Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN


PENYAKIT ATRESIA ANI
ATRESIANI ATAU ANUS IMPERFORATA

Anus imperforate atau yang di sebut juga dengan


atresia ani merupakan suatu kelainan malformasi
congenital dimana terjadi ketidaklengkapan
perkembangan embrionik pada bagian anus atau
tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata
lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus.
Lokasi terjadinya anus imperforate ini meliputi bagian
anus atau bagian di antara keduanya. Hidayat,2008)
1.ETIOLOGI

••Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah


dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
•Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu atau 3 bulan.
•Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan
embriologik di daerah usus, rektum bagian distal serta
traktus urogenetalis yang terjadi antara minggu keempat
sampai keenam usia kehamilan.
•Berkaitan dengan sindrom down kondisi yang
menyebabkan sekumpulan gejala mental dan fisik khas ini
di sebabkan oleh kelainan gen dimana terdapat ekstra
salinan kromosom.
•Atresiani adalah kelainan bawaan
 Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada 
sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan oleh :
•Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan   pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
•Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir
tanpa lubang anus.
•Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan  pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3
bulan
•Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan
otot dasar   panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal
mungkin tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi
bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani.
•Genetik dan abnormalitas kromosom.
•Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah
usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai      keenam usia kehamilan.
2. GEJALA KLINIS

•Tidak memiliki lubang anus


•Memiliki lubang anus ditempat yang tidak
semestinya,misalnya terlalu dekat dengan vagina
•Ada selaput yang menutupi lubang anus
•Usus tidak tersambung dengan anuss
•Sambungan antara anus dan system urinasi tidak
normal,tinja bisa melewati system urinasi,seperti
uretra,vagina,skrotum atau dasar penis
•Tidak mengeluarkan tinja dalam 24-48 jam pertama setelah
lahir
•Memiliki perut yang bengkak
•Memliki sambungan yang tidak normal atau fistula,antara
rectum dan system reproduksi atau aluran urinasi
•Muntah
3. PATOFISIOLOGI
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum
anorektal pada kehidupan embrional. Anus dan rectum
berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor
dari bagian belakang menjadi kloaka yang merupakan
bakal genitourinaria dan struktur anorektal. Terjadi
stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal
anorektal. Terjadi atresia ani karena tidak ada
kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon
antra 7 dan 10 minggu dalam perkembangan fetal.
Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam
agnesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina.
Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui
anus menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga
intestinal mengalami obstruksi.

Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.


Obstruksi ini mengakibatka distensi abdomen,sekuestrasi cairan,muntah
dengan segala akibatnya. Apabila ini mengalir melalui fistel menuju
rektum,maka urin akan di absorbsi sehingga terjadi asidosis
hiperkloremia,sebaliknya fases mengalir ke arah traktus urinarius
menyebabkan infeksi berulang. Pada wanita 80% dengan fistula ke
vagina atau perineum. Pada laki-laki biasanya letak tinggi,umumnya
fistula menuju ke vesika urineria atau prostate. Pada letak rendah fistula
menuju ke uretra.
4. KOMPLIKASI

•Asidosis •Kerusakan uretra yaitu akibat •Masalah atau kelambatan yang


prosedur bedah berhubunga dengan toilet
hiperkloremia training
•Komplikasi jangka panjang
yaitu,

1. Eversi mukosa anal


2. Stenosis akibat kontriksi jaringan perut
dianastomosisi
3. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan
4. Prolaps mukosa anorektal
5. Inkontinesia akibat stenos
Pre op
•Memantau status hidrasi (tanda-tanda dehidrasi dan
keseimbangan cairan)
•Mempertaankan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan
•Memantau BB
•Pernatalaksanaan medis dalam rencana pembedahan dengan
persiapan sbb:
•Kaji adanya distensi abdomen dengan mengukur lingkar perut.
•Observasi TTV setiap 4 jam
•Pantau adanya komplikasi usus
•Pantau respons bayi terhadap evakuasi anus
•Gunakan nasogratik tube untuk dekompresi lambung
•Pertahankan cairan (parental)
•Pantau respon terhadap pemberian antibiotik
Post op
•Antibiotic intravena diberikan selama 3 hari, salep antibiotic diberikan
selama 0-10 hari.
•2 minggu pasca operasi dilakukan anal dilatasi dengan heger dilation, 2
kali sehari dan tiap minggu dilakukan anal dilatasi dengan dilator yang
dinaikkan sampai menapai ukuran yang sesuai dengan umurnya.
•Kalibrasi usus tercapai dan orangtua mengatakan mudah mengejakan
serta tidak ada rasa nyeri bila dilakukan 2 kali sehari selama 3-4 minggu
merupakan indikasi tutup kolostomi, secara bertahap frekuensi
diturunkan.
•Pada kasus fistula rektouretral, kateter foley dipasang hingga 5-7 hari.
Sedangkan pada kasus kloaka persisten, kateter foley dipasang hingga
10-14 hari. Drainase suprapublik diindikasikan pada pasien persisten
kloaka dengan saluran lebih dari 3 cm.
6. UPAYA
PENCEGAHAN

•Hindari konsumsi rokok dan kontak


dengan asap rokok
•Hindari konsumsi alkohol
•Hindari konsumsi obat terlarang

•Konsumsi makanan yang bergizi dan


vitamin
•Olahraga dan istirahat yang cukup
•Bagi ibu hamil, lakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin
•Konsumsi suplemen yang mengandung
asam folat
7. UPAYA PENGOBATAN
Agar saluran pencernaan berjalan dengan normal, atresia ani
harus dikoreksi dengan tindakan operasi. Namun penentuan saat
yang tepat kapan dilakukan operasi berbeda pada setiap bayi,
tergantung dari jenis dan kerumitan bentuk atresia ani yang terjadi
serta kondisi kesehatan bayi sendiri, mengingat setengah dari
penderita atresi ani juga memiliki kelainan kongenital lainnya.
Keadaan yang mengancam nyawa akan ditangani terlebih dahulu.
Bila tindakan operasi perbaikan belum dapat dilakukan, dokter
akan membuat kolostomi, yaitu pembuatan lubang (stoma) di
dinding perut sebagai saluran pembuangan sementara. Lubang ini
akan disambungkan dengan usus, dan kotoran yang keluar dari
stoma akan ditampung dalam sebuah kantung yang
dinamakan colostomy bag.

Jenis operasi perbaikan yang dilakukan tergantung dari jenis atresia ani.
Sebagai contoh, dokter akan melakukan tindakan yang dinamakan perineal
anoplasty, yaitu menutup fistula yang terhubung dengan saluran kemih atau
vagina, dan akan membuat lubang anus di posisi yang seharusnya. Keberhasilan
tindakan operasi dalam memperbaiki atresia ani dapat dikatakan baik, walaupun
terkadang tidak hanya membutuhkan satu kali tindakan operasi.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

PENGKAJIAN

a. Kaji bayi setelah lahir ; pemeriksaan fisik


b.    Tanpa mekonium dalam 24 jam setelah lahir
c.     Gunakan termometer rektal untuk menentukan kepatenan
rektal
d.    Adanya tinja dalam urine, dan vagina
e.    Kaji psikososial keluarga
f.      Observasi adanya pasase mekonium. Perhatikan bila
mekonium tampak pada orivisium yang tidak tepat.
g.    Observasi feses yang seperti karbon pada bayi lebih besar
atau anak kecil yang mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau
distensi abdomen.
A.Riwayat kesehatan

a. Keluhan Utama : Distensi abdomen  


b. Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung
dan membuncit, tidak bisa  buang air besar, meconium
keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin .
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-
muntah setelah 24-48 jam  pertama kelahiran .
d.Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan
kongenital bukan kelainan/  penyakit menurun sehingga
belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
e.Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan
tidak mempengaruhi kejadian atresia ani
B. Pemeriksaan fisik
a.       Periksa keadaan anus
Adanya malformasi anorektal tidak terbentuk anus.
b.      Perikasa ada atau tidaknya pistula rektovaginal dan fistula
rekburetra
Pada pengkajian kperawatan pasien dengan atresia ani akan
ditemukan data-data sebagai berikut :
1)   Penyumbatan anus ( anus tidak normal ).
2)  Adanya kembung dan muntah pada 24-28 jam setelah
lahir.
3)   Pada bayi laki-laki dengan fistula urinary didapatkan
mekonium pada urine dan pada bayi perempuan dengan
fistula urogenital ditemukan mekonium dalam vagina.
4)   Pada pemeriksaan fisik ( dengan memasukkan jari
kelingking dengan memakai sarung tangan atau juga dengan
memasukkan thermometer sepanjang ± 2cm ) tidak ditemukan anus secara
normal.
5)   Adanya berbagai bentuk seperti stinosis rectum yang
lebih rendah atau juga pada anus
C. Pemeriksaan penunjang
1. X-ray, ini menunjukkan adanya gas
dalam usus.
2. Pewarnaan radiopak dimasukkan
kedalam traktus urinarius, misalnya
suatu sistouretrogram mikturasi akan
memperlihatkan hubungan rektourinarius dan
kelainan urinarius.
3. Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat
mekonium
ANALISIS DATA
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan
data dan menghubungkan data tersebut dengan
konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk
membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
PRE OP
•Inkontinentia bowel berhubungan dengan tidak lengkapnya
pembentukan anus.
•Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
muntah.
•Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit dan prosedur perawatan.
POST OP
•Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi
pembedahan.
•Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
•Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
PRE OP

NOC NIC
Level 1 Intervensi
Domain V: kondisi kesehatan Domain 1 fisiologis : dasar
yang dirasakan Level 2
Defenisi : Kelas E : Peningkatan
Outcomes yang menggambarkan kenyamanan fisik
pandangan individu mengenai Defenisi :
kesehatan dan perawatan Intervensi untuk meningkatkan
kesehatan kenyamanan dengan
Level 2 kelas V : status gejala menggunakan teknik fisik
Defenisi : Level 3 intervensi 1570
Outcomes yang menggambarkan manajemen muntah
indikasi terhadap adanya Aktifitas :
penyakit,cedera,atau kehilangan. 1. Kaji emesis terkait dengan
Level 3 intervensi 2107 warna,konsistensi.
keparahan mual dan muntah 2. Sarankan membawa plastic
  untuk menampung muntah
  3. Pastikan obat antiemetic
  yang efektif diberikan untuk
Indicator mencegah muntah bila
1.Frekuensi muntah memungkinkan.
2.Intensitas muntah/ 4.Identifikasi factor factor yang
3.Sekresi air ludah yang dapat menyebabkan atau
banyak berkontribusi terhadapa muntah
4. Perubahan pengecapan 5. Kendalikan factor factor
5. Muntah proyektif lingkungan yang mungkin
6. Ketidakseimbangan membangkitkan keinginan untuk
elektrolit muntah
6. Posisikan untuk mencegah
aspirasi
7. Pertahankan jalan nafas lewat
mulut
8. Berikan dukungan fisik selama
muntah misalnya : membantu
untuk membungkuk atau
menopang kepala,lakukan
membersihkan mulut dan hidung
Tingkatkan pemberian cairan
secara bertahap jika tidak ada
untah yang terjadi selama 30
menit.
Monitor keseimbangan cairan dan
elektrolit
POS
T OP

NOC NIC

Level 1 Level 1
Domain 2 : kesehatan fisiologis Domain 4 : keamanan
Level 2 Level 2
Kelas AA : respon terapeutik Kelas V : manajemen resiko
Defenisi : Defenisi
Outcomes yang menggambarkan Intervensi intervensi yang
reaksi sistemik individu terhadap dilakukan untuk menurunkan resiko
perawatan agen maupun metode dan memantau resiko yang ada
pengobatan yang diberikan secara terus menerus
Level 3 2303 : pemulihan setelah Level 3 intervensi 6540 : control
prosedur infeksi
Indicator : Aktivitas- aktivitas :
Kepatenan jalan nafas bersihkan lingkungan dengan baik
Denyut nadi apical setelah digunakan untuk pasien
Pernafasan spontan ganti peralatan perawatan
Saturasi oksigen 92 – 94 ruangan perpasien sesuai protocol institusi
Tekanan darah sistolik isolasi orang yang terkena penyakit
Tekanan darah diastole menular
Temperature tubuh batasi jumlah pengunjung
Nyeri ajarkan cara cuci tangan bagi
Perdarahan tenaga kesehatan
Perfusi jaringan luka anjurkan pasien menganai pasien
cara mencuci tangan yang cepat
anjurkan pengunjung untuk
mencuci tangan pada saat
memasuki dan meninggalkan
ruangan pasien
pakai sarung tangan steril yang
tepat
anjurkan pasien untuk meminum
antibiotic sesuai yang diresepkan
anjurkan pasien dan keluarga
mengenai gejala dan tanda infeksi
ajarkan pasien dan anggota
TERIMA KASIH

ALLAH SELALU
BERSAMA MU

Anda mungkin juga menyukai