Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

ATRESIA ANI
Oleh : Jihan G. Ismail
Pembimbing Klinik : dr. I Made Wirka., Sp. B
PENDAHULUAN
01
Malformasi anorektal merupakan suatu spektrum dari anomali
kongenital yang terdiri dari anus imperforata dan kloaka
persisten.

Anus imperforata atau atresia ani merupakan kelainan kongenital


tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, sedangkan
kloaka persisten merupakan suatu kondisi yang diakibatkan
karena pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia,
dan traktus digestivus tidak terjadi.

Jadi, atresia ani adalah kelainan kongenital anus dimana anus


tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena
terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat
kehamilan.
02
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti
tidak ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi.
Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan
tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau
organ tubular secara kongenital yang disebut juga
clausura.

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal


sebagai anus imperforata meliputi anus, rektum, atau
keduanya.
ANATOMI ANORECTAL
VASKULARISASI ANORECTAL
PERSARAFAN
• Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatis dan parasimpatis. Inervasi
parasimpatis berasal dari nervus sacralis III, V yang kemudian
membentuk nervus epiganti, memberikan cabang ke rektum dan
berhubungan dengan pleksus Auerbach.

• Saraf ini berfungsi sebagai motor dinding usus dan inhibitor sfingter
serta sensor distensi rektum.

• Pesarafan simpatis berasal dari ganglion lumbalis II, III, V dan pleksus
para aurticus, kemudian membentuk pleksus hipogastrikus kemudian
turun sebagai nervus presakralis.

• Saraf ini berfungsi sebagai inhibitor dinding usus dan motor sfingter
internus. Inervasi somatik dari muskulus levator ani dan muscle complex
berasal dari radiks anterior nervus sacralis III,V.
EPIDEMIOLOGI
Secara epidemiologi, atresia ani diperkirakan terdapat dalam 1:5000
kelahiran, dengan insiden yang sama antara laki-laki dan
perempuan.

Pada laki-laki, yang lebih sering terjadi adalah atresia ani dengan
fistula rektouretral, diikuti fistula rektoperineal kemudian fistula
rektovesika, sedangkan pada perempuan adalah fistula
rektovagina dan fistula rektovestibuler kemudian kloaka persisten.

Sebanyak 60% pasien dengan atresia ani dapat disertai dengan


beberapa kelainan kongenital saat lahir yang disebut dengan
Sindroma VACTERL (Vertebrae, Anal, Cardial, Tracheoesophageal,
Renal, Limb).
ETIOLOGI
Menurut penelitian beberapa ahli, diduga Faktor lainnya :
faktor genetik berpengaruh terhadap
terjadinya atresia ani, namun masih
• Putusnya saluran pencernaan dari atas
jarang terjadi bahwa gen autosomal
dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
resesif yang menjadi penyebab atresia
tanpa lubang dubur.
ani.
• Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
Orang tua yang mempunyai gen carrier
kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.
penyakit ini mempunyai peluang
sekitar 25% untuk diturunkan pada
• Adanya gangguan atau berhentinya
anaknya saat kehamilan. 30% anak
perkembangan embriologik didaerah
yang mempunyai sindrom genetik,
usus, rektum bagian distal, serta traktus
kelainan kromosom, atau kelainan
urogenitalis, yang terjadi antara minggu
kongenital lain juga berisiko untuk
keempat sampai keenam usia kehamilan.
menderita atresia ani, contohnya
adalah penderita Down Syndrome.
KLASIFIKASI
Anomali letak rendah Anomali letak tinggi
Rektum menembus muskulus levator Pada anomali letak tinggi, ujung
ani sehingga jarak antara kulit dan rektum tidak mencapai tingkat
ujung rektum paling jauh 1 cm. muskulus levator ani dengan jarak
antara ujung buntu rektum sampai
Anomali ini dapat berupa stenosis kulit perineum lebih dari 1 cm.
anus yang hanya membutuhkan
dilatasi membran atau merupakan Hal ini biasanya berhubungan dengan
membran anus tipis yang mudah fistel genitourinarius – rektovesikal
dibuka segera setelah anak lahir. (pria) atau rektovagina (perempuan).
KLASIFIKASI
PATOFISIOLOGI
• Asal anus dan rektum merupakan stuktur embriologis yang disebut
kloaka. Secara embriologis, saluran pencernaan berasal dari Foregut,
Midgut, dan Hindgut.

• Foregut akan membentuk faring, sistem pernapasan bagian bawah,


esofagus, lambung, sebagian duodenum, hati, sistem bilier, serta
pankreas.

• Midgut membentuk usus halus, sebagian duodenum, caecum, apendiks,


kolon ascenden sampai pertengahan kolon transversum.

• Hindgut meluas dari midgut hingga ke membran kloaka, membran ini


tersusun dari endoderm kloaka dan ektoderm dari protoderm/
PATOFISIOLOGI
• Atresia ani terjadi akibat kegagalan punurunan septum anorektal pada
kehidupan embrional. Terjadinya atresia ani adalah karena kelainan
kongenital dimana saat proses perkembangan embriogenik tidak
lengkap pada proses perkembangan anus dan rektum.

• Dalam perkembangan selanjutnya, ujung ekor dari belakang


berkembang jadi kloaka yang juga akan berkembang jadi genito urinari
dan struktur anorektal.

• Atresia ani ini terjadi karena ketidaksempurnaan migrasi dan


perkembangan struktur kolon antara 7- 10 minggu selama
perkembangan janin.
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS

Anamnesis
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah
kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau
stenosis kanal rektal, adanya membran anal, dan fistula
eksternal pada perineum.
• Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani terjadi dalam waktu 24-48 jam.
Gejala itu antara lain :

• Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (tidak bisa


buang air besar sampai 24 jam setelah lahir).

• Perut membuncit dan pembuluh darah di kulit abdomen terlihat menonjol


(Adele, 1996). Perut kembung biasanya terjadi antara empat sampai delapan
jam setelah lahir.

• Muntah (cairan muntahan dapat berwarna hijau karena cairan empedu atau
juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi = perut tampak kembung
Palpasi = distensi, nyeri tekan tidak dijumpai.
Perkusi = hipertimpani
Auskultasi = Peristaltik meningkat, dapat terdengar metalic sound

• Jika dalam 24 jam pertama tidak tampak mekonium baik pada perineum
ataupun urin, dapat dilakukan cross table lateral x-ray dengan posisi bayi
tengkurap.
Pemeriksaan Penunjang
Perbedaan invertogram pada anomali letak
rendah (gambar a) dan anomali letak tinggi
(gambar b)

Adapun perbedaan gambaran radiologis


antara anomali letak rendah dan letak
tinggi, yaitu:

• Obstruksi usus halus letak tinggi terdapat


distensi minimal dan sedikir air fluid level
pada pemeriksaan radiologi.

• Obstruksi usus halus letak rendah terdapat


multiple central air fluid level terlihat pada
pemeriksaan radiologi.
PENATALAKSAAN
Adapun indikasi kolostomi adalah sebagai berikut:
• Dekompresi usus pada obstruksi
• Stoma sementara untuk bedah reseksi usus pada radang atau perforasi
• Sebagai anus setelah reseksi usus distal untuk melindungi anastomosis distal.

Manfaat kolostomi, yaitu:


a. Mengatasi obstruksi usus.
b. Memungkinkan pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan dengan lapangan operasi
yang bersih.
c. Memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam
usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan
bawaan yang lain.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi post operasi banyak disebabkan oleh karena
kegagalan menentukan letak kolostomi, persiapan operasi yang tidak
adekuat, keterbatasan pengetahuan anatomi, dan keterampilan operator
yang kurang serta perawatan post operasi yang buruk.
PROGNOSIS
Prognosis pada atresia dapat dievaluasi dengan cara melihat
fungsi klinisnya dan psikologisnya.

Evaluasi Fungsi Klinis


• Kontrol feses dan kebiasaan buang air besar
• Sensasi rektal dan soiling
• Kontraksi otot yang baik pada colok dubur

Pada anomali letak rendah, hasil akhir yang sering terjadi adalah
konstipasi, sedangkan pada anomali letak tinggi adalah inkontinensia
feses
PROGNOSIS
Evaluasi Psikologis

Fungsi kontinensi tidak hanya tergantung integritas atau kekuatan


sfingter atau sensasi saja, tetapi tergantung juga pada bantuan
orangtua dan kerja sama serta keadaan mental penderita.

Pasien dengan fistula perineal, atresia rektal, dan anus imperforata


tanpa fistula pada umumnya setelah dilakukan operasi perbaikan
memiliki fungsi defekasi yang baik. Sekitar 80% dapat mencapai
kontrol usus anatara usia 3- 4 tahun.
03
PENUTUP
KESIMPULAN
• Malformasi anorektal merupakan suatu spektrum dari anomali kongenital yang
terdiri dari anus imperforata dan kloaka persisten.

• Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun faktor genetik diduga
berpengaruh terhadap insiden tersebut.

• Berdasarkan letak anatomi, atresia ani dapat dibagi mejadi 3 yaitu letak tinggi,
intermediet, dan rendah. Dan dapat juga di klasifikasikan berdasarkan ada atau
tidaknya fistula dan letak fistula.

26
KESIMPULAN

• Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.


Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan,
muntah dengan segala akibatnya.

• Diagnosis didapatkan dengan melihat manifestasi klinis yang muncul dan


dengan inspeksi pada regio perianal.

• Tindakan yang dilakukan untuk evakuasi feses yang utama yaitu dengan
kolostomi dilanjutkan dengan PSARP disesuaikan dengan kelainan yang
ada.
Terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai