Displasia panggul (DDH), talipes equinovarus kongenital, dan
polydactyly/ syndactyly, dikenal sebagai tiga kelainan kongenital yang paling umum pada anak-anak. Displasia panggul pada awalnya disebut sebagai displasia kongenital panggul (CDH/ Congenital Dysplasia of Hip) dan diubah Oleh Pediatric Orthopedic Society of North American dari CDH menjadi DDH pada tahun 1992, yang dapat lebih menggambarkan kompleksitas dan spektrum kelainan ini secara anatorni dan klinist Displasia perkembangan panggul (DPP) merupakan suatu istilah komprehensif untuk menggambarkan hubungan abnormal antara kaput femoral dan asetabulum yang dapat terjadi kongenital atau dapat berkembang selama masa bayi dan/atau anak. DPP mencakup suatu spektrum luas abnormalitas panggul, mulai dari dislokasi komplit kaput femoral hingga abnormalitas asetabulum ringan atau kelemahan sendi panggul. Etiologi Risiko DPP meningkat dengan faktor terkait kendala mekanik intrauterin dan posisi abnormal pada trimester terakhir, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan postnatal dan predisposisi genetik. Faktor yang terkait dengan konstriksi mekanik fetus termasuk berat badan lahir besar untuk usia kehamilan, letak sungsang, dan oligohidramnion, lebih umum ditemukan pada kasus DPP, tetapi faktor risiko perinatal yang paling penting dan berpotensi dapat dihindari ialah persalinan pervaginam dari bayi-bayi letak sungsang. Menghindari konstriksi mekanik postnatal telah dianjurkan untuk mencegah DPP. Patofisiologi Kelainan skeletal pada DDH terdiri dari kelainan acetabulum, kepala femur, leher femur, dan panggul. Morfologi acetabulum berbentuk khas seperti soket dan bola pada embrio berubah menjadi dangkal saat lahir. Pada kebanyakan kasus, acetabulum menjadi lebih dalam seiring bertambahnya usia dan menutupi kepala femur. Namun demikian, beberapa acetabula menjadi dangkal dan bahkan mencembung. Selain itu, penebalan abnormal acetabulum, anteversi acetabula membuat acetabulum tidak dapat menutupi kepala femur. Acetabular index (AI) secara rutin digunakan untuk mengevaluasi cakupan acetabulum terhadap kepala femur. Manifestasi Klinis •Pergerakan yang terbatas di daerah yang terkena •Posisi tungkai yang asimetris •Lipatan lemak yang asimetris •Setelah bayi berumur 3 bulan : rotasi tungkai asimetris dan tungkai pada sisi yang terkena tampak memendek. •Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu. •Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan endorotasi, fleksi dan aduksi. •Nyeri Faktor Resiko DDH dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor genetik. 2. Faktor hormonal 3. Malposisi 4. Oligohidramnion 5. Faktor posnatal Penatalaksanaan a. Pavlik Harness Pada pasien ini dilakukan pemasangan pavlik harness. Saat pasien kontrol dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan USG setelah 1 bulan, 3 bulan dan 4 bulan pemakaian pavlik harness. b. Spica cast Beberapa kasus memerlukan reduksi tertutup sendi panggul. Pada usia 1 sampai 6 bulan opsi tatalaksana displasia panggul adalah spica cast (gips) di bawah anestesia. Penggunaan spica cast memerlukan perhatian khusus dalam perawatan bayi sehari-hari. c. Traksi Kulit Umur bayi yang lebih tua, sekitar 6 bulan hingga 2 tahun, ditatalaksana dengan reduksi tertutup dan spica cast. Traksi kulit dilakukan sebelum mereduksi sendi panggul, dilakukan untuk mempersiapkan jaringan lunak di sekitar panggul untuk perubahan posisi tulang. d. Penanganan awal (lahir hingga usia 4 bulan) Indikasi penanganan mencakup semua panggul terdislokasi dan tersubluksasi secara khas dan semua panggul tidak stabil atau displastik secara persisten. Panggul dengan Barlow positif saat lahir sering menjadi stabil dalam 3 minggu pertama.Untuk alasan ini, biasanya tidak dirawat panggul dengan Barlow positif dalam 3 minggu pertama; namun, panggul ini perlu evaluasi menyeluruh untuk menjamin perkembangan panggul normal. Pemeriksaan Penunjang 1. Ultrasonografi Teknik ultrasonografi yang dipelopori oleh Graf meliputi evaluasi statis dan dinamis sendi pinggul, memungkinkan penilaian anatomi statis pinggul dan stabilitas kepala femoralis di soket acetabular. 2. Radiografi Radiografi tidak menggambarkan pelvis sejelas ultrasound pada bayi muda, yang memiliki sebagian besar panggul kartilaginosa, dan caput femoral tidak terlihat secara radiografi, tetapi lebih berguna pada masa bayi kemudian ketika ultrasound mungkin tidak dapat diandalkan. 3. Sonografi Sonografi telah menjadi metode yang paling umum dan bermanfaat untuk digunakan dalam analisis sendi panggul, terutama pada bayi berusia di bawah 6 bulan. Sonografi merupakan indikator yang sensitif untuk posisi, perkembangan asetabulum, dan ketidakstabilan, yang lebih akurat dibandingkan radiografi. Adapun Perawatan penunjang: 1. Kawat gigi atau splints Dapat digunakan sebagai pengganti harness Pavlik atau Spica cor. Atau mereka dapat digunakan setelah operasi. 2. Operasi ini mungkin diperlukan untuk memperbaiki cacat tulang paha atau pinggul. Seorang anak yang memiliki operasi mungkin akan perlu memakai Spica yang dilemparkan ke posisi sendi panggul sampai sembuh. 3. Terapi fisik Seorang anak yang telah di cor spica mungkin perlu melakukan latihan untuk mendapatkan kembali gerakan dan membangun kekuatan otot pada kaki. Komplikasi Berbagai komplikasi yang mungkin dapat terjadi, termasuk redislocation, kekakuan panggul, infeksi, kehilangan darah dan kemungkinan nekrosis paling berat dari caput femur. Tingkat nekrosis caput femur bervariasi, pada penelitian ini rentang tingkat dari 0% sampai 73%. Nekrosis avaskuler pada epifisis femur kapital mungkin terjadi sebagai komplikasi setelah reduksi, mungkin disebabkan oleh kerusakan paha atau berkurangnya suplai darah untuk kepala femur. Membuat pangkal paha tidak dapat bergerak dalam posisi abduksi yang ekstrim atau dipaksakan atau rotasi internal mungkin merupakan penyebab paling penting nekrosis avaskuler kepala femur. Konsep Teori Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Pengkajian muskuloskeletal a. Fungsi motorik kasar 1).Ukuran otot : adanya atrofi atau hipertrofi otot ; kesimetrisan massa otot 2).Tonus otot : spastisitas, kelemahan, rentang gerak terbatas Kekuatan 3).Gerakan abnormal : tremor, distonia, atetosis Lanjutan…… b. Fungsi motorik halus 1) Manipulasi mainan 2) Menggambar c. Gaya berjalan : ayunan lengan dan kaki, gaya tumit – jari d. Pengendalian postur 1) Mempertahankan posisi tegak 2) Adanya ataksia 3) Bergoyang-goyang e. Persendian 1) Rentang gerak 2) Kontraktur 3) Kemerahan, edema, nyeri 4) Tonjolan abnormal f. Tulang belakang 1) Lengkung tulang belakang : skoliosis, kifosis 2) Adanya lesung pilonidal g. Pinggul 1) Abduksi 2) Adduksi 2. Criteria pengkajian a. Maneuver ortolani b. Maneuver barlow c. Tanda galeazzi d. Uji trendelenburg Lanjutan.......... 3. Kaji tanda – tanda iritasi kulit 4. Kaji respon anak terhadap traksi dan imobilisasi dengan adanya gips spika. 5. Kaji tingkat perkembangan anak 6. Kaji kemampuan pasien untuk mengelola perawatan gips spika di rumah. B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi 3. Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh C. Rencana Tindakan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang Criteria hasil : Nyeri berkurang, Klien tampak tenang • Kaji tingkat nyeri Rasional : Untuk mengetahui skala Nyeri • Atur posisi senyaman mungkin Rasional : Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri • Ajarkan tekhnik relaksasi Rasional : Merelaksasi otot-otot tubuh • Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : Menghiangkan rasa nyeri Lanjutan....... 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi Tujuan : Klien dapat bergerak bebas Criteria hasil : Klien dapat bergerak bebas • Kaji tingkat mobilisasi klien Rasional : Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya • Beri latihan ROM Rasional : Memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot yang berkurang karena proses penyakit atau kecelakaan •Anjurkan alat bantu jika dibutuhkan Rasional : membantu dalam melakukan suatu hal 3. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh tujuan : Masalah klien teratasi Criteria hasil : Klien dapat menungkapkan masalahnya • Kaji konsep diri Rasional : Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya • Bantu klien mengungkapkan masalahnya Rasional : Memberikan minat dan perhatian serta memperbaiki kesalahan konsep • Berikan dukungan spiritual kepada klien Rasional : Agar klien tetap bersemangat dan tidak berputus asa terhadap perubahan status kesehatannya •Evaluasi Hasil yang diharapkan 1. Pinggul bayi atau anak akan tetap pada posisi yang diharapkan 2. Kulit bayi atau anak akan tetap utuh tanpa kemerahan atau kerusakan Orang tua akan mendemonstrasikan aktivitas perawatan untuk mengakomodasi alat bantu pengoreksi bayi / anak atau gips spika pinggul.