M DENGAN DIAGNOSA
ATRESIA ANI DI RUANG KEMUNING RSUD. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
Disusun oleh:
Ayu Pratika Wati – 1614301016
Ikhsan Aji Dwi Wibowo – 1614301050
Masrurotul Ulyana Isna Setiawati – 1614301040
Putri Finka Novia – 1614301023
Siti Saodah – 1614301036
1
LEMBAR PENGESAHAN
BANDAR LAMPUNG,
NIP. 196404291988032001
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas
karunia-Nya sehingga dalam menyelesaikan laporan studi kasus “Asuhan Keperawatan
Pada An. M dengan Diagnosa Medis Atresia Ani” di ruang Kemuning ini penyusun
mendapat bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penyusun berkenan
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes (Ketua Jurusan Keperawatan)
2. Dr. Anita Bustami, M.Kep., Sp. Mat (Ketua Prodi DIV Keperawatan)
3. Uminah, S.ST (Pembimbing Lahan)
4. Dr. Aprina, S.Kp., M.Kes (Pembimbing Akademik)
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
2.1 Pengkajian 12
BAB IV SIMPULAN
4.1 Simpulan 34
LAMPIRAN
4
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
5
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
6
D. Patofisiologi / Pathway
1. Gangguan pertumbuhan
2. Fusi
3. Pembentukan anus dari
tonjolan embriogenik
ATRESIA ANI
Mikroorganisme masuk
Peningkatan tekanan intra Reabsorbsi sisa saluran kemih
abdominal metabolisme oleh tubuh
Disuria
Keracunan
Mual, muntah
Trauma jaringan
Perubahan defekasi
Pengeluaran
tdk terkontrol Nyeri Perawatan tidak adekuat
2
impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di
daerah sigmoid, kolon/rectum.
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala
dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada
foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara
tertinggi dapat diukur.
1. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
2. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam
system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti
obstruksi oleh karena massa tumor.
3. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
4. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
5. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan
dengan traktus urinarius.
F. Penatalaksanaan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya.
Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal
yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan
pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan
dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-
otot untuk berkembang.
Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan
bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik
kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada
harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang
minimal membran tersebut dilubangi dengan skapel.
3
II. Asuhan Keperawatan
A. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Menurut Nanda Nic Noc 2015
1. Dx Pre Operasi
a. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,
muntah.
c. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
dan prosedur perawatan.
2. Dx Post Operasi
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi.
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
B. Intervensi
1. Diagnosa Pre Operasi
a. Dx. 1 Konstipasi berhubungan dengan aganglion
Tujuan : Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur.
Kriteria Hasil :
- Penurunan distensi abdomen.
- Meningkatnya kenyamanan.
Intervensi :
4
Intervensi :
Intervensi :
1) Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi
dan fisiologi saluran pencernaan normal. Gunakan alat, media dan gambar
Rasional : Agar orang tua mengerti kondisi klien.
2) Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua
Rasional : Pengetahuan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan
kecemasan.
3) Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi
Rasional : Membantu mengurangi kecemasan klien
2. Diagnosa Post Operasi
a. Dx 1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder
dari kolostomi.
Tujuan : Klien tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.
Intervensi :
1) Gunakan kantong kolostomi yang baik.
2) Kosongkan kantong ortomi setelah terisi ¼ atau 1/3 kantong.
3) Lakukan perawatan luka sesuai order dokter.
b. Dx 2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
Tujuan : Orang tua dapat meningkatkan pengetahuannya tentang
perawatan di rumah.
Intervensi :
1) Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya pemberian makan tinggi kalori
tinggi protein.
2) Ajarkan orang tua tentang perawatan kolostomi.
5
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA ATRESIA ANI
A. IDENTITAS
Nama : An. M
Umur : 1.3 th
Nama Ibu : Ny. D
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kotabumi
Suku : Lampung
Agama : Islam
Pendidikan :-
No RM : 00.51.13.23
B. Keluhan utama
Pada saat pengkajian tanggal 2 Oktober 2018 terdapat luka post op PSARP di anus
hari ke 7, luka berukuran 2cm dan kemerahan serta bengkak disekitar luka. Pasien
terpasang selang kateter sejak 3 hari yang lalu (Riwayat Atresia Ani).
6
Saat bayi berusia 1 bulan, bayi di rawat di RS Abdoel Moloek karena bayi
BAB melalui vaginanya. Bayi di rawat selama 7 hari dengan tindakan pembedahan
kolostomi. Pasien tidak memiliki alergi makanan maupun obat-obatan.
Imunisasi bayi (An. M)
Hepatitis B - -
Polio - - - -
BCG - - -
DTP - - -
Hib - - -
PCV - - -
Rotavirus - - -
Campak -
E. Genogram
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
7
= Klien
= Keluarga
= Satu rumah
F. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh
Pasien di asuh oleh ibu kandungnya yaitu Ny.D sejak lahir hingga sekarang.
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Pasien merupakan anak kandung dari pasangan Tn.Y dan Ny. D
3. Hubungan dengan teman sebaya
Pasien berusia 1,3 tahun
4. Pembawaan secara umum
Ibu pasien mengatakan An. M tidak pernah rewel dan suka jika ada orang yang
mengajaknya bermain.
G. Kebutuhan Dasar
1. Makanan
Ibu pasien mengatakan anaknya menyukai hampir semua jenis makanan,
anaknya menelan semua makanan yang diberikan. Ibunya mengatakan selera
makan anaknya sangat baik dengan pola makan 3 kali sehari saat pagi, siang
dan sore hari dengan menu nasi, kuah sayur dan lauk.
2. Pola tidur
Ibu pasien saat siang anaknya tidur 1-2 jam, saat malam hari anak biasa tidur
jam 9 malam tanpa menggunakan alat bantu tidur.
3. Kebersihan diri
Ibu pasien mengatakan pasien mandi 2 kali sehari saat pagi dan sore hari.
4. Eliminasi
BAB : Pasien BAB melalui kolostomi
BAK : Pasien BAK melalui selang kateter dengan output 300 cc /24 jam.
8
Input (Infus+Oral) - Output (IWL+Urine+Feses)
650cc - (15×5,8) + 300
650 - 387 = 263cc
4. Status Nutrisi : Pasien makan 3 kali sehari dengan nafsu makan baik.
5. Obat-obatan : Ceftriaxone 125 mg/12 jam secara IV.
I. Hasil Laboraturium
NAMA : An. M TGL. ORDER : 20/09/2018
09:37
NO. REKAM MEDIK : 00511323 SPECIMEN : Serum Darah
UMUR : 1 thn 3 bln 20 hr
HASIL PEMERIKSAAN
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
PATOLOGI
Hemoglobin 11,8 10,70 – 13,10 g/dL
Leukosit 14,600 4,800 – 10,800 / µL
Erittrosit 4,5 L : 4,7 – 6,1 juta/ µL
P : 4,2 – 5,4
Hematokrit 33 L : 42 – 52 %
P : 37 - 47
Trombosit 473,000 150.000 – 450.000 / µL
MCV 74 79 – 99 fl
NCH 26 27 – 31 pg
MCHC 35 30 – 35 g/dL
Hitung Jenis
- Basofil 0 0–1 %
- Esinofil 0 0–8 %
- Batang 0 0–8 %
- Segmen 49 17 – 60 %
- Limfosit 44 20 – 70 %
- Monosit 7 1 – 11 %
LED 7 0 – 15 mm/jam
CT 10 9 – 15 menit
BT 2 1 -3 menit
9
KIMIA
SGOT 37 * < 31 U/L
SGPT 28 < 31 U/L
Gula Darah Sewaktu 87 < 140 mg/dL
Ureum 19 13 - 43 mg/dL
Creatinine 0,20 * 0,55 – 1,02 mg/dL
Hasil Radiologi
1. Thorax
Klinis : atresia ani ec fistula ani
Kesan :
pneumonia lobutaris lobus inferior pulmo dextra
hiperinflasi pulmo bilateral
konfigurasi cor normal
J. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : Komposmentis
3. TTV
- RR : 30x/menit
- N : 102x/menit
- S : 37,1̊C
4. TB/BB : 73cm / 5,8kg
5. Lk : 43 cm
6. Kepala : tidak ada luka, tidak ada benjolan
7. Leher : tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada peningkatan tekanan vena
jugularis, teraba denyut di arteri karotis
8. Telinga : posisi kedua telinga simetris, tidak ada gangguan pendengaran,
bersih, tidak ada sekresi.
9. Hidung : tidak ada sekret, posisi simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung.
10. Mulut : pasien belum memiliki gigi, mukosa mulut lembab
11. Dada :
Paru-paru:
I : posisi dada simetris antara kiri dan kanan, tidak ada luka.
10
P : gerakan dinding dada kanan dan kiri sama.
P : terdapat bunyi sonor di seluruh lapang paru.
A : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezzing/ronchi.
Jantung :
I : Ictus cordis tidak tampak.
P: terdapat suara ketuk redup pada batas-batas jantung.
P: Ictus cordis teraba di ICS 4 mid klavikula.
A: terdengar suara lupdup.
12. Abdomen :
I : terdapat kolostomi di perut bagian kiri, kemerahan di dekat stoma.
A : bising usus 6x/menit
P : bayi menangis saat ditekan perutnya
P : tidak dilakukan dikarenankan terdapat stoma kolostomi
13. Genetalia : pasien terpasang kateter selama 3 hari, genetalia bersih,
terdapat luka post PSARP di bagian anus hari ke-7, ukuran luka 2cm, terlihat
adanya benang pada anus, pada saat pengkajian belum mengeluarkan feses.
Keluarga mengatakan luka di anus anaknya masih merah dan sedikit bengkak
(edema). Keluarga juga mengatakan anaknya sering BAB melalui stoma
kolostomi, feses keluar sedikit-sedikit.
14. Ekstremitas : reflek gerak baik, tidak ada kesulitan bergerak, kekuatan otot
5 5
5 5
11
II. Analisa Data
Do :
Do :
12
III. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b.d prosedur pembedahan invasif
2. Resiko Infeksi b.d luka insisi operasi di anus, pemasangan kateter
3. Inkontinensia fekal b.d kehilangan fungsi pengendalian sfingter rektum
INTERVENSI KEPERAWATAN
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
Tanggal/
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
waktu
1. 2/10/2018 Gangguan Setelah 1. Kaji kulit tiap hari, 1. Menentukan
integritas dilakukan catat garis dasar
14.40
jaringan kulit tindakan warna,turgor,sirkula dimana
WIB
berhubungan asuhan si dan sensasi. perubahan
dengan keperawatan 2. Instruksikan pada status
prosedur selama 3x24 keluarga dalam dapat
pembedahan jam hygiene kulit, dibandingkan
invasif diharapkan misalnya membasuh dan melakukan
(PSARP) hasil kulit dan intervensi.
kerusakan mengeringkan nya 2. Mempertahank
itegritas kulit dengan hati-hati. an kebersihan
teratasi / 3. Dorong klien untuk karena kulit
hilang. ambulasi / turun dari yang rapuh
tempat tidur jika dapat menjadi
KH :
memungkinkan. barier infeksi.
Temperatur 4. Ubah posisi secara 3. Menurunkan
kulit normal teratur dan ganti tekanan pada
13
jaringan dengan kasa steril. stress pada
6. Berikan matras atau titik tekanan,
Tidak ada
tempat tidur busa . meningkatkan
eritema di
aliran darah
sekitar luka
kejaringan dan
meningkatkan
proses
penyembuhan.
5. Dapat
mengurangi
kontaminasi
bakteri,
meningkatkan
proses
penyembuhan.
6. Menurunkan
iskemia
jaringan,
mengurangi
tekanan pada
kulit, jaringan
dan lesi.
2. 2/10/2018 Risiko infeksi Setelah 1. Monitor 1. Untuk
berhubungan dilakukan karakteristik, warna, mengetahui
14.40
dengan luka tindakan ukuran, bau pada kadaan luka
WIB
insisi di anus asuhan luka. dan
keperawatan 2. Cuci tangan perkembanga
selama 3x24 sebelum dan nnya
jam sesudah tindakan 2. Meminimalkan
diharapkan keperawatan resiko infeksi
infeksi tidak 3. Lakukan perawatan 3. Agar tidak
terjadi. luka dengan konsep terjadi infeksi
steril dan terpapar
KH :
4. Kaji temperatur tiap oleh kuman
Temperatur 4 jam atau bakteri
kulit normal 5. Catat dan laporkan 4. Untuk
14
klien normal 6. Kolaborasi tanda infeksi
pemberian antibiotik 5. Untuk
Leukosit
menegtahui
dalam
tanda infeksi.
ambang batas
6. Pemberian
normal
antibiotic
Tidak ada untuk
tanda infeksi : mencegah
tidak ada timbulnya
edema, infeksi
kemerahan
Menunjukkan
proses
penyembuhan
luka
3. 2/10/2018 Inkontinensia Setelah 1. Instruksikan 1. Untuk
fekal dilakukan keluarga untuk mengetahui
14.40
berhubungan tindakan mencatat keluaran bentuk fisik
WIB
dengan asuhan feses feses yang
kehilangan keperawatan 2. Jaga kebersihan keluar
fungsi dan selama 3x24 baju dan tempat 2. Mencegah
pengendalia jam tidur terjadinya risiko
n sfingter diharapkan 3. Evaluasi status BAB infeksi
rektum pengeluaran secara rutin 3. Mengetahui
defekasi perkembangan
terkontrol perubahan
dengan defekasi
kriteria hasil :
- Defekasi
lunak
- Feses
berbentuk
15
V. Catatan Perkembangan
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-1
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
1
memungkinkan. 1. Kaji keadaaan kulit
4. Mengubah posisi secara teratur 2. Anjurkan keluarga untuk mengubah
dan ganti sprei sesuai kebutuhan. posisi anaknya secara teratur
5. Menutupi luka tekan yang terbuka 3. Tutup luka tekan dengan kasa steril
dengan kasa steril.
6. Memberikan matras atau tempat
tidur busa .
2. 02-10-2018 2 1. Memonitor karakteristik, warna, S : Keluarga mengatakan luka anaknya masih
14.30 WIB ukuran, bau pada luka. basah dan bengkak
2. Mencuci tangan sebelum dan
O:
sesudah tindakan keperawatan
3. Melakukan perawatan luka - Terdapat luka PSARP di anus
dengan konsep steril, mengganti - Tampak kemerahan di sekitar luka
selang kateter dengan yang baru - Terpasang selang kateter dengan
4. Mengkaji temperatur tiap 4 jam kondisi bersih
5. Mencatat dan laporkan hasil - Leukosit : 14.600 /µL
laboratorium. - T : 37,1OC
6. Berkolaborasi pemberian antibiotic
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2
tindakan keperawatan
3. Lakukan perawatan luka dengan konsep
steril
4. Kaji temperatur tiap 4 jam
5. Catat dan laporkan hasil laboratorium
3. 02/10/2018 3 1. Menginstruksikan keluarga untuk S : Keluarga pasien mengatakan anaknya
16.00 WIB mencatat keluaran feses BAB dan feses keluar sedikit-sedikit
2. Menjaga kebersihan baju dan
O:
tempat tidur.
3. Mengevaluasi status BAB secara - Pasien BAB melalui kolostomi, kulit
rutin perianal kemerahan
- Terlihat benang pada anus, anus
belum mengeluarkan feses.
P : Lanjutkan intervensi
3
Hari ke-2
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
P : Lanjutkan intervensi :
4
2. 03/10/2018 2 1. Memonitor karakteristik, warna, S : Keluarga mengatakan luka anaknya masih
14.30 WIB ukuran, bau pada luka. basah dan bengkak
2. Melakukan perawatan luka
O:
dengan konsep steril, mengganti
selang kateter dengan yang baru - Terdapat luka PSARP di anus
3. Mengkaji temperatur tiap 4 jam - Tampak tidak begitu kemerahan di
4. Berkolaborasi pemberian antibiotic sekitar luka
- Terpasang selang kateter dengan
kondisi bersih
- Leukosit : 14.600 /µL
- T : 37,1OC
P : Lanjutkan intervensi
5
16.00 WIB mencatat keluaran feses BAB dan feses keluar sedikit-sedikit
2. Menjaga kebersihan baju dan
O:
tempat tidur.
3. Mengevaluasi status BAB secara - Pasien BAB melalui kolostomi, kulit
rutin perianal kemerahan
- Terlihat benang pada anus, anus
belum mengeluarkan feses.
P : Lanjutkan intervensi
6
Hari ke-3
Ruang : Kemuning
No. MR : 00.51.13.23
A: Masalah teratasi
P : hentikan intervensi :
7
2. 04/10/2018 2 1. Memonitor karakteristik, warna, S : Keluarga mengatakan luka anaknya masih
14.30 WIB ukuran, bau pada luka. basah dan bengkak
2. Melakukan perawatan luka
O:
dengan konsep steril, mengganti
selang kateter dengan yang baru - Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Mengkaji temperatur tiap 4 jam - Tidak ada edema dan kemerahan
4. Berkolaborasi pemberian antibiotic disekitar luka
- Menunjukkan tanda tanda
penyembuhan luka
- Temperatur kulit dalam batas normal
- T : 36,0ºC
A: Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3. 04/10/2018 3 4. Menginstruksikan keluarga untuk S : Keluarga mengatakan anaknya sudah
16.00 WIB mencatat keluaran feses jarang BAB
5. Menjaga kebersihan baju dan
O:
tempat tidur.
6. Mengevaluasi status BAB secara 4. Pasien BAB teratur 2x sehari
rutin 5. Pakaian pasien bersih
A: Masalah teratasi
6. P : Intervensi di hentikan
8
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
1
pasien mengatakan anaknya tidak mendapatkan imunisasi karena tidak
mendapatkan izin dokter atas indikasi adanya kelainan kongenital pada bayi.
E. Pola-pola kesehatan
Pola metabolic dan nutrisi. Menurut hasil pengkajian, Ibu pasien
mengatakan anaknya menyukai hampir semua jenis makanan, anaknya
menelan semua makanan yang diberikan. Ibunya mengatakan selera makan
anaknya sangat baik dengan pola makan 3 kali sehari saat pagi, siang dan
sore hari dengan menu nasi, kuah sayur dan lauk.
Pola istirahat tidur. Menurut hasil pengkajian, Ibu pasien saat siang
anaknya tidur 1-2 jam, saat malam hari anak biasa tidur jam 9 malam tanpa
menggunakan alat bantu tidur.
2
Menurunkan iskemia jaringan, mengurangi tekanan pada kulit, jaringan dan
lesi.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi di anus
Intervensi :
Monitor karakteristik, warna, ukuran, bau pada luka
Untuk mengetahui kadaan luka dan perkembangannya.
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Meminimalkan resiko infeksi
Lakukan perawatan luka dengan konsep steril
Agar tidak terjadi infeksi dan terpapar oleh kuman atau bakteri
Kaji temperatur tiap 4 jam
Untuk mengetahui tanda infeksi
Catat dan laporkan hasil laboratorium.
Untuk menegtahui tanda infeksi
Kolaborasi obat :
- Ceftriaxone
Mengkolaborasikan obat mempercepat penyembuhan
- Untuk mencegah pertumbuhan bakteri
3. Inkontinensia fekal berhubungan dengan kehilangan fungsi dan pengendalian
sfingter rektum.
Intervensi:
Instruksikan keluarga untuk mencatat keluaran feses.
Untuk mengetahui bentuk fisik feses yang keluar
Jaga kebersihan baju dan tempat tidur
Mencegah terjadinya risiko infeksi
Evaluasi status BAB secara rutin
Mengetahui perkembangan perubahan defekasi.
3
BAB IV SIMPULAN
1.1 Simpulan
Dari laporan diatas, atresia ani adalah kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus. Pada kasus asuhan ini, klien mengalami atresia ani sejak
ia lahir, saat pengkajian keadaan klien terdapat luka post op PSARP di anus hari ke
7, luka berukuran 2cm dan kemerahan serta bengkak disekitar luka. Setelah
dilakukan pengkajian, didapatkan 3 diagnose keperawatan yaitu Gangguan integritas
kulit b.d prosedur pembedahan invasive, Resiko Infeksi b.d luka insisi operasi di
anus, pemasangan kateter, Inkontinensia fekal b.d kehilangan fungsi pengendalian
sfingter rektum. Masing-masing diagnose sudah diberikan dan dilakukan asuhan
secara intensive dengan hasil masalah teratasi dihari ketiga melakukan asuhan
keperawatan kepada klien.