Anda di halaman 1dari 20

JOURNAL REVIEW

ONE HEALTH
UPAYA PENCEGAHAN DENGUE

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Persyaratan 


Dalam Menempuh Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

Pembimbing :
Ambar Wahyuningsih Roestam

Disusun oleh :
Rizka Annisa 030.016.134
Vero Dwinta 030.012.274
Husam Hilal A 030.016.070

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PERIODE 04 JANUARI – 28 JANUARI 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah masalah kesehatan masyarakat yang
utama di seluruh wilayah tropis di dunia. Ini adalah penyakit virus yang ditularkan
melalui nyamuk yang paling cepat menyebar. World Health Organization(WHO)
memperkirakan bahwa 50–100 juta infeksi demam berdarah terjadi setiap tahun dan
hampir separuh populasi dunia tinggal di negara-negara tempat demam berdarah
endemik. Indonesia merupakan daerah endemis vektor DBD. Hampir 97% provinsi
di Indonesia endemis DBD. Prevalensi DBD semakin meningkat setiap tahunnya.(1,2)
Penyakit tersebut telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di
dunia karena telah menyebabkan kematian dan wabah penyakit, khususnya di Asia.
Case Fatality Rate (CFR) DBD di Indonesia sebesar 0,86% pada tahun 2012 dan
menurun pada tahun 2013 (CFR = 0,77%).Namun, kasus DBD kembali meningkat
pada tahun 2014 (CFR = 0,90%).Salah satu provinsi di Indonesia yang mengalami
peningkatan kasus DBD dan menjadi KLB pada tahun 2015 adalah Kalimantan
Selatan. Tahun 2015, secara keseluruhan tercatat dari 34 Provinsi di Indonesia
terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD dan 1.229 orang diantaranya meninggal
dunia(3,4).
Famili Culicidae merupakan golongan Aedes aegypti, yang berperan sebagai
vektor Demam Berdarah Dengue. Aedes aegypti dan Aedes albopictus adalah
nyamuk yang berperan sebagai vektor potensial utama DBD di Indonesia. Penularan
DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus betina
yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam
berdarah lain. Aedes aegypti mengalami metamorfosis lengkap atau metamorfosis
sempurna (holometabola) yang melalui beberapa tahap yaitu Telur, Larva, Pupa, dan
Dewasa(4).
Siklus Hidup Aedes aegypti

Telur akan menetas jika kelembaban terlalu rendah dalam waktu 4 atau 5
hari. Larva akan berkembang menjadi pupa dalam waktu 5–7 hari. Larva lebih
menyukai air bersih, akan tetapi tetap dapat hidup dalam air yang keruh baik bersifat
asam atau basa. Pupa membutuhkan waktu 1-3 hari sampai beberapa minggu untuk
menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk Aedes aegypti betina hanya kawin satu untuk
meneruskan keturunan. Biasanya perkawinan terjadi 24-28 hari saat nyamuk
dewasa(4).
Tabel 1. PICO

Health Workers’ Perceived Dengue fever as an emerging Determinan Yang Berhubungan


Challenges for Dengue Prevention disease in Afghanistan: Dengan Keberadaan Jentik Di
and Control in the Dominican Epidemiology of the first reported Kelurahan Rangkah Buntu,
Republic cases Surabaya

Problem  Republik Dominika memiliki  Case Fatality Rate (CFR) BDB Tahun 2016, total jumlah
Populasi 8,6 juta penduduk pada di dunia sebanyak 10% yang penderita DBD di Jawa Timur
tahun 2000, dengan 32% mengalami gejala berat jika tidak 24.098 orang, dengan rata-rata
penduduk DR hidup pada atau di diberikan tatalaksana, sedangkan 61,9/100.000 penduduk (peringkat
bawah ambang kemiskinan, pada kasus yng diberikan ke-16 di Indonesia). Jumlah
meningkat menjadi 9,9 juta penatalaksanaan sebesar 0,1% kematian akibat DBD sebanyak
penduduk pada tahun 2010,  Pada kasus DBD sekitar 75% 339 orang, atau persentasenya
dengan 41,6% hidup di bawah yang terinfeksi gambaran 1,4% dari total penderita. Tahun
ambang kemiskinan sehingga klinisnya berupa asimptomatik 2017, ditemukan 4 kasus demam
mengakibatkan kualitas  Keberadaan nyamuk Aedes berdarah di Kelurahan Rangkah
lingkungan yang menjadi tempat (albopictus & aegypti) di Buntu Kota Surabaya.
berkembang biaknya nyamuk. Afganistan dan sering bepergian
 Adanya tantangan tenaga dengan negara tetangga endemik
Kesehatan dalam pencegahan menimbulkan risiko peningkatan
dan pengendalian dengue pada kasus DBD di Afganistan pada
Republik Dominika tahun 2019 yang didapat secara
lokal dilaporkan satu bulan
setelah kasus pertama terkait
perjalanan.
 Entomologi yang lemah,
intervensi pengendalian vektor
yang tidak memadai, dan
kurangnya staf yang terlatih
dalam pencegahan dan
pengendalian demam berdarah
dapat berkontribusi pada
endemik demam berdarah di
Afghanistan
Intervention  Dilakukannya wawancara  Mencegah penularan virus  Pembudayaan pemberantasan
kepada tenaga Kesehatan dengue dengan cara melakukan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus
professional mengenai tantangan pengendalian vektor atau secara berkelanjutan sepanjang
dalam upaya pencegahan memutus rantai kontak manusia- tahun dan mewujudkan
penyakit dengue serta vektor terlaksananya Gerakan 1
rekomendasi mereka untuk  Mengembangkan kesiapsiagaan Rumah 1 Jumanti
memperkuat pengendalian nasional dan rencana respons,  Membentuk Kelompok Kerja
demam berdarah di Republik mengadopsi pedoman Operasional (Pokjanal) DBD
Dominika. manajemen klinis, dan di setiap tingkat administrasi
 Topik pertanyaan diantaranya meningkatkan pengujian dan melakukan revitalisasi
pengalaman pekerjaan dalam laboratorium Pokjanal DBD yang sudah ada
pencegahan dan pengendalian  Mengembangkan dan dengan dukungan APBD
demam berdarah; pandangan mengadvokasi penerapan  Upaya promosi kesehatan
tentang pengendalian vektor di rencana nasional untuk dilakukan di semua sektor,
komunitas; tantangan yang surveilans entomologi dan termasuk pembentukan Juru
dirasakan bagi kepatuhan warga pedoman nasional untuk Pembasmi Jentik (Jumantik)
terhadap praktik yang surveilans vektor demam pada anak sekolah dan
direkomendasikan; dan langkah- berdarah dan pengendalian pramuka.
langkah yang disarankan untuk vektor.  Penemuan dini kasus DBD dan
memperkuat kepatuhan terhadap  Pemberitahuan dini kepada pengobatan segera (early
pengendalian vektor di tingkat otoritas pengawasan dan nasehat diagnosis and prompt
lokal dan nasional. kepada pasien tentang treatment) yang merupakan
pencegahan dan penyebaran bagian dari tata laksana kasus
demam berdarah sangat penting di fasilitas pelayanan
untuk program pengendalian. kesehatan tingkat pertama dan
 Menguji demam berdarah ketika lanjutan (Puskesmas dan
Rumah Sakit)
kriteria klinis telah terpenuhi dan
dipertimbangkan sebagai 
Pelatihan tatalaksana kasus
diagnosis banding di antara para untuk Dokter dan Tenaga
wisatawan yang kembali dari Kesehatan di Puskesmas dan
negara endemik yang datang Rumah Sakit
dengan penyakit demam. 
Penyediaan logistik tatalaksana
kasus DBD berupa Rapid
Diagnostik Tes (RDT) dan
reagen untuk diagnosis
serotype virus DBD
 Pelaksanaan surveilans kasus
DBD untuk memantau
dinamika kejadian penyakit
DBD di Indonesia sehingga
kemungkinan terjadinya KLB
DBD dapat diantisipasi dan
dicegah sejak dini
 Pelaksanaan surveilans vektor
Aedes spp. untuk memantau
dinamika vektor dengan
demikian peningkatan populasi
Aedes spp dapat diantisipasi.
Comparison Tidak ada pembanding Tidak ada pembanding Tidak ada pembanding
Outcome  Mengetahui faktor intrinsik dan  Berkurangnya kasus DBD yang  Menurunnya jumlah kematian
ekstrinsik terkait kendala apa didapatkan dari negara endemik akibat DBD
saja yang menjadi hambatan  Dapat terpenuhinya staf dan  Kesadaran penduduk
dalam melakukan upaya tenaga terlatih dalam menangani meningkat terkait
pencegahan dan pengendalian kasus DBD kewaspadaan adanya jentik
dengue di Republik Dominika.  Meningkatnya kesiapsiagaan  Terbentuknya kelompok kerja
 Meningkatnya kewaspadaan untuk menangani DBD agar operasional (kelompok
masyarakat terkait penyakit tingkat morbiditas dan Pokjanal) di setiap tingkat
virus dengue mortalitasnya rendah administrasi
 Berjalannya kerjasama lintas  Meningkatmya kerjasama lintas  Tenaga kesehatan semakin
sektoral batas untuk mencegah terlatih dalam menangani
 Pemahaman tentang pengaruh penyebaran penyakit lintas batas kasus DBD
faktor intrinsik dan ekstrinsik  Adanya Tes (RDT) dan reagen
ini dapat menginformasikan untuk diagnosis serotype virus
diskusi otoritas kesehatan DBD
Republik Dominika tentang  Terlaksananya surveilans
langkah-langkah untuk vektor Aedes spp. Dan
meningkatkan partisipasi peningkatan populasi aedes
masyarakat dalam inisiatif spp. Dapat diantisipasi
demam berdarah secara teratur  Terlaksananya surveilans
dan berkelanjutan, termasuk kasus DBD dan mencegah
peningkatan komitmen politik terjadinya kasus KLB DBD
untuk memperluas pendidikan
kesehatan dan memperkuat
program pengawasan demam
berdarah.
Tabel 2. Hasil Jurnal

Health Workers’ Perceived Dengue fever as an emerging Determinan Yang Berhubungan


Challenges for Dengue Prevention disease in Afghanistan: Dengan Keberadaan Jentik Di
and Control in the Dominican Epidemiology of the first Kelurahan Rangkah Buntu,
Republic reported cases Surabaya

Topik Tantangan yang Dianggap Pekerja Demam berdarah sebagai Determinan yang berhubungan
Kesehatan untuk Pencegahan dan penyakit yang muncul di dengan keberadaan jentik di kelurahan
Pengendalian Dengue di Republik Afghanistan: Epidemiologi kasus rangkah buntu, surabaya
Dominika pertama yang dilaporkan
Identifikasi Tantangan yang dirasakan para Mendeskripsikan dan Penyebaran jentik yang ada di daerah
masalah tenaga kesehatan untuk strategi mendokumentasikan manifestasi kelurahan rangkah buntu, Surabaya
pencegahan dan pengendalian demam epidemiologi dan klinis 15 kasus yang akan menyebabkan
berdarah, menggunakan pendekatan demam berdarah yang dilaporkan meningkatnya kejadian DB atau
kualitatif, dan menggambarkan pertama kali oleh sistem demam berdarah di daerah tersebut
rekomendasi mereka untuk surveilans dan respons nasional
memperkuat tindakan masa depan pada tahun 2019.
untuk pengendalian demam berdarah
di komunitas Republik Dominika.
Populasi studi Peneliti merekrut sampel dari 19 Sampel dikumpulkan selama di Populasi penelitian ini didasarkan dari
pekerja kesehatan (10 laki-laki, 9 minggu pertama sakit (biasanya seluruh Kartu Keluarga (KK) RW.VI
perempuan), hingga 5 orang di setiap selama 2 - 7 hari pertama Kelurahan Rangkah Buntu yang
provinsi, berdasarkan rujukan dari timbulnya gejala) saat pasien diwakili satu orang per KK, sehingga
ahli administrasi atau klinis di mengunjungi fasilitas kesehatan. populasi dalam penelitian ini
puskesmas provinsi atau regional. Karena kondisi iklim yang berjumlah 447 orang kemudian
Sampel termasuk praktisi kesehatan menguntungkan untuk vektor, diambil sampel dengan metode simple
masyarakat, ahli entomologi, kasus mirip dengue yang diamati, random sampling dengan perhitungan
pendidik, klinisi dan administrator. dan persediaan alat uji untuk menggunakan rumus Slovin dan
DENV yang tersedia, sampel didapat 211 responden yang
yang dikumpulkan antara Mei dan ditetapkan
Desember 2019 diuji untuk menjadi sampel
DENV ketika mereka memenuhi
kriteria untuk dugaan demam
berdarah menurut kasus di WHO
Lokasi Penelitian dilakukan di kotamadya Afganistan Di Kelurahan Rangkah Buntu,
dari lima provinsi Republik Surabaya
Dominika: Jarabacoa di Provinsi La
Vega; Baní di Provinsi Peravia; San
Felipe di Provinsi Puerto Plata;
Navarrete, Sabana Iglesias, Tamboril,
Villa González dan Santiago de los
Caballeros, di Provinsi Santiago de
los Caballeros; dan Santo Domingo,
di Distrik Nasional
faktor resiko  Internal :  Sering bepergian ke negara  Kepadatan penduduk
o Ekonomi individu yang endemik berisiko  Mobilitas penduduk
terbatas meningkatkan kasus DBD di  Sanitasi lingkungan
o Kurangnya kesadaran Afganistan  Keberadaan kontainer
individu  Kepadatan vector
 Eksternal :
o Kurangnya kerjasama di
antara anggota masyarakat
o Terbatasnya keberlanjutan
intervensi pemerintah
Masalah  Apa tantangan dalam melakukan Dengue Fever Keberadaan jentik yang meningkatkan
Kesehatan/Researc upaya pencegahan dan risiko terjadinya demam berdarah
h Question pengendalian dengue di Republik
Dominika?
 Pencegahan dan pengendalian
Dengue Fever
Metode Studi kualitatif menggunakan Analisis deskriptif retrospektif Observasional analitik, desain yang
pendekatan analisis etnografi dari data tentang kasus digunakan adalah cross sectional.
terkonfirmasi DBD.Data Peneliti hanya melakukan observasi
retrospektif diambil dari mjulai dengan memperhatikan determinan
tanggal 3 oktober sampai 16 yang berhubungan dengan keberadaan
desember 2019. jentik, yaitu pendidikan, pendapatan,
pengetahuan, sikap, tindakan (3M+,
Menguras bak mandi minimal satu
minggu sekali, menggantung pakaian
kotor lebih dari satu hari), dan
kebiasaan membersihkan rumah tanpa
memberikan perlakuan yang
dilakukan sekaligus pada suatu waktu
(point time approach).
Intervensi One  Strategi pengendalian vektor  Pada tahun 2018,  Pemberantasan jentik
Health vertikal atau "top-down" Kementerian Kesehatan diharapkan dapat dilakukan
tradisional, termasuk Masyarakat (Kemenkes) secara berkesinambungan,
penyemprotan pestisida yang melakukan surveilans sehingga mampu memutus
dijalankan pemerintah, pada vektor untuk penyakit mata rantai vektor
awalnya menunjukkan hasil pertama kali dan perkembangbiakan nyamuk.
yang menjanjikan dalam mengirim enam sampel Keberlangsungan program
pengendalian nyamuk global, nyamuk dari provinsi diperlukan pelaku dalam
tetapi kekurangan dana yang Khost ke Singapura untuk menjalankan program tersebut
berkelanjutan dari waktu ke pemeriksaan molekuler agar berjalan secara
waktu dari Aedes spesies berkelanjutan, sehingga dalam
 Kampanye pendidikan nyamuk program Pemberantasan
kesehatan yang menekankan  Setelah menerima hasil Sarang Nyamuk (PSN)
praktik pengendalian vektor laboratorium fi diperlukan kerja sama yaitu
yang direkomendasikan dan rmasi untuk DENV, denganmembentuk kader
partisipasi aktif anggota pengawasan pemberantas jentik yang
masyarakat dalam mengumpulkan data dikenal dengan Jumantik (Juru
pengurangan populasi Aedes dengan wawancara pasien, Pemantau Jentik). Keaktifan
di dalam dan sekitar rumah review rekam medis, dan kader sangat berpengaruh
mereka telah terbukti lembar hasil laboratorium terhadap keberhasilan
meningkatkan pengetahuan untuk melengkapi daftar pemberantasan sarang
dan kesadaran tentang demam baris nyamuk. Banyak penelitian
berdarah, tetapi pengetahuan yang membahas tentang faktor
tidak selalu sama dengan yang memengaruhi keaktifan
tindakan. pemberantasan sarang
 Pendekatan inovatif dapat nyamuk.
mengintegrasikan strategi  Pembudayaan pemberantasan
pencegahan dan pengendalian sarang nyamuk (PSN) 3M Plus
demam berdarah dengan secara berkelanjutan sepanjang
mempertahankan dukungan tahun dan mewujudkan
politik, membentuk kemitraan terlaksananya Gerakan 1
berbasis komunitas, Rumah 1 Jumantik
memperkuat program  Membentuk Kelompok Kerja
pengawasan epidemiologis Operasional (Pokjanal) DBD
aktif, dan membangun di setiap tingkat administrasi
komunitas yang diberdayakan dan melakukan revitalisasi
untuk mempromosikan Pokjanal DBD yang sudah ada
pengendalian vektor jangka dengan dukungan APBD
panjang dan perubahan  Upaya promosi kesehatan
perilaku komunitas. Seperti dilakukan di semua sektor,
yang diamati di Kuba, termasuk pembentukan Juru
kolaborasi antarsektoral dan Pembasmi Jentik (Jumantik)
partisipasi masyarakat, pada anak sekolah dan
ditambah dengan kemauan pramuka
politik, adalah benteng  Penemuan dini kasus DBD
strategi pencegahan dan dan pengobatan segera (early
pengendalian demam berdarah diagnosis and prompt
 Kolaborasi dalam sektor treatment) yang
kesehatan dan dengan sektor merupakanbagian dari tata
lain (misalnya, komunikasi laksana kasus di fasilitas
yang lebih baik antar pelayanan kesehatan tingkat
pemangku kepentingan), pertama dan lanjutan
pendekatan terpadu (misalnya, (Puskesmas dan Rumah Sakit)
penggunaan sumber daya  Pelatihan tatalaksana kasus
untuk berbagai penyakit atau untuk Dokter dan Tenaga
metode), pengambilan Kesehatan di Puskesmas dan
keputusan berbasis bukti Rumah Sakit
(misalnya, penerapan temuan  Penyediaan logistik
ilmiah dalam praktik) dan tatalaksana kasus DBD berupa
pembangunan kapasitas Rapid Diagnostik Tes
(misalnya, penyediaan sumber (RDT)dan reagen untuk
daya untuk mengelola diagnosis serotype virus DBD
strategi).  Pelaksanaan surveilans kasus
 Petugas kesehatan memainkan DBD untuk memantau
peran yang sangat diperlukan dinamika kejadian penyakit
dalam melaksanakan inisiatif DBD di Indonesia sehingga
nasional di tingkat lokal. kemungkinan terjadinya KLB
Dalam strategi pencegahan DBD dapat diantisipasi dan
dan pengendalian demam dicegah sejak dini
berdarah terpadu, HW  Pelaksanaan surveilans vektor
bertugas dalam berbagai Aedes spp. untuk memantau
kapasitas untukmendidik dinamika vektor dengan
anggota masyarakat tentang demikian peningkatan
ancaman infeksi DENV dan populasi Aedes spp dapat
tindakan untuk meningkatkan diantisipasi.
kepatuhan terhadap
rekomendasi pengendalian
vektor di dalam dan di sekitar
rumah mereka.
Hasil studi  Tantangan yang dirasakan  Secara keseluruhan,  Hasil penelitian yang
termasuk 1) sumber daya CPHL menguji 569 dilakukan di wilayah RW. VI
ekonomi individu yang sampel untuk CCHF Kelurahan Rangkah Buntu,
terbatas, 2) kurangnya antara Mei dan Desember Kota Surabaya melalui
kesadaran individu, 2019, di mana 213 observasi keberadaan jentik,
pendidikan atau tindakan, 3) (37,4%) positif untuk dari 211 rumah yang didatangi
Kurangnya kerjasama di CCHF, dan sisanya 356 diketahui bahwa responden
antara anggota masyarakat, (62,5%) negatif. Dari 356 yang terdapat keberadaan
dan 4) terbatasnya kasus negatif CCHF, 62 jentik di rumahnya sebesar
keberlanjutan intervensi memenuhi kasus de fi 121 rumah (57%) dan rumah
pemerintah. kondisi untuk suspek responden yang tidak terdapat
 Peserta menggambarkan demam berdarah dan jentik sebesar 90 rumah
tantangan yang dihadapi dirujuk untuk pengujian. (43%).
anggota masyarakat dengan Selama periode ini, 62  Tabel 2 menunjukkan bahwa
sumber daya ekonomi yang sampel diuji demam sebagian besar responden yang
terbatas dalam menetapkan berdarah, 15 di antaranya berpendidikan rendah terdapat
prioritas antara kegiatan dan (24,2%) positif. Dari 15 jentik dalam rumahnya yaitu
pengeluaran sehari-hari kasus, tiga (20%) kasus sebesar 57,7%.
 Seorang peserta juga dilaporkan pada bulan  Jumlah pendapatan dapat
menyampaikan bahwa Oktober, enam (40%) diinterpretasikan bahwa
meskipun anggota masyarakat pada bulan November, persebaran jentik cukup
telah mengetahui tentang dan enam (40%) merata antara responden
demam berdarah, namun jarak dilaporkan pada Desember dengan pendapatan rendah
geografis dari lembaga 2019. hingga tinggi, namun bagi
kesehatan dapat menjadi  Sebelas dari 15 kasus responden yang berpendapatan
penghambat akses layanan (73%) adalah laki-laki, sedang keberadaan jentik lebih
kesehatan dan empat (27%) adalah dari setengahnya, yaitu 62,5%.
 Selain jarak geografis dari perempuan. Rentang usia Separuh responden memiliki
institusi kesehatan, peserta antara 15 hingga 55 tahun, pengetahuan yang baik.
mendeskripsikan konteks dengan rata-rata 34 dan Responden yang memiliki
sosial dan infrastruktur median 30 tahun. Empat pengetahuan baik, ternyata
perpipaan yang buruk, dimana kasus (28,6%) adalah juga ditemukan jentik didalam
anggota masyarakat harus pelajar, tiga dengan rumahnya, yaitu sebesar
terus menerus menyimpan air riwayat perjalanan (dua ke 68,9%. Hampir seluruh
untuk keperluan rumah India, satu ke Pakistan), responden memiliki sikap
tangga. dan satu lagi dengan yang baik
 Sebagian besar peserta riwayat perjalanan yang  Diketahui tidak ada hubungan
melaporkan bahwa perwakilan tidak diketahui) signifikan sikap dengan
MISPAS telah mengadakan  Mengenai gejala, semua keberadaan jentik. Artinya
seminar kesehatan tentang 14 kasus menunjukkan sikap responden tidak
demam berdarah di komunitas demam (40 C / 104F), berpengaruh terhadap
lokal, menyadari bahwa sakit kepala, nyeri otot, keberadaan jentik di
anggota komunitas harus dan nyeri sendi 14 Kelurahan Rangkah, Surabaya.
mengetahui strategi yang (100%). Tujuh (50%) Tidak ada hubunganyang
direkomendasikan untuk kasus memiliki jumlah signifikan antara 3M+
mencegah dan mengendalikan trombosit yang rendah, dengankeberadaan jentik.
nyamuk di dalam dan sekitar Lima (35,7%) mengalami Artinya 3M+ yang dilakukan
rumah mereka. nyeri di belakang mata, responden tidak berpengaruh
 Banyak Peserta mengatakan tiga (21,4%) mengalami terhadap keberadaan jentik di
bahwa situasi yang ideal ruam, tiga (21,4%) KelurahanRangkah, Surabaya.
adalah ketika anggota mengalami mual / muntah. Ada hubungan yang signifi
masyarakat bergabung untuk Satu kasus (7%) masing- kan antaramenguras bak
memerangi ancaman penyakit masing mengalami mandi minimal
 Banyak peserta melaporkan perdarahan, gejala mirip sekaliseminggu dengan
bahwa MISPAS tidak flu, kelelahan, atau keberadaan jentik. Artinya
menyediakan tenaga kerja leukopenia. Rerata dan kebiasaan menguras bak
yang memadai untuk median jumlah sel darah mandi minimal sekali
mendidik dan putih adalah 12.314 / m l, seminggu
memberdayakan anggota dan 5000 / m l, masing- respondenberpengaruh
masyarakat tentang kepatuhan masing, dan rata-rata dan terhadap keberadaan jentik di
terhadap tindakan pencegahan median jumlah trombosit Kelurahan Rangkah. Ada
demam berdarah yang adalah 77,7714 / ml 3 dan hubungan yang signifi kan
direkomendasikan atau 79.000 / ml 3, antara menggantung pakaian
dukungan ekonomi untuk  Mayoritas kasus, sepuluh kotor lebih dari satu hari
mendapatkan sumber daya (71%) dirawat di rumah dengan keberadaan jentik.
yang diperlukan untuk sakit karena demam Artinya kebiasaan
distribusi lokal berdarah di rumah sakit menggantung pakaian kotor
provinsi dan nasional lebih dari satu hari oleh
(terutama rujukan responden
sekunder dan tersier), dan berpengaruhterhadap
empat (29%) dirawat keberadaan jentik di
sebagai pasien rawat jalan. Kelurahan Rangkah, Surabaya.
Satu dari 14 kasus yang  Tidak ada hubungan yang
diselidiki kadaluwarsa signifi kan antara
(CFR = 7,1%) yang membersihkan rumah
mengalami perdarahan dengankeberadaan jentik.
dan berkelas fi ed sebagai Artinya responden dengan
demam berdarah parah kebiasaan membersihkan
rumahtidak berpengaruh
terhadap keberadaanjentik di
Kelurahan Rangkah, Surabaya.
Penerapan di  Meningkatkan kesadaran  Masyarakat  Meningkatkan upaya
Indonesia public yang luas dan mengendalikan potensi penanggulangan dari berbagai
kepatuhan terhadap prinsip perkembang biakkan macam sector atau lintas sekor
kebersihan yaitu seperti 3M nyamuk di lingkangan dan bukan hanya dari sector
 Melakukan pengawasan masing masing kesehatan
berkala terhadap tempat  Masyarakat memastikan  Dinas kesehatan melakukan
tempat penampungan air air yang ditampung dalam pengambilan sampel untuk
 Dinas dinas terkait melakukan kondisi tertutup agar tidak mendeteksi larva nyamuk
intervensi terhap lingkungan bisa digunakan untuk
rumah masyarakat perkembang biakkan
 Masyarakat di suatu rumah nyamuk
melakukan pengawasan
berkala terhadap air yang
menjadi potensi sumber
penularan nyamuk Aedes
Aegypti
Tabel 3. Penerapan One Health Approach dalam Upaya Pencegahan dan pengendalian jentik di Indonesia

Domain Peraturan/ Program Upaya Intervensi/ Kegiatan Pencegahan Peran Jajaran Kesehatan/
Kebijakan yang Pemerintah dan Penanggulangan Pemangku kepentingan terkait
Mengatur
Hewan Peraturan Menteri Pengendalian Surveilans vektor Tenaga entomolog kesehatan
Kesehatan Vektor Terpadu
Republik (PVT) 
indonesia nomor
374/MENKES/PE
R/III/2010
Manusia Undang-undang Penyelenggaraan upaya pencegahan, pengendalian, dan Tenaga kesehatan
Nomor 82 Tahun Penanggulangan pemberantasan:
2014 tentang Penyakit Menular a. promosi kesehatan;
penanggulangan b. surveilans kesehatan;
penyakit menular c. pengendalian faktor risiko;
d. penemuan kasus;
e. penanganan kasus;
f. pemberian kekebalan (imunisasi)
g. pemberian obat pencegahan secara massal
Peraturan menteri Penyelidikan pencarian penderita atau tersangka DBD Puskesmas
kesehatan Epidemiologi
Republik DBD
Indonesia Nomor Penyelenggaraan kegiatan rutin dan berkala dalam edukasi, Dinkes
50 tahun 2017 pengendalian pemantauan, serta Pengendalian Vektor dan Puskesmas
vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Tenaga kesehatan
binatang
pembawa
penyakit
Lingkungan Peraturan menteri Pengendalian pengamatan dan penyelidikan Vektor dan tenaga entomolog kesehatan
kesehatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit kader kesehatan terlatih
Republik Binatang
Indonesia Nomor Pembawa
50 tahun 2017 Penyakit
Peraturan Menteri Pelayanan  Konseling Puskesmas
Kesehatan Kesehatan  Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Republik Liingkungan  Intervensi Kesehatan Lingkungan
Indonesia Nomor
13 tahun 2015
tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan
Kesehatan
Lingkungan Di
Puskesmas
Tabel 4. Summary Pendekatan One Health dari Hasil Review 3 Jurnal

PENDEKATAN KESEHATAN PENDEKATAN KESEHATAN PENDEKATAN KESEHATAN


MANUSIA HEWAN LINGKUNGAN

Berkurangnya kasus DBD yang Pencegahan, pengendalian, dan Melakukan pengamatan dan
didapatkan dari daerah endemik pemberantasan Vektor penyelidikan Vektor

Berjalannya kerjasama lintas sektoral Pemutusan rantai vektor Memperhatikan kebersihan dan
perkembangbiakan nyamuk kesehatan lingkungan rumah
Pembudayaan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) 3M Plus

Pengawasan berkala terhadap air


yang menjadi potensi sumber
penularan nyamuk Aedes Aegypti
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. The Global Strategy for dengue prevention and control, 2012 –2020.
2. Ministry of Health of Indonesia Republic. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi.
Vol.2, Agustus 2010.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan (2014) Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2014. Banjar-
masin, Dinkes Provinsi Kalsel.
4. uda AS, Haqi DN. Determinan Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Di Kelurahan Rangkah Buntu, Surabaya
Determinant Factor Of Larva Existence On The Rangkah, Surabaya. 7(1): 22-33; 2019.
5. Veras Estevez A. Bienvenido, Chapman J. Helena. Health Workers Perceived Challenges for Dengue Prevention and Control
in the Dominican Republic. MEDICC Review. 19(4); 2017.
6. Sahak MN. Dengue Fever as an Emerging Disease in Afghanistan : Epidemiology of the first reported cases. WHO, Kabul,
Afghanistan. 99:23-7; 2020.
7. Kemenkes RI. 2013. “Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia”. Jakarta : Ditjen PP dan PL.
8. Kemenkes. 2016. “Pusat Informasi dan Data Situasi DBD di Indonesia”. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
9. Kurniawan, Hendra. 2011. “Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue”, Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala Volume 11 Nomor 1 April 2011.

Anda mungkin juga menyukai