Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem muskuloskeletal terdiri dari kerangka, sendi, otot, ligamentum dan
bursa. Kerangka membentuk dan menompa tubuh, melindungi organ penting
dan berperan sebagai penyimpan mineral tertentu seperti kalsium, magnesium,
dan fosfat (Reeves 2001).
Tingginya angka kejadian pada kasus kecelakaan lalu lintas di Indonesia
dapat mengakibatkan tingginya resiko patah tulang atau fraktur. Fraktur
kebanyakan disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki dari pada orang
perempuan dengan perbandingan 3:1. Fraktur disebabkan karena sering
berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh
kendaraan bermotor (Smeltzer & Bare, 2002).
Untuk itu pada makalah ini, penulis akan membahas menganai asuhan
keperawtan pada klien dengan fraktur clavicula dan fraktur scapula. Penulis
berharap makalah ini dapat membantu pembaca untuk melaksanakan intervensi
yang sebaiknya dilakukan untuk menangani kasus dengan fraktur scapula
dengan melihat dari beberapa masalah yang tercantum pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja anatomi fisiologi pada sistem muskuloskeletal?
1.2.2 Apa definisi Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?
1.2.3 Apa saja klasifikasi Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?
1.2.4 Apa saja etiologi Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?
1.2.6 Apa saja manifestasi klinis Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?
1.2.7 Apa saja pemerikasaan diagnostik pada Fraktur clavicula dan Fraktur
Scapula?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?

1
1.2.9 Apa saja komplikasi yang ditimbulkan Fraktur clavicula dan Fraktur
Scapula?
1.2.10 Bagaimana prognosis klien yang menderita Fraktur clavicula dan
Fraktur Scapula?
1.2.11 Bagaimana Web of Caution Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?
1.2.12 Bagaimana pencegahan pada Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula?
1.2.13 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Fraktur clavicula
dan Fraktur Scapula?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami konsep pembuatan
asuhan keperawatan klien dengan kasus Fraktur Clavicula secara
komprehensif.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem
muskuloskeletal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Fraktur clavicula dan
Fraktur Scapula
3. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi Fraktur clavicula dan
Fraktur Scapula
4. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dan factor risiko Fraktur
clavicula dan Fraktur Scapula
5. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis klien dengan
Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
6. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Fraktur clavicula
dan Fraktur Scapula
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada
Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksaan pada klien
dengan Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula

2
9. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi pada Fraktur
clavicula dan Fraktur Scapula
10. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis pada Fraktur clavicula
dan Fraktur Scapula
11. Mahasiswa mampu menjelaskan Web of Caution Fraktur
clavicula dan Fraktur Scapula
12. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan pada Fraktur
clavicula dan Fraktur Scapula
13. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien
dengan Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula

1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat digunakan sebagai acuan bagi penulis serta rekan perawat yang
lain dalam praktik memberikan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami Fraktur clavicula dan Fraktur Scapula
1.4.2 Dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan penyuluhan
kepada masyarakat dengan tujuan untuk menangani Fraktur clavicula
dan Fraktur Scapula

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal bekerja membuat gerakan dan tindakan yang


harmoni sehingga manusia menjadi seseorang yang bebas dan mandiri. Sistem
muskuloskeletal terdiri dari kerangka, sendi, otot, ligamentum dan bursa.
Kerangka membentuk dan menompa tubuh, melindungi organ penting dan
berperan sebagai penyimpan mineral tertentu seperti kalsium, magnesium, dan
fosfat. Rongga medula tulang adalah tempat utama memproduksi sel darah.
Otot memberikan kekuatan untuk menggerakkan tubuh, menutup lobang luar
dari sistem gastrointestinal dan saluran kencing serta meningkatkan produksi
panas untuk menjaga kontrol temperatur (Reeves 2001).

Tulang

Tulang dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein yang
diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Terdapat 206
tulang di tubuh diklasifikasikan menurut panjang, pendek, datar dan tidak
beraturan, sesuai dengan bentuknya. Permukaan tulang bagian luar yang keras
disebut periostenum, terbentuk dari jaringan pengikat fibrosa. Periistenum
mengandung pembuluh darah yang memberikan suplai oksigen dan nutrisi ke
sel tulang. Rongga tulang bagian dalam diisi dengan sumsum kuning dan
sumsum merah. Sumsum tulang merah adalah tempat hematopolesis yang
memproduksi sel darah putih dan merah (RBCs;WBCs) serta platelet.

Stuktur tulang terdiri dari tulang rangka appendikular dan aksial. Tulang
rangka aksial dibentuk oleh tempurung kepala, tulang belakang, tulang rusuk,
dan sternum. Proses pemindahan beban dari struktur aksial ke kaki-kai (limbs)
yang kurang ikatan dan kaki-kaki mereka itu sendiri menyempurnakan tulang
rangka appendikular. Tulang klavikula terletak persis di bawah kulit dan
mudah diraba sepanjang strukturnya. Dari ujung sternum, tulang mula-mula

4
melengkung ke depan, kemudian ke belakang. Ia mempertahankan posisi
scapula dan bila tulang ini patah, bahu jatuh ke depan dan kebawah. Klavikula
merupakan satu-satunya tulang yang menghubungkan tulang-tulang
ekstremitas atas dengan rangka aksila karena scapula tidak berartikulasi
dengan iga maupun kolumna vertebralis. Klavikula tidak ditemukan pada
rangka kebanyakan hewan berkaki empat, karena klavikula hanya diperlukan
untuk memfiksasi scapula bila ekstremitas digerakkan keluar menjauhi batang
badan.

Rangka apendikular terdiri dari girdle untuk pectoral (bahu) girdle pelvis,
dan tulang lengan serta tungkai. Setiap girdle pectoral memiliki dua tulang
klavikula dan scapula yang berfungsi untuk melekatkan tulang lengan ke
rangka aksial.

1. Skapula (tulang belikat) adalah tulang pipih triangular dengan tiga tepi;
tepi vertebra (medial) yang panjang terletak parallel dengan kolumna
vertebra; tepi superior yang pendek melandai ke arah ujung bahu; dan
tepi lateral (merupakan tepi ketiga pelengkap segitiga) mengarah ke
lengan.

a. Bagian spina pada scapula adalah bubungan tulang yang berawal


dari tepi vertebra dan melebar saat mendekati ujung bahu

b. Spina berakhir pada prosesus akromion, yang berartikulasi dengan


klavikula; bagian ini menggantung persendian bahu

c. Prosesus korokoid adalah tonjolan berbentuk kait pada tepi superior


yang berfungsi sebagai tempat perlekatan sebagian otot dinding
dada dan lengan.

d. Rongga glenoid (fosa glenoid) adalah suatu ceruk dangkal yang


ditemukan pada persendian tepi superior dan lateral. Bagian ini
mempertahankan letak kepala humerus (tulang lengan).

Scapula adalah tulang pipih berbentuk segitiga yang membentuk


sebagian gelang bahu. Tulang ini mempunyai dua permukaan yaitu

5
anterior dan posterior, dan tiga patas yang meliputi superior, lateral dan
medial. Permukaan anteriornya agak konkaf dan terletak pada dinding
toraks posterior. Permukaan posterior dibagi menjadi dua daerah oleh
spina scapulae, rigi tulang, yang teraba melalui kulit, berjalan melintasi
lebar scapula berujung di sebelah lateral sebagai acromnion, bagian
tulang yang terletak tepat di atas sendi bahu. Acromnion berartikulasi
dengan ujung lateral clavicula.
Processus coracoideus yang berujung kecil dan tajam mengarah ke
depan dari batas atas scapula, menonjol tepat di bawah clavicula.
Cavitas glenoidale, pada ujung atas batas luar scapula berartikulasi
dengan caput humeri membentuk sendi bahu.
Scapula dihubungkan dengan kepala, badan dan lengan oleh
sejumlah otot. Gerakan sendi bahu meluncur melalui permukaan
posterior dinding dada.

Gambar 1 : tulang scapula ( Gibson 2002)

2. Klavikula (tulang kolar) adalah tulang berbentuk S, yang secara lateral


berartikulasi dengan prosesus akromion pada scapula dan secara medial
dengan manubrium pada takik klavikular untuk sendi sternoklavikular.

a. Dua pertiga bagian medial dari tulang klavikula berbentuk konveks,


atau melengkung ke depan.

6
b. Sepertiga bagian lateral tulang klavikula berbentuk konkaf, atau
melengkung ke belakang.

c. Klavikula berfungsi sebagai tempat pelekatan sebagian otot leher,


toraks, punggung dan lengan.

(Sloane, 2004)

Tulang klavikula terletak persis di bawah kulit dan mudah diraba sepanjang
strukturnya. Dari ujung sternum, tulang mula-mula melengkung ke depan,
kemudian ke belakang. Tulang tersebut mempertahankan posisi scapula dan
bila tulang ini patah, bahu jatuh ke depan dan kebawah. Klavikula merupakan
satu-satunya tulang yang menghubungkan tulang-tulang ekstremitas atas
dengan rangka aksila karena scapula tidak berartikulasi dengan iga maupun
kolumna vertebralis. Klavikula tidak ditemukan pada rangka kebanyakan
hewan berkaki empat, karena klavikula hanya diperlukan untuk memfiksasi
scapula bila ekstremitas digerakkan keluar menjauhi batang badan.

Gambar 2: tulang klavikula

Tulang ini mudah patah akibat benturan pada bahu, karena ia tertekan antara
sternum dan titik benturan. Sebenarnya tulang ini lebih baik patah. Bila tidak,

7
akan terjadi cedera pada leher. Dileher terdapat banyak struktur penting atau
pada sendi bahu (Watson Roger, 2002)

Terdapat dua tipe jaringan tulang yang terdapat dalam konstruksi tulang
rangka yaitu diaphysis dan epiphysis. Saat pertumbuhan tulang tercapai,
diaphysis atau batang tulang panjang yang padat dan keras akan bergabung
dengan epiphysis yaitu ujung tulang yang mirip spon (Reeves 2001).

Ada 4 jenis tulang, yaitu tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan
tulang yang tidak beraturan (Ester 2008) :

1. Tulang panjang

Tulang panjang ( misalanya femur, humerus) bentuknya silindris dan


berukuran panjang, seperti batang (diafisis) tersusun atas tulang kompakta,
dengan kedua ujungnya berbentuk bulat (epifisis) tersusun atas tulang
kanselus. Bangian luar tulang panjang dilapisi jaringan fiberosa kuat yang
disebut dengan periosteum. Lapisan ini kaya dengan pembuluh darah yang
menembus tulang.

2. Tulang pendek

Tulang pendek ( misalnya falang, karpal) bentuknya hampir sama dengan


tulang panjang, tetapi bagian distal lebih kecil daripada bagian proksimal,
sera berukuran pendek dan kecil.

3. Tulang pipih

Tulang pipih (misalanya sternum, kepala, skapula, panggul) bentuknya


gepeng, berisi sel-sel pembentuk darah, dan melindungi organ vital dan
lunak dibawahnya. Tulang pipih terdiri atas dua lapisan tulang kompakta
dan bagian tengahnya terdapat lapisan spongiosa. Tulang ini dilapisi oleh
periosteum yang dilewati oleh dia kelompok pembuluh darah menembus
tulang untuk menyuplai tulang kompakta dan tulang spongiosa.

4. Tulang tidak beraturan

8
Tulang tidak beraturan ( misalnya, vetebra, telinga tengah) mempunyai
bentuk yang unik sesuai fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri dari tulang
spongiosa yang dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta.

Sel-sel penyusun tulang terdiri dari (Ester 2008) :

1. Osteoblas berfungsi menghasilkan jaringan osteosid dan menyekresi


sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan
kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.

2. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

3. Osteoklas adalah sel-sel berinti banyang yang memungkinkan mineral dan


matriks tulang dapat diabsorbsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik
yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang,
sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam darah.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

1).Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.


2).Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan
jaringan lunak.
3).Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
4). Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang(hematopoiesis).
5).Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

Struktur tulang aksesori

Struktur tulang aksesori menempel satu sama lainnya pada tempat yang disebut
dengan sendi atau artikulasi.

9
Terdapat tiga tipe jenis sendi yang di kelompokkan berdasarkan tingkat
gerakan menurut Reeves (2001) :

1. Sendi fibrosa atau synarthroses : sendi yang tidak dapat digerakkan


(immovable) dan dapat ditemukan diantara tulang tempurung kepala, ujung
distal radius dan ulna dan atara gigi dengan tulang rahang.

2. Sendi synovial atau diarthroses : sendi yang dapat digerakkan dengan bebas,
memiliki permukaan sambungan yang ditutupi oleh kartilago hyalin dan
kapsul yang diisi dengan cairan (bursa) untuk melumaskan dan mengurangi
pergesekan. Hal ini dapat ditemukan pada tulang sendi engsel, sendi peluru,
dan sendi bola serta sendi poros.

3. Amphiarthroses: sendi yang memungkinkan timbulnya gerakan ringan,


konstruksi tulang tersebut merupakan tulang kartilago dan bertempat
diantara tulang vetebra, tulang pubis dan dimana 10 tulang rusuk yang
pertama menyambung pada tulang sternum.

Berdasarkan strukturnya, sendi dibedakan atas (Ester 2008) :

1. Fibrosa

Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan
yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya,
sutura pada tulang tengkorak perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal.

2. Kartilago

Sendi yang ujung-ujung tulangnya terbungkus oleh tulang rawan hialin,


disokong oleh ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak. Sendi ini dibagi
menjadi 2, yaitu:

a. Sinkondrosis, yaitu sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh


tulang rawan hialin. Contohnya, sendi-sendi kostokondral.

b. Simfisis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan


fibrikartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti

10
permukaan sendi. Contohnya, simfisis pubis dan sendi tulang
punggung.

3. Sendi sinovial

Sendi tubuh yang dapat digerakkan, serta memiliki rongga sendi dan
permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin. Sendi sinovial ini
memiliki struktur anatomi, yaitu:

a. Ball and socket joint (bahu dan pinggul) membuat pergerakan ke segala
arah.

b. Hinge joint (siku) membuat pergerakan fleksi dan ekstensi.

c. Lutut seringkali diklasifikasikan sebagai hinge joints, tetapi berputar


sebaik fleksi dan ekstensi.

d. Pergerakan yang luwer dan lembut fi pergergelangan tangan dikenal


sebagai biaxial joints.

e. Pivot joint hanya berotasi di daerah radio-ulnar.

Otot

Otot skelet adalah otot lurik karena mereka terbentuk dari serabut-serabut yang
terdiri dari beberapa myofibril yang tertutup dalam jaringan retikulum
endoplasmik. Serabut-serabut otot dibungkus dalam kelompok-kelompok
kemudian kelompok tersebut bersama-sama membentuk otot. Setiap otot
dilapisi oleh lapisan jaringan pengikat yang diberi nama fascia.

Tendon adalah ujung fascia yang memanjang membentuk ekor yang ulet dan
tendon ini menempelkan otot-otot pada tulang. Otot skelet biasanya
menghubungkan dua tulang dan melalui paling tidak satu sendi.

Otot memiliki sifat elastis maka dalam bekerja, otot-otot ini berpasangan
namun memiliki aksi yang berlawanan. Ketika satu otot berkontaksi
(penggerak yang utama) maka yang lain akan mengendor (antagonis).

11
Sedangkan kekuatan setiap gerakan atau kontraksi tergantung pada panjang asli
dari serabut-serabut.

Fungsi otot skelet adalah mengontrol pergerakan, mempertahankan postur


tubuh, dan menghasilkan panas.

1. Ekstabilitas

Kesanggupan sel untuk menerima dan merespon stimulus. Stimulus biasanya


dihantarkan oleh neurotransmiter yang dikeluarkan oleh neuron dan respons
yang ditransmisikan dan dihasilkan oleh potensial aksi pada membran plasma
dari sel otot.

2. Kontrakbilitas

Kesanggupan sel untuk merespons stimulus dengan memendek secara paksa.

3. Ekstrabilitas

Kesanggupan sel untuk merespon stimulus dengan memperpanjang dan


memperpendek serat otot saat relaksasiketika berkontraksi dan memanjang jika
rileks.

4. Elastisitas

Kesanggupan sel untuk meghasilkan waktu istirahat yang lama setelah


memendek dan memanjang.

2.2 Definisi

2.2.1 Definisi Fraktur Clavicula

Fraktur didefinisikan sebagai suatu kerusakan morfologi pada kontinuitas


tulang atau bagian tulang, seperti lempeng epifisis atau kartilago. Diperkirakan
66% dari semua cedera dapat berdampak pada system musculoskeletal, seperti
fraktur dan cedera jaringan lunak. Ketika terjadi fraktur, diperlukan perbaikan
yang luar biasa untuk regenerasi tulang kembali ke keadaan semula. Pada saat
terjadi fraktur tulang, kekuatan fisik yang menyebabkan fraktur tersebut juga

12
menimbulkan kerusakan pada jaringan / struktur di sekitarnya. Fraktur dapat
dijelaskan berdasarkan posisi anatomis dan susunan fragmen.(Chang, John &
Dough 2010).

Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering


terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar(outstretched
hand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula,
namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara
umun patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya
tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras
(Nowak, et al 2004).

Patah tulang klavikula pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan


tulang klavikula adalah tulang yang terletak di bawah kulit(subcutaneous) dan
tempatnya relative di depan. Karena posisinya yang terletak di bawah kulit
maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang klavikula terjadi
akibat dari tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke bahu. Energy tinggi
yang menekan bahu atau pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan
fraktur. Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi
akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terja
di pada sepertiga tengah atau proksimal klavikula. (Sjamsuhidayat & John
2005).

2.2.2 Definisi Fraktur Scapula

Badan scapula mengalami fraktur akibat daya penghancur. Leher scapula dapat
mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada bahu. Fraktur Scapula tidak
lazim karena terlindungi oleh otot, dan terletak mendatar pada dinding dada.
(Chang, John & Dough 2010)

Fraktur scapula dapat terjadi pada badan, leher, prosesus akromion dan
prosesus korakoid. Terjadi akibat trauma langsung dengan gejala nyeri serta
pembengkakan pada daerah yang terkena trauma.

13
2.3 Klasifikasi

2.3.1 Klasifikasi Fraktur Clavicula

1. Fraktur mid klavikula ( Fraktur 1/3 tengah klavikula)

 paling banyak ditemui


 terjadi medial ligament korako-klavikula ( antara medial dan 1/3 lateral)
 mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung ( dari
lateral bahu)

2. Fraktur 1/3 lateral klavikula

Fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang dapat dibagi:

 type 1: undisplaced jika ligament intak


 type 2 displaced jika ligamen korako-kiavikula rupture.
 type 3 : fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.

Mekanisme trauma pada type 3 biasanya karena kompresi dari bahu.

3. Fraktur 1/3 medial klavikula

Insiden jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula. Mekanisme trauma


dapat berupa trauma langsung dan trauma tak langsung pada bagian lateral
bahu yang dapat menekan klavikula ke sternum . Jatuh dengan tangan
terkadang dalam posisi abduksi.

14
Gambar 3 : Klasifikasi Fraktur Clavicula (Zuckerman 2011)

2.3.2 Klasifikasi Fraktur Scapula

Berdasarkan lokasi fraktur, fraktur scapula di bedakan menjadi 3 tipe (Gustilo


1993) :

Tipe 1 : fraktur yang melibatkan tulang scapula

Tipe 2 : fraktur yang melibatkan coracoid dan acromion

Tipe 3 : fraktur yang melibatkan sudut lateral superior, termasuk tulang


genoid dan leher

2.4 Etiologi

2.4.1 Etiologi Fraktur Clavicula

Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme


kompressi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi

15
kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu bisa karena jatuh,
kecelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.

Gambar 4 : Mekanisme jatuh pada fraktur clavicula (Zuckerman 2011)

Fraktur clavicula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau
hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga
tengah atau proksimal clavikula (Putra 2013). Pada daerah tengah tulang
clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament seperti pada
daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula bagian tengah juga merupakan
transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang
menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan
daerah distal ataupun proksimal.

2.4.2 Etiologi Fraktur Scapula

Etiologi fraktur scapula adalah (Koval 2006) :

1. Trauma langsung
2. Dislokasi bahu dapat menyebabkan glenoid fracture
3. Otot atau ligamen dapat menyebabkan fraktur avulsion
4. Cedera tidak langsung terjadi melalui aksial loading pada lengan
terentang
Penyebab fraktur scapula menurut Stover (2012), yaitu:
a. Trauma atau benturan
Adanya 2 trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan fraktur, yaitu:
1) Benturan langsung (karena adanya suatu benda yang terjatuh ).

16
2) Benturan tidak langsung (benda metal).
b. Tekanan atau stress yang terus menerus dan berlangsung lama
Tekanan kronis berulang dalam jangka waktu yang lama akan
mengakibatkan fraktur yang kebanyakan terjadi pada tulang tibia, fibula
atau mentatarsal pada olahragawan, militer maupun penari.
Contoh :
Seorang militer yang berlatih dengan menghentakkan kakinya secara rutin
dan terus-menerus.
c. Adanya keadaan yang tidak normal pada tulang
Kelemahan tulang yang abnormal karena proses patologis seperti tumor
maka dengan energi kekerasan yang minimal akan mengakibatkan fraktur
yang pada orang normal belum dapat menimbulkan fraktur.

2.5 Patofisiologi

2.5.1 Patofisiologi Fraktur Clavicula

Tulang clavicula ini membantu mengangkat bahu ke atas, keluar, dan


kebelakang thorax. Pada bagian proximal tulang clavicula bergabung dengan
sternum disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC). Pada bagian distal
clavicula (AC), patah tulang pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan
tulang clavicula adalah tulang yang terletak dibawah kulit (subcutaneus) dan
tempatnya relatif didepan. Karena posisinya yang terletak dibawah kulit maka
tulang ini sangat rawan sekali untuk patah (Helmi 2002).
Trauma pada bahu atau posisi terputar atau tertarik ke dalam menyebabkan
fraktur klavikula. Trauma direk pada klavikula juga menyebabkan fraktur,
sering akibat benturan dariarah lateral ke medial. Fraktur klavikula juga paling
sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi atau penekanan, paling
sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang tersebut (Helmi).
Otot yang sering terlibat adalah otot deltoid, trapezius,
subclavius,sternocleidomastoid dan pectoralis mayor. Fraktur klavikula paling
sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi atau penekanan, paling
sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang tersebut dimana

17
arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, keeelakaan olahraga, ataupun
kecelakaan kendaraan bermotor (Pusponegoro 2012).
Patah tulang klavikula pada umumnya mudah untuk dikenali
dikarenakantulang klavikula adalah tulang yang terletak dibawak kulit
(subcutaneus) dan tempatnya relatif didepan. Karena posisinya yang teletak
dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang
klavikula terjadi akibat dari tekanan yang kuat atau hantaman yang akan keras
ke bahu. Energy tinggi maupun pukulan langsung pada tulang akan
menyebabkan fraktur.
Pada daerah tengah tulang klavikula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligamentseperti pada daerah distal dan proksimal klavikula.
Klavikula bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral
dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling
sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal
Pada fraktur sepertiga tengah klavikula otot stemokleidomastoideus akan
menarik fragmen medial keatas sedangkan beban lengannya akan menarik
fragmen lateral ke bawah. Jikafraktur terdapat pada ligament korako-klavikula
maka ujung medial klavikula sedikit bergeser karena ditahan ligament
ini.Fraktur yang terjadi kearah medial terhadap fragment maka ujungluar
mungkin tampak bergeser kearah belakang dan atas, sehingga membentuk
benjolan dibawah kulit (Pusponegoro, 2013)
Setelah terjadi fraktur klavikula , periosteum dan pembuluh darah serta saraf
dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih.
Tulang bergenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah
dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang – tulang
baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel.

18
Pada stadium poliferasi sel menjadi fibrokartilago. Sel yang mengalami
poliferasi terus masuk kedalam lapisan yang lebih dalam dan bergenerasi
sehingga terjadi osteogenesis. Sel-sel yangberkembang memiliki potensi yang
kardiogenik (Henderson,2002).

2.5.2 Patofisiologi Fraktur Scapula


Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
oleh karena perlukaan di kulit (Smelter dan Bare,2002). Trauma pada tulang
dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan, fraktur terjadi
dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai
kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah
(Smeltzer dan Bare, 2001).
Tulang scapula terletak di sebelah posterior tulang kostal yang berbentuk
pipih seperti segitiga dan merupakan tempat melekatnya otot yang berfungsi
untuk menggerakkan lengan atas dan lengan bawah. Kondisi anatomis ini
memberikan dampak terjadinya fraktur tertutup lebih sering dibandingkan
dengan terjadinya fraktur terbuka pada tulang scapula. Bahkan menurut Gibson
(2002) fraktur scapula tidak lazim karena terlindungi oleh otot, dan terletak
mendatar pada dinding dada.
Cedera pada tubuh atau pada tulang skapula merupakan akibat dari pukulan
langsung dengan kekuatan yang signifikan, seperti dari kecelakaan kendaraan
bermotor atau jatuh. Fraktur scapula ini juga dapat terjadi karena osteoporosis
sehingga kekuatan tulang dapat menurun.
Fraktur scapula paling sering disebabkan oleh pukulan langsung posterior.
Merupakan akibat dari jatuh dengan tangan keluar dan diregangkan atau jatuh
pada aspek lateral bahu. Kondisi tersebut mungkin juga dapat mengakibatkan
patah glenoid atau leher. Sedangkan jatuh yang terjadi di ujung bahu mungkin
akan menyebabkan patah akromion atau coracoid dan sering dikaitkan dengan
cedera pada sendi acromioclavicular. Kecelakaan kendaraan bermotor dan
jatuh adalah penyebab paling umum dari fraktur scapula (Gustilo, 1993).

19
Badan scapula mengalami fraktur akibat dari daya penghancur yang
biasanya juga mengakibatkan fraktur pada tulang rusuk dan dapat
mengakibatkan dislokasi pada sendi sternoclavikularis. Leher scapula dapat
mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada bahu. Prosesus korakoideus
dapat mengalami fraktur pada dasarnya atau mengalami avulse pada ujungnya.
Fraktur pada acromion adalah akibat kekuatan langsung. Fraktur pada pinggir
glenoid dapat terjadi bersama dislokasi bahu.

2.6 Manifestasi Klinis

2.6.1 Manifestasi Klinis Fraktur Clavicula

Manifestasi yang terjadi pada fraktur clavicula sebagai berikut (Gustilo 1993):

1. Nyeri

2. pembengkakkan

3. Memar atau benjolan pada daerah bahu atau dada atas.

Gambar 5: Deformitas dan Jejas pada fraktur clavicula (Wiss 2013)

4. Bahu dan lengan terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan.

5. Pergerakan pada bahu dan lengan terasa susah

Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar,


atau benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok

20
melalui kulit, tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati
rasa, dan kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah.
Anda mungkin perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan
yang lain untuk mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan
(Medianers, 2011).

2.6.2 Manifestasi Klinis Fraktur Scapula

Manifestasi yang terjadi pada fraktur scapula sebagai berikut (Gustilo 1993) :

1. Nyeri

2. Nyeri tekan pada scapula ( loksi yang terjadi kerusakan tulang)

3. pembengkakkan

4. Hilangnya fungsi tulang

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan


tes diagnostik seperti:

1. Pemeriksaan menggunakan Imaging:


a. Radiografi dada : apabila terdapat gangguan pada paru dapat diketahui dari
hasil foto dada posteroanterior (PA)

Gambar 1.
Hasil Radiografi Posterioranterior (PA) Fraktur klavikula
(Sumber:medicine.medscape.com/article/92429-overview)

21
Gambar 2.
Foto polos fraktur klavikula (Sumber: Omar Faiz & David mofat, 2002)

b. Computed Tomography Scan (CT Scan) rekonstruksi 3-D: mengevaluasi


letak dislokasi fraktur

Fraktur klavikula (Sumber: http://mukipartono.com)


c. Arteriografi : mengetahui adanya cidera vaskuler
d. Ultrasonografi

2. Pemeriksaan Darah
a. Pemeriksaan darah lengkap : nilai-nilai hemoglobin dan hematokrit
sebagai akibat cidera vaskuler. Nilai hemoglobin akan ditemukan rendah
karena pendarahan, LED meningkat bila terdapat kerusakan jaringan yang
luas.
b. Gas Darah Arteri (GDA) : mengidentifikasi kerusakan pada paru

22
2.8 Penatalaksanaan

2.8.1 Penatalaksanaan Fraktur Clavicula

1. Pertolongan Pertama pada Fraktur Klavikula


a. Klien yang mengalami kecelakaan atau trauma, dan diduga mengalami
fraktur pada klavikula, berhati-hati dan jangan gerakkan klien. Mungkin
ada luka lain. kecuali pasien masih dalam bahaya jika mereka tidak
bergerak. Jika pasien harus dipindahkan, hindari menggerakkan area
leher, punggung, dan tulang klavikula sebanyak mungkin untuk
menghindari cedera lebih lanjut.
b. Jika jelas bahwa hanya fraktur klavikula, pengobatan yang paling penting
adalah menghilangkan rasa nyeri. Obat-obatan yang dapat diberikan
untuk meringankan rasa sakit. Pasien mungkin perlu obat antibiotic atau
suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.
c. Lengan harus digerakkan sesedikit mungkin. Kemudian kompres dengan
es yang dibungkus handuk. Aspirin , ibuprofen (Motrin, Advil), dan
acetaminophen (Tylenol) efektif menghilangkan rasa nyeri pada orang
dewasa; hindari penggunaan aspirin pada anak-anak.
d. Buat sling dari saputangan besar , atau handuk. Bentuk menjadi segitiga.
Kemudian lipat segitiga di sekitar lengan bawah dengan salah satu ujung
runcing ke arah siku dan kedua ujung lainnya dapat diikatkan di leher .
Siku harus ditekuk dan melintang di dada.

Gambar 3: Cara pemakaian sling/mitela

23
e. Sebagian besar fraktur klavikua dapat diobati dengan sling sederhana
atau menggunakan pembalut angka 8. Ini digunakan membungkus
sekitar kedua bahu dan leher untuk menahan bahu belakang dan atas..
Klien akan diminta untuk memakai selempang setiap saat sampai tidak
ada rasa sakit ketika digerakan. Ini biasanya 2-4 minggu untuk anak-
anak dan 4-8 minggu untuk orang dewasa .

Gambar 4: pemasangan sling dengan Pembalut angka 8


2. Penanganan pada fraktur klavikula/pembedahan
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan
tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau
konsevatif. Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya
konservatif tanpa reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak
diperlukan, apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula jarang
menyebabkan gangguan pada bahu, baik fungsi maupun kekuatannya.
Kalus yang menonjol kadang secara kosmetik mengganggu meskipun lama
– kelamaan akan hilang dengan proses pemugaran
Penanganan tergantung pada derajat pergeseran. Fraktur sederhana
memerlukan mitela lebar untuk jangka pendek sebelum mobilisasi. Fraktur
lainnya mebutuhkan manipulasi tertutup, dilanjutkan dengan pemakaian
mitela. Pada fraktur displaced lebih berat, yang melibatkan permukaan
artikular, diperlukan reduksi terbuka dan fiksasi internal (Kneale & Davis,
2011).

Gambar 5 : Fiksasi internal pada klavikula

24
3. Rehabilitatif
Setelah kunjungan awal dan pengobatan, klien dengan fraktur
klavikula disarankan pergi ke dokter untuk memeriksa kemajuan
penyembuhannya dan menentukan adanya komplikasi atau tidak. Klien
diinstruksikan untuk menghindari olahraga selama minimal 6 minggu
setelah cedera awal; beberapa memerlukan waktu tambahan sebelum dapat
kembali ke kegiatan "normal".
4. Manajemen Keperawatan (ROM)
Range of motion (ROM) dilakukan dengan mengangkat lengan di
atas bahu sampai ujung tulang telah bersatu (sekitar 6 minggu) tetapi
mendorong pasien untuk latihan siku, pergelangan tangan, dan jari-jari
sesegera mungkin. Latihan bahu dilakukan supaya bahu dapat bergerak
bebas. Aktivitas yang kuat dibatasi selama 3 bulan

Gambar 6 :. Latihan ROM pada bahu termasuk pendulum exercise (A)


dan wall climbing (B) lengan yang sehat digunakan untuk membantu
melakukan rotasi internal pada sisi yang sakit (C) rotasi eksternal (D)
dan elevasi (E) di C, D, dan E, lengan yang sehat digunakan sebagai
kekuatan.

25
2.8.2 Penatalaksanaan Fraktur Scapula
1. Pengobatan tertutup

Sebagian besar fraktur skapula dapat dikelola secara efektif dengan


pengobatan tertutup. Beberapa cidera dengan perpindahan signifikan memiliki
hasil jangka panjang yang buruk untuk bahu dan ekstremitas atas secara
keseluruhan dilakukan pengobatan dengan teknik tertutup. Karena fraktur
skapula sering dikaitkan dengan luka yang mengancam jiwa ssehingga
kontraindikasi sangat jarang ditemui.

Terapi medis untuk pasien dengan fraktur skapula umumnya sama seperti
pada pasien dengan trauma. Melakukan resusitasi ciran, menstabilkan
cardiopulmonal, dan mengobati luka sebelum dilakukan tindakan operatif.

Pengobatan fraktur skapula adalah secara simptomatik yaitu imobilisasi


jangka pendek menggunakan sling dan balutan. Lalu managemen ROM dini
dengan menggunakan sling untuk mengobservasi nyeri. Sebagian besar fraktur
skapula sembuh dalam 6 minggu. Latihan ROM terus dilakukan sampai
mobilitas bahu pulih secara penuh. Jika sebagian gerakan membaik maka
dilakukan penambahan latihan penguatan

2. Pengobatan terbuka
Pengobatan secara tertutup dilakukan pada fraktur skapula:
a. Fraktur dengan pergeseran yang signifikan pada rongga glenoid
(glenoid rim dan fossa)
b. Fraktur dengan pergeseran yang signifikan pada bagian tulang leher
glenoid.
c. Gangguan ganda dari bahu superior suspensori kopleks (SSSC) dimana
satu atau lebih dari elemen skapula bergeser posisi.
Pada fraktur skaplua, tindakan operatif dilakukan dengan anestesi general.
Semua fraktur skapula kecuali rongga glenoid (cidera rim anterior) tipe II
dilakukan pembedahan dengan pendekatan posterior. Kadang-kadang juga
dilakukan secara superior.

3. Post-operative
a. ROM Exercise
b. Radiografi setiap 2 minggu sekali
c. Terapi fisik bersama ROM exercise

26
2.9 Komplikasi

2.9.1 Komplikasi Fraktur Klavikula

1. Komplikasi dini
a. Cedera pembuluh darah
Hal ini jarang terjadi, biasanya terjadi karena trauma awal atau tekanan
sekunder dari kalus atau deformitas yang tersisa.
b. Pneumothorax – hemothorax
Hal ini dapat terjadi karena persentuhan bagian tengah klavikula dengan
apeks paru dan pleura (Steenvoorde, van Lieshout, & Oskam 2005
dalam Mouzopoulos et al, 2009)
c. Cedera pleksus brakialis
Sekitar 1% dari cedera pleksus brakialis terjadi setelah patah tulang
klavikula, dan gejala dapat muncul cepat atau lambat (Ring & Holovacs,
2005). Yang paling umum adalah presentasi akhir dari cedera pleksus
brakialis karena pembentukan sebuah kalus besar yang menjebak
posterior dan cabang tengah di ruang costoclavicular pada orang dewasa
(Derham, Varghese, Deacon, Spencer, & Curley, 2007).
2. Komplikasi lanjut
a. Malunion
Proses penyembuhan tulang berjalan normal dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
Biasanya berupa pemendekan dengan adanya angulasi.

Gambar malunion

27
b. Nonunion
Tidak ada penyambungan tulang baik secara klinis maupun
radiografi selama 4-6 bulan setelah cedera. Faktor predisposisinya yaitu
karena pergeseran fraktur >20 mm, fraktur klavikula distal, cedera berat
pada jaringan lunak, refraktur, open reduction, kegagalan fiksasi
internal, stabilisasi bahu yang tidak adekuat.
0,13-15% nonunion terjadi pada fraktur pertengahan klavikula
(Brinker et al., 2005; Jones, McCluskey, & Curd, 2000), 22-23% terjadi
pada fraktur distal klavikula, dan 1% terjadi pada fraktur sepertiga
proksimal klavikula (Rosenberg, Neumann, & Wallace, 2007).

Gambar nonunion

2.9.2 Komplikasi Fraktur Klavikula

a. Cedera pleksus brakialis akibat fraktur coracoid (Rockwood dalam Noort,


2009)
b. Cedera saraf suprascapula akibat fraktur leher scapular dengan ekstensi ke
dalam suprascapular (Edelson & Solheim dalam Noort, 2009) dan fraktur
dasar coracoid (Rockwood dalam Noort, 2009)
c. Cedera saraf aksila dan pleksus brakialis akibat fraktur akromion (Noort,
2009)
d. Arthritis pascatrauma (Schmidt, 2015)
e. Malunioin

28
2.10 Prognosis

2.10.1 Prognosis Fraktur Clavicula

Sebagian besar patah tulang klavikula akan sembuh tanpa operasi, meskipun
dengan sejumlah variabel deformitas kosmetik. Pada anak prognosis sangat
baik karena proses penyembuhan sangat cepat dan memerlukan imobilisasi
yang lebih pendek (2-4 minggu). Sementara pada remaja dan dewasa
prognosis tergantung dari penanganan, jika penanganan baik maka
komplikasi dapat diminimalisir dan memerlukan imobilisasi selama 4-8
minggu (Kleinhenz, 2014).

2.10.2 Prognosis Fraktur Scapula

Sebagian besar patah tulang scapula tidak memerlukan operasi. Scapula


kaya akan pasokan darah sehingga membantu penyembuhan dengan cepat.
Selain itu, otot-otot sekitarnya memberikan dukungan bagi tulang selama
proses penyembuhan. Kedua faktor tersebut sangat menguntungkan untuk
penyembuhan. Namun ada beberapa jenis patah tulang scapula yang
memerlukan tindakan operatif untuk hasil penyembuhan yang lebih baik,
yaitu fraktur dengan pemindahan signifikan, fraktur articular, pola fraktur
multipel dan tidak stabil (The Scapula Institute).

29
2.11 WOC

WOC FRAKTUR KLAVIKULA

Trauma langsung: Trauma tidak langsung: Keadaan patologis


- hantaman/pukulan - kecelakaan kendaraan
- tekanan keras - cedera olahraga
- jatuh Ansietas

Perubahan status Kurangnya


FRAKTUR KLAVIKULA kesehatan informasi

Diskontinuitas
tulang
Fraktur terbuka Fraktur tetutup

Port de entry Kerusakan - Spasme otot - Ketidakmampuan


mikroorganisme integritas - Gerakan fragmen tulang menggerakkan
kulit - Cedera jaringan lunak bahu/lengan
- Trauma jaringan - Kelemahan otot
Risiko
infeksi
Nyeri Gangguan Defisit
mobilitas fisik perawatan diri

30
WOC FRAKTUR SCAPULA

- Hantaman/pukulan - Kecelakaan kendaraan Keadaan patologis


- Tekanan keras - Cedera olahraga
- Jatuh Ansietas

Perubahan status Kurangnya


FRAKTUR SCAPULA kesehatan informasi

Diskontinuitas
tulang
Fraktur terbuka Fraktur tetutup

Port de entry Kerusakan - Spasme otot - Ketidakmampuan


mikroorganisme integritas - Gerakan fragmen tulang menggerakkan
kulit - Cedera jaringan lunak bahu/lengan
- Trauma jaringan - Kelemahan otot
Risiko
infeksi
Nyeri Gangguan Defisit
mobilitas fisik perawatan diri

Penatalaksanaan

Displaced Non displaced

Fiksasi internal Sling


(pasang pelat, immobilization
sekrup, atau kawat)
Penyembuhan
dan imobilisasi
skapula

31
2.12 Pencegahan

Banyak jenis fraktur yang dapat dicegah dengan menggunakan peralatan


pengaman seperti; sabuk pengaman , supaya dapat mengurangi insiden
kecelakaan kendaraan bermotor, perilaku mengendarai kendaraan yang baik
dan penggunaan mesin pabrik yang baik dapat mencegah cedera traumatik,
yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan
fraktur, meskipun terutama orang-orang pada usia muda suka mengambil
kegiatan yang beresiko, bahaya yang berhubungan dengan mesin pabrik tidak
dapat dianggap remeh, peringatan ketika berolahraga. Di rumah sakit
disediakan peringatan keamanan, lantai yang bersih. (Chang, John & Dough
2010).

32
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Kasus

FRAKTUR KLAVIKULA
Tn B 30 tahun dibawa ke rumah sakit universitas Airlangga tanggal 22 Maret
2016 pukul 17.00 setelah mengalami kecelakaan sepada motor. Pasien mengeluh
nyeri di bagian bahu kiri, tangan kirinya sulit digerakan dan ditemukan memar di
bahu kiri. Hasil foto polos pasien mengalami fraktur medial klavikula sinistra.
Pasien direncanakan operasi pemasangan plate. Pasien terlihat gelisah dan cemas.
Pasien mengatakan takut jika harus dioperasi. Pengkajian TTV : TD 130/85mmHg;
T 36,6⁰C; N 96 x/menit; R 25 x/menit. Hasil lab darahnya : Hb 14,7 gr/dl.

1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 22 Maret 2016
Waktu pengkajian : 17.30 WIB
a. Anamnesa
1) Identitas
Nama : Tn. B
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
2) Keluhan utama
Nyeri di bahu kiri
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dibawa ke UGD RSUA tanggal 22 maret 2016 pukul 17.00
setelah mengalami kecelakaan sepeda motor. Saat ini pasien

33
mengeluh nyeri di bahu kiri. Hasil rongent pasien mengalami fraktur
klavikula sinistra. Pasien direncanakan pemasangan pen.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit dan ini
pertama kali mengalami kecelakaan sepeda motor.
5) Riwayat penyakit keluarga
Ayah pasien penderita hipertensi.
6) Riwayat psikologis
Pasien mengatakan takut jika harus dioperasi.
7) Riwayat social-ekonomi
Pasien mengatakan sudah menikah dan memiliki satu anak
perempuan. Pasien bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan
kurang lebih 2.500.000.
b. Pemerikasaan fisik
KU : pasien lemah, kesadaran compos mentis
TTV : TD 130/85mmHg; T 36,6⁰C; N 96 x/menit; R 25 x/menit.
Pemeriksaan B1-B6
1) B1 (breathing)
dyspnea, R: 25 x/menit, suara napas vesikuler
2) B2 (blood) : akral hangat, CRT <2 detik
3) B3 (brain)
Kesadaran pasien compos mentis, GCS 456, mengeluh nyeri (P:
fraktur klavikula; Q: nyeri tajam seperti tertusuk-tusuk; R: nyeri
pada daerah bahu kiri; S: klien mengatakan nyerinya skala 8; T:
nyeri dirasakan saat menggerakkan lengan kiri)
4) B4 (blader)
Tidak ditemukan masalah.
5) B5 (bowel)
Tidak ditemukan masalah
6) B6 (bone)
Look: memar di bahu kiri
Feel: saat dipalpasi, teraba lunak pada medial klavikula kirinya.

34
Move: klien mengatakan sulit menggerakkan lengan kirinya.
c. Pemeriksaan penunjang
Foto polos : terlihat adanya fraktur di medial klavikula sinistra.
Laboratorium : darah lengkap : Hb 14,7 gr/dl

2. Analisis data
Data Etiologi Masalah
keperawatan
DS : Fraktur klavikula Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri: sinistra
P: fraktur klavikula; ↓
Q: nyeri tajam seperti tertusuk- Terputus kontinuitas
tusuk; tulang
R: nyeri pada daerah bahu kiri; ↓
S: klien mengatakan nyerinya Terjadi perdarahan
skala 8; ↓
T: nyeri dirasakan saat Memicu reaksi inflamasi
menggerakkan lengan kiri ↓
DO : Keluarnya mediator
- Pasien meringis menahan nyeri inflamasi (bradikinin,
- TD 130/85mmHg prostaglandin,
- N 96 x/menit histamine, serotonin)
- R: 25 x/menit ↓
- Hasil foto polos: fraktur medial Nyeri
klavikula sinistra.
DS : Pasien mengatakan takut jika Fraktur klavikula Ansietas
harus dioperasi. sinistra
DO : ↓
- Pasien terlihat gelisah dan cemas Operasi pemasangan
- TD 130/85mmHg plate
- N 96 x/menit ↓
- R: 25 x/menit Kurang pengetahuan

35
- Advice dokter : operasi ↓
pemasangan plate Pasien gelisah

Ansietas

3. Diagnosa keperawatan
a. Domain 12 : Comfort
Class 1: Physical Comfort
Code 00132 : Acute Pain
b. Domain 9 : Coping/Stress Tolerance
Class 2 : coping response
Code : 00146 Anxiety
4. Intervensi
a. Domain 12 : Comfort
Class 1: Physical Comfort
Code 00132 : Acute Pain
NOC NIC
Domain IV : Health Knowledge Domain 1. Physiological : Basic
& Behaviour Class E Physical Comfort
Class Q-Health Behaviour Promotion
Outcome code: 1605 Pain Control Intervention code : 1400 Pain
Indicators: Management
1) 160501 Mendeskripsikan Activities:
factor penyebab (1-5) 1) Lakukan pengkajian nyeri
2) 160502 Mengenali onset secara comprehensive
nyeri (1-5) (PQRST)
3) 160504 Menggunakan cara 2) Observasi tanda
non-analgesik yang ketidaknyaman nonverbal
dipercaya (1-5) 3) Kaji pengetahuan dan
kepercayaan pasien tentang
nyeri yang dialaminya

36
4) 160505 Menggunakan 4) Kaji bersama pasien factor
analgesik yang yang dapat memperburuk
direkomendasikan (1-5) nyeri
5) 160511 Melaporkan nyeri 5) Ajarkan menggunakan
terkontrol (1-5) teknik non farmakologi
Ket : 6) Ajarkan metode
1 : Tidak pernah dilakukan farmakologi untuk
2 : Jarang dilakukan meringankan nyeri
3 : Kadang-kadang 7) Tingkatkan pengetahuan
dilakukan pasien tentang nyeri seperti
4 : Sering dilakukan penyebab, berapa lama
5 : Secara konsisten nyeri akan berakhir,
dilakukan antisipasi ketidaknyaman
dari procedure.

b. Domain 9 : Coping/Stress Tolerance


Class 2: coping response
Code: 00146 Anxiety
NOC NIC
Domain III Psychosocial Health Domains 3 Behavioral
Class M-Psychological Well- Class T Psychological Comfort
Being Outcome code : 5820 Anxiety
Outcome code : 1211 Anxiety Reduction
level Activities :
Indicators : 1) Lakukan pendekatan dengan
1) 121101 Gelisah (1-5) tenang
2) 121116 Ketakutan secara 2) Jelaskan semua prosedur,
verbal (1-5) termasuk sensasi mungkin
3) 121117 Kecemasan secara dialami selama prosedur
verbal (1-5) 3) Berusaha untuk memahami
4) 121119 Peningkatan tekanan perspektif pasien dari situasi
darah (1-5) stress

37
5) 121120 Peningkatan nadi (1- 4) Memberikan informasi
5) faktual mengenai diagnosis,
6) 121121 Peningkatan respirasi pengobatan, dan prognosis.
rate (1-5) 5) Dorong keluarga untuk
Ket : tinggal dengan pasien
1 : Berat sekali 6) Dengarkan dengan penuh
2 : Berat perhatian
3 : sedang 7) Anjurkan pasien pada
4 : ringan penggunaan teknik relaksasi
5 : tidak ada 8) Kolaborasi pemberikan obat
untuk mengurangi kecemasan
9) Kaji tanda-tanda verbal dan
nonverbal kecemasan
10) Kaji tanda-tanda vital (
tekanan darah, nadi, respirasi
rate, suhu)

38
FRAKTUR SKAPULA
Tn F (21 tahun) datang ke RSUA tanggal 13 April 2016 dengan keluhan nyeri
pada area punggung kanan atas dan mengalami pembengkakan. Dari anamnesa Tn
F mengatakan bahwa satu hari yang lalu mengalami kecelakaan sepeda motor dan
punggungnya yang jatuh terlebih dahulu sehingga menumpu badannya. Selain
bengkak, ditemukan abrasi 4 cm dan kemerahan disekitar luka tersebut. Setelah
dilakukan pemeriksaan, TTV: TD: 120/70mmHg; N: 99x/menitr; RR: 24x/menit;
S: 37,7°C. Lab. darah : Hb : 15 gr/dl; Leukosit: 10.432. Dari hasil foto polos Tn. W
didiagnosa fraktur scapula dekstra.
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 13 April 2016
Waktu pengkajian : 10.00 WIB
a. Anamnesa
1) Identitas
Nama : Tn F
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
2) Keluhan utama
Nyeri di punggung kanan atas.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dibawa ke UGD RSUA tanggal 13 April 2016 pukul 09.30
setelah mengalami kecelakaan sepeda motor. Saat ini pasien
mengeluh nyeri di punggung kanan atas. Terdapat pembengkakan,
luka abrasi sekitar 4 cm dan kemerahan di sekitar luka. Hasil foto
polos pasien mengalami fraktur scapula dekstra.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit dan ini
pertama kali mengalami kecelakaan sepeda motor.

39
5) Riwayat penyakit keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami kecelakaan
motor dan fraktur. Tidak ada yang menderita hipertensi, diabetes,
maupun penyakit keturunan yang lainnya.
6) Riwayat psikologis
Pasien terlihat gelisah menahan nyeri di punggungnya.
7) Riwayat social-ekonomi
Pasien merupakan mahasiswa. Sumber keuangan masih ditanggung
oleh keluarga.
b. Pemerikasaan fisik
KU : pasien lemah, kesadaran compos mentis
TTV : TD: 120/70mmHg; N: 99x/menitr; RR: 24x/menit; S: 37,7°C
Pemeriksaan B1-B6
1) B1 (breathing)
dyspnea, R: 24 x/menit, suara napas vesikuler
2) B2 (blood) : akral hangat, CRT <2 detik
3) B3 (brain)
Kesadaran pasien compos mentis, GCS 456, mengeluh nyeri (P:
fraktur skapula; Q: nyeri tumpul; R: nyeri pada daerah punggung
kanan atas; S: klien mengatakan nyerinya skala 7; T: nyeri dirasakan
saat menggerakkan lengan kanan).
4) B4 (blader)
Tidak ditemukan masalah.
5) B5 (bowel)
Nafsu makan pasien mengalami penurunan. Makanan habis ¾
piring.
6) B6 (bone)
Look: abrasi 4 cm pada punggung kanan atas, ada pembengkakan,
kemerahan di sekitar luka.
Feel: saat dipalpasi, pasien mengeluh nyeri.
Move: klien mengatakan nyeri saat menggerakan lengan kanannya..
c. Pemeriksaan penunjang

40
Foto polos : terlihat adanya fraktur scapula dekstra.
Lab. darah : Hb : 15 gr/dl; Leukosit: 10.432

2. Analisis data
Data Etiologi Masalah
keperawatan
DS : Fraktur scapula Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri ↓
P: fraktur skapula; Terputusnya continutas
Q: nyeri tumpul; tulang
R: nyeri pada daerah punggung ↓
kanan atas; Terjadi perdarahan
S: klien mengatakan nyerinya ↓
skala 7; Memicu reaksi inflamasi
T: nyeri dirasakan saat ↓
menggerakkan lengan kanan Keluarnya mediator
DO : inflamasi
- Pasien meringis menahan nyeri ↓
- TD: 120/70mmHg; nyeri
- N: 99x/menitr;
- RR: 24x/menit;
- S: 37,7°C
- Hasil foto polos : fraktur
scapula dekstra.
DS : pasien mengeluh badannya Terjatuh dari motor Resiko infeksi
panas. ↓
DO : Terjadi luka abrasi
- Terdapat luka abrasi 4 cm ↓
- Terdapat pembengkakan Kulit terbuka
- Kemerahan di sekitar luka ↓
abrasi Port de entri kuman
- S: 37,7°C ↓

41
- Hasil lab darah : Leukosit Resiko infeksi
10.432
3. Diagnosa keperawatan
a. Domain 12 : Comfort
Class 1: Physical Comfort
Code: 00132 Acute Pain
b. Domain 11 : Safety / Protection
Class 1: Safety
Code: 00004 Risk For Infection

4. Intervensi
a. Domain 12 : Comfort
Class 1: Physical Comfort
Code 00132 : Acute Pain
NOC NIC
Domain IV : Health Knowledge Domain 1. Physiological : Basic
& Behaviour Class E Physical Comfort
Class Q-Health Behaviour Promotion
Outcome code: 1605 Pain Control Intervention code : 1400 Pain
Indicators: Management
6) 160501 Mendeskripsikan Activities:
factor penyebab (1-5) 1) Lakukan pengkajian nyeri
7) 160502 Mengenali onset secara comprehensive
nyeri (1-5) (PQRST)
8) 160504 Menggunakan cara 2) Observasi tanda
non-analgesik yang ketidaknyaman nonverbal
dipercaya (1-5) 3) Kaji pengetahuan dan
9) 160505 Menggunakan kepercayaan pasien tentang
analgesik yang nyeri yang dialaminya
direkomendasikan (1-5) 4) Kaji bersama pasien factor
10) 160511 Melaporkan nyeri yang dapat memperburuk
terkontrol (1-5) nyeri

42
Ket : 5) Ajarkan menggunakan
1 : Tidak pernah dilakukan teknik non farmakologi
2 : Jarang dilakukan 6) Ajarkan metode
3 : Kadang-kadang farmakologi untuk
dilakukan meringankan nyeri
4 : Sering dilakukan 7) Tingkatkan pengetahuan
5 : Secara konsisten pasien tentang nyeri seperti
dilakukan penyebab, berapa lama
nyeri akan berakhir,
antisipasi ketidaknyaman
dari procedure.

b. Domain 11 : Safety / Protection


Class 1: Safety
Code: 00004 Risk For Infection
NOC NIC
Domain II: Physiologic Health Domain 4 Safety
Class H: Immune Response Class V Risk management
Outcome Code : 0703 Infection Intervention code : 6540
Severity Infection control
Indicators : Activities :
1) 070307 Demam (1-5) 1. Pertahankan teknik aseptif
2) 070334 Nyeri (1-5) 2. Cuci tangan setiap sebelum
3) 070326 Jumlah darah dan sesudah tindakan
putih meningkat (1-5) keperawatan.
4) 070320 Kultur darah (1- 3. Gunakan baju, sarung tangan
5) sebagai alat pelindung
Ket : 4. Tingkatkan intake nutrisi
1 : Berat sekali 5. Dorong klien untuk
2 : Berat memenuhi intake cairan
3 : sedang 6. Kolaborasi berikan terapi
4 : ringan antibiotik

43
5 : tidak ada

44
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Fraktur didefinisikan sebagai suatu kerusakan morfologi pada kontinuitas


tulang atau bagian tulang, seperti lempeng epifisis atau kartilago. Patah tulang
klavikula pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan tulang klavikula
adalah tulang yang terletak di bawah kulit(subcutaneous) dan tempatnya
relative di depan. Sedangkan klasifikasi fraktur clavikula dibedakan menjadi 3
kelompok, yang memiliki manifestasi seperti nyeri, pembengkakkan, memar
atau benjolan pada daerah bahu atau dada atas, bahu dan lengan terasa lemah,
mati rasa, dan kesemutan, serta mengakibatkan pergerakan pada bahu dan
lengan terasa susah. Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena
mekanisme kompressi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan
yang melebihi kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu bisa
karena jatuh, kecelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah.

45
DAFTAR PUSTAKA

Koval, Kenneth J. & Zuckerman, Joseph D. 2006. Handbook of Fractures Third


Edition. Philadelphia: Lippinccot Williams & Wilkiins

Price S.A. and Wilson L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
ProsesPenyakit (Edisi 6) Buku II.Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat R. & Jong W.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.Jakarta: EGC

Chang E., John D. & Dough E.2010.Patofisiologi Aplikasi pada praktik


keperawatan. Jakarta : EGC

Kneale, J & Davis, P. 2011. Keperawatan Ortopedik & Trauma Edisi 2. Jakarta:
ECG.

Henderson, M.2002. Ilmu Bedah untuk Perawat Alih Bahasa : Dr. Andry
Hartono.Jakarta :EGC

Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika

Wibowo, Paryana W.2009. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh


Manusia.Bandung: Graha Ilmu Publishing

Stover, Susan M. 2012. Pdf Scapular Fracture and stress Fractures in Racehorses.
Racing Injury Prevention Program

Watson, Roger.2002.Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat.Jakarta : EGC

Sloane, Ethel.2004.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC

Gibson, John.2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC

Gustilo RB. Fracture dislocation of the hip In: Fractures and Dislocations.
Philadelphia: Mosby
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis
Edisi 9.Jakarta : EGC

46
Suratun, 2008. Klien Gangguan sistem Muskuloskeletal:Seri Asuhan Keperawatan
.Jakarta: EGC.
Mangku G, Senapathi T.G.A, et al. 2010.Penatalaksanaan Nyeri. Dalam : Buku
Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta Barat : Indeks

Wiss, Donald.A. 2013. FracturesThird Edition. Philadelpia : Lippincot Williams &


Wilkins.

Zuckerman, Joseph. D, et al. 2011. Shoulder Fractures : The Practical Guide to


Management. New York: Thieme Medical Publisher

Kleinhenz, Benyamin P. 2014. Clavicle Fracture. Diakses melalui


http://emedicine.medscape.com/article/92429-overview pada 10 April 2016

Mouzopoulos, George et al. 2009. “Complication Associated with Clavicular


Fracture” Orthopedic Nursing Volume 28, Number 5.

Noort, Arthur van. 2009. “Scapular Fractures” Upper Extremity.

Schmidt, Joseph C. 2015. Scapular Fracture. Diakses melalui


http://emedicine.medscape.com/article/826084-overview pada 10 April 2016

http://www.scapulainstitute.org/scapula-fractures.html diakses pada 10 April 2016

Herrera DA, Anaviian J, Tarkin IS, Armitage BA, Schrpder LK, Cole PA. 2009.
Delay Operative Management of Fractures of the Scapula. J. Bone Joint Surgical

Goss, Thomas G. Et al. 2016. Scapula Fracture. New york : American Academy of
Orthopaedic diakses melalui http://emedicine.medscape.com/article/1263076-
reference

Morioka T, Honma T, Ogawa K. 2013. IiNCOMPLETE Avulsion Fractures of the


Scapular Spine Caused by Violent Muscle Contraction. Keio J Med.

47

Anda mungkin juga menyukai