Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

M DENGAN DIAGNOSA
ATRESIA ANI DI RUANG KEMUNING RSUD. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG

Makalah Seminar Kasus Praktek Klinik 5 (Keperawatan Anak)

Disusun oleh:
Ayu Pratika Wati – 1614301016
Ikhsan Aji Dwi Wibowo – 1614301050
Masrurotul Ulyana Isna Setiawati – 1614301040
Putri Finka Novia – 1614301023
Siti Saodah – 1614301036

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M


DENGAN DIAGNOSA ATRESIA ANI
DI RUANG KEMUNING RSUD. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018

Telah disetujui oleh :

BANDAR LAMPUNG,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dr. Aprina, S.Kp., M.Kes Uminah, S.ST

NIP. 196404291988032001

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas
karunia-Nya sehingga dalam menyelesaikan laporan studi kasus “Asuhan Keperawatan
Pada An. M dengan Diagnosa Medis Atresia Ani” di ruang Kemuning ini penyusun
mendapat bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penyusun berkenan
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes (Ketua Jurusan Keperawatan)
2. Dr. Anita Bustami, M.Kep., Sp. Mat (Ketua Prodi DIV Keperawatan)
3. Uminah, S.ST (Pembimbing Lahan)
4. Dr. Aprina, S.Kp., M.Kes (Pembimbing Akademik)

Bandar Lampung, 31 Oktober 2018

Tim Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Atresia Ani 5


1.2 Asuhan Keperawatan Pada Atresia Ani 10

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M DENGAN DIAGNOSA ATRESIA ANI


DIRUANG KEMUNING

2.1 Pengkajian 12

2.2 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan 19

2.3 Intervensi Keperawatan 20

2.4 Implementasi Keperawatan 23

2.5 Catatan Perkembangan 23

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisa Pengkajian 31

3.2 Analisa Rencana Keperawatan 32

BAB IV SIMPULAN

4.1 Simpulan 34

LAMPIRAN

4
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Dasar Atresia Ani


A. Definisi Atresia Ani
Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi
atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak
adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara
kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat
yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa
terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit
yang mengenai saluran itu. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. 
Definisi Atresia Ani menurut beberapa ahli:
1. Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
2. Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforatemeliputi anus, rectum atau keduanya (Betz, dkk. 2002).
3. Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran
yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus
yang tidak sempurna.  Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau
kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum
(Purwanto, 2001).
B. Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3
bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan.
C. Tanda dan Gejala
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada
fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

5
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.

6
D. Patofisiologi / Pathway

1. Gangguan pertumbuhan
2. Fusi
3. Pembentukan anus dari
tonjolan embriogenik

ATRESIA ANI

Feses tidak keluar Vistel rektovaginal

Feses menumpuk Feses masuk ke uretra

Mikroorganisme masuk
Peningkatan tekanan intra Reabsorbsi sisa saluran kemih
abdominal metabolisme oleh tubuh

Disuria
Keracunan
Mual, muntah

Operasi : Gangguan Resti nyeri Gangguan


Anoplasti, rasa Eliminasi
Resiko nutrisi kurang dr
Colostomi nyaman BAK
kebutuhan

Trauma jaringan
Perubahan defekasi

Pengeluaran
tdk terkontrol Nyeri Perawatan tidak adekuat

Iritasi mukosa Gangguan rasa Resti infeksi


nyaman
Resti
kerusakan
integritas kulit
1
Penyebab dari Atresia Ani ada beberapa seperti, gangguan pertumbuhan,
fusi, pembentukan anus dari tonjolan embrogeni. Atresia ani mengakibatkan
vistel rektovaginal dan feses tidak keluar, yang pertama yaitu vistel rektovaginal,
vistel rektovaginal merupakan kondisi abnormal pada saluran antara bagian
bawah usus besar atau rectum dengan vagina. Karena kondisi ini, isi usus bisa
bocor melalui vistula sehingga feses masuk ke dalam uretra dan mengeluarka
gas dan feses melewati vagina. Feses yang masuk melalui uretra dapat
menyebabkan moikroorganisme masuk ke saluran kemih yang mengakibatkan
Disuria, jika terjadi Disuria, diagnose keperawatan yang mungkin akan muncul
yaitu gangguan rasa nyaman, nyeri, dan gangguan eliminasi BAK.
Yang kedua, selain vistel rektovaginal atresia ani juga menyebabkan feses
tidak keluar sehingga feses dapat menumpuk dikarenakan tidak adanya anus
untuk mengeluarkan feses tersebut. Jika feses tersebut menumpuk
mengakibatkan reabsorbsi sisa metabolisme oleh tubuh yang dapat
mengakibatkan keracunan ditandai dengan mual, muntah dan mual, muntah
yang merupakan salah satu tanda resiko nutrisi kurang dari kebutuhan. Selain
reabsorbsi sisa metabolisme oleh tubuh, feses menumpuk juga dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal. Peningkatan tekanan intra
abdominal dapat menyebabkan mual muntah dan merupakan salah satu tanda
penyebab resiko nutrisi kurang dari kebutuhan. Peningkatan tekanan intra
abdominal bisa diatasi dengan tindakan operasi pembuatan colostomy, namun
setelah pembuatan colostomy akan mengakibatkan perubahan defekasi dan
trauma jaringan. Perubahan defekasi yaitu pengeluaran yang tidak terkontrol
menyebabkan iritasi mukosa dapat mengakibatkan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Sedangkan, trauma jaringan dapat menyebabkan nyeri yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman, jika perawatan colostomy tidak adekuat
dapat menyebabkan resiko tinggi terhadap infeksi.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang
umum dilakukan pada gangguan ini.  Pemeriksaan fisik rectum kepatenan
rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
2. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan:
a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah
tersebut.
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan
gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus

2
impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di
daerah sigmoid, kolon/rectum.
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala
dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada
foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara
tertinggi dapat diukur.
1. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
2. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam
system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti
obstruksi oleh karena massa tumor.
3. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
4. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
5. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan
dengan traktus urinarius.
F. Penatalaksanaan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya.
Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal
yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan
pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan
dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-
otot untuk berkembang.
Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan
bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik
kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada
harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang
minimal membran tersebut dilubangi dengan skapel.

3
II. Asuhan Keperawatan
A. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Menurut Nanda Nic Noc 2015
1. Dx Pre Operasi
a. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake,
muntah.
c. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
dan prosedur perawatan.
2. Dx Post Operasi
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi.
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
B. Intervensi
1. Diagnosa Pre Operasi
a. Dx. 1 Konstipasi berhubungan dengan aganglion
Tujuan : Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur.
Kriteria Hasil :
- Penurunan distensi abdomen.
- Meningkatnya kenyamanan.

Intervensi :

1) Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai order.


Rasional : Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada anak.
2) Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam
Rasional : Meyakinkan berfungsinya usus
3) Ukur lingkar abdomen
Rasional : Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya
distensi.
b. Dx. 2 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya
intake, muntah
Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
Kriteria Hasil :
- Output urin 1-2 ml/kg/jam
- Capillary refill 3-5 detik
- Turgor kulit baik
- Membrane mukosa lembab

4
Intervensi :

1) Monitor intake – output cairan.


Rasional : Dapat mengidentifikasi status cairan klien.
2) Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV.
Rasional : Mencegah dehidrasi.
3) Pantau TTV
Rasional: Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi.
c. Dx 3 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur perawatan.
Tujuan : Kecemasan orang tua dapat berkurang
Kriteria Hasil : Klien tidak lemas

Intervensi :

1) Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi
dan fisiologi saluran pencernaan normal. Gunakan alat, media dan gambar
Rasional : Agar orang tua mengerti kondisi klien.
2) Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua
Rasional : Pengetahuan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan
kecemasan.
3) Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi
Rasional : Membantu mengurangi kecemasan klien
2. Diagnosa Post Operasi
a. Dx 1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder
dari kolostomi.
Tujuan : Klien tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.
Intervensi  :
1) Gunakan kantong kolostomi yang baik.
2) Kosongkan kantong ortomi setelah terisi ¼ atau 1/3 kantong.
3) Lakukan perawatan luka sesuai order dokter.
b. Dx 2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
Tujuan       : Orang tua dapat meningkatkan pengetahuannya tentang
perawatan di rumah.
Intervensi  :
1) Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya pemberian makan tinggi kalori
tinggi protein.
2) Ajarkan orang tua tentang perawatan kolostomi.

5
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA ATRESIA ANI

I. Tinjauan Kasus (Pengkajian)

Nama Mahasiswa :Ikhsan Aji Dwi Wbowo Tgl. Pengkajian : 2 - 10 - 2018

NIM : 1614301050 No.Register : 00.51.13.23

Ruang Dirawat : Ruang Kemuning

A. IDENTITAS
Nama : An. M
Umur : 1.3 th
Nama Ibu : Ny. D
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kotabumi
Suku : Lampung
Agama : Islam
Pendidikan :-
No RM : 00.51.13.23

B. Keluhan utama
Pada saat pengkajian tanggal 2 Oktober 2018 terdapat luka post op PSARP di anus
hari ke 7, luka berukuran 2cm dan kemerahan serta bengkak disekitar luka. Pasien
terpasang selang kateter sejak 3 hari yang lalu (Riwayat Atresia Ani).

C. Riwayat kehamilan dan persalinan


1. Prenatal
Ibu pasien mengatakan tidak ada masalah saat kehamilan, ibu rutin
memeriksakan kandungannya ke bidan praktik.
2. Natal
Bayi lahir pada tanggal 31/05/2017 secara spontan dengan BB 2500 gr dan PB
48 cm.
3. Post Natal
Bayi Ny. D tidak mengeluarkan meconium dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran

D. Riwayat Kesehatan Masa Lampau

6
Saat bayi berusia 1 bulan, bayi di rawat di RS Abdoel Moloek karena bayi
BAB melalui vaginanya. Bayi di rawat selama 7 hari dengan tindakan pembedahan
kolostomi. Pasien tidak memiliki alergi makanan maupun obat-obatan.
Imunisasi bayi (An. M)

Vaksin Usia (Bulan)


Lahir 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Hepatitis B - -

Polio - - - -
BCG - - -
DTP - - -
Hib - - -
PCV - - -
Rotavirus - - -
Campak -

Pasien hanya mendapatkan imuisasi Hb0 setelah kelahiran. Ibu pasien


mengatakan anaknya tidak mendapatkan imunisasi karena tidak mendapatkan izin
dokter atas indikasi adanya kelainan kongenital pada bayi.

E. Genogram

Keterangan:

= Laki-laki

= Perempuan

7
= Klien

= Keluarga

= Satu rumah

F. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh
Pasien di asuh oleh ibu kandungnya yaitu Ny.D sejak lahir hingga sekarang.
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Pasien merupakan anak kandung dari pasangan Tn.Y dan Ny. D
3. Hubungan dengan teman sebaya
Pasien berusia 1,3 tahun
4. Pembawaan secara umum
Ibu pasien mengatakan An. M tidak pernah rewel dan suka jika ada orang yang
mengajaknya bermain.

G. Kebutuhan Dasar
1. Makanan
Ibu pasien mengatakan anaknya menyukai hampir semua jenis makanan,
anaknya menelan semua makanan yang diberikan. Ibunya mengatakan selera
makan anaknya sangat baik dengan pola makan 3 kali sehari saat pagi, siang
dan sore hari dengan menu nasi, kuah sayur dan lauk.
2. Pola tidur
Ibu pasien saat siang anaknya tidur 1-2 jam, saat malam hari anak biasa tidur
jam 9 malam tanpa menggunakan alat bantu tidur.
3. Kebersihan diri
Ibu pasien mengatakan pasien mandi 2 kali sehari saat pagi dan sore hari.
4. Eliminasi
BAB : Pasien BAB melalui kolostomi
BAK : Pasien BAK melalui selang kateter dengan output 300 cc /24 jam.

H. Keadaan kesehatan saat ini


1. Diagnosa medis : Atresia Ani
2. Tindakan Operasi : Pembedahan PSARP
3. Status Cairan :

8
Input (Infus+Oral) - Output (IWL+Urine+Feses)
650cc - (15×5,8) + 300
650 - 387 = 263cc
4. Status Nutrisi : Pasien makan 3 kali sehari dengan nafsu makan baik.
5. Obat-obatan : Ceftriaxone 125 mg/12 jam secara IV.

I. Hasil Laboraturium
NAMA : An. M TGL. ORDER : 20/09/2018
09:37
NO. REKAM MEDIK : 00511323 SPECIMEN : Serum Darah
UMUR : 1 thn 3 bln 20 hr

HASIL PEMERIKSAAN
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
PATOLOGI
Hemoglobin 11,8 10,70 – 13,10 g/dL
Leukosit 14,600 4,800 – 10,800 / µL
Erittrosit 4,5 L : 4,7 – 6,1 juta/ µL

P : 4,2 – 5,4
Hematokrit 33 L : 42 – 52 %

P : 37 - 47
Trombosit 473,000 150.000 – 450.000 / µL
MCV 74 79 – 99 fl
NCH 26 27 – 31 pg
MCHC 35 30 – 35 g/dL
Hitung Jenis
- Basofil 0 0–1 %
- Esinofil 0 0–8 %
- Batang 0 0–8 %
- Segmen 49 17 – 60 %
- Limfosit 44 20 – 70 %
- Monosit 7 1 – 11 %
LED 7 0 – 15 mm/jam
CT 10 9 – 15 menit
BT 2 1 -3 menit

9
KIMIA
SGOT 37 * < 31 U/L
SGPT 28 < 31 U/L
Gula Darah Sewaktu 87 < 140 mg/dL
Ureum 19 13 - 43 mg/dL
Creatinine 0,20 * 0,55 – 1,02 mg/dL

Hasil Radiologi

1. Thorax
Klinis : atresia ani ec fistula ani
Kesan :
pneumonia lobutaris lobus inferior pulmo dextra
hiperinflasi pulmo bilateral
konfigurasi cor normal

J. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : Komposmentis
3. TTV
- RR : 30x/menit
- N : 102x/menit
- S : 37,1̊C
4. TB/BB : 73cm / 5,8kg
5. Lk : 43 cm
6. Kepala : tidak ada luka, tidak ada benjolan
7. Leher : tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada peningkatan tekanan vena
jugularis, teraba denyut di arteri karotis
8. Telinga : posisi kedua telinga simetris, tidak ada gangguan pendengaran,
bersih, tidak ada sekresi.
9. Hidung : tidak ada sekret, posisi simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung.
10. Mulut : pasien belum memiliki gigi, mukosa mulut lembab
11. Dada :
Paru-paru:
I : posisi dada simetris antara kiri dan kanan, tidak ada luka.

10
P : gerakan dinding dada kanan dan kiri sama.
P : terdapat bunyi sonor di seluruh lapang paru.
A : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezzing/ronchi.
Jantung :
I : Ictus cordis tidak tampak.
P: terdapat suara ketuk redup pada batas-batas jantung.
P: Ictus cordis teraba di ICS 4 mid klavikula.
A: terdengar suara lupdup.
12. Abdomen :
I : terdapat kolostomi di perut bagian kiri, kemerahan di dekat stoma.
A : bising usus 6x/menit
P : bayi menangis saat ditekan perutnya
P : tidak dilakukan dikarenankan terdapat stoma kolostomi
13. Genetalia : pasien terpasang kateter selama 3 hari, genetalia bersih,
terdapat luka post PSARP di bagian anus hari ke-7, ukuran luka 2cm, terlihat
adanya benang pada anus, pada saat pengkajian belum mengeluarkan feses.
Keluarga mengatakan luka di anus anaknya masih merah dan sedikit bengkak
(edema). Keluarga juga mengatakan anaknya sering BAB melalui stoma
kolostomi, feses keluar sedikit-sedikit.
14. Ekstremitas : reflek gerak baik, tidak ada kesulitan bergerak, kekuatan otot

5 5

5 5

K. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


1. Kemandirian & Sosialisasi
Pasien berumur 1,3 tahun belum mampu bersosialisasi dan aktivitas secara
mandiri.
2. Motorik halus
Sudah ada koordinasi mata & tangan. Pasien mampu meraih benda di
sekitarnya.
3. Motorik kasar
Pasien mampu berdiri tegak namun belum bisa berjalan.
4. Kemampuan bicara dan bahasa
Pasien umur 1,3 tahun belum mampu bicara dengan jelas.

11
II. Analisa Data

Data Fokus Masalah Etiologi


Ds :- Gangguan integritas kulit Prosedur pembedahan
invasif
Do : pasien post op PSARP di
aus hari ke 7, terdapat
kolostomi di perut kiri. Luka
PSARP berukuran 2cm dengan
kemerahan dan bengkak
(edema) di sekitar luka
Ds : keluarga klien mengatakan Resiko Infeksi Luka insisi operasi di
luka anaknya masih merah dan anus, pemasangan
bengkak kateter

Do :

1. luka post op PSARP di


anus hari ke 7, luka
kemerahan dan bengkak di
sekitar luka.
2. Terpasang selang kateter
sejak 3 hari yang lalu.
3. Kondisi di sekitar kateter
tampak kotor
4. Leukosit : 14.600 /µL
5. S : 37,1 ̊C
Ds : keluarga pasien Inkontinensia fekal Kehilangan fungsi
mengatakan anaknya BAB pengendalian sfingter
melalui stoma kolostomi dan rektum
feses keluar sedikit-sedikit

Do :

Terlihat benang pada anus,


pada saat pengkajian anus
belum mengeluarkan feses.

12
III. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b.d prosedur pembedahan invasif
2. Resiko Infeksi b.d luka insisi operasi di anus, pemasangan kateter
3. Inkontinensia fekal b.d kehilangan fungsi pengendalian sfingter rektum

IV. Intervensi Keperawatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : An. M

Dx Medis : Atresia Ani

Ruang : Kemuning

No. MR : 00.51.13.23

Tanggal/
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
waktu
1. 2/10/2018 Gangguan Setelah 1. Kaji kulit tiap hari, 1. Menentukan
integritas dilakukan catat garis dasar
14.40
jaringan kulit tindakan warna,turgor,sirkula dimana
WIB
berhubungan asuhan si dan sensasi. perubahan
dengan keperawatan 2. Instruksikan pada status
prosedur selama 3x24 keluarga dalam dapat
pembedahan jam hygiene kulit, dibandingkan
invasif diharapkan misalnya membasuh dan melakukan
(PSARP) hasil kulit dan intervensi.
kerusakan mengeringkan nya 2. Mempertahank
itegritas kulit dengan hati-hati. an kebersihan
teratasi / 3. Dorong klien untuk karena kulit
hilang. ambulasi / turun dari yang rapuh
tempat tidur jika dapat menjadi
KH :
memungkinkan. barier infeksi.
Temperatur 4. Ubah posisi secara 3. Menurunkan
kulit normal teratur dan ganti tekanan pada

Warna kulit sprei sesuai kulit dari

normal kebutuhan. istirahat lama


5. Tutupi luka tekan ditempat tidur.
Bebas lesi
yang terbuka 4. Mengurangi

13
jaringan dengan kasa steril. stress pada
6. Berikan matras atau titik tekanan,
Tidak ada
tempat tidur busa . meningkatkan
eritema di
aliran darah
sekitar luka
kejaringan dan
meningkatkan
proses
penyembuhan.
5. Dapat
mengurangi
kontaminasi
bakteri,
meningkatkan
proses
penyembuhan.
6. Menurunkan
iskemia
jaringan,
mengurangi
tekanan pada
kulit, jaringan
dan lesi.
2. 2/10/2018 Risiko infeksi Setelah 1. Monitor 1. Untuk
berhubungan dilakukan karakteristik, warna, mengetahui
14.40
dengan luka tindakan ukuran, bau pada kadaan luka
WIB
insisi di anus asuhan luka. dan
keperawatan 2. Cuci tangan perkembanga
selama 3x24 sebelum dan nnya
jam sesudah tindakan 2. Meminimalkan
diharapkan keperawatan resiko infeksi
infeksi tidak 3. Lakukan perawatan 3. Agar tidak
terjadi. luka dengan konsep terjadi infeksi
steril dan terpapar
KH :
4. Kaji temperatur tiap oleh kuman
Temperatur 4 jam atau bakteri
kulit normal 5. Catat dan laporkan 4. Untuk

Integritas kulit hasil laboratorium. mengetahui

14
klien normal 6. Kolaborasi tanda infeksi
pemberian antibiotik 5. Untuk
Leukosit
menegtahui
dalam
tanda infeksi.
ambang batas
6. Pemberian
normal
antibiotic
Tidak ada untuk
tanda infeksi : mencegah
tidak ada timbulnya
edema, infeksi
kemerahan

Menunjukkan
proses
penyembuhan
luka
3. 2/10/2018 Inkontinensia Setelah 1. Instruksikan 1. Untuk
fekal dilakukan keluarga untuk mengetahui
14.40
berhubungan tindakan mencatat keluaran bentuk fisik
WIB
dengan asuhan feses feses yang
kehilangan keperawatan 2. Jaga kebersihan keluar
fungsi dan selama 3x24 baju dan tempat 2. Mencegah
pengendalia jam tidur terjadinya risiko
n sfingter diharapkan 3. Evaluasi status BAB infeksi
rektum pengeluaran secara rutin 3. Mengetahui
defekasi perkembangan
terkontrol perubahan
dengan defekasi
kriteria hasil :

- Defekasi
lunak
- Feses
berbentuk

15
V. Catatan Perkembangan

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari ke-1

Nama Klien : An. M

Dx. Medis : Atresia Ani

Ruang : Kemuning

No. MR : 00.51.13.23

No. Dx. Implementasi


No Tanggal Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Kep ( Respon dan atau Hasil )

1. 02/10/2018 1 1. Mengkaji keadaan kulit S:


(warna,turgor,sirkulasi dan
14.00 WIB O:
sensasi).
2. Memberikan instruksi keluarga - Terdapat luka PSARP di anus
dalam hygiene kulit, misalnya - Masih terdapat benang pada anus
membasuh kulit dan - Tampak kemerahan di sekitar luka
mengeringkan nya dengan hati-
A: Masalah belum teratasi
hati.
3. Mendorong klien untuk ambulasi / P : Lanjutkan intervensi :
turun dari tempat tidur jika

1
memungkinkan. 1. Kaji keadaaan kulit
4. Mengubah posisi secara teratur 2. Anjurkan keluarga untuk mengubah
dan ganti sprei sesuai kebutuhan. posisi anaknya secara teratur
5. Menutupi luka tekan yang terbuka 3. Tutup luka tekan dengan kasa steril
dengan kasa steril.
6. Memberikan matras atau tempat
tidur busa .
2. 02-10-2018 2 1. Memonitor karakteristik, warna, S : Keluarga mengatakan luka anaknya masih
14.30 WIB ukuran, bau pada luka. basah dan bengkak
2. Mencuci tangan sebelum dan
O:
sesudah tindakan keperawatan
3. Melakukan perawatan luka - Terdapat luka PSARP di anus
dengan konsep steril, mengganti - Tampak kemerahan di sekitar luka
selang kateter dengan yang baru - Terpasang selang kateter dengan
4. Mengkaji temperatur tiap 4 jam kondisi bersih
5. Mencatat dan laporkan hasil - Leukosit : 14.600 /µL
laboratorium. - T : 37,1OC
6. Berkolaborasi pemberian antibiotic
A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor karakteristik (warna, bau,


cairan) pada luka
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah

2
tindakan keperawatan
3. Lakukan perawatan luka dengan konsep
steril
4. Kaji temperatur tiap 4 jam
5. Catat dan laporkan hasil laboratorium
3. 02/10/2018 3 1. Menginstruksikan keluarga untuk S : Keluarga pasien mengatakan anaknya
16.00 WIB mencatat keluaran feses BAB dan feses keluar sedikit-sedikit
2. Menjaga kebersihan baju dan
O:
tempat tidur.
3. Mengevaluasi status BAB secara - Pasien BAB melalui kolostomi, kulit
rutin perianal kemerahan
- Terlihat benang pada anus, anus
belum mengeluarkan feses.

A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Instruksikan keluarga untuk mencatat


keluaran feses
2. Jaga kebersihan baju dan tempat tidur
3. Evaluasi status BAB secara rutin

3
Hari ke-2

Nama Klien : An. M

Dx. Medis : Atresia Ani

Ruang : Kemuning

No. MR : 00.51.13.23

No. Dx. Implementasi


No Tanggal Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Kep ( Respon dan atau Hasil )

1. 03/10/2018 1 1. Mengkaji keadaan kulit S:


(warna,turgor,sirkulasi dan
14.00 WIB O:
sensasi).
2. Mengubah posisi secara teratur - Terdapat luka PSARP di anus
3. Menutupi luka tekan yang terbuka - Masih terdapat benang pada anus
dengan kasa steril. - Luka sudah Tampak membaik dan tidak
begitu kemerahan di sekitar luka

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi :

1. Kaji keadaaan kulit


2. Tutup luka tekan dengan kasa steril

4
2. 03/10/2018 2 1. Memonitor karakteristik, warna, S : Keluarga mengatakan luka anaknya masih
14.30 WIB ukuran, bau pada luka. basah dan bengkak
2. Melakukan perawatan luka
O:
dengan konsep steril, mengganti
selang kateter dengan yang baru - Terdapat luka PSARP di anus
3. Mengkaji temperatur tiap 4 jam - Tampak tidak begitu kemerahan di
4. Berkolaborasi pemberian antibiotic sekitar luka
- Terpasang selang kateter dengan
kondisi bersih
- Leukosit : 14.600 /µL
- T : 37,1OC

A: Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor karakteristik (warna, bau,


cairan) pada luka
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
3. Lakukan perawatan luka dengan konsep
steril
4. Kaji temperatur tiap 4 jam
5. Catat dan laporkan hasil laboratorium
3. 03/10/2018 3 1. Menginstruksikan keluarga untuk S : Keluarga pasien mengatakan anaknya

5
16.00 WIB mencatat keluaran feses BAB dan feses keluar sedikit-sedikit
2. Menjaga kebersihan baju dan
O:
tempat tidur.
3. Mengevaluasi status BAB secara - Pasien BAB melalui kolostomi, kulit
rutin perianal kemerahan
- Terlihat benang pada anus, anus
belum mengeluarkan feses.

A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Instruksikan keluarga untuk mencatat


keluaran feses
2. Jaga kebersihan baju dan tempat tidur
3. Evaluasi status BAB secara rutin

6
Hari ke-3

Nama Klien : An. M

Dx. Medis : Atresia Ani

Ruang : Kemuning

No. MR : 00.51.13.23

No. Dx. Implementasi


No Tanggal Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Kep ( Respon dan atau Hasil )

1. 04/10/2018 1 1. Mengkaji keadaan kulit S:


(warna,turgor,sirkulasi dan
14.00 WIB O:
sensasi).
2. Menutupi luka tekan yang terbuka - Terdapat luka PSARP di anus
dengan kasa steril. - Masih terdapat benang pada anus
- Tidak terdapat kemerahan di sekitar
luka

A: Masalah teratasi

P : hentikan intervensi :

7
2. 04/10/2018 2 1. Memonitor karakteristik, warna, S : Keluarga mengatakan luka anaknya masih
14.30 WIB ukuran, bau pada luka. basah dan bengkak
2. Melakukan perawatan luka
O:
dengan konsep steril, mengganti
selang kateter dengan yang baru - Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Mengkaji temperatur tiap 4 jam - Tidak ada edema dan kemerahan
4. Berkolaborasi pemberian antibiotic disekitar luka
- Menunjukkan tanda tanda
penyembuhan luka
- Temperatur kulit dalam batas normal
- T : 36,0ºC

A: Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
3. 04/10/2018 3 4. Menginstruksikan keluarga untuk S : Keluarga mengatakan anaknya sudah
16.00 WIB mencatat keluaran feses jarang BAB
5. Menjaga kebersihan baju dan
O:
tempat tidur.
6. Mengevaluasi status BAB secara 4. Pasien BAB teratur 2x sehari
rutin 5. Pakaian pasien bersih

A: Masalah teratasi

6. P : Intervensi di hentikan

8
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 ANALISA PENGKAJIAN


3.1.1 Hambatan Yang Ditemui Saat Pengkajian
Hambatan yang dialami mahasiswa saat mengkaji An. M adalah ketika mengkaji,
klien masih berumur 1.3th belum bisa mengungkapkan dengan jelas apa yang ia
rasakan saat itu. Pengkaji harus mengkaji lewat orangtua klien dengan
pertanyaan-perntanyaan yang telah diajukan. Maka dari itu, data pengkajian
didominasi oleh data dari pihak keluarga klien.
3.1.2 Justifikasi Utama / Rasioalitas Pengkajian
Asuhan keperawatan telah membentuk suatu system berkesinambungan yang
dimulai dari proses pengkajian yang kesemuanya berupa siklus yang kontinyu
tentang pemikiran dan tindakan melalui kontak dengan pasien dan system
perawatan kesehatan. Dalam meberikan asuhan keperawatan yang akurat dan
komprehensif perlu didukung oleh pengkajian yang lengkap dan akurat.
Pengkajian ini digabungkan dengan hasil temuan-temuan medis serta
pemeriksaan diagnostic, dicatat dalam data dasar pasien dan membentuk dasar
yang kuat unutk mengembangkan rencana keperawatan.
A. Riwayat kesehatan
Pengkajian tentang riwayat kesehatan diantaranya data demografi, keluhan
utama, riwayat keehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
psikososial dan data gaya hidup(Black & Hawk, 2005)
B. Identitas
Pengkajian idenittas pasien penting dilakukan karena variasi keluhan sangat
bersifat individual dan untuk menunjang identifikasi masalah keperawatan
dalam kaitannya dengan karakteristik individu (Gleadle, 2007). Identitas yang
diidentifikasi meliputi nama, umur, tempat tinggal, jenis kelamin, dan lainnya.
Data-data tersebut berkaitan dengan respon klien dan penyembuhannya.
C. Keluhan utama
Pada pengkajian An. M terdapat luka post op PSARP di anus hari ke 7, luka
berukuran 2cm dan kemerahan serta bengkak disekitar luka
D. Riwayat kesehatan dahulu
Saat bayi berusia 1 bulan, bayi di rawat di RS Abdoel Moloek karena bayi
BAB melalui vaginanya. Bayi di rawat selama 7 hari dengan tindakan
pembedahan kolostomi. Pasien tidak memiliki alergi makanan maupun obat-
obatan. Pasien hanya mendapatkan imuisasi Hb0 setelah kelahiran. Ibu

1
pasien mengatakan anaknya tidak mendapatkan imunisasi karena tidak
mendapatkan izin dokter atas indikasi adanya kelainan kongenital pada bayi.
E. Pola-pola kesehatan
Pola metabolic dan nutrisi. Menurut hasil pengkajian, Ibu pasien
mengatakan anaknya menyukai hampir semua jenis makanan, anaknya
menelan semua makanan yang diberikan. Ibunya mengatakan selera makan
anaknya sangat baik dengan pola makan 3 kali sehari saat pagi, siang dan
sore hari dengan menu nasi, kuah sayur dan lauk.

Pola eliminasi. Untuk kebutuhan buang air, klien menggunakan kolostomi


pada BAB nya dan kateter untuk BAK nya dengan output 300cc/24 jam.

Pola istirahat tidur. Menurut hasil pengkajian, Ibu pasien saat siang
anaknya tidur 1-2 jam, saat malam hari anak biasa tidur jam 9 malam tanpa
menggunakan alat bantu tidur.

3.2 ANALISA RENCANA KEPERAWATAN


3.2.1 Justifikasi Renpra
1. Gangguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan invasif (PSARF).
Intervensi :
Kaji kulit tiap hari, catat warna,turgor,sirkulasi dan sensasi.
Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan
dan melakukan intervensi.
Instruksikan keluarga dalam hygiene kulit, misalnya membasuh kulit
dan mengeringkan nya dengan hati-hati.
Mempertahankan kebersihan karena kulit yang rapuh dapat menjadi barier
infeksi.
Dorong klien untuk ambulasi / turun dari tempat tidur jika
memungkinkan
Menurunkan tekanan pada kulit dari istirahat lama ditempat tidur.
Ubah posisi secara teratur dan ganti sprei sesuai kebutuhan
Mengurangi stress pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah kejaringan
dan meningkatkan proses penyembuhan.
Tutupi luka tekan yang terbuka dengan kasa steril
Dapat mengurangi kontaminasi bakteri, meningkatkan proses penyembuhan.
Berikan matras atau tempat tidur busa.

2
Menurunkan iskemia jaringan, mengurangi tekanan pada kulit, jaringan dan
lesi.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi di anus
Intervensi :
Monitor karakteristik, warna, ukuran, bau pada luka
Untuk mengetahui kadaan luka dan perkembangannya.
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Meminimalkan resiko infeksi
Lakukan perawatan luka dengan konsep steril
Agar tidak terjadi infeksi dan terpapar oleh kuman atau bakteri
Kaji temperatur tiap 4 jam
Untuk mengetahui tanda infeksi
Catat dan laporkan hasil laboratorium.
Untuk menegtahui tanda infeksi
Kolaborasi obat :
- Ceftriaxone
Mengkolaborasikan obat mempercepat penyembuhan
- Untuk mencegah pertumbuhan bakteri
3. Inkontinensia fekal berhubungan dengan kehilangan fungsi dan pengendalian
sfingter rektum.
Intervensi:
Instruksikan keluarga untuk mencatat keluaran feses.
Untuk mengetahui bentuk fisik feses yang keluar
Jaga kebersihan baju dan tempat tidur
Mencegah terjadinya risiko infeksi
Evaluasi status BAB secara rutin
Mengetahui perkembangan perubahan defekasi.

3
BAB IV SIMPULAN

1.1 Simpulan
Dari laporan diatas, atresia ani adalah kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus. Pada kasus asuhan ini, klien mengalami atresia ani sejak
ia lahir, saat pengkajian keadaan klien terdapat luka post op PSARP di anus hari ke
7, luka berukuran 2cm dan kemerahan serta bengkak disekitar luka. Setelah
dilakukan pengkajian, didapatkan 3 diagnose keperawatan yaitu Gangguan integritas
kulit b.d prosedur pembedahan invasive, Resiko Infeksi b.d luka insisi operasi di
anus, pemasangan kateter, Inkontinensia fekal b.d kehilangan fungsi pengendalian
sfingter rektum. Masing-masing diagnose sudah diberikan dan dilakukan asuhan
secara intensive dengan hasil masalah teratasi dihari ketiga melakukan asuhan
keperawatan kepada klien.

Anda mungkin juga menyukai