Disusun oleh:
Disusun Oleh
Telah diterima dan disetujui oleh ........... selaku dokter pembimbing Kepaniteraan
Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal
Jakarta, Desember 2020
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Kuasa,
atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Resusitasi Bayi Baru Lahir” dengan baik
dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik
maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar–besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi
dan manfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................2
2.1 Resusitasi bayi baru lahir......................................................2
2.2.1 Definisi.......................................................................2
2.1.2 Persiapan resusitasi.....................................................2
2.1.3 Penilaian langkah awal bayi baru lahir.....................10
2.1.4 Alur resusitasi...........................................................14
2.1.5 Penilaian...................................................................15
2.1.6 Pemberian cairan dan obat-obatan...........................15
BAB III Kesimpulan..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data dari WHO November 2013, jumlah kelahiran bayi hidup
di Indonesia pada tahun 2010 adalah 4.371.800, dengan kelahiran premature
sebanyak 675.700 (15,5 per 100 kelahiran hidup) dan angka kematian sebsar
32.400 (nomor 8 penyebab kematian di Indonesia).1 Proporsi kematian
neonatal terhadap kematian anak balita cenderung meningkat dari 43%
menjadi 48%. Penyebab utama kematian neonatal pada minggu pertama (0-6
hari) adalah asfiksia (36%), BBLR/Prematuritas (32%) serta sepsis (12%)
sedangkan bayi usia 7-28 hari adalah sepsis (22%), kelainan kongenital (19%)
dan pneumonia (17%).2
Di negara berkembang, sekitar 3% bayi lahir mengalami asfiksia derajat
sedang sampai dengan berat, dan yang mampu bertahan hidup namun
mengalami kerusakan otak cukup banyak, resusitasi yang tidak adekuat atau
salah prosedur medis merupakan salah satu penyebab dari meningkatnya
mortalitas maupun morbiditas asfiksia pada bayi baru lahir. 3 Pemerintah
melalui Kementerian Kesehatan RI telah menerbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial untuk menangani asfiksia bayi baru lahir yang
tercantum pada pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial meliputi alur resusitasi.4
BAB II
iv
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan neonatus pertama di
luar rahim sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat besar
dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi
pematangan organ hampir di semua sistem.5
1. Faktor resiko7
a. Faktor ibu
v
Diabetes melitus
Pemyakit kronik (anemia,PJB sianotik)
Demam
Infeksi
Korioamnionitis
Sedasi berat
Kematian janin sebelumnya
Tidak pernah melakukan pemenksaan antenatal
b. Faktor janin
c. Faktor intrapartum
vi
Pola denyut jantung janin yang meragukan pada CTG
Presentasi abnormal
Prolaps tali pusat
Persalinan/ kala 2 memanjang
Persalinan yang sangat cepat
Perdarahan antepartum (misal solusio plasenta, plasenta previa,
vasa previa)
Ketuban bercampur mekoneum
Pemberian obat narkotika untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu
dalam 4 jam proses persalinan
Kelahiran dengan forseps
Kelahiran dengan vakum
Penerapan anestesi umum pada ibu
Bedah kaisar yang bersifat darurat
Informasi yang perlu diketahui oleh tim resusitasi adalah sebagai berikut :
vii
1. Usia gestasi
2. Perkiraan jumlah janin (tunggal, kembar)
3. Janin risiko tinggi dan kemungkinan memerlukan resusitasi
4. Mekoneum pada cairan ketuban
5. Variasi denyut jantung janin
6. Kelainan kongenital janin
a. Penolong pertama
Kapten/ pemimpin jalannya resusitasi. Posisi di atas kepala bayi.
Memiliki pengetahuan dan kompetensi resusitasi yang paling tinggi
dan lengkap serta dapat menginstruksikan tugas kepada anggota
tim lainnya. Tanggung jawab utamanya yaitu ventilasi (airway dan
breathing).
b. Penolong kedua
Asisten sirkulasi. Posisi pada sisi kiri bayi (posisi ini tidak terlalu
mengikat, dibolehkan bertukar posisi antara penolong kedua dan
ketiga, dengan catatan fungsi tidak tumpeng tindih. Bertanggung
jawab atas sirkulasi bayi, meliputi mendengarkan laju denyut
jantung bayi, mengatur kebutuhan tekanan inspiratif positif
(positive insipiratory pressure/ PIP) dan fraksi oksigen (FiO2),
memberikan kompresi jantung, memasang kateter umbilical untuk
resusitasi cairan.
viii
c. Penolong ketiga
Merupakan asisten peralatn dan obat. Posisi pada sisi kanan bayi.
Memiliki tanggung jawab menyalakan tombol pencatat waktu,
memasang monitor saturasi, monitor suhu, menyiapkan peralatan
suction persiapan obat-obatan dan alat-alat lainnya.
3. Lingkungan resusitasi10
a. Ruangan
ix
cukup hangat untuk mencegah bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya,
cukup terang untuk dapat menilai status klinis ibu-bayi dan cukup besar
untuk tim resusitasi bergerak. Bila terdapat persalinan multipel maka
diperlukan ruangan yang lebih besar dengan pemancar panas (infant
warmer) dan set resusitasi sejumlah bayi yang akan lahir.
b. Suhu
x
4. Persiapan alat11
1. Warmer
2. Suction
3. Ventilasi (balon self inflating bag dengan sungkup wajah, katup
Positive End-Expiratory Pressure (PEEP), T-Piece resuscitator,
Jackson-Rees, dan lain sebagainya)
4. Akses sirkulasi (jalur iv, kateter, obat dan cairan resusitasi)
5. Transportasi (incubator atau dengan metode kangguru)
xi
Gambar 4. Balon dan sungkuo dengan katup PEEP
Gambar 5. Jackson-Rees
xii
Gambar 6. Modifikasi perlengkapan resusitasi di fasilitas terbatas
5. Pengendalian Infeksi12
a. Pernapasan
xiii
pada semua bayi. Hal tersebut menunjukkan kemungkinan bayi
mengalami kesulitas mengembangkan paru. Bila terdapat gangguan
pernapasan, bayi perlu diberikan tekanan postifif berkelanjutan pada jalan
napas (CPAP). 12
b. Tonus Otot
xiv
Gambar 7. A. Tonus otot baik. B. Tonus otot buruk
d. Oksigenasi
xv
Gambar 8. Skor APGAR
xvi
2.1.4 Alur resusitasi11
xvii
2.1.5 Penilaian
Bila laju denyut jantung tetap di bawah 60 kali per menit meski telah
diberikan ventilasi dan kompresi dada, maka tindakan pertama yang wajib
dilakukan adalah memastikan ventilasi dan kompresi yang diberikan sudah
optimal dan bahwa oksigen yang diberikan sudah 100%. Terkadang walaupun
paru sudah terventilasi dngan baik (melalui VTP) dan curah jantung membaik
(melalui kompresi dada), sejumlah kecil bayi baru lahir memiliki laju denyut
jantung <60 kali per menit. Otot jantung bayi dengan kondisi tersebut telah
mengalami hipoksia terlalu lama sehingga gagal berkontraksi secara efektif walau
telah mendapat perfusi dengan darah beroksigen. Untuk bayi dengan kondisi
demikian, maka harus dilanjutkan tahap selanjutnya yaitu pemberian obat dan
cairan. 14
Obat-obatan dan cairan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir,
namun terdapat beberapa obat ataupun cairan yang dapat dipertimbangkan,
diantaranya:
1. Jalur pemberian
a. Vena Umbilical
xviii
dengan katup three-way, dan pastikan baik kateter maupun three-way diisi
cairan garam fisiologis/ normal saline (NaCl 0,9%).
b. Pipa Endotrakeal
a. Adrenalin
b. Sodium Bikarbonat
c. Nalokson
xix
antagonis narkotika pada bayi dapat menghilangkan efek narkotika.
Nalokson diberikan pada BBL jika depresi napas yang berlanjut bahkan
setelah pemberian VTP berhasil mengembalikan laju denyut jantung
normal, dengan dosis 0,1 mg/kgBB dari larutan 0,4 mg/mL diberian secara
IV bolus diikuti dengan bolus NaCl 0,9%. Nalokson dapat diberikan secara
IM namun awitannya lebih lambat dan dapat diberikan lebih dari satu kali
mengingat durasi dari efek narkotika yang lebih panjang.
xx
BAB III
KESIMPULAN
xxi
Daftar pustaka
xxii
13. Australian Resuscitation Council. Section 13: Assessment of The Newborn
Infant. Neonatal Guidelines. Accessed http://www/resus.org.au. 2013
14. American Academy of Pediatrics/ AHA. Neonatal Resuscitation Program.
Ed 5. Elk Grove Village: AAP. 2011.
xxiii