Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GENITOURINATY TRAUMA

PENGKAJIAN
a. Identitas pasien : meliputi Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Agama,
Bahasa, Pendidikan Terakhir, Tanggal MRS, dan Diagnosa Medis. (Nursalam, 2008).
b. Keluhan Utama
1. Trauma bladder : pada trauma bladder atau kandung kemih pasien mengeluhkan
nyeri abdomen bagian bawah dan terjadi hematuria.
2. Trauma ureter : pada trauma ureter pasien mengeluhkan nyeri pinggang dan nyeri
abdomen karena terjadinya ekstravasasi urine.
3. Trauma ginjal : pada trauma ginjal pasien mengeluhkan nyeri, perawat perlu
mengkaji lokasi, karakter, durasi, dan hubungannya dengan urinasi, faktor- faktor
yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya.
c. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan penyebab pasien mengalami trauma pada saluran kemih, sehingga pasien
dibawa kerumah sakit, dan tanyakan juga kepada pasien mengenai frekuensi
berkemih, pola berkemih, warna urin, jumlah pengeluaran urin per hari, dan apakah
terdapat hematuria atau tidak.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada pasien apakah penyakit yang diderita pasien juga pernah dialami oleh
anggota keluarga, dan adakah anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit
infeksi saluran kemih atau trauma pada saluran kemih.
1.2 PEMERIKSAAN FISIK
a. Trauma bladder
1. B1 : tidak ditemukan masalah
2. B2 : tidak ditemukan masalah.
3. B3 : kesadaran composmetis, GCS : 456
4. B4 : warna urin merah bercampur darah, bau amis, inkontinensia urine, Terdapat
memar pada daerah supra pubik, nyeri tekan dan nyeri lepas pada perut bawah.
5. B5 : terdapat memar pada perut bagian bawah akibat trauma yang terjadi,
peritonitis.
6. B6 : tidak ditemukan masalah.
b. Trauma ureter
1. B1 : tidak ditemukan masalah.
2. B2 : tidak ditemukan masalah.
3. B3 : kesadaran composmotis, GCS : 456
4. B4 : refluks aliran urine, ekstravasasi urine, hematuria. Pada trauma bilateral
ditemukan anuria.
5. B5 : peritonitis akibat peritoneum yang robek.
6. B6 : tidak ditemukan masalah.
c. Trauma ginjal
1. B1 : nyeri pada saat inspirasi
2. B2 : perdarahan, syok,
3. B3 : tidak ditemukan masalah.
4. B4 : hematuria, ekstravasasi urine,
5. B5 : nyeri abdomen, distensi abdomen, mual-muntah, suara bowel (-)
6. B6 : tidak ditemukan masalah.
Pemeriksaan penunjang
a. IVP :
 Pada trauma ginjal, hasil menunjukkan adanya trauma ginjal jika terjadi
peningkatan gejala dan fungsi kontralateral ginjal.
 Pada trauma ureter dan kandung kemih akan tampak ekstravasasi kontras
atau kontras berhenti di daerah lesi.
b. CT scan
Dilakukan bila IVP belum dapat menjelaskan keadaan genitourinanry akibat
trauma. Hasilnya dapat menunjukkan laserasi, hematoma, dan defek ekstravasasi
urine.
c. Pemeriksaan darah lengkap
Dilakukan untuk memeriksa kadar BUN, creatinine, hematokrit, dan protein
serum. Biasanya akan nampak penurunan nilai hematokrit dan protein serum serta
peningkatan BUN dan kreatinin serum pada keadaan syok hipovolemik.

Analisa data
No. Data Etiologi MK
1. DS : Trauma tumpul atau PK : syok
- Pasien mengeluh badannya penetrasi hipovolemik
terasa lemah dan pusing
DO : Kerusakan struktur
- Adanya perdarahan masif genitourinary
- TTV tidak stabil
- Membrane mukosa kering Kontusio, laserasi, dan
- Turgor kulit menurun rupture
- CRT > 3 detik
- Urine < 600 ml/hari Respons perdarahan
- Nilai hematokrit dan protein arteri pada genitourinary
serum menurun, nilai BUN
dan kreatinin serum Perdarahan masif
meningkat
2. DS : Trauma tumpul atau Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri pada penetrasi
daerah trauma
DO : Kerusakan struktur
- Ekspresi wajah meringis dan genitourinary
nampak menahan sakit
- P : trauma pada ginjal, ureter, Kontusio, laserasi, dan
atau bladder rupture
- Q : nyeri kolik hebat dan
menetap Peregangan dari
- R : nyeri pada daerah trauma terminal saraf
- S : 6-8 genitourinary
- T : nyeri dirasakan setiap saat
3. DS : Trauma tumpul atau Gangguan
- Pasien mengeluh sulit penetrasi eliminasi urine
berkemih
DO : Kerusakan struktur
- Oligouria (jumlah urin < 400 genitourinary
cc/24jam)
- Pasien berkemih dengan Kontusio, laserasi, dan
bantuan rupture

Hematuria, penurunan
urine output, retensi urin
4. DS : Intervensi bedah Ansietas
- Pasein mengatakan takut dan
cemas terhadap tindakan Prognosis pembedahan
pembedahan
DO : Respon pasca bedah
- Pasein tampak gugup dan
gelisah Perubahan respon
psikologis

5. DS : Intervensi bedah Resiko infeksi


- Pasein mengeluh badannya
terasa panas dan menggigil Respon pasca bedah
DO :
- Suhu tubuh meningkat Luka pasca operasi
- Pasien tampak menggigil
- Tampak kemerahan disekitar Port den entree
luka operasi
- Bau (+) drainase drain purulen

Diagnosa Keperawatan
1) PK: syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan masif
2) Nyeri akut berhubungan dengan peregangan dari terminal saraf genitourinary
3) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan hematuria, retensi urin, oliguria, atau
anuria.
4) Ansietas berhubungan dengan prognosis pembedahan, tindakan invasif diagnostik
5) Resiko infeksi berhubungan dengan port den entrée dari luka pembedahan

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
ASUHAN KEPERAWATAN RETENSI URIN

3.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1) Data Demografi klien :
meliputi Nama, Alamat, Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Agama, Bahasa, Pendidikan
Terakhir, Tanggal MRS, dan Diagnosa Medis.
2) Keluhan Utama:
Keluhan utama dapat berupa rasa tidak nyaman hingga nyeri yang hebat pada
perut bagian bawah hingga daerah genital kesulitan untuk miksi.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
P = sakitnya akibat adanya distensi kandung kemih yang berlebihan
Q = klien merasa nyeri
R = nyeri terdapat pada bagian yang mana biasanya pasa suprapubis non-spesific
S = kaji nyeri yang dirasakan dari skal 1-10
T = nyeri lebih sering dirasakan pada saat kapan
4) Riwayat Penyakit sebelumnya :
Penyakit yang menjadi faktor resiko antara lain batu ginjal, kanker prostat, dan
pembesaran prostat jinak, infeksi saluran kemih, wanita hamil, bedah ginekologi,
Diabetes Mellitus neuropathy
5) Riwayat Kesehatan Keluarga:
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa
dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit
ginjal bawaan/bukan bawaan.
6) Riwayat obat-obatan : kaji apakah klien mengkonsumsi obat karena penyakit
kronis yang di deritanya
7) Riwayat penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol.
Kaji apakah klien biasanya mengkonsumsi obat anti nyeri yang di beli di warung,
minum alcohol atau mengkonsumsi jamu
8) Riwayat merokok
Kaji apakah klien merupakan perokok apa bukan. Klien merokok sejak usia
berapa dan setiap hari mengkonsumsi berapa batang rokok. Baru berhenti
merokok kapan
9) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kaji apakah klien biasa menahan berkemih
10) Riwayat Psikososial
a. Persepsi terhadap kondisi klien
Kaji apakah klien merasa cemas terhadap sakitnya hingga susah tidur.
b. Mekanisme koping dan system pendukung
Kaji bagaimana usaha klien untuk beraktifitas
c. Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
Kaji pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya
d. Nilai kepercayaan
Kaji bagaimana Klien memandang penyakitnya dalam segi spiritual dan
kepercayaan klien.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : komposmentis tapi klien tampak lemas
b. Tanda tanda vital
Tekanan darah biasanya meningkat karena klien merasakan nyeri
Suhu meningkat jika ditemukan adanya infeksi
Nadi biasanya meningkat karena klien merasakan nyeri
RR biasanya meningkat karena klien merasakan nyeri
c. Pemeriksaan fisik (head to toe):
Pada wajah / muka biasanya ditemukan tampak pucat, konjungtiva anemis
Pada kulit biasanya ditemukan akral hangat, basah dan merah
Pada perut biasanya ditemukan ada distensi abdomen (area suprapubis)
Pada alat genitalia biasanya ditemukan lembab karena rembesan urin yang tidak
terkontrol dan gatal.
d. Sistem tubuh:
a) B1 (breathing)
Sesak akibat rasa nyeri yang dialami dan peningkatan respiratory rate.
b) B2 (blood)
Pada B2 apakah terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya klien bingung
dan gelisah
c) B3 (brain)
Pada B3 biasanya klien ditemukan dalam kesadaran biasanya sadar penuh.
Namun tetap diperhatikan adanya tanda – tanda pasca trauma atau cedera
pada SSP.
d) B4 (bladder)
Adanya nyeri, sensasi kandung kemih yang penuh dan distensi kandung
kemih ringan. Pada Retensi kronis ditandai dengan gejala iritasi kandung
kemih (frekuensi, disuria, volume sedikit) atau tanpa nyeri, distensi yang
nyata, inkontinensia.
Inspeksi
1) Daerah perineal: Kemerahan, lecet namun tidak ditemukan adanya
pembengkakan.
2) Tidak ditemukannya adanya benjolan atau tumor spinal cord.
3) Ditemukan adanya tanda obesitas dan sempitnya ruang gerak pada klien
4) Periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena
adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta
disertai keluarnya darah.
5) Apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada
meatus uretra, banyak kencing dan nyeri saat berkemih menandakan
disuria akibat dari infeksi
Palpasi
1) Ditemukan adanya distensi kandung kemih dan nyeri tekan.
2) Tidak teraba benjolan tumor daerah spinal cord
Perkusi
Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.
Auskultasi : ditemukan peristaltik (+) , bruit (+)jika terjadi obstruksi
steanosis arteri renalis

a) B5 (bowel)
Pada pemeriksaan B5 dilakukan auskultasi bising usus klien adakah
peningkatan atau penurunan, serta palpasi abdomen klien adanya nyeri
tekan abdomen atau tidak ataupun ketidaknormalan ginjal. Pada perkusi
abdomen ditemukan ketidaknormalan atau tidak.
b) B6 (bone)
Dilakukan Pemeriksaan kekuatan otot, dilakukan perbandingan dengan
ekstremitas lain.

B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang, yaitu melakukan pemeriksaan-pemeriksaan
laboratorium, radiologi atau imaging (pencitraan), uroflowmetri, atau
urodinamika, elektromiografi, endourologi, dan laparoskopi. Pada pemeriksaan
laboratorium paling sering digunakan kateter dan uroflowmetri, yaitu untuk
mengukur volume dan residu urin pada kandung kemih. Selain itu juga dapat
digunakan cystourethrografi untuk melihat gambaran radiografi kandung kemih
dan uretra. Menurut dr. Basuki Purnomo, volume maksimal kandung kemih
dewasa normal berkisar antara 300-450 ml dengan volume residu sekira 200
ml. Apabila dari hasil kateterisasi didapatkan volume/residu urin telah
mendekati/melampaui batas normal, maka klien dinyatakan mengalami retensi
urin.

Analisa Data
5. N Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 DS: Klien menyatakan tidak RETENSI URIN Gangguan eliminasi


. bisa BAK urin
DO: Adanya distensi
abdomen, kandung kemih
teraba menegang Retensi Urin Kronis

distensi terus menerus


melebihi kandung kemih
melebihi kapasitas maksimal

pengosongan kandung kemih


tidak efisien

tekanan dalam lumen &


tekanan dinding

urin memancar berulang-ulang


dalam jumlah sedikit
Inkontinensia Overflow

2 DS:Klien menyatakan nyeri RETENSI URIN Nyeri akut


tekan di daerah suprapubik
DO: Ekspresi klien tampak
meringis menahan rasa
sakitnya Retensi Urin Akut
P: Ketika ktivitas berlebih
Q: Terjadi terus-menerus
R: Suprapubik
bladder terasa penuh
S: Skala 1-10
T: Sakit setiap saat

tidak ada haluaran urin

distensi kandung kemih


melampaui batas

menekan reseptor nyeri

merangsang saraf aferen

impuls sampai ke korteks


serebri

thalamus

Nyeri dipersepsikan

rasa sakit yang hebat di daerah


suprapubik
3 DS: RETENSI URIN Gangguan Integritas
Kulit
Klien mengeluh gatal pada
sekitar perineal
Retensi Urin Kronis
DO:

Kulit disekitar perineal


terlihat kemerahan dan distensi terus menerus
lembab melebihi kandung kemih
melebihi kapasitas maksimal

pengosongan kandung kemih


tidak efisien

tekanan dalam lumen &


tekanan dinding

urin memancar berulang-ulang


dalam jumlah sedikit

Inkontinensia Overflow

urin menetes keluar dalam


jumlah sedikit (merembes)

perineum lembab dan gatal

4 DS : RETENSI URIN Hipertermi

Klien mengeluh badannya


panas
Retensi Urin Kronis
DO :

Suhu badan klien meningkat


diatas normal >37,5o C adanya sisa urin dalam bladder
iritasi kandung kemih

proses inflamasi dinding


bladder

5 DS : RETENSI URIN Ketidakseimbangan


nutrisi : kurang dari
Klien tidak menghabiskan Retensi Urin Akut kebutuhan tubuh
makanan

DO:
bladder terasa penuh
BB klien turun

tidak ada haluaran urin

distensi kandung kemih


melampaui batas

menekan reseptor nyeri

merangsang saraf aferen

impuls sampai ke korteks


serebri

thalamus

nyeri dipersepsikan
merangsang saraf vagal

mual

nafsu makan menurun

intake nutrisi tidak adekuat

6 DS : - RETENSI URIN
PK : Gagal ginjal
DO: -

Retensi Urin Kronis

distensi terus menerus


melebihi kandung kemih
melebihi kapasitas maksimal

pengosongan kandung kemih


tidak efisien

tekanan dalam lumen &


tekanan dinding

urin dalam bladder refluks

ke ginjal/ ke ureter

PK:Hidronefrosis/
PK:Hidroureter
PK: Gagal Ginja

7 DS : Retensi Urin Kurang pengetahuan

Klien mengatakan tidak tahu


tentang penyakitnya
Klien belum pernah menderita
DO : penyakit ini sebelumnya

Klien selalu bertanya kepada


perawata tentang koondisi
penyakitnya. Klien berasal dari keluarga
kurang berpengetahuan

Kurang Informasi

Kurang pengetahuan

Diagnosa Keperawatan Umum


1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran kemih.
2. Nyeri akut berhubungan dengan distensi kandung kemih berlebih
3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan lecet dan kemerahan pada area
perineal berhubungan dengan kelembapan area perineal
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat
6. PK: Gagal Ginjal
7. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang
informasi

Anda mungkin juga menyukai