Anda di halaman 1dari 14

ATRESIA ANI

Nurul fitria
h1a012045
Pendahuluan
• Atresia ani merupakan suatu kelainan kongenital
dimana menetapnya membran anus sehingga anus
tertutup. Defek ini tidak selalu total, terkadang terdapat
sebuah lubang sempit masih memungkinkan keluarnya
isi usus. Atresia ani paling sering terjadi pada bayi yang
baru lahir, dengan frekuensi seluruh kelainan kongenital
anorektal di dapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran.
Jumlah pasien dengan kasus atresia ani pada laki-laki
lebih banyak ditemukan dari pada pasien perempuan.
Definisi
• Atresia ani atau anus imperforata atau
malformasi anorektal merupakan suatu kelainan
kongenital berupa tanpa anus atau anus tidak
sempurna.
Etiologi
• Etiologi atresia ani belum diketahui secara pasti. Diduga
kelainan ini dikarenakan ketidaksempurnaan dalam
proses fusi. Atresia ani diduga merupakan kelainan yang
berhubungan dengan genetik yang diturunkan secara
resesif autosomal serta sering dikaitkan dengan Sindrom
VACTERL (anomali vertebrata, Anorektal, Trakeal,
Cardio, Esophageal, Renal, Limb) yang memiliki
keterkaitan dasar genetik. Sedangkan kelainan bawaan
rektum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka
menjadi rektum dan sinus urogenital sehingga biasanya
disertai dengan gangguan perkembangan septum
urorektal yang memisahkannya
Epidemiologi
• Angka kejadian rata-rata malformasi anorektal di
seluruh dunia adalah 1 dalam 5000 kelahiran. Secara
umum, malformasi anorektal lebih banyak ditemukan
pada laki-laki dari pada perempuan. Di dapatkatan 20-
40 pasien penyakit atresia ani yang dirujuk setiap
tahunnya ke RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
dengan rasio laki-laki : perempuan adalah 4 : 1.
Patofisiologi
• Kelainan atresia ani terjadi akibat kegagalan
pembentukan septum urorectal secara komplit. Anus
dan rektum berkembang dari embrionik bagian
belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang
menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinarius
dan struktur anorektal. .
• Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada
kanal anorektal. Terjadi atresia ani karena tidak ada
kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon
antara minggu ke-7 dan ke-10 dalam perkembangan
fetal.
• Kegagalan migrasi dapat juga dapat terjadi karena
kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada
uretra. Tidak adanya pembukaan usus besar yang keluar
anus menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan
sehingga intestinal mengalami obstruksi.

• Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan


adanya fistula. Obstruksi ini mengakibatkan distensi
abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala
akibatnya.
Manifestasi klinis
• Mekonium tidak dapat keluar dalam 24 jam pertama
setelah kelahiran.
• Ditemukannya mekoneum di perineum karena adanya
fistula pada perineum.
• Bayi akan cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir
• Bayi muntah-muntah
• Pada sekitar 60% kasus kelainan atresia ani dapat
dijumpai kelainan bawaan pada sistem tubuh yang lain.
Kelainan bawaan yang banyak dijumpai adalah kelainan
kardiovaskuler, kelainan gastrointestinal, kelainan
tulang belakang dan medulla spinalis, Kelainan traktus
genitourinarius.
Diagnosisi
• Secara klinis diagnosis atresia ani tidak sukar, selain
dengan gejala klinis Kelainan bentuk anorektum
biasanya sedemikian jelas sehingga diagnosis dapat
ditegakkan segera setelah bayi lahir dengan melakukan
inspeksi secara cermat daerah perineum.
• Apakah ditemukan adanya fistul atau tidak.
• memeriksa ada tidaknya lubang pada daerah anal.
• memeriksa ada tidaknya lubang anus dan keadaan
muskulus spinkter.
Pemeriksaan Radiologi
• Pemeriksaan foto rontgen bermanfaat dalam usaha
menentukan letak ujung rektum yang buntu.
• Penilaian foto rontgen dilakukan terhadap letak udara di
dalam rektum dalam hubungannya dengan garis
pubokoksigeus dan jaraknya terhadap lekukan anus.
• Semua bayi yang mengalami kelainan bentuk anorektum
perlu menjalani pemeriksaan foto rontgen seluruh
bagian kolumna vertebralis dan urogram intravena
untuk menemukan kelainan bawaan lainnya di daerah
tersebut
Tatalaksana
Tatalaksana awal yang dapat diberikan:
Penanganan pada bayi dengan atresia ani harus
dihentikan masukan makanan unuk mencegah mual
muntah dan dehidrasi lebih lanjut. Dekompresi dapat
dilakukan dengan pemasangan NGT. Sebelum dilakukan
tindakan operatif diberikan antibiotik sebagai prefilaksi
terhadap infeksi sebelum dilakukan tindakan operatif
• Bentuk operasi yang diperlukan pada kelainan atresia
ani letak rendah, baik tanpa atau dengan fistula, adalah
anoplasti perineum, kemudian dilanjutkan dengan
dilatasi pada anus yang baru selama 2-3 bulan
• Tindakan ini paling baik dilakukan dengan dilator Hegar
selama bayi di rumah sakit dan kemudian orang tua
penderita dapat memakai jari tangan di rumah, sampai
tepi anus lunak serta mudah dilebarkan. sampai daerah
stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai keadaan
normal
Prognosis
• Prognosis tergantung pada fungsi klinis, Pada atresia
letak tinggi, banyak anak-anak memiliki masalah dalam
mengontrol fungsi saluran cerna atau pengendalian
defekasi. Sebagian besar mengalami konstipasi. Pada
anak-anak dengan atresia letak rendah secara garis besar
mempunyai kontrol pencernaan yang baik, tetapi dapat
pula mengalami konstipasi. Prognosis baik apabila gejala
obstruksi segera diatasi. Penyulit pasca bedah seperti
kebocoran anastomosis, atau striktur anastomosis
umumnya dapat diatasi
Daftar pustaka
• De Jong, Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
• Oldham K, Colombani P, Foglia R, Skinner M. principles and Practice of Pediatric Surgery Vol.2.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2010; 1395-1434.
• Grosfeld J, O’Neill J, Coran A, Fonkalsrud E. Pediatric Surgery 6th edition. Philadelphia: Mosby elseivier,
2009; 1566-99.
• A. Mirshemirani, J.Kouranloo, M. Rouzrokh, M.N.sadeghiyan and A.Khaleghnejad. Primary posterior
sagittal anorectoplasty Without colostomy in neonates with high Imperforate anus. Vol.45. No.2; 2007.
Department of Pediatrics Surgery. Tehran, Iran.
• Daradka, H. “Surgical Repair of Atresia Ani (imperforate anus) in Newborn Kids” 2013. Available from :
http://journals.ju.edu.jo/JJAS/article/view/4290/3174. Accessed on: 29 Oktober 2016.
• Alamo L, Meyrat B. “Anorectal Malformations: Finding the Pathway out of the Labyrinth” 2013. Pediatric
Imaging, Vol 33 No 2. Available from : http://pubs.rsna.org/doi/pdf/10.1148/rg.332125046. Accessed
on: 28 Oktober 2016.
• University of Michigan. “Imperforate Anus” 2012. Departement of Surgery University of Michigan.
Available from : http://www.medcyclopaedia.com/library/topics/volume_vii/a/anorectalmalformation.
Accessed on: 26 Oktober 2016.
• Malueka, RG. 2008. Radiologi Diagnostik. Jogjakarta: Pustaka Cendekia
• Arnold G.coran. N, Scott adzick. Thomas M,krummel. Jean Martin L. Anthony Caldamone, Robert
Shamberger. Pediatric Surgery seventh edition. Vol 1; 2012. Department of Pediatrics Surgery. United
States of America.
• Surgery in Africa. “Newborn Management of Anorectal Malformations” 2009. Available from:
http://www.ptolemy.ca/members/current/Newborn%20Anorectal%20Malformations. Accessed on: 28
Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai