Anda di halaman 1dari 33

*

Ns. Dian Adriana, SKep.,M.Kep.


*
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak
adanya lubang atau saluran anus (Donna, 2003)
*
*Atresia ani berarti tidak terbentuknya lubang pada
anus (Nurarif, 2015).
*Atresia Ani adalah kelainan congenital yang dikenal
sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau
keduanya (Betz & Sowden, 2003).I
*Imperforata ani (Atresia ani) adalah tidak komplitnya
perkembangan embriotik pada distal (anus) atau
tertutupnya anus secara abnormal (Ridha, 2014).
*Malformasi anorektal atau sering disebut juga dengan
anus imperforta adalah malformasi congenital dimana
rectum tidak mempunyai lubang luar (Sodikin, 2011).
*
Menurut Nurarif (2015) atresia ani dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain :
*Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah
dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
*Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
kandunganberusia 12 minggu
*Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan
embriologik di daerah usus, rectum bagian distal serta
traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan
*
Menurut Nurarif (2015) atresia ani dikasifikasikan mejadi 3
yaitu:
1. Anomali bawah
* Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot
puborektalis, terdapat spingter internal dan eksternal yang
berkembang baik dengan fungsi normal, dan tidak terdapat
hubugan dengan saluran genitourinary
2. Anomali intermediate
* Rektum berada pada atau dibawah tingkat otot puborektalis,
lesung anal dan spingter eksternal berada pada posisi yang
normal
3. Anommali tinggi
* Ujung rectum diatas otot puborektalis dan spingter interna
tidak ada. Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula
genitourinarius rektouretral (pria) atau rektovaginalis (wanita)
*
*
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam
pertama setelah kelahiran.
2. Mekonium keluar melalui sebuah fistula
atau anus yang letaknya salah.
3. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu
rektal pada bayi.
4. Perut kembung.
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48
jam.
(Ngastiyah, 2005)
*
1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
2. Obstruksi intestinal
3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
4. Komplikasi jangka panjang :
a. Eversi mukosa anal.
b. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
c. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
d. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet
training.
e. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
f. Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan
infeksi.
(Betz, 2002)
*
a. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan pada dinding abdomen
untuk mengeluarkan feses. Pembuatan lubang biasanya sementara
atau permanen dari usus besar atau colon iliaka. Untuk anomali
tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir.
*
b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9
sampai 12 bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi
waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk
berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk
menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.
*
c. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari
setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB
akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang
frekuensinya dan agak padat.
1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistem pencernaan dan
mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan
traktus urinarius.
*
Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep
yang meliputi:
1. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan
perawatan di rumah.
2. Pola nutrisi – Metabolik
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien
dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan
mungkin terganggu oleh mual dan munta dampak dari anestesi.
3. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru
maka tubuh dibersihkan dari bahan - bahan yang melebihi
kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena pada atresia
ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan
mengalami kesulitan dalam defekasi
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari
kelemahan otot.
5. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran,
penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam
menjawab pertanyaan.
6. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena
nyeri pada luka inisisi.
7. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image,
body comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan
karena dampak luka jahitan operasi.
*
1. D.0040 Ganguan eliminasi urine berhubungan dengan
obstruksi anatomic, dysuria dibuktikan dengan distensi
kandung kemih, berkemih tidak tuntas volume residu
urine meningkat
2. D.0041 Inkontinensia fekal berhubungan dengan
kehilangan fungsi pengendalian sfingter rektum
dibuktikan dengan tidak mampu mengontrol pengeluaran
feses, feses keluar sedikit-sedikit, kulit perineal
kemerahan, bau feses.
3. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
dibuktikan dengan pasien tampak gelisah, meringis, nyeri
didaerah abdomen kuadran kanan atas, pasien sulit
tertidur, pasien lebih sering diam dan menyendiri dan
nafsu makan berubah.
4. D.0032 Resiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan
menelan makanan oleh karena mual muntah
dibuktikan dengan berat badan menurun minimal 10%
di bawah rentang ideal, membrane mukosa pucat,
nafsu makan menurun
5. D.0129 Gangguan integritas kulit/jaringan
berhubungan dengan kolostomi dibuktikan dengan
kerusakan lapisan kulit, perdarahan, kemerahan
6. D.0142 Risiko infeksi berhubungan dengan factor
resiko efek prosedur invasif
7. D.0080 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar
informasi dibuktikan dengan sulit tidur, tampak
gelisah, tampak tegang, tampak pucat
*
1. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan obstruksi
anatomic, dysuria
NOC
* Eleminasi Urine
Kriteria hasil:
* Kandung kemih kosong secara penuh
* Tidak ada residu urine > 100-200 cc
* Intake cairan dalam rentang normal
* Bebas dari ISK
* Tidak ada spasme bladder
* Balance cairan seimbang
NIC
Perawatan Retensi Urin
* Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada
inkotinensia (misalnya output urine, pola berkemih, fungsi
kognitif)
* Masukkan katheter kemih yg sesuai
* Anjurkan pasien/keluarga untuk mencatat output urine
* Pantau asupan dan keluaran
* Pantau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi atau
perkusi
* Menerapkan kateterisasi intermiten
2. D.0041 Inkontinensia fekal berhubungan dengan kehilangan
fungsi pengendalian sfingter rektum
NOC
* Bowel Continence
* Bowel Elemination
Kriteria Hasil:
* BAB teratur, mulai dari setiap hari sampai 3-5 hari
* Defekasi lunak, feses berbentuk
* Penurunan insiden inkontinensia usus
* Perawatan diri: toileting
* Perawatan diri: ostomi
* Perawatan diri: hygiene
* Fungsi gastrointestinal adekuat
* Pengetahuan tentang perawatan ostomi
NIC
Bowel Inkontinence Care
* Jelaskan penyebab masalah dan rasional dari tindakan
* Jelaskan tujuan dari managemen bowel pada pasien/keluarga
* Diskusikan prosedur dan kriteria hasil yg diharapkan bersama
pasien/keluarga
* Instruksikan pasien/ keluarga untuk mencatat keluaran feses
* Monitor efek samping pengobatan
* Bowel training
* Konsul ke dokter jika pasien memerlukan suppositoria
* Anjurkan pasien untuk cukup minum
* Jaga privasi klien
* Evaluasi status BAB secara rutin
* Modifikasi programBAB jika diperlukan
3. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
NOC
* Tingkat nyeri
* Kontrol nyeri
* Tingkat kenyamanan
Kriteria Hasil:
* Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi
nyeri,mencari bantuan)
* Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
* Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri)
* Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
Manajemen nyeri
* Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
* Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien.
* Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
* Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
* Kurangi faktor presipitasi nyeri
* Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
interpersonal)
* Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
* Tingkatkan istirahat
* Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tak berhasil
* Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Pemberian Analgetik
* Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
* Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali
* Berikan analgesik tepat waktu, terutama saat nyeri hebat
* Evaluasi efektififtas analgesik, tanda dan gejala
4. D.0032 Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
oleh karena mual muntah
NOC
* Status Nutrisi: Masukan makanan dan cairan
* Kontrol Berat badan
Kriteria hasil:
* Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
* Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
* Tidak ada tanda malnutrisi
* Tidak terjadi penuruna berat badan yg berarti
NIC
Manajemen nutrisi
* Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yg
dibutuhkan klien
* Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
* Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
* Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yg dibutuhkan
Pemantauan nutrisi
* Monitor adanya penurunan BB
* Monitor interaksi anak dan orang tua selama makan
* Monitor lingkungan selama makan
* Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
* Monitor kulit kering dan pigmentasi
* Monitor turgor kulit
* Monitor mual dan muntah
* Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah
* Monitor kadar albumin, total protein, kadar Hb dan Ht
* Monitor tumbuh kembang
* Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva
* Monitor kalori & intake nutrisi
* Catat adanya edema , hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral
5. D.0129 Gangguan integritas kulit/jaringan
NOC
* Penyembuhan luka primer
* Penyembuhan luka sekunder
Kriteria hasil
1. Penyembuhan luka tepat waktu
2. Tidak terjadi kerusakan didaerah sekitar stoma
NIC
Perawatan luka
* Monitor karakteristik luka, drainase, warna, ukuran dan bau
* Bersihkan dengan normal saline
* Oleskan salep yang sesuai dengan kulit
* Pertahankan tehnik balutan steril
* Ganti balutan bila kotor
* Reposisi pasien setiap 2 jam
* Dokumentasikan lokasi luka, ukuran dan tampilan
* Anjurkan keluarga mengenal tanda dan gejala infeksi
6. D.0142 Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
NOC
* Status imun
* Pengetahuan : kontrol infeksi
* Kontrol risiko
Kriteria hasil:
* Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
* Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
* Jumlah leukosit dalam batas normal
* Menunjukkan perilaku hidup sehat
* Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yg mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
NIC
Kontrol Infeksi
* Pertahankan teknik isolasi
* Batasi pengunjung bila perlu
* Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
* Cuci tangan setiap sebelum dan setelah tindakan keperawatan
* Gunakan sabun anti mikrobia untuk cuci tangan
* Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
* Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan
* Ganti letak IV periver, line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
* Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kemih
* Tingkatkan intake nutrisi
* Berikan terapi antibiotika bila perlu
Proteksi Terhadap Infeksi
* Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik lokal
* Monitor hitung granulosit, WBC
* Monitor kerentanan terhadap infeksi
* Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko
* Berikan perawatan kulit pada area epiderma
* Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
* Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah
* Dorong asupan nutrisi yg adekuat
* Instruksikan pasien untuk minum antibiotika sesuai resep dan tepat waktu
* Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
* Ajarkan cara menghindari infeksi
7. D.0080 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
NOC
* Kontrol kecemasan
* Tingkat kecemasan
* Koping
Kriteria hasil:
* Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
* Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
* Vital sign dalam batas normal
* Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas
menunujukkan berkurangnya cemas
NIC
Menurunkan kecemasan
* Gunakan pendekatan yg menenangkan
* Jelaskan semua prosedur dan apa yg akan dirasakan selama
prosedur
* Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres
* Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut
* Dorong keluarga untuk menemani anak
* Identifikasi tingkat kecemasan
* Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
* Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
*
*Pelaksanaan keperawatan kepada
klien/pasien anak dengan Atresia Ani,
didasarkan pada prinsip tindakan
keperawatan, mengacu kepada rencana
tindakan yang sudah disusun bersama
atau melibatkan klien dan atau keluarga,
namun tetap disesuaikan dengan kondisi
klien.
*
1. Nyeri akut yg dialami dan dirasakan klien berkurang/ hilang.
2. Kebutuhan eliminasi pasien kembali normal dan terpenuhi.
3. Inkotinensia fekal yang dialami pasien tertangani.
4. Infeksi tidak terjadi selama perawatan.
5. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan tidak terjadi defisit
nutrisi.
6. Kecemasan yang timbul pada klien maupun pada keluarga
khususnya orang tua berkurang/hilang.

Anda mungkin juga menyukai