A. DEFINISI
Atresia ani atau anus impeforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung kedalam atau kadang berbentuk
anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum (Purwanto, 2010).
Atresia ini atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran
yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang
tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung kedalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum (Agung Hidayat,
2009).
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus
atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani R, 2010).
B. ETIOLOGI
Atresia ani ini terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan
kolon antara 7-10 minggu selama perkembangan janin. Kegagalan tersebut terjadi
karena abnormalitas pada daerah uterus dan vagina, atau juga pada proses obstruksi.
Anus imperforata ini terjadi karena tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar
anus sehingga menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya ‘fistula. Obstruksi ini
mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala
akibatnya. Apabila urin menglir melalui fistel menuju rectum, maka urin akan
diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir
kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya
akan terbentuk fistula antara rectum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90%
dengan fistula kearah vagina (rectovagina) atau perineum (rectovestibula). Pada
laiki-laki biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke vesikaurinaria atau ke
prostate (rectovesika) pada letak rendah fistula menuju ke uretra (rectouretralis).
(Mediana, 2011)
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang khas pada klien atresia ani adalah :
1. Meconium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Meconium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada
fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touche terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. (Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2015)
E. PATHWAYS
F. KLASIFIKASI
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan
2. Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalan
keluar tinja. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1. Obstruksi
2. Perforasi
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)
4. Komplikasi jangka panjang
a. Eversi mukosa anal
b. Stenosis
5. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training
6. Inkontinensia (akibat stenosis awal)
7. Prolaps mukosa anorektal
8. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)
9. Sepsis. (Wong, Whaley,2011)
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada klien dengan atresia ani menurut Aziz Alimul Hidayat
(2010), Suriadi dan Rita Yuliani (2011), Fitri Purwanto (2009) adalah sebagai
berikut:
1. Penatalaksanaan Medis
a. Therapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan defek. Untuk anomali tinggi dilakukan colostomi beberapa
hari setelah lahir, bedah definitifnya yaitu anoplasti perineal ( prosedur
penarikan perineum abdominal). Untuk lesi rendah diatasi dengan
menarik kantong rektal melalui sfingter sampai lubang pada kulit anal,
fistula bila ada harus ditutup. Defek membranosa memerlukan tindakan
pembedahan yang minimal yaitu membran tersebut dilubangi dengan
hemostat atau scalpel.
b. Pemberian cairan parenteral seperti KAEN 3B.
c. Pemberian antibiotik seperti cefotaxim dan garamicin untuk mencegah
infeksi pada pasca operasi.
d. Pemberian vitamin C untuk daya tahan tubuh.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Monitor status hidrasi (keseimbangan cairan tubuh intake dan output)
dan ukur TTV tiap 3 jam.
b. Lakukan monitor ststus gizi sperti timbang berat badan, turgor kulit,
bising usus, jumlah asupan parenteral dan enteral.
c. Lakukan perawatan colostomy, ganti colostomybag bila ada produksi,
jaga kulit tetap kering.
d. Atur posisi tidur bayi kearah letak colostomy
e. Berikan penjelasan pada keluarga tentang perawatan colostomy
KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK
DENGAN ATRESIA ANI
I. PENGKAJIAN
1. Biodata klien
2. Riwayat keperawatan
a. BB lahir abnormal
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani
post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan
5. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh
dibersihkan dari bahan – bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan.
Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka
inisisi.
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit.
Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran
pelaksanaan ibadah.
14. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak
merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang
hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin