Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEVELOPMENTAL DYSPLASIA OF THE HIP

Nama Mahasiswa NIM Kelas

: Dedy Fitriyadi : 2012727012 : B2

Semester / Th Akademik : Dua / 2012 - 2013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOLTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA APRIL 2013

KONSEP PENYAKIT A. Pengertian Congenital Dislocation Of The Hip (CDH) adalah deformitas ortopedik yang didapat segera sebelum atau pada saat kelahiran. Congenital dislocatoin of hip atau biasa disebut pergeseran sendi atau tulang semenjak lahir. Suatu bentuk kelainan pada persendian yang ditemukan pada bayi baru lahir.Congenital dislocatoin of hip terjadi dengan kejadian 1,5 per 1.000 kelahiran dan lebih umum terjadi pada anak perempuan dibanding anak laki-laki.penyebab hal ini belum diketahui tapi diduga melibatkan faktor genetik. Adalah kelompok kelainan abnormal tulang panggul, yang mencakup subluksasi, dislokasi dan preluksasi. Kelainan ini sering dijumpai pada: Anak pertama Bayi perempuan Riwayat dislokasi pada keluarga. Bayi dalam letak bokong kriteria untuk mengetahui diagnosis congenital dislocation dapat dilakukan dengan secara fisik dan radiografi.tanda-tanda klinis tertentu telah diidentifikasi yang membantu dalam mengevaluasi bayi yang baru lahir.diantaranya: pinggul tertekuk, karena shortening dan kontraksi adductors hip peningkatan kedalaman atau asimetri dari inguinalis atau lipatan paha; pemendekan satu kaki; posisi bawah lutut sisi terpengaruh ketika lutut dan pinggul yang tertekuk, karena lokasi femoralis posterior kepala untuk acetabulum dalam posisi ini; Barlow's test ("bunyi yang keluar" atau dislokasi sign); telescoping atau tindakan pistoning paha, karena kurangnya penahanan kepala femoralis dengan acetabulum; Trendelenburg - drop pinggul normal ketika anak berdiri pada kedua kaki, mengangkat tungkai dan dikenakan berat pada sisi yang terkena.

B. Etiologi Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normnal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital). congenital dislocation of hip biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang sedemikian rupa karena cacat bawaan. Kebanyakan bayi yang lahir dengan Congenital dislocatoin of hip memiliki orang tua yang jelas-jelas tidak memiliki gangguan kesehatan maupun faktor resiko. Seorang wanita hamil yang telah mengikuti semua nasihat dokternya agar kelak melahirkan bayi yang sehat, mungkin saja nanti melahirkan bayi yang memilii kelainan bawaan. 60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui; sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan atau genetik atau kombinasi dari keduanya. Teratogenik Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan.Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen. Gizi Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik.Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari. Faktor fisik pada rahim Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan. Faktor genetik dan kromosom Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua.Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.

C. Patofisiologi Dysplasia perkembangan pinggul (developmental dysplasia of the hip, DDH),atau congenital dislocation of the hip, merupakan ketidaknormalan perkembangan antara kaput femur dan asetabulum. Pinggul merupakan suatu bonggol (kaput femur) dan mangkuk (asetabulum) sendi yang memberikan gerakan dan stabilitas pinggul. Terdapat tiga pola dalam CDH : 1. Dysplasia asetabular (perkembangan tidak normal )- keterlambatan dalam perkembangan asetabulum sehingga lebih dangkal dari normal, kaput femur tetap dalam asetabulum ; 2. Subluksasi dislokasi pinggul yang tidak normal ; kaput femur tidak sepenuhnya keluar dari asetabulum dan dapat berdislokasi secara parsial ; dan 3. Dislokasi pinggul berada pada posisi dislokasi, dan kaput femur tidak bersentuhan dengan asetabulum. DDH pada akhirnya dapat berkembang menjadi reduksi permanen, dislokasi lengkap, atau dysplasia akibat perubahan adaptif yang terjadi pada jaringan dan tulang yang berdekatan. D. Manifestasi klinis Pergerakan yang terbatas di daerah yang terkena Posisi tungkai yang asimetris Lipatan lemak yang asimetris Setelah bayi berumur 3 bulan : rotasi tungkai asimetris dan tungkai pada sisi yang terkena tampak memendek. ilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu. Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan endorotasi, fleksi dan aduksi. Nyeri E. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan yang paling penting adalah pemeriksaan USG,pada bayi yang agak besar atau anak-anak dapat dilakukan rontgen. 1) Rontgen Menunjukkan lokasi / luasnya fraktur / trauma

2) Scan tulang, tonogram, CT scan / MRI Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak. F. Penatalaksanaan Medis Penanganan bervariasi sesuai keparahan manifestasi klinis, usia anak, dan tingkat dysplasia. Jika dislokasi terkoreksi pada pada beberapa hari pertama sampai beberapa minggu kehidupan, kesempatan untuk berkembangnya pinggul normal akan lebih besar. Selama periode neonatal, pengaturan posisi dan mempertahankan pinggul tetap fleksi dan abduksi dapat dicapai dengan menggunakan alat bantu pengoreksi. Antara usia 6 dan 18 bulan, traksi digunakan diikuti dengan imobilisasi gips. Jika jaringan lunak menghalangi dan menyulitkan penurunan dan perkembangan sendi, dilakukan reduksi tertutup maupun terbuka (bergantung pada apakah ada atau tidak kontraktur otot-otot adductor dan kesalahan letak kaput femur yang terjadi) dan gips spika pinggul di pasang

ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Pengkajian muskuloskeletal a. Fungsi motorik kasar 1) Ukuran otot : adanya atrofi atau hipertrofi otot ; kesimetrisan massa otot 2) Tonus otot : spastisitas, kelemahan, rentang gerak terbatas 3) Kekuatan 4) Gerakan abnormal : tremor, distonia, atetosis b. Fungsi motorik halus 1) Manipulasi mainan 2) Menggambar c. Gaya berjalan : ayunan lengan dan kaki, gaya tumit jari 1) Mempertahankan posisi tegak 2) Adanya ataksia 3) Bergoyang-goyang e. Persendian 1) Rentang gerak 2) Kontraktur 3) Kemerahan, edema, nyeri 4) Tonjolan abnormal f. Tulang belakang 1) Lengkung tulang belakang : skoliosis, kifosis 2) Adanya lesung pilonidal g. Pinggul 1) Abduksi 2) Adduksi 2. Criteria pengkajian a. c. Maneuver ortolani Tanda galeazzi b. Maneuver barlow d. Uji trendelenburg d. Pengendalian postur

3. Kaji tanda tanda iritasi kulit 4. Kaji respon anak terhadap traksi dan imobilisasi dengan adanya gips spika. 5. Kaji tingkat perkembangan anak 6. Kaji kemampuan pasien untuk mengelola perawatan gips spika di rumah. B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi 3. Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh C. Rencana Tindakan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang Criteria hasil : Nyeri berkurang, Klien tampak tenang Kaji tingkat nyeri Rasional : Untuk mengetahui skala Nyeri Atur posisi senyaman mungkin Rasional : Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri Ajarkan tekhnik relaksasi Rasional : Merelaksasi otot-otot tubuh Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : Menghiangkan rasa nyeri 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi Tujuan : Klien dapat bergerak bebas Criteria hasil : Klien dapat bergerak bebas Kaji tingkat mobilisasi klien Rasional : Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya Beri latihan ROM Rasional : Memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot yang berkurang karena proses penyakit atau kecelakaan Anjurkan alat bantu jika dibutuhkan Rasional : membantu dalam melakukan suatu hal

. 3. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh tujuan : Masalah klien teratasi Criteria hasil : Klien dapat menungkapkan masalahnya Kaji konsep diri Rasional : Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya Bantu klien mengungkapkan masalahnya Rasional : Memberikan minat dan perhatian serta memperbaiki kesalahan konsep Berikan dukungan spiritual kepada klien Rasional : Agar klien tetap bersemangat dan tidak berputus asa terhadap perubahan status kesehatannya D. Evaluasi Hasil yang diharapkan 1. Pinggul bayi atau anak akan tetap pada posisi yang diharapkan 2. Kulit bayi atau anak akan tetap utuh tanpa kemerahan atau kerusakan Orang tua akan mendemonstrasikan aktivitas perawatan untuk mengakomodasi alat bantu pengoreksi bayi / anak atau gips spika pinggul.

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn dan Linda A.Sowden. 2009 . Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 5.Jakarta : EGC Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta EGC. Ratnayantinasrum.2010.blogspot.com (di akses 18 desember 2010) Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC Erika, Kadek Ayu, dkk. 2008. Keperawatan Anak. Makasar : SIK UNHAS

Anda mungkin juga menyukai