Anda di halaman 1dari 5

KONSEP REMAJA SECARA UMUM

Remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa dalam peralihan atau di atas
jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan
dalam masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri (Daradjat, 2005: 85). Masa remaja
merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan
berbagai perubahan baik fisik, psikis, maupun sosial. Berbagai perubahan tersebut dapat
menimbulkan persoalan-persoalan yang kemungkinan dapat mengganggu perkembangan
remaja selanjutnya. Diantara persoalan remaja tersebut yang dihadapi remaja adalah masalah
kesehatan reproduksi.

Menurut Piaget (Hurlock,1991) yang dikutip oleh Mohammad Ali dalam bukunya
Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik mengatakan bahwa secara psikologis, remaja
adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu
usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat jelas. Mereka bukan lagi termasuk
golongan anak-anak, tetapi juga belum juga diterima secara penuh untuk masuk kedalam
golongan orang dewasa. Seringkali kita kenal bahwa masa remaja adalah masa “mencari jati
diri” atau masa ”topan dan badai”, mereka belum mampu mengusai dan memfungsikan
secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu
yang besar, hal itu mendorong remaja untuk berpetualang, menjelajah sesuatu, mencoba
sesuatu yang belum dialaminya. Mereka sering mengkhayal, dan merasa gelisah, serta berani
melakukan pertentangan jika dirinya merasa disepelekan atau tidak dianggap. Untuk itu
mereka memerlukan keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empatik dari
orang dewasa. Jika keinginan tersebut mendapatkan bimbingan dan penyaluran yang baik,
maka akan menghasilkan kreatifitas yang bermanfaat. Jika tidak, dikhawatirkan dapat
menjurus kepada hal negatif (kenakalan remaja). Seringkali mereka melakukan perbuatan
menurut normanya sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan yang
dilakukan oleh orang dewasa/orang tua di masyarakat. Apa yang dikatakan orang dewasa
ternyata tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Hal seperti diatas merupakan pemicu
mengapa remaja melakukan hal-hal sesuai dengan normanya sendiri, bahkan mereka tidak
memperdulikan norma-norma yang berlaku di masyarakat bahkan agama.

Menurut beberapa penelitian yang dihimpun Badan Koordinasi Keluarga Berencana


Nasional (BKKBN), dari waktu ke waktu ternyata permasalahn kesehatan reproduksi yang di
hadapi remaja semakin meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Berbagai jenis
Penyakit Menular Seksual (PMS) makin banyak terjadi pada remaja. Bahakan perilaku
hubungan seksual sebelum menikahpun makin sering dilakukan oleh para remaja, dan sangat
disayangkan tidak sedikitremaja yang melakukan tindakan aborsi atau pengguguran
kandungan yang mencapai angka 28,4% dari kasuk aborsi yang ada (BKKBN, 2008: 1)

Masalah Kesehatan Pada Remaja

1. Masalah Emosional dan Bunuh Diri


Masa remaja adalah masa pertumbuhan yang cepat dan banyak perubahan . Pengaruh
hormonal dapat menyebabkan remaja menjadi emosional. Pengaruh teman sebaya
meningkat , dan tekanan teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku . Remaja
menguji aturan keluarga dan umumnya mencari identitas dan individualitas mereka
sendiri terpisah dari keluarga. Kebanyakan orang tua dan remaja naik dari periode ini
dengan cinta dan pengertian dan tidak ada efek negatif jangka panjang . Untuk
beberapa anak , namun, kurangnya nyata atau dirasakan dari dukungan emosional
dapat menyebabkan masalah temporer atau masalah emosional permanen. Penelitian
longitudinal sampai akhir masa kanak-kanak ke remaja mengungkapkan bahwa
praktik pengasuhan yang keras di masa kecil dan penolakan orangtua pada masa
remaja menyebabkan rasa malu dan rasa bersalah yang berkaitan dengan depresi dan
kenakalan. Juga , perbedaan gender dalam jenis dan lintasan masalah emosional dan
perilaku telah dicatat , dengan lebih banyak perempuan mengembangkan remaja -
onset depresi dan laki-laki setan - strating masalah perilaku lebih pada usia lebih dini
onset. Masalah-masalah emosional dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan
seorang remaja : misalnya , penyesuaian psikososial yang positif telah dikaitkan
dengan pelanggaran lalu lintas sedikit pada remaja ( Bingham , Shope , &
Raghunathan , 2006).
2. Kekerasan

Survei menunjukkan bahwa antara 15 % dan 40 % remaja mengakui telah melakukan


pelanggaran kekerasan yang serius pada usia 17 , dan kekerasan pemuda serius adalah
bagian dari konstelasi perilaku pengambilan risiko yang juga mencakup seks dewasa
sebelum waktunya , obat-obatan , dan senjata. Geng sering dikaitkan dengan
kekerasan remaja. Namun, proporsi sekolah melaporkan aktivitas geng telah menurun,
dan jumlah keseluruhan geng dan anggota geng mengalami penurunan sejak tahun
1996. Kekerasan di sekolah telah dikaitkan dengan intimidasi dan lingkungan sekolah
. Pengaruh budaya dan lingkungan terhadap remaja termasuk kekerasan yang anak-
anak dan remaja yang terkena. Peningkatan perilaku agresif di kalangan anak-anak
dan remaja telah dikaitkan dengan kekerasan di lingkungan , rumah ( suami-istri dan
pelecehan anak ) , dan masyarakat , serta apa yang anak-anak lihat di televisi dan film.
Kekerasan adalah satu ancaman yang meningkat untuk remaja . Siswa sekolah
menengah dilaporkan untuk berjuang lebih dan pengalaman intimidasi lebih dari
anak-anak usia sekolah dasar atau sekolah tinggi siswa. Bullying dapat menyebabkan
depresi , kecemasan sosial , antar - nalizing dan gejala psikosomatik , kesepian , dan
kinerja sekolah yang buruk. Anak-anak atau remaja dengan kecemasan atau depresi
juga mengalami peningkatan risiko menjadi korban bullying.

3. Penyalahgunaan Zat

Penyalahgunaan zat merupakan kenyataan masalah utama bagi mereka yang bekerja
dengan adolesens. Adolesens dapat menyakini bahwa zat yang merubah alam persaan
menciptakan perasaan sejahtera atau membuktika tingkat penampilan. Semua
adolesensberada pada risiko penggunaan zat untuk eksperimental atau kebiasaan atau
berasal dari keluarga yang tidak stabil lebih berisiko terhadap penggunaan kronik dan
ketergantungan fisik. Beberapa adolesens percaya bahwa penggunaan zat membuat
mereka lebih matur. Survei Perilaku Risiko Pemuda terbaru menemukan bahwa 20,2
% siswa SMA telah menggunakan ganja pada bulan lalu , dan 54,8 % dari 12 siswa
kelas merokok ganja secara teratur , 3,4 % dari siswa SMA telah menggunakan
kokain pada suatu waktu . Lebih dari 43 % melaporkan bahwa mereka saat minum
alkohol

4. Seksualitas Remaja dan Kehamilan


Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung jawab atas munculnya
dorongan seksual. Pemuasan dorongan seksual masih dipersulit dengan banyaknya
tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksulitas.
Namun, sejak 1960-an aktivitas seksual telah meningkat diantara remaja; studi akhir
menunjukkan bahwa hampir 50% remaja dibawah usia 15 tahun dan 75% remaja
dibawah usia 19 tahun telah melakukan hubungan seksual. Terlepas dari keterlibatan
mereka dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik pada, atau tidak tahu
tentang, metode Keluarga Berencana atau gejala-gejala penyakit menular seksual
(PMS). Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit menular seksual
kian meningkat.
Selain perubahan fisik, remaja juga mengalami perubahan emosional dan psikososial.
Tugas psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang bergantung menjadi
orang yang tidak bergantung, yang identitasnya memungkinkan orang tersebut untuk
berhubungan dengan orang lain dalam gaya dewasa. Perubahan emosional
menimbulkan problem emosional yang bervariasi antara remaja yang satu dengan
remaja yang lain. Perubahan emosional tersebut tercermin dalam sikap dan tingkah
laku. Sedangkan, perkembangan kepribadian pada masa ini dipengaruhi tidak saja
oleh orang tua dan lingkungan keluarga, tetapi juga oleh lingkungan sekolah maupun
teman-teman pergaulan di luar sekolah.

5. Penyakit Menular
Penyakit menular seksual dialami sekitar 10 juta orang per tahun di bawah usia 25
tahun. Tingkat insiden tertinggi mengharuskan adolesens yang aktif seksual dilakukan
skrining terhadap PMS, meskipun mereka tidak menunjukan gejala. Kehamilan
remaja merupakan kejadian umum di Amerika Serikat; 1 dari setiap 10 wanita
dibawah usia 20 tahun mengalami kehamilan, dan banyak yang memilih untuk
memelihara bayinya sendiri. Kehamilan tidak memiliki risiko fisik pada ibu yang
masih remaja kecuali mereka dibawah usia 16 tahun atau tidak menerima perawatan
prenatal.
6. Kecelakaan
Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada adolesens (sekitar 70%).
Kecelakaan kendaraan bermotor, yang merupakan penyebab umum terbanyak,
mengakibatkan hamper setengah kematian pada usia 16 sampai 19 tahun. Kecelakaan
ini sering dikaitkan dengan intoksikasi alcohol atau penyalahgunaan obat.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KENAKALAN REMAJA
1. Identitas Remaja itu Sendiri

Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini
juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Remaja dengan permasalahannya,dalam
Gunarsa (1989) seperti :

a. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.


b. Ketidakstabilan emosi.
c. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
d. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
e. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-
pertentang dengan orang tua.
f. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.
g. Senang bereksperimentasi.
h. Senang bereksplorasi.
i. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
j. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

Sehingga dari bertumpuknya masalah, remaja itu sendiri tidak mempunyai pegangan dan
tokoh yang kuat dalam dirinya, maka akan melakukan tindakan yang melanggar norma
agama, norma sosial dan norma sekolah.

2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan peran utama dalam membantu masa remaja
untuk menyelesaikan tugas perkembangannya. Adapun faktor faktor yang dapat
menyebabkan munculnya kenakalan remaja adalah Keluarga (rumah tangga),
Sekolah, dan Kondisi Masyarakat (lingkungan social).
a. Keluarga (rumah tangga).
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak/remaja yang dibesarkan
dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik atau disharmoni keluarga, maka
resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian
antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak yang
dibesarkan dalam keluarga sehat atau harmonis (sakinah).
b. Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat mengganggu proses belajar mengajar anak
didik, yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak didik untuk
berperilaku menyimpang. Misalnya, kurikulum sekolah yang sering berganti-ganti,
muatan agama/budi pekerti yang kurang. Dalam hal ini yang paling berperan adalah
guru Agama, guru PKN dan Bimbingan Konseling, meskipun semua elemen sekolah
bertanggung jawab atas perilaku anak di sekolah.
c. Kondisi Masyarakat (Lingkungan Sosial)
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau “rawan”, merupakan faktor
yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor lingkungan
yang sehat misalnya:ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan
masyarakat; dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari
kedua faktor tersebut, antara lain:
 Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan):
1. Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malambahkan sampai dini
hari
2. Peredaran alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya
3. Pengangguran
4. Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5. Wanita tuna susila (WTS)
6. Beredarnya bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya
pornografis dan kekerasan
7. Perumahan kumuh dan padat
8. Pencemaran lingkungan
9. Tindak kekerasan dan kriminalitas
10. Kesenjangan sosial
 Daerah Rawan (Gangguan Kantibmas)
1. Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya
2. Perkelahian perorangan atau berkelompok/massal
3. Kebut-kebutan
4. Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan
5. Perkosaan
6. Pembunuhan
7. Tindak kekerasan lainnya
8. Pengrusakan
9. Coret-coret dan lain sebagainya

Muhammad Ali dan Muhammad Asrori (2004) Psikologi Remaja Peserta Didik. Jakarta:
Bumi Aksara.

Gunarsa, S. D. (1989). Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung
Mulia.

Anda mungkin juga menyukai