinya skala 8; T:
nyeri dirasakan saat menggerakkan lengan kiri)
4) B4 (blader)
Tidak ditemukan masalah.
5) B5 (bowel)
Tidak ditemukan masalah
6) B6 (bone)
Look: memar di bahu kiri
Feel: saat dipalpasi, teraba lunak pada medial klavikula kirinya.
34
Move: klien mengatakan sulit menggerakkan lengan kirinya.
c. Pemeriksaan penunjang
Foto polos : terlihat adanya fraktur di medial klavikula sinistra.
Laboratorium : darah lengkap : Hb 14,7 gr/dl
2. Analisis data
Data Etiologi Masalah
keperawatan
DS : Fraktur klavikula Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri: sinistra
P: fraktur klavikula; ↓
Q: nyeri tajam seperti tertusuk- Terputus kontinuitas
tusuk; tulang
R: nyeri pada daerah bahu kiri; ↓
S: klien mengatakan nyerinya Terjadi perdarahan
skala 8; ↓
T: nyeri dirasakan saat Memicu reaksi inflamasi
menggerakkan lengan kiri ↓
DO : Keluarnya mediator
- Pasien meringis menahan nyeri inflamasi (bradikinin,
- TD 130/85mmHg prostaglandin,
- N 96 x/menit histamine, serotonin)
- R: 25 x/menit ↓
- Hasil foto polos: fraktur medial Nyeri
klavikula sinistra.
DS : Pasien mengatakan takut jika Fraktur klavikula Ansietas
harus dioperasi. sinistra
DO : ↓
- Pasien terlihat gelisah dan cemas Operasi pemasangan
- TD 130/85mmHg plate
- N 96 x/menit ↓
- R: 25 x/menit Kurang pengetahuan
35
- Advice dokter : operasi ↓
pemasangan plate Pasien gelisah
↓
Ansietas
3. Diagnosa keperawatan
a. Domain 12 : Comfort
Class 1: Physical Comfort
Code 00132 : Acute Pain
b. Domain 9 : Coping/Stress Tolerance
Class 2 : coping response
Code : 00146 Anxiety
4. Intervensi
a. Domain 12 : Comfort
Class 1: Physical Comfort
Code 00132 : Acute Pain
NOC NIC
Domain IV : Health Knowledge Domain 1. Physiological : Basic
& Behaviour Class E Physical Comfort
Class Q-Health Behaviour Promotion
Outcome code: 1605 Pain Control Intervention code : 1400 Pain
Indicators: Management
1) 160501 Mendeskripsikan Activities:
factor penyebab (1-5) 1) Lakukan pengkajian nyeri
2) 160502 Mengenali onset secara comprehensive
nyeri (1-5) (PQRST)
3) 160504 Menggunakan cara 2) Observasi tanda
non-analgesik yang ketidaknyaman nonverbal
dipercaya (1-5) 3) Kaji pengetahuan dan
kepercayaan pasien tentang
nyeri yang dialaminya
36
4) 160505 Menggunakan 4) Kaji bersama pasien factor
analgesik yang yang dapat memperburuk
direkomendasikan (1-5) nyeri
5) 160511 Melaporkan nyeri 5) Ajarkan menggunakan
terkontrol (1-5) teknik non farmakologi
Ket : 6) Ajarkan metode
1 : Tidak pernah dilakukan farmakologi untuk
2 : Jarang dilakukan meringankan nyeri
3 : Kadang-kadang 7) Tingkatkan pengetahuan
dilakukan pasien tentang nyeri seperti
4 : Sering dilakukan penyebab, berapa lama
5 : Secara konsisten nyeri akan berakhir,
dilakukan antisipasi ketidaknyaman
dari procedure.
37
5) 121120 Peningkatan nadi (1- 4) Memberikan informasi
5) faktual mengenai diagnosis,
6) 121121 Peningkatan respirasi pengobatan, dan prognosis.
rate (1-5) 5) Dorong keluarga untuk
Ket : tinggal dengan pasien
1 : Berat sekali 6) Dengarkan dengan penuh
2 : Berat perhatian
3 : sedang 7) Anjurkan pasien pada
4 : ringan penggunaan teknik relaksasi
5 : tidak ada 8) Kolaborasi pemberikan obat
untuk mengurangi kecemasan
9) Kaji tanda-tanda verbal dan
nonverbal kecemasan
10) Kaji tanda-tanda vital (
tekanan darah, nadi, respirasi
rate, suhu)
38
FRAKTUR SKAPULA
Tn F (21 tahun) datang ke RSUA tanggal 13 April 2016 dengan keluhan nyeri
pada area punggung kanan atas dan mengalami pembengkakan. Dari anamnesa Tn
F mengatakan bahwa satu hari yang lalu mengalami kecelakaan sepeda motor dan
punggungnya yang jatuh terlebih dahulu sehingga menumpu badannya. Selain
bengkak, ditemukan abrasi 4 cm dan kemerahan disekitar luka tersebut. Setelah
dilakukan pemeriksaan, TTV: TD: 120/70mmHg; N: 99x/menitr; RR: 24x/menit;
S: 37,7°C. Lab. darah : Hb : 15 gr/dl; Leukosit: 10.432. Dari hasil foto polos Tn. W
didiagnosa fraktur scapula dekstra.
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 13 April 2016
Waktu pengkajian : 10.00 WIB
a. Anamnesa
1) Identitas
Nama : Tn F
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
2) Keluhan utama
Nyeri di punggung kanan atas.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dibawa ke UGD RSUA tanggal 13 April 2016 pukul 09.30
setelah mengalami kecelakaan sepeda motor. Saat ini pasien
mengeluh nyeri di punggung kanan atas. Terdapat pembengkakan,
luka abrasi sekitar 4 cm dan kemerahan di sekitar luka. Hasil foto
polos pasien mengalami fraktur scapula dekstra.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit dan ini
pertama kali mengalami kecelakaan sepeda motor.
39
5) Riwayat penyakit keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami kecelakaan
motor dan fraktur. Tidak ada yang menderita hipertensi, diabetes,
maupun penyakit keturunan yang lainnya.
6) Riwayat psikologis
Pasien terlihat gelisah menahan nyeri di punggungnya.
7) Riwayat social-ekonomi
Pasien merupakan mahasiswa. Sumber keuangan masih ditanggung
oleh keluarga.
b. Pemerikasaan fisik
KU : pasien lemah, kesadaran compos mentis
TTV : TD: 120/70mmHg; N: 99x/menitr; RR: 24x/menit; S: 37,7°C
Pemeriksaan B1-B6
1) B1 (breathing)
dyspnea, R: 24 x/menit, suara napas vesikuler
2) B2 (blood) : akral hangat, CRT <2 detik
3) B3 (brain)
Kesadaran pasien compos mentis, GCS 456, mengeluh nyeri (P:
fraktur skapula; Q: nyeri tumpul; R: nyeri pada daerah punggung
kanan atas; S: klien mengatakan nyerinya skala 7; T: nyeri dirasakan
saat menggerakkan lengan kanan).
4) B4 (blader)
Tidak ditemukan masalah.
5) B5 (bowel)
Nafsu makan pasien mengalami penurunan. Makanan habis ¾
piring.
6) B6 (bone)
Look: abrasi 4 cm pada punggung kanan atas, ada pembengkakan,
kemerahan di sekitar luka.
Feel: saat dipalpasi, pasien mengeluh nyeri.
Move: klien mengatakan nyeri saat menggerakan lengan kanannya..
c. Pemeriksaan penunjang
40
Foto polos : terlihat adanya fraktur scapula dekstra.
Lab. darah : Hb : 15 gr/dl; Leukosit: 10.432
2. Analisis data
Data Etiologi Masalah
keperawatan
DS : Fraktur scapula Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri ↓
P: fraktur skapula; Terputusnya continutas
Q: nyeri tumpul; tulang
R: nyeri pada daerah punggung ↓
kanan atas; Terjadi perdarahan
S: klien mengatakan nyerinya ↓
skala 7; Memicu reaksi inflamasi
T: nyeri dirasakan saat ↓
menggerakkan lengan kanan Keluarnya mediator
DO : inflamasi
- Pasien meringis menahan nyeri ↓
- TD: 120/70mmHg; nyeri
- N: 99x/menitr;
- RR: 24x/menit;
- S: 37,7°C
- Hasil foto polos : fraktur
scapula dekstra.
DS : pasien mengeluh badannya Terjatuh dari motor Resiko infeksi
panas. ↓
DO : Terjadi luka abrasi
- Terdapat luka abrasi 4 cm ↓
- Terdapat pembengkakan Kulit terbuka
- Kemerahan di sekitar luka ↓
abrasi Port de entri kuman
- S: 37,7°C ↓
41
- Hasil lab darah : Leukosit Resiko infeksi
10.432
3. Diagnosa keperawatan
a. Domain 12 : Comfort
Class 1: Physical Comfort
Code: 00132 Acute Pain
b. Domain 11 : Safety / Protection
Class 1: Safety
Code: 00004 Risk For Infection
4. Intervensi
a. Domain 12 : Comfort
Class 1: Physical Comfort
Code 00132 : Acute Pain
NOC NIC
Domain IV : Health Knowledge Domain 1. Physiological : Basic
& Behaviour Class E Physical Comfort
Class Q-Health Behaviour Promotion
Outcome code: 1605 Pain Control Intervention code : 1400 Pain
Indicators: Management
6) 160501 Mendeskripsikan Activities:
factor penyebab (1-5) 1) Lakukan pengkajian nyeri
7) 160502 Mengenali onset secara comprehensive
nyeri (1-5) (PQRST)
8) 160504 Menggunakan cara 2) Observasi tanda
non-analgesik yang ketidaknyaman nonverbal
dipercaya (1-5) 3) Kaji pengetahuan dan
9) 160505 Menggunakan kepercayaan pasien tentang
analgesik yang nyeri yang dialaminya
direkomendasikan (1-5) 4) Kaji bersama pasien factor
10) 160511 Melaporkan nyeri yang dapat memperburuk
terkontrol (1-5) nyeri
42
Ket : 5) Ajarkan menggunakan
1 : Tidak pernah dilakukan teknik non farmakologi
2 : Jarang dilakukan 6) Ajarkan metode
3 : Kadang-kadang farmakologi untuk
dilakukan meringankan nyeri
4 : Sering dilakukan 7) Tingkatkan pengetahuan
5 : Secara konsisten pasien tentang nyeri seperti
dilakukan penyebab, berapa lama
nyeri akan berakhir,
antisipasi ketidaknyaman
dari procedure.
43
5 : tidak ada
44
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
45
DAFTAR PUSTAKA
Price S.A. and Wilson L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
ProsesPenyakit (Edisi 6) Buku II.Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat R. & Jong W.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.Jakarta: EGC
Kneale, J & Davis, P. 2011. Keperawatan Ortopedik & Trauma Edisi 2. Jakarta:
ECG.
Henderson, M.2002. Ilmu Bedah untuk Perawat Alih Bahasa : Dr. Andry
Hartono.Jakarta :EGC
Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika
Stover, Susan M. 2012. Pdf Scapular Fracture and stress Fractures in Racehorses.
Racing Injury Prevention Program
Gibson, John.2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
Gustilo RB. Fracture dislocation of the hip In: Fractures and Dislocations.
Philadelphia: Mosby
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis
Edisi 9.Jakarta : EGC
46
Suratun, 2008. Klien Gangguan sistem Muskuloskeletal:Seri Asuhan Keperawatan
.Jakarta: EGC.
Mangku G, Senapathi T.G.A, et al. 2010.Penatalaksanaan Nyeri. Dalam : Buku
Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta Barat : Indeks
Herrera DA, Anaviian J, Tarkin IS, Armitage BA, Schrpder LK, Cole PA. 2009.
Delay Operative Management of Fractures of the Scapula. J. Bone Joint Surgical
Goss, Thomas G. Et al. 2016. Scapula Fracture. New york : American Academy of
Orthopaedic diakses melalui http://emedicine.medscape.com/article/1263076-
reference
47