ATRESIA ANI
Oleh : Jihan G. Ismail
Pembimbing Klinik : dr. I Made Wirka., Sp. B
PENDAHULUAN
01
Malformasi anorektal merupakan suatu spektrum dari anomali
kongenital yang terdiri dari anus imperforata dan kloaka
persisten.
• Saraf ini berfungsi sebagai motor dinding usus dan inhibitor sfingter
serta sensor distensi rektum.
• Pesarafan simpatis berasal dari ganglion lumbalis II, III, V dan pleksus
para aurticus, kemudian membentuk pleksus hipogastrikus kemudian
turun sebagai nervus presakralis.
• Saraf ini berfungsi sebagai inhibitor dinding usus dan motor sfingter
internus. Inervasi somatik dari muskulus levator ani dan muscle complex
berasal dari radiks anterior nervus sacralis III,V.
EPIDEMIOLOGI
Secara epidemiologi, atresia ani diperkirakan terdapat dalam 1:5000
kelahiran, dengan insiden yang sama antara laki-laki dan
perempuan.
Pada laki-laki, yang lebih sering terjadi adalah atresia ani dengan
fistula rektouretral, diikuti fistula rektoperineal kemudian fistula
rektovesika, sedangkan pada perempuan adalah fistula
rektovagina dan fistula rektovestibuler kemudian kloaka persisten.
Anamnesis
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah
kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau
stenosis kanal rektal, adanya membran anal, dan fistula
eksternal pada perineum.
• Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani terjadi dalam waktu 24-48 jam.
Gejala itu antara lain :
• Muntah (cairan muntahan dapat berwarna hijau karena cairan empedu atau
juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi = perut tampak kembung
Palpasi = distensi, nyeri tekan tidak dijumpai.
Perkusi = hipertimpani
Auskultasi = Peristaltik meningkat, dapat terdengar metalic sound
• Jika dalam 24 jam pertama tidak tampak mekonium baik pada perineum
ataupun urin, dapat dilakukan cross table lateral x-ray dengan posisi bayi
tengkurap.
Pemeriksaan Penunjang
Perbedaan invertogram pada anomali letak
rendah (gambar a) dan anomali letak tinggi
(gambar b)
Pada anomali letak rendah, hasil akhir yang sering terjadi adalah
konstipasi, sedangkan pada anomali letak tinggi adalah inkontinensia
feses
PROGNOSIS
Evaluasi Psikologis
• Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun faktor genetik diduga
berpengaruh terhadap insiden tersebut.
• Berdasarkan letak anatomi, atresia ani dapat dibagi mejadi 3 yaitu letak tinggi,
intermediet, dan rendah. Dan dapat juga di klasifikasikan berdasarkan ada atau
tidaknya fistula dan letak fistula.
26
KESIMPULAN
• Tindakan yang dilakukan untuk evakuasi feses yang utama yaitu dengan
kolostomi dilanjutkan dengan PSARP disesuaikan dengan kelainan yang
ada.
Terima kasih