Anda di halaman 1dari 11

DEVELOPMENTAL

DYSPLASIA OF THE HIP


(DDH)
Kelompok 6 Kelas 2A

Pria Angga Nusanggara 191FK03007


Mutia Kansha 191FK03021
Sinta Anggraeni 191FK03021
Farah Nabila N 191FK03023
Rianty Damayanti 191FK03024
Dewi Asmara 191FK03026
Maya Permatasari 191FK03027
Dinar Agustian 191FK030142
DEFINISI

Displasia panggul (DDH), talipes equinovarus kongenital, dan


polydactyly/ syndactyly, dikenal sebagai tiga kelainan
kongenital yang paling umum pada anak-anak. Displasia panggul
pada awalnya disebut sebagai displasia kongenital panggul
(CDH/ Congenital Dysplasia of Hip) dan diubah Oleh Pediatric
Orthopedic Society of North American dari CDH menjadi DDH
pada tahun 1992, yang dapat lebih menggambarkan
kompleksitas dan spektrum kelainan ini secara anatorni dan
klinist
Displasia perkembangan panggul (DPP) merupakan suatu istilah
komprehensif untuk menggambarkan hubungan abnormal antara
kaput femoral dan asetabulum yang dapat terjadi kongenital
atau dapat berkembang selama masa bayi dan/atau anak. DPP
mencakup suatu spektrum luas abnormalitas panggul, mulai
dari dislokasi komplit kaput femoral hingga abnormalitas
asetabulum ringan atau kelemahan sendi panggul.
Etiologi
Risiko DPP meningkat dengan faktor terkait kendala mekanik intrauterin dan
posisi abnormal pada trimester terakhir, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan
postnatal dan predisposisi genetik. Faktor yang terkait dengan konstriksi mekanik
fetus termasuk berat badan lahir besar untuk usia kehamilan, letak sungsang, dan
oligohidramnion, lebih umum ditemukan pada kasus DPP, tetapi faktor risiko perinatal
yang paling penting dan berpotensi dapat dihindari ialah persalinan pervaginam dari
bayi-bayi letak sungsang. Menghindari konstriksi mekanik postnatal telah dianjurkan
untuk mencegah DPP.
Patofisiologi
Kelainan skeletal pada DDH terdiri dari kelainan acetabulum, kepala femur, leher
femur, dan panggul. Morfologi acetabulum berbentuk khas seperti soket dan bola pada
embrio berubah menjadi dangkal saat lahir. Pada kebanyakan kasus, acetabulum
menjadi lebih dalam seiring bertambahnya usia dan menutupi kepala femur. Namun
demikian, beberapa acetabula menjadi dangkal dan bahkan mencembung. Selain itu,
penebalan abnormal acetabulum, anteversi acetabula membuat acetabulum tidak dapat
menutupi kepala femur. Acetabular index (AI) secara rutin digunakan untuk
mengevaluasi cakupan acetabulum terhadap kepala femur.
Manifestasi Klinis
•Pergerakan yang terbatas di daerah yang terkena
•Posisi tungkai yang asimetris
•Lipatan lemak yang asimetris
•Setelah bayi berumur 3 bulan : rotasi tungkai asimetris dan tungkai pada sisi yang
terkena tampak memendek.
•Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi
pada dislokasi anterior sendi bahu.
•Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi
panggul kedudukan endorotasi, fleksi dan aduksi.
•Nyeri
Faktor Resiko
DDH dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor genetik.
2. Faktor hormonal
3. Malposisi
4. Oligohidramnion
5. Faktor posnatal
Penatalaksanaan
a. Pavlik Harness
Pada pasien ini dilakukan pemasangan pavlik harness. Saat pasien
kontrol dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan USG setelah 1 bulan, 3 bulan
dan 4 bulan pemakaian pavlik harness.
b. Spica cast
Beberapa kasus memerlukan reduksi tertutup sendi panggul. Pada usia 1
sampai 6 bulan opsi tatalaksana displasia panggul adalah spica cast (gips) di
bawah anestesia. Penggunaan spica cast memerlukan perhatian khusus
dalam perawatan bayi sehari-hari.
c. Traksi Kulit
Umur bayi yang lebih tua, sekitar 6 bulan hingga 2 tahun, ditatalaksana
dengan reduksi tertutup dan spica cast. Traksi kulit dilakukan sebelum
mereduksi sendi panggul, dilakukan untuk mempersiapkan jaringan lunak di
sekitar panggul untuk perubahan posisi tulang.
d. Penanganan awal (lahir hingga usia 4 bulan)
Indikasi penanganan mencakup semua panggul terdislokasi dan
tersubluksasi secara khas dan semua panggul tidak stabil atau displastik
secara persisten. Panggul dengan Barlow positif saat lahir sering menjadi
stabil dalam 3 minggu pertama.Untuk alasan ini, biasanya tidak dirawat
panggul dengan Barlow positif dalam 3 minggu pertama; namun, panggul ini
perlu evaluasi menyeluruh untuk menjamin perkembangan panggul normal.
Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi
Teknik ultrasonografi yang dipelopori oleh Graf meliputi evaluasi statis dan dinamis sendi pinggul,
memungkinkan penilaian anatomi statis pinggul dan stabilitas kepala femoralis di soket acetabular.
2. Radiografi
Radiografi tidak menggambarkan pelvis sejelas ultrasound pada bayi muda, yang memiliki sebagian
besar panggul kartilaginosa, dan caput femoral tidak terlihat secara radiografi, tetapi lebih berguna
pada masa bayi kemudian ketika ultrasound mungkin tidak dapat diandalkan.
3. Sonografi
Sonografi telah menjadi metode yang paling umum dan bermanfaat untuk digunakan dalam analisis
sendi panggul, terutama pada bayi berusia di bawah 6 bulan. Sonografi merupakan indikator yang
sensitif untuk posisi, perkembangan asetabulum, dan ketidakstabilan, yang lebih akurat dibandingkan
radiografi.
Adapun Perawatan penunjang:
1. Kawat gigi atau splints
Dapat digunakan sebagai pengganti harness Pavlik atau Spica cor. Atau mereka dapat digunakan
setelah operasi.
2. Operasi
ini mungkin diperlukan untuk memperbaiki cacat tulang paha atau pinggul. Seorang anak yang
memiliki operasi mungkin akan perlu memakai Spica yang dilemparkan ke posisi sendi panggul
sampai sembuh.
3. Terapi fisik
Seorang anak yang telah di cor spica mungkin perlu melakukan latihan untuk mendapatkan kembali
gerakan dan membangun kekuatan otot pada kaki.
Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin dapat terjadi, termasuk redislocation, kekakuan
panggul, infeksi, kehilangan darah dan kemungkinan nekrosis paling berat dari caput
femur. Tingkat nekrosis caput femur bervariasi, pada penelitian ini rentang tingkat dari
0% sampai 73%.
Nekrosis avaskuler pada epifisis femur kapital mungkin terjadi sebagai komplikasi
setelah reduksi, mungkin disebabkan oleh kerusakan paha atau berkurangnya suplai
darah untuk kepala femur. Membuat pangkal paha tidak dapat bergerak dalam posisi
abduksi yang ekstrim atau dipaksakan atau rotasi internal mungkin merupakan
penyebab paling penting nekrosis avaskuler kepala femur.
Konsep Teori Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian muskuloskeletal
a.       Fungsi motorik kasar
1).Ukuran otot : adanya atrofi atau hipertrofi otot ;
kesimetrisan massa otot
2).Tonus otot : spastisitas, kelemahan, rentang gerak terbatas
Kekuatan
3).Gerakan abnormal : tremor, distonia, atetosis
Lanjutan……
b.      Fungsi motorik halus
1)      Manipulasi mainan
2)      Menggambar
c.       Gaya berjalan : ayunan lengan dan kaki, gaya tumit – jari
d.      Pengendalian postur
1)      Mempertahankan posisi tegak
2)      Adanya ataksia
3)      Bergoyang-goyang
e.       Persendian
1)      Rentang gerak
2)      Kontraktur
3)      Kemerahan, edema, nyeri
4)      Tonjolan abnormal
f.       Tulang belakang
1)      Lengkung tulang belakang : skoliosis, kifosis
2)      Adanya lesung pilonidal
g.      Pinggul
1)      Abduksi
2)      Adduksi
2.    Criteria pengkajian
a.       Maneuver ortolani
b.      Maneuver barlow
c.       Tanda galeazzi
d.      Uji trendelenburg
Lanjutan..........
3.      Kaji tanda – tanda iritasi kulit
4.      Kaji respon anak terhadap traksi dan imobilisasi dengan adanya gips spika.
5.      Kaji tingkat perkembangan anak
6.      Kaji kemampuan pasien untuk mengelola perawatan gips spika di rumah.
B. Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi
2.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi
3.      Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh
C. Rencana Tindakan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi
Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang
Criteria hasil : Nyeri berkurang, Klien tampak tenang
• Kaji tingkat nyeri
Rasional : Untuk mengetahui skala Nyeri
• Atur posisi senyaman mungkin
Rasional : Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri
• Ajarkan tekhnik relaksasi
Rasional : Merelaksasi otot-otot tubuh
• Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Menghiangkan rasa nyeri
Lanjutan.......
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi
Tujuan :  Klien dapat bergerak bebas
Criteria hasil : Klien dapat bergerak bebas
• Kaji tingkat mobilisasi klien
Rasional : Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya
• Beri latihan ROM
Rasional : Memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot yang berkurang
karena proses penyakit atau kecelakaan
•Anjurkan alat bantu jika dibutuhkan
Rasional : membantu dalam melakukan suatu hal
3. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh tujuan : Masalah klien
teratasi
Criteria hasil : Klien dapat menungkapkan masalahnya
• Kaji konsep diri
Rasional : Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya
• Bantu klien mengungkapkan masalahnya
Rasional : Memberikan minat dan perhatian serta memperbaiki kesalahan konsep
• Berikan dukungan spiritual kepada klien
Rasional : Agar klien tetap bersemangat dan tidak berputus asa terhadap perubahan status
kesehatannya
•Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1.      Pinggul bayi atau anak akan tetap pada posisi yang diharapkan
2.      Kulit bayi atau anak akan tetap utuh tanpa kemerahan atau kerusakan
Orang tua akan mendemonstrasikan aktivitas perawatan untuk mengakomodasi alat
bantu pengoreksi bayi / anak atau gips spika pinggul.

Anda mungkin juga menyukai