Anda di halaman 1dari 38

REFERAT

PEMERIKSAAN FISIK PADA NEONATUS

Disusun oleh:
Nada Mustika Putri Kopa (31.191.056)
Zahra Nadira (31.191.088)
Zeita Fauziah (31.191.089)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL
PERIODE 16 NOVEMBER – 12 DESEMBER 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Tinjauan pustaka dengan judul :

PEMERIKSAAN FISIK PADA NEONATUS

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal

Disusun Oleh

Nada Mustika Putri Kopa (31.191.056)


Zahra Nadira (31.191.088)
Zeita Fauziah (31.191.089)

Telah diterima dan disetujui oleh ........... selaku dokter pembimbing Kepaniteraan
Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal
Jakarta, November 2020

Mengetahui,

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Kuasa,
atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Pemeriksaan Fisik Pada Neonatus” dengan
baik dan tepat waktu.

Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu


Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum
Daerah Kardinah Tegal. Di samping itu juga ditujukan untuk menambah
pengetahuan bagi kita semua. Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar–besarnya kepada dr..... selaku pembimbing dalam
penyusunan referat ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan–rekan anggota


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal
serta berbagai pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik
maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar–besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi
dan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................2
2.1 Pemeriksaan fisik pada neonatus..........................................2
2.1.1 Penilaian adaptasi neonatus........................................3
2.1.2 Mencari kelainan kongenital......................................4
2.1.3 Pemeriksaan fisik menyeluruh...................................5
2.1.4 Pemeriksaan umum....................................................6
2.1.5 Pemeriksaan rinci.....................................................12
2.1.6 Antropometri............................................................25
2.1.7 Pemeriksaan neurologi.............................................27
2.1.8 Pemeriksaan usia kehamilan....................................29
2.1.9 Pemeriksaan saat pulang..........................................29
2.1.10 Skrining..................................................................30
2.1.11 Edukasi...................................................................31
BAB III Kesimpulan..........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Masa neonatal adalah bayi baru lahir yang berusia 0 sampai 28 hari.
Kehidupan pada masa bayi baru lahir sangat rawan oleh karena memerlukan
penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya.
Pemeriksaan bayi baru lahir bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan
pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,
sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal
di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan bayi baru lahir
dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat.1

Di negara berkembang, sekitar 3% bayi mengalami asfiksia lahir tingkat


sedang dan berat. Bayi asfiksia yang mampu bertahan hidup namun mengalami
kerusakan otak, jumlahnya cukup banyak. Hal ini disebabkan karena resusitasi
tidak adekuat atau salah prosedur. Resusitasi yang dilaksanakan secara adekuat
dapat mencegah kematian dan kecacatan pada bayi karena hipoksia. Intervensi
post natal terhadap peningkatan ketrampilan resusitasi bayi baru lahir dapat
menurunkan kematian neonatal hingga 6-42%. 2 

Pemeriksaan bayi baru lahir atau neonatus mencakup pemeriksaan pada saat
lahir, pemeriksaan secara umum, pemeriksaan secara rinci, yaitu pemeriksaan
mulai dari kepala hingga kaki, ukuran antropometrik, pemeriksaan neurologis,
pemeriksaan kehamilan, dan pemeriksaan pada waktu memulangkan untuk
memastikan tidak ada yang terlewatkan.3

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan fisik pada neonatus

Pemeriksaan fisik pada neonatus adalah pemeriksaan  bayi baru lahir


diperiksa segera setelah lahir harus dilakukan pemeriksaan untuk menilai dengan
cepat upaya pernapasan mereka, sirkulasi, suhu, mengidentifikasi kelainan bawaan
utama dan untuk memeriksa segala penyakit menular atau metabolik yang
membutuhkan perawatan segera.4

Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan dikamar bersalin,


tujuannya adalah :5
1. Menilai gangguan adoptasi BBL dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin
yang memerlukan resusitasi 
2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera
(mis. Atresia ani, atresia esofagus), trauma lahir. 
3. Menentukan apakah BBL tersebut dapat dirawat bersema ibu (rawat gabung)
atau ditempat perawatan khusus untuk diawasi, atau di ruang intesif atau
segera dioprasi

Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,


sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal
di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Neonatus seharusnya menjalani
pemeriksaan fisik lengkap dalam waktu 24 jam setelah kelahiran dan kembali pada
saat dipulangkan.4

Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang dibawah lampu


yang terang berfungsi juga sebagi pemanas untuk mencegah kehilangan panas.
Tangan serta alat yang digunaan untuk pemeriksaan fisik harus bersih dan hangat.

2
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dilakukan paling kurang kurang tiga kali,
yaitu waktu5 :

1. Pada saat lahir


2. Pemeriksaan yang dilakukan dalam 24 jam di ruang perawatan
3. Pemeriksaan pada waktu pulang

2.1.1 Penilaian adaptasi neonatus

Penilaian terhadap adaptasi neonatus dilakukan dengan cara menghitung


nilai Apgar (Apgar Score). Cara ini telah digunakan secara luas di seluruh dunia.
Setiap kriteria diberi nilai 0, 1, atau 2 sehingga neonatus dapat memperoleh nilai
0-10. Kriteia yang dinilai adalah sebagai berikut :4

1. laju jantung
2. usaha bernafas
3. tonus otot
4. reflex terhadap rangsangan
5. warna kulit.

Penilaian ini dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang memberikan
petunjuk adaptasi neonatal. Dari skor Apgar yang didapatkan maka dijumlah, hasil
dan intepretasi dari penjumlahan skor Apgar seperti dibawah ini:

3
1. Skor Apgar 7-10 : baik.
2. Skor Apgar 4-6 : asfiksia ringan sampai sedang
3. Skor Apgar 0-3 : asfiksia yang berat.

Penilaian Apgar ini perlu diulangi setelah 5 menit untuk mengevaluasi


apakah tindakan resusitasi kita sudah adekuat. Bila belum, perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang lain. Nilai Apgar 5 menit ini mempunyai nilai prognostic.6

2.1.2 Mencari kelainan kongenital5

Sebelum memeriksa bayi perlu diperiksa cairan amnion, tali pusat, dan
plasenta.

1. Cairan Amnion

Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Bila volumenya


lebih dari 2000 ml disebut polihidramnion atau hidramnion saja, apabila kurang
dari 500 ml disebut sebagai oligohidramnion. Hidramnion sering dihubungkan
dengan obstruksi traktus intestinal bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu diabetes
atau eklampsi, sedangkan oligohidramnion dihubungkan dengan agenesis ginjal
bilateral atau sindrom Potter.

2. Plasenta

Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan


apakah ada perkapuran, nekrosis, dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti
apakah terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau
tidak). Juga perlu diperhatikan adanya anastomosis vaskular antara kedua amnion,
bila ada perlu dipikirkan kemungkinan terjadi transfusi feto-fetal.

3. Tali Pusat

Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegarannya, ada tidaknya


simpul, dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1% dari BBL

4
hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15% daripadanya mempunyai satu
atau lebih kelainan kongenital terutama pada sistem pencernaan, urogenital,
respiratorik, atau kardiovaskuler.

2.1.3 Pemeriksaan fisik menyeluruh

Observasi 7,8

 Apa warna bayi?


 Secara umum apakah bayi terlihat sakit atau sehat?
 Apakah bayi biasanya aktif?
 Apakah tangisannya normal?
 Apakah ada malformasi yang jelas terlihat?
 Apakah bayinya tampak lucu, seperti dengan sindrom genetik
seperti Down Syndrome?

1. Mulut

Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-


gnatopalatoskisis, harus diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang
mungkin disebabkan oleh adanya atresia esophagus. Pemeriksaan patensi
esophagus dilakukan dengan cara memasukkan kateter di dalam lambung, setelah
kateter di dalam lambung, masukkan 5-10 mL udara dan dengan stetoskop akan
terdengar bunyi udara masuk ke dalam lambung. Dengan demikian akan tersingkir
atresia esophagus. Kemudian cairan amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila
terdapat cairan melebihi 30 mL pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas.
Pemeriksaan patensi esophagus dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa
kehamilan, aretri umbulikalis hanya satu, polihidramnion, atau hipersalivasi. 5

5
2. Anus 

Lakukan penilaian apakah terdapat anus imperforata. Pemeriksaannya


dengan cara memasukan thermometer ke dalam anus. Apabila ada atresia maka
dinilai apakah ada fistula rekto-vaginal. 5

3. Kelainan garis tengah

Perlu dicari tahu apakah terdapat kelainan sperti spina bifida,


meningomiokel, sinus pilonidalis, genitalia yang ambigus, eksomfalus, dan lain-
lain.9

4. Jenis kelamin

Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila
terdapat keraguan misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau
terdapatnya hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan
jenis kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan
kromosom.

2.1.4 Pemeriksaan umum

1. Tanda Vital
 Suhu:
Perhatikan cara pengambilan suhu, dapat secara rektal,
oral, atau aksilar. Pemeriksaan suhu pada neonatus biasanya
dilakukan secara aksilar, dengan pemeriksaan per rektal apabila
suhu secara aksilar didapatkan abnormal. Suhu aksilar pada
neonatus sekitar 36,5-37,4 C. 5
 Respirasi:
Frekuensi nafas normal pada neonatus adalah 30-60
kali/menit. Nafas periodik (≥3 episode apneu selama >3 detik

6
dalam stau periode 20 detik dalam keadaan rerspirasi normal)
masih dianggap normal dan umum dijumpai pada neonates. 5
Kisaran normal bayi baru lahir adalah 40-60 napas per
menit. Hitung pernapasan selama 60 detik penuh dengan
mengamati naik turunnya dada. Ini harus dilakukan dengan
dada bayi terbuka. Menghitung pernapasan selama 15 detik dan
mengalikannya dengan 4 memberikan hasil yang tidak akurat
pengukuran pada bayi baru lahir. Pastikan untuk menghitung
seluruh siklus 60 detik. Ukur frekuensi pernapasan saat bayi
tenang.7
 Tekanan darah
Tekanan darah berkorelasi langsung dengan usia gestasi,
usia postnatal, dan berat badan. 5
 Nadi
Frekuensi nadi normal antara 70-190 kali/menit pada
neonatus (umumnya 120-160 kali/menit saat bangun, >170
kali/menit dengan aktivitas atau menangis, dan 70-90 kali/menit
saat tertidur). Pada bayi yang sehat, frekuensi nadi meningkat
dengan adanya stimulasi.5
 Saturasi O2
Pengukuran saturasi oksigen di Neonatal Intensive Care
Unit (NICU) telah menjadi standar perawatan dan terkadang
termasuk dalam tanda vital ke lima. Selain untuk mengukur
suplementasi oksigen, pengukuran saturasi oksigen dengan
pulse oximetry juga digunakan untuk skrining Critical
Congenital Heart Disease (CCHD) yang direkomendasi untuk
dilakukan pada seluruh bayi sebelum pemulangan. 5

7
2. Lingkaran Kepala,Panjang Badan, Berat Badan, Lingkar Dada,
Lingkar Perut dan Postur Tubuh .5

 Lingkar kepala

Lingkar kepala diukur dari lingkar oksipito-frontalis


dengan alat meteran meliputi bagian depan dari kepala
(diatas alis/area frontalis) dan area oksipitalis. Alat ukur
tersebut harus berada diatas telinga. Ukuran normal sekitar
32-37 cm.

Gambar 1. Mengukur lingkar kepala

 Panjang badan
Ukur panjang kepala hingga tumit dalam sentimeter
saat bayi terentang sepenuhnya. Ini bisa jadi sulit tergantung
pada seberapa aktif bayinya. Ini paling baik dilakukan
dengan menggunakan UNICEF papan ukur, yang memiliki
alas di bagian bawah. Kepala bayi diletakkan di papan
(pada 0 cm), dan kaki bayi ditarik lurus. Panjangnya adalah
jarak antara atas kepala dan bagian bawah kaki.
Cara lain untuk mengukur panjangnya adalah
dengan memberi tanda pada lembaran di bagian atas kepala

8
bayi lalu tanpa menggerakkan badan, regangkan kaki lurus
dan beri tanda di bagian bawah kaki. Jarak antara 2 tanda
kemudian dapat diukur satu kali bayinya
dipindahkan. Ukuran Panjang badan normal antara 48-52
cm

Gambar 2. Mengukur panjang badan

 Lingkar dada

Dengan posisi bayi supine, ukur lingkar dada


setinggi dibawah papilla mammae pada saat pernafasan
normal. Ini merupakan indikator yang baik dari berat lahir
rendah. Normal antara 30-35 cm (ukuran lingkar kepala
umumnya lebih besar 2 cm dari lingkar dada)

 Lingkar perut

Pemeriksaan ini biasanya tidak dilakukan kecuali


tampak adanya distensi abdomen, namun pada keadaan
normal dapat dilakukan sebagai ukuran dasar untuk
pembanding apabila kedepannya terjadi perubahan/distensi
dari abdomen. Pengukuran dilakukan pada 1 cm diatas
umbilicus (vesika urinaria yang pebuh dapat mempengaruhi
pengukuran). Penambahan limgkar perut <1,5 cm normal

9
terjadi dan tidak perlu dikhawatirkan terutama tidak ada
tanda klinis abnormal lainnya. Penambahan >2cm dapat
dipertimbangkan abnormal, namun berbagai hasil studi
menunjukkan variasi lingkar abdomen 3,5 cm dalam satu
siklus pemeberian makan pada bayi prematur normal

 Postur Tubuh

Sebagian besar pemeriksaan pada bayi dilakukan


secara observasi. Postur istirahat normal pada neonatus
adalah fleksi; postur normal bayi prematur saat istirahat
adalah ekstensi.
3. Warna kulit

Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang terlihat


sianosis pada  ujung ujung jari pada hari pertama. Bila terdapat sianosis
pada seluruh tubuh pikirkan  kemungkinan kelainan jantung bawaan
sianotik atau methemoglobinemia. Warna kulit  yang pucat terdapat pada
anemia berat atau asfiksia palida. Plethora tampak pada  polisitemia 

Warna kulit yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang


tinggi dalam  serum darah, atau pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan
kadar bilirubin indirek  memberi warnah kuning-jingga sedang
penumpukkan bilirubin direk memberikan  warna kuning kehijauan. Pada
neonatus yang berkulit gelap ikterus sebaiknya diperiksa pada mukosa.
Pada orang kulit berwarna, dalam keadaan normal dapat terlihat warna 
kebiruan pada punggung dan bokong yang disebut Mongolian spots.

10
Gambar 3. Warna kulit
4. Keaktifan 
Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan
tungkai dan  lengan. Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi
ekstremitas dalam keadaan  fleksi, sedang gerakan tungkai dan lengannya
aktif dan simetris. Bila ada asimetris,  pikirkan adanya kelumpuhan atau
patah tulang. Apabila neonatus diam saja, mungkin  terdapat depresi
susunan saraf pusat atau akibat obat. Atau masih mungkin juga bayi 
keadaan tidur nyenyak. 

5. Tangisan bayi 

Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi,


misalnya tangisan  yang melengking bayi dengan kelainan neurologis,
sedangkan tangisan yang lemah  atau merintis terdapat bayi dengan
kesukaran pernapasan. 

6. Wajah neonatus 

Wajah neonatus dapat menunjukkan kelainan yang khas misalnya


wajah  sindrom down, sindrom Pierre-Robin, kretinisme, dan sebagainya

11
7. Keadaan gizi 

Keadaan gizi dinilai dari berat badan serta panjang badannya 


disesuaikan dengan masa kehamilan, tebal lapisan subkutan, serta kerutan
pada  kulit.

2.1.5 Pemeriksaan rinci

1. Kulit10

Kerapuhan sistem vasomotorik dan lambatnya sirkulasi perifer


akan menampilkan bayi yang berwarna merah sekali atau merah kebiruan
pada waktu menangis. Warnanya akan lebih gelap bila bayi menangis kuat
dengan glottis tertutup. Akrosianosis terdapat pada bayi yang kedinginan.
Tanda umum gangguan sirkulasi lainnya adalah kulit yang seperti marmer
(cutis marmorata/mottling), hal ini mungkin berhubungan dengan penyakit
berat atau flutuasi suhu yang sementara. Perbedaan warna merah antara
setengah tubuh bayi dengan warna pucat pada setengah bagian tubuh
lainnya, disebut perubahan warna Harlequin. Perubahan ini hanya bersifat
sementara dan tidak berbahaya, penyebabnya belum diketahui. Sianosis
pada bayi yang pucat karena sirkulasi buruk tidak tampak dengan jelas.
Hemoglobin yang relatif tinggi pada hari pertama disertai dengan kulit 7
tipis dan saturasi oksigen cukup akan menampakkan bayi yang sianotik.
Sianosis setempat bila ditekan akan pucat, keadaan ini membedakannya
dengan ekimosis. Cara yang sama dapat pula dipakai untuk melihat ikterus
dan tempat yang paling baik adalah di puncak hidung atau dahi. Kulit bayi
lebih bulan cenderung lebih pucat dari bayi cukup bulan atau bayi
prematur.

Pada saat lahir seluruh tubuh bayi dilapisi oleh zat seperti lemak
yang berwarna putih kotor yang disebut verniks kaseosa. Zat ini mulai
diekskresi oleh kelenjar keringat janin pada masa gestasi 20 minggu.

12
Makin tua masa gestasi, makin tebal lapisan lemaknya dan akan menipis
pada bayi lebih bulan. Tebal jaringan subkutan pada neonatus cukup bulan
adalah sekitar 0,25 sampai 0,5 cm. Verniks ini dapat menghilang sendriri
beberapa hari sesudah lahir. Zat ini tidak larut dalam air, fungsinya untuk
menjaga suhu tubuh janin dan mencegah infeksi di dalam uterus. Di luar
kandungan verniks ini dapat menjaga suhu tubuh. Bayi dibersihkan dengan
kapas dan minyak kelapa yang steril kemudian disabun dan dimandikan.

Memandikan bayi sebaiknya setelah suhu stabil. Bayi dengan


anoksia akan mengeluarkan meconium ke cairan amnion. Akibatnya
verniks, kulit, kuku, dan tali pusat berwarna kuning kecoklatcoklatan dan
disebut pewarnaan mekonium (meconium staining). Lanugo adalah rambut
imatur yang halus, lunak dan sering menutupi kulit kepala, dahi dan muka.
Lanugo akan menghilang dan diganti oleh rambut biasa. Seberkas rambut
di daerah lumbosacral menunjukkan adanya kelainan di daerah tersebut
seperti spina bifida okulta, sinus tract, atau tumor. Perhatikan terdapatnya
petekie atau ekimosis yang dapat disebabkan trauma lahir atau oleh sepsis,
penyakit perdarahan, atau trombositopenia. Turgor kulit yang jelek atau
kulit yang keriput menandakan terdapatnya dehidrasi atau gizi yang buruk.

Pada lebih kurang 40% neonatus cukup bulan, di kulit hidung dan
pipi terlihat bintik-bintik putih 8 kekuningan yang disebut milia, yaitu kista
epidermal yang berisi materi keratin, yang biasanya menghilang dalam
beberapa minggu. Kuku bayi yang sangat prematur belum sempurna
(rudimeter). Sebaliknya, kuku bayi lebih bulan akan lebih panjang dari
ujung jari.

2. Kepala10

Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala


tumpang tindih karena molding. Keadaan ini akan normal kembali setelah
beberapa hari sehingga ubun-ubun besar dan kecil mudah diraba.2,5 Bayi

13
yang lahir melalui vagina (terutama anak pertama atau kepala bayi terlalu
lama di ruang panggul) akan mengalami perubahan bentuk kepala. Letak
tulang parietal cenderung sedikit di atas tulang oksipital dan tulang forntal.

Kepala bayi yang letak sungsang atau lahir dengan bedah kaisar
biasanya bulat. Garis sutura, ukuran, dan tekanan fontanel anterior dan
posterior harus diperiksa dengan jari. Ukuran fontanel anterior bervariasi,
maksimal 3x3 cm. Fontanel yang tegang menandakan peningkatan tekanan
intracranial seperti pada edema otak, hidrosefalus, atau meningitis.
Fontanel posterior biasanya masih terbuka, dengan ukuran seujung jari. 

Perhatikan juga trauma lahir pada kepala berupa:

a. Kaput suksedaneum adalah edema pada kulit kepala, lunak tidak


berfluktuasi, batasnya tidak tegas dan menyeberangi sutura, dan akan
hilang dalam beberapa hari. 
b. Hematoma sefal tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh
kaput suksedaneum. Konsistensi hematoma sefal ini lunak,
berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, jadi tidak
menyeberangi sutural. Hematoma sefal akan mengalami kalsifikasi
setelah beberapa hari, dan akan menghilang sempurna dalam waktu 2-
6 bulan.  
c. Bila hematoma sefal menyeberangi sutura berarti terdapat fraktur
tulang tengkorak. 
d. Perdarahan subaponeurotik terjadi oleh karena pecahnya vena yang
menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus di tengkorak.
Perdarahan ini dapat terjadi pada tiap persalinan yang diakhiri dengan
alat.

Sebagian variasi bentuk kepala pada bayi dapat normal dan dapat
lebih menonjol pada bayi yang lehir secara pervaginam dibandingkan
dengan secara sesar. 

14
 Makrosefali: lingkar oksipitofrontal >90 persentil. Dapat normal atau
sekunder dari hidrosefalus.
 Mikrosefali: lingkar oksipitofrontal <10 persentil, dan dapat terjadi
atrofi otak atau berkurangnya ukuran otak.
 Fontanel anterior dan posterior: fontanel anterior umumnya menutup
dalam 24 bulan (median: 13 bulan) dan fontanel posterior dalam 2
bulan. Ukuran normal fontanel anterior 0,6-3,6 cm, posterior 0,5 cm.
 Cephalic molding: bentuk asimetris tulang tengkorak akibat proses
persalinan. Sering ditemukan pada persalinan lama dan pervaginam.
Bentuk normal kepala umumnya kembali dalam 1 minggu.

Gambar 4. Fontanel

2. Wajah10

Wajah yang tidak simetris mungkin disebabkan oleh kelumpuhan


saraf ke-7, hipolpasia otot depressor sudut mulut, atau posisi janin yang
tidak normal. Bila rahang janin terletak di atas bahu atas di atas salah satu
ekstremitas selama hamil, maka mandibular akan ada jauh dari garis
tengah. Tulang tengkorak bayi prematur tampak seperti hidrosefalus oleh
karena pertumbuhan otak relatif lebih besar dari pertumbuhan organ
lainnya.

3. Mata10

15
Pemeriksaan mata neonatus seringkali sulit dilakukan karena
biasanya matanya tertutup. Dengan menggoyangkan kepalanya secara
perlahanlahan mata neonatus akan terbuka sehingga dapat diperiksa.
Mikroftalmia kongenital dapat ditemukan dengan cara inspeksi dan
palpasi. Glaukoma kongenital mulanya terlihat sebagai pembesaran,
kemudian sebagai kekeruhan kornea. Katarak kongenital dapat mudah
terlihat sebagai pupil yang berwarna putih. Trauma pada mata terlihat
sebagai edema palpebral, perdarahan konjungtiva atau retina.
Perhatikanlah adanya sekret mata. Konjungtivitis oleh kuman gonokok
dapat cepat menjadi panoftalmia dan menyebabkan buta.

4. Hidung10

Perhatikan bentuk, ukuran, dan posisi telinga, dan rasakan


kartilagonya. Pada BBL cukup bulan telah cukup berbentuk tulang rawan
sehingga bentuk telinga dapat dipertahankan. Daun telinga yang letaknya
rendah (low-set ears), yaitu yang batas atasnya berada di lebih rendah dari
kantus lateral mata, terdapat pada BBL dengan sindrom tertentu antara lain
sindrom Pierre-Robin. Pada telinga kadangkala ditemukan daun telinga 10
yang terlipat, dan biasanya pulih dengan sendirinya dalam 1 minggu
pertama

5. Telinga10

Perlu diamati bentuk hidung dan lebar jembatannya (nasal bridge).


Jika tampak lebar, ukurlah jarak antara kantus medial mata. Jarak tersebut
tidak boleh lebih dari 2,5 cm pada BBL cukup bulan. Hidung dapat tampak
pesek karena tekanan yang dialami di intrauterine.1,2,7 BBL bernapas
dengan hidung. Apabila ia bernafas dengan mulut, maka harus dipikirkan
kemungkinan terdapatnya obstruksi jalan napas oleh karena atresia koana
bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring.

16
Gambar 5. Pemeriksaan fisik telinga

6. Mulut10

Pemeriksaan mulut dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Dengan


inspeksi dapat dilihat adanya labio dan gnatosikis, adanya gigi atau ranula,
yaitu kista lunak yang berasal dari dasar mulut. Perhatikan lidah apakah
membesar seperti pada sindrom Beckwith atau selalu bergerak seperti
sindrom Down. BBL dengan edema otak atau tekanan intrakranial
meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda Foote). Secara palpasi
dapat dideteksi terdapatnya high arch palate, palatoskisis, dan baik atau
tidaknya refleks isap.1 Sebelum bayi berumur 2 bulan saliva bayi sedikit.

Bila terdapat hipersaliva pada BBL perlu dipikirkan kemungkinan


atresia esofagus dengan atau tanpa fistula trakeo-esofagus. Palatum lunak
dan keras harus diperiksa untuk melihat celah atau tingginya lengkung
palatum. Pada palatum keras kadang-kadang ditemukan tumpukan sel
epitel yang disebut mutiara Epstein (Epstein pearls); kista retensi yang
gambarannya sama tampak pula di gusi. Keduanya menghilang dalam
beberapa minggu. Sekelompok folikel kecilkecil yang berwarna putih atau
kuning pada dasar eritema sering 11 ditemukan pada tonsil anterior bayi
yang berumur 2-3 hari, sebabnya tidak diketahui, akan menghilang tanpa
pengobatan dalam 2-4 hari.

17
Gambar 6. Kelainan pada mulut

7. Leher10

Leher BBL tampak pendek akan tetapi pergerakannya baik.


Apabila terdapat keterbatasan pergerakan perlu dipikirkan kelainan tulang
leher. Tumor di daerah leher seperti tiroid, hemangioma, higroma kistik,
selain merupakan masalah sendiri dapat juga menekan trakea sehingga
memerlukan tindakan segera. Trauma leher dapat terjadi pada persalinan
yang sulit. Trauma leher ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus
brakialis sehingga terjadi paresis pada tangan, lengan atau diafragma.
Dapat terjadi perdarahan M. Sternokleidomastoideus yang apabila tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan tortikolis. Perhatikan pula
adanya webbed neck yang terdapat pada beberapa kelainan congenital
antara lain sindrom Turner. Kedua klavikula harus diperiksa untuk melihat
fraktur.

8. Dada

Dada BBL berbentuk seperti tong. Pektus ekskavatum atau


karinatum sering membuat orang tua khawatir, padahal biasanya tidak

18
mempunyai arti klinis. Pada respirasi normal, dinding dada bergerak
bersama dengan dinding perut. Apabila terdapat gangguan pernafasan,
terlihat pernafasan yang paradoksal dan retraksi pada inspirasi. Gerakan
dinding dada harus simetris. Bila tidak, pikirkan kemungkinan
pneumothoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.

9. Paru10

Frekuensi nafas yang normal pada BBL adalah 40-60 kali per
menit. BBL dengan frekuensi nafas yang terus menerus di atas 60 kali per
menit perlu diamati lebih teliti untuk kemungkinan adanya kelainan paru,
jantung, atau metabolik. Fluktuasi frekuensi nafas tergantung dari aktivitas
fisis, menangis, tidur, atau bangun. Karena fluktuasinya cepat maka
frekuensi nafas BBL harus dihitung dalam satu menit penuh dan kalau
mungkin dihitung saat bayi tidur atau dalam keadaan tenang oleh karena
sering terdapat periodic breathing, yaitu henti nafas yang berlangsung 5-
10 detik di antara pola pernafasan yang regular. Serangan apnea yang
sebenarnya biasanya lebih lama dari 20 detik dan sangat jarang terjadi pada
BBl cukup bulan. Amati pola pernafasan. Jika bayi tenang, dalam keadaan
normal tidak dijumpai pernafasan cuping hidung, merintih ataupun retraksi
dada. Sebagian bayi, khususnya bayi prematur, saat menangis dapat
menunjukkan retraksi sentral atau subkostal ringan.

Nafas yang tersendat-sendat dan tidak teratur (irregular gasping)


yang kadangkadang diikuti oleh gerakan spasme mulut dan dagu
menunjukkan gangguan pusat pernafasan yang berat. Semua bayi baru
lahir bernafas dengan diafragma, sehingga pada waktu inspirasi bagian
dada tertarik ke dalam dan pada saat yang sama perut bayi membuncit.
Bila bayi dalam keadaan relaksasi, tenang dan warna kulitnya baik, maka
vantilasinya baik. Sebaliknya pernafasan yang berat (labored respiration)
menandakan ventilasi paru yang abnormal, pneumonia, cacat bawaan, atau
gangguan mekanis lainnya di paru. Kesukaran bernafas yang disebabkan

19
oleh terlalu banyak atau terlalu sedikit udara di paru dapat menyebabkan
jaringan intrakostal tertarik ke dalam. Oleh karena itu, untuk membedakan
atelektasis dan emfisema harus dinilai bentuk dan ukuran dada, perkusi,
dan pemeriksaan rontgen.

10. Tulang Belankang dan Ekstremitas

Untuk pemeriksaan tulang belakang, BBL diletakan dalam posisi


tengkurap, tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang untuk
mencari terdapatnya scoliosis, meningokel, spina bifida, spina bifida
okulta, atau sinus pilonidalis. Kulit terlihat utuh, tidak tampak lubang dan
benjolan pada tulang belakang.9

Pada ekstremitas hitung jumlah jari tangan dan kaki. Lihat posisi
kaki apakah baik atau bengkok kedalam atau keluar. Perhatikan gerakan
ekstremitas simetris atau tidak. Patah tulang yang mutipel terdapat pada
osteogenesis imperfekta. Paralisis pada lengan mungkin disebabkan oleh
fraktur humerus atau kelumpuhan Erb’s (kerusakan saraf servikal V, VI).
Kelumpuhan pada tangan disebabkan oleh paralisis Klumpke (kerusakan
saraf servikal 7 dan torakal 1). Pemeriksaan jari tangan dan kaki perlu
unruk melihat sindaktili, polidaktili, claw-hand atau claw-feet. Semua BBL
harus diperiksa panggulnya untuk melihat apakah ada dislokasi tulang
panggul bawaan, dengan cara Ortholani. Perhatikan posisi kedua kaki
apakah ada pes ekuinavarus atau valgus. Tonus ekstremitas juga perlu
diperhatikan. Hipotonia umum (floppy infant) biasa disebabkan oleh
kelainan susunan saraf pusat. 5

11. Genital7,8,11 

Laki – laki 

Observasi warna skrotum. Pigmen bervariasi tergantung etnis dan


pengaruh hormon. Perhatikan penis, setiap bayi laki-laki baru lahir ada

20
fimosis. Pastikan testis ada di dalam skrotum dan nilai apakah ada hernia
atau massa. Bila bayi lahir dengan presentasi bokong pervaginam, bayi
dapat mengalami pembengkakkan dan kebiruan pada genitalia akibat
tekanan dari servik.

Periksa apakah alat kelamin tampak normal. Pastikan kedua testis


telah turun. Kamu harus bisa merasakan testis di dalam skrotum- pada bayi
biasanya berukuran sekitar 1 cm atau sedikit lebih kecil. Pada bayi, testis
terkadang ditarik ke selangkangan (ke dalam inguinalis saluran akar),
tetapi Anda harus dapat memasukkan testis ke dalam kantung skrotum
dengan lembut.

Hypospadias adalah suatu kondisi abnormal pada anak laki-laki di


mana uretra terbuka di bagian bawah bukan di ujung penis. Sebuah 'kulup
berkerudung' sangat menyarankan adanya hidrospadias. Anda bisa melihat
bagaimana penisnya terbuka di bagian bawah Kantung Skrotum Bengkak
Beberapabayi laki-laki yang baru lahir akan memiliki kantung skrotum
yang sangat besar. Ini menunjukkan adanya hidrokel atau hernia
inguinalis . Sebuah hidrokel adalah kantung berisi cairan yang
mengelilingi testis, yang umumnya tidak berbahaya dan tidak
menyakitkan. Meskipun membesar, hidrokel akan terasa lembut dan berisi
cairan, dan tidak akan terasa lembut menyakitkan atau merah. Saat Anda
meraba skrotum, Anda harus memperhatikan bahwa testis ada di dalam
kantung berisi cairan, meskipun ukurannya kecil (seukuran kacang
polong). Jika Anda menekan pada skrotum, biasanya Anda tidak dapat
mengurangi ukuran pembengkakan skrotum. 

Sebuah hernia inguinalis terjadi ketika ada hubungan antara perut


dan skrotum, yang memungkinkan isi usus masuk ke skrotum. Secara
umum, Anda bisa mendorong perut isi kembali ke perut dengan
memberikan tekanan lembut ke kantung (mengurangi hernia). Namun,
begitu Anda melepaskannya, kantung biasanya akan terisi kembali. Ini

21
seharusnya tidak menyebabkan sakit pada anak. Terkadang, usus bisa
tersangkut di dalam kantung skrotum. Jika ini terjadi, Anda mungkin tidak
akan mudah mampu mendorong isinya kembali ke rongga perut. Jika usus
tersangkut di dalam kantung skrotum, suplai darah ke usus bisa berkurang,
yang bisa mengakibatkan kematian itu bagian dari usus. Jika sebagian usus
mati, ini mungkin menyakitkan. Ini sangat serius dan mungkin mengancam
nyawa. Hidrokel umumnya terasa lebih lembut daripada hernia. Untuk
membedakan keduanya, Anda dapat menonjolkan  cahaya ke kantung
skrotum. Tempatkan lampu di bagian bawah kantung skrotum. Jika terang
bersinar suspek hidrokel

22
Gambar 7. Genitalia normal laki-laki dan contoh kelainan

Perempuan7,8,11

Observasi labia mayora dan minora serta klitoris. Labia mayor pada
bayi tampak membesar dan sering kemerahan sekunder dari hormone
maternal. Panjang klitoris normal bayi baru lahir <7 mm, dengan rata-rata
4 mm. discharge vagina sering didapatkan dan sering tidak
berwarna/bening, kental, dan keputihan atau tampak ada darah. Bayi

23
perempuan mungkin mengeluarkan cairan keputihan atau bahkan sedikit
darah dari vagina - ini normal. Saat memeriksa alat kelamin wanita, coba
pisahkan labia seperti pada gambar di foto di bawah.  

Gambar 8. Pemeriksaan genitalia perempuan

12. Anus7,8,11

Pastikan tidak ada fistula. Mekonium harus keluar dalam 48 jam


setelah lahir untuk bayi cukup bulan. Bayi prematur biasanya ada
keterlambatan. Periksa patensi anus untuk menyingkirkananus imperforate.
Masukkan pipa nasogastrik tidak >1 cm atau observasi pengeluaran
mekonium.

Anus Imperforate adalah kelainan bawaan pada anus; ada  bstruksi


sebagian atau seluruhnya lubang anus. Selama pemeriksaan, Anda harus
memverifikasi bahwa anus bayi sudah paten. Ini bisa jadi dilakukan
dengan mengambil suhu rektal dan memasukkan termometer 1-2 cm ke
dalam rektum atau dengan cara memasukkan jari bersarung 1-2 cm ke
dalam rektum untuk memastikan bahwa anus paten tidak ada lubang untuk
anus. Anus imperforata dapat disingkirkan dengan pemeriksaan rutin yang
cermat di daerah tersebut. Penampilan yang tidak biasa harus diperhatikan
penyelidikan. Bayi dengan anus imperforata masih dapat mengeluarkan
mekonium jika ada mekonium lain kelainan terkait, seperti hubungan

24
abnormal antara vagina dan rektum (rektum fistula vagina). Oleh karena
itu, meskipun Anda melihat mekonium, pastikan untuk tetap
memverifikasi keberadaannya pembukaan anal.

Gambar 9. Pemeriksaan anus

2.1.6 Antropometri12

Neonatus cukup bulan sesuai untuk masa kehamilannya mempunyai


ukuran berat badan sebagai berikut :

 Berat badan lahir antara 2500 sampai 4000 gram


 Panjang 45 cm sampai 54 cm
 Lingkar kepala 33 cm sampai 37 cm
 Lingkar dada biasanya 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala

Perlu diukur panjang kepala-simfisis dan simfisis-kaki untuk menilai


proporsi tubuh bayi, agar kelainan seperti akondroplasia dapat dideteksi.

Indeks Standar Antropometri Anak Standar Antropometri Anak didasarkan


pada  parameter berat badan dan panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat)
indeks,  meliputi:  

1. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)  

25
Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan
dengan umur anak.  Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat
badan kurang (underweight)  atau sangat kurang (severely underweight),
tetapi tidak dapat digunakan untuk  mengklasifikasikan anak gemuk atau
sangat gemuk. Penting diketahui bahwa seorang  anak dengan BB/U
rendah, kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan, sehingga  perlu
dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau IMT/U sebelum 
diintervensi.  

2. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur
(PB/U atau  TB/U)  

Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang


atau tinggi badan anak  berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat
mengidentifikasi anak-anak yang pendek  (stunted) atau sangat pendek
(severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang  dalam waktu lama
atau sering sakit. Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya juga
dapat diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi badan di atas normal  (tinggi
sekali) biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal ini jarang 
terjadi di Indonesia. 

3. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB atau


BB/TB) 

Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan


anak sesuai  terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini
dapat digunakan untuk  mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi
buruk (severely wasted) serta anak  yang memiliki risiko gizi lebih
(possible risk of overweight). Kondisi gizi buruk  biasanya disebabkan
oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi  (akut)
maupun yang telah lama terjadi (kronis).  

26
4. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)  

Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk,


gizi kurang, gizi baik,  berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik
IMT/U dan grafik BB/PB atau  BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang
sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif  untuk penapisan anak gizi lebih
dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U  >+1SD berisiko gizi
lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah  terjadinya gizi
lebih dan obesitas. 

2.1.7 Pemeriksaan Neurologi13

Pemeriksaan neurologis pada neonatus seharusnya dilakukan pada semua


bayi, baik yang sehat maupun sakit. Pada nayi sehat dilakukan pemeriksaan
neurologis untuk meyakinkan orangtua, bahwa bayinya benar-benar tidak
menderita kelainan neurologis. Pada bayi sakit pemeriksaan neurologis untuk
menentukan diagnosis, pengobatan, dan prognosis.

Pemeriksaan neurologis saat pemeriksaan pemulangan neonatus meliputi:

 Inspeksi postur, tonus otot, pergerakan, tingkah laku, dan


pergerakan  saat menangis 
 Periksa refleks primitif neonatus: refleks Moro, refleks
menghisap,  refleks menggenggam 
 Perhatikan apabila ada kelemahan ekstremitas, tangisan
melengking,  tidak menangis, tidak merespons terhadap
stimulus, atau tidak ada  refleks 
 Red flags: kejang, penurunan kesadaran 

a. Refleks Rooting dan Sucking 

Pada pasien yang sudah bangun harus diusahakan agar tetap bangun
selama pemeriksaan saraf otak dengan jalan memberi kesempatan kepada pasien

27
untuk mengisap. Refleks Rooting diperiksa dengan menyentuhkan ujung jari di
sudut mulut pasien, maka pasien akan menengok ke arah rangsangan dan berusaha
memasukkan ujung jari tersebut ke mulutnya, kalau ujung jari dimasukkan ke
dalam mulutnya 3 cm akan diisap, dan disebut sucking reflex (refleks isap).
Pemeriksaan refleks rooting dan refleks isap dilakukan untuk menentukan
kelainan saraf V, VII dan XII. Reaksi refleks rooting sempurna terjadi pada bayi
dengan umur kehamilan 32 minggu atau lebih, pada umur kehamilan 28 minggu
reaksinya lambat dan tidak sempurna. Pemeriksaan refleks rooting reaksinya tidak
selalu konstan, kalau hanya diperiksa sekali pada hari pertama hasilnya negatif
belum tentu abnormal. 

b. Refleks Moro 

Ini adalah suatu reaksi kejutan dengan menimbulkan perasaan jatuh pada
bayi. Bayi dalam posisi telentang, kemudian kepalanya dibiarkan jatuh dengan
cepat beberapa sentimeter dengan hati-hati ke tangan pemeriksa. Reaksinya bayi
akan kaget, lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi, dan tangan terbuka
disusul dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi. Pada bayi prematur, setelah ia
merentangkan lengan tidak selalu diikuti oleh gerakan fleksi. Gerakan tungkai
bukan merupakan bagian yang khas untuk refleks Moro. Kalau tidak ada reaksi
merentangkan lengan sama sekali berarti abnormal, demikian pula kalau rentangan
lengan asimetris. 

c. Refleks Tonic Neck 

Bayi diletakkan dalam posisi telentang, kepala di garis tengah dan anggota
gerak dalam posisi fleksi, kemudian kepala ditengokkan ke kanan, maka akan
terjadi ekstensi pada anggota gerak sebelah kanan, dan fleksi pada anggota gerak
sebelah kiri. Yang selalu terjadi adalah ekstensi lengan, sedangkan tungkai tidak
selalu ekstensi, dan fleksi anggota gerak kontralateral juga tidak selalu terjadi.
Setelah selesai ganti kepala dipalingkan ke kiri. Tonus ekstensor meninggi pada

28
anggota gerak arah muka berpaling. Tonus fleksot anggota gerak kontralateral
meninggi. 

d. Refleks Withdrawal

Pemeriksaan dilakukan dengan jarum untuk merangsang telapak kaki,


maka akan terjadi fleksi pada tungkai yang dirangsang dan terjadi ekstensi pada
tungkai kontralateral, tetapi ekstensi tungkai kontralateral ini tidak selalu ada.

e. Refleks Plantar Grasp 

Refleks ini dilakukan dengan meletakkan sesuatu (misalnya jari


pemeriksa) pada telapak kaki pasien, maka akan terjadi fleksi jari-jari kaki.

2.1.8 Pemeriksaan Usia Kehamilan

Usia kehamilan BBL dapat dinilai dengan beberapa cara, termasuk dengan
menghitungnya dari hari pertama haid terkhir sampai saat kelahiran, atau dengan
cara ultrasonografi.Mengetahui usia kehamilan dan keadaan gizi BBL sangat
penting untuk dapat mengkategorikan BBL apakah cukup bulan, atau lebih bulan
dan apakah sesuai, lebih kecil, atau lebih besar untuk usia kehamilannya. 10

2.1.9 Pemeriksaan Saat Pulang

Pada  waktu  memulangkan  dilakukan  lagi  pemeriksaan  untuk 


meyakinkan  bahwa  tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma
yang terlewatkan. 

Perlu diperhatikan9:

 Susunan saraf pusat : aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun


 Kulit : adanya ikterus, pyoderma
 Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian
 Abdomen : adanya tumor yang tiiidak terdeteksi sebelumnya

29
 Tali pusat: adanya infeksi

Di  samping  itu  perlu  diperhatikan  apakah  bayi  sudah  pandai 


menyusu  dan  ibu  sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.

2.1.10 Skrining14 

Skrining yang perlu dilakukan untuk pemeriksaan pemulangan neonatus


adalah  skrining pendengaran, skrining retinopathy of prematurity, serta skrining
hipotiroid. 

a. Skrining Pendengaran 

Skrining pendengaran neonatus hanya menunjukkan ada tidaknya  respons


terhadap stimulus dengan intensitas tertentu, tetapi tidak dapat  mengukur beratnya
gangguan pendengaran atau membedakan jenis tuli  (tuli konduktif atau
sensorineural). Alat yang digunakan untuk skrining  adalah otoacoustic emissions
(OAE) atau automated auditory brainstem response (AABR). OAE dilakukan
pada bayi berusia 2 hari. Bila  hasilnya baik dan bayi tidak memiliki faktor risiko,
lakukan  pemeriksaan AABR atau click 35 dB pada usia 1–3 bulan. Bila hasilnya
baik, follow-up lanjutan tidak diperlukan. 

b. Skrining Retinopathy of Prematurity (ROP) 

ROP sering terjadi pada bayi prematur, sehingga perlu dilakukan  skrining
agar terapi yang sesuai dapat dimulai sedini mungkin dan dapat  mencegah
terjadinya kebutaan. Skrining ROP dilakukan pada beberapa  kondisi, yaitu: 

 Bayi baru lahir dengan berat ≤1500 gram atau usia gestasi ≤34
minggu
 Bayi dengan risiko tinggi, seperti mendapat FiO2 tinggi,
transfusi  berulang, kelainan jantung bawaan, gangguan
pertumbuhan janin,  infeksi/sepsis, gangguan napas, asfiksia,

30
dan perdarahan otak. Skrining ini direkomendasikan pada
neonatus dengan kriteria sebagai  berikut: 
 Masa gestasi >30 minggu: 2–4 minggu setelah lahir 
 Masa gestasi ≤30 minggu: 4 minggu setelah lahir 
 Tidak dapat memfiksasi dan mengikuti objek pada usia 3 bulan
 Riwayat katarak kongenital, retinoblastoma, penyakit metabolik
dalam  keluarga 

c. Skrining Hipotoroid 

Hipotiroid kongenital yang tidak terdeteksi sejak dini dapat  menyebabkan


gangguan retardasi mental berat di kemudian hari. Maka  sangat penting untuk
melakukan skrining rutin hipotiroid kongenital  terlebih jika ada faktor risiko pada
neonatus (riwayat keluarga). Skrining  dilakukan saat neonatus berusia 24–72 jam.

2.1.11 Edukasi15 

Dokter mengedukasi pentingnya ASI untuk tumbuh kembang anak, termasuk  rute
pemberiannya, tanda-tanda bayi lapar, dan kemampuan menghisap bayi.  Ibu perlu
mengerti tanda-tanda pemberian ASI yang adekuat, yaitu kenaikan  berat badan,
frekuensi BAK, dan warna urine yang normal. Edukasi penting  lainnya adalah
tentang perlekatan yang benar antara payudara dan mulut bayi  agar proses
menyusui efektif. Penurunan berat badan setelah kelahiran juga  perlu dinilai.
Penurunan berat badan yang normal adalah 1–2% dari berat lahir  per hari,
maksimal 10% pada hari ke-5.  

31
BAB III

KESIMPULAN

Masa neonatal adalah bayi baru lahir yang berusia 0 sampai 28 hari. Pada
masa  ini terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim
menjadi di luar  rahim. Pada masa neonatal bayi memiliki risiko gangguan
kesehatan paling tinggi,  karena tubuh bayi yang masih rentan sehingga perlu
dilakukannya pemeriksaan fisik  pada saat masa neonatal yaitu pemeriksaan yang
dilakukan segera setelah bayi baru  lahir. Pemeriksaan fisik neonatus adalah
pemeriksaan yang dilakukan segera setelah  bayi baru lahir. Pemeriksaan BBL
bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika  terdapat kelainan pada bayi
sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat  dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. 

Pemeriksaan fisik pada neonatus dilakukan paling tidak sebanyak tiga kali,
yakni: (1)  pada saat lahir, yaitu penilaian Apgar, mencari kelainan kongenital, dan
pemeriksaan  cepat dan menyeluruh; (2) pemeriksaan lanjutan lebih rinci yang
dilakukan dalam 24  jam atau pada hari berikutnya; (3) pemeriksaan pada waktu
akan pulang. Pada saat dipulangkan juga dilakukan beberapa pemeriksaan saat
memulangkan, dimana  dilakukan lagi pemeriksaan untuk meyakinkan bahwa
tidak ada kelainan kongenital  atau kelainan akibat trauma yang terlewatkan. Perlu
diperhatikan dari susunan saraf  pusat, kulit apakah ada ikterus dan kelainan lain,
jantung apakah ditemukan suara  jantung tambahan atau bising yang baru muncul,
pada abdomen adakah tumor yang  belum terdeteksi, periksa kembali tali pusar
dan juga apakah bayi sudah menerima asi  serta periksa pada ibu apakah sudah
mengetahui cara menyusui yang baik dan benar.

32
Daftar pustaka

1. Kementrian kesehtan Republik Indonesia. Panduan pelayanan kesehatan


bayi baru lahir berbasis perlindungan anak. Direktorat kesehatan anak
khusus. 2010
2. Kementrian kesehtan Indonesia. Buku saku pelayanan kesehtan neonatal
esensial. KEMNKES. 2010
3. American Academy of pediatrics, American College of Obstetricians and
Gynecologists. The policy statement: the Apgar score. Pediatrics
2006;117(4):1444-7.
4. Sembiring JB. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Deepublish; 2019 Apr 2.
5. Kosim MS, Yuanto A Buku ajar neonatologi. Ikatan dokter Indonesia.
2008
6. Gomella T, Eyal F, Mohammed F. Gomella’s neonatology : Management,
Procedure, On call, Problem, Diseases and Drugs. New York: Mc Graw
Hill. 2020. p 59-60.
7. Junelle. Newborn examintaion – Train manual. CDC: Malaria in
pragnancy consortioum(MIP).2015
8. Murphy J. The Newborn clinical examinatin handbook. The national
healthy childhood programme.2012
9. Pudjiaji Antonius H. Hegar Badriul. Handryastuti Setyo, dkk. Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid 1. Jakarta; Pengurus
Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. Hal 50-54
10. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama
Cetakan Kedua. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010. Hal 71-87

33
11. Wahudiyat I, Sastroasmoro S. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak Ed.
3. Jakarta: CV Sagung Seto. 2014.163-4
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 
Tentang Standar Antropometri Anak.

13. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Tuttle DJ, editors. Neonatology:
management, procedures, on-call problems, diseases, and drugs. New
York: McGraw-Hill Education Medical; 2013.
14. Benitz WE. Hospital Stay for Healthy Term Newborn Infants. the
American Academy of Pediatrics. 2015 May; 135(5). 3. Australia
Department of Health. health.qld.gov.au. [Online].; 2014. Available from:
https://www.health.qld.gov.au/__data/assets/pdf_file/0029/141689/g
newexam.pdf
15. Complete Examination of a Newborn. World Health Organization. 2014.

34

Anda mungkin juga menyukai