Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA PASIEN

MALFORMSI ANOREKTAL DILAKUKAN DENGAN TINDAKAN PSARP


DENGAN GENERAL ANESTESI DI RUANG IBS RSI SULTAN AGUNG

Tugas ini disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktik Klinik Asuhan Keperawatan
Anestesi Pre – Intra – Post

Dosen Pembimbing : Istiqomah Rosidah., S.Tr.Kep

OLEH :
DEA SANDY (1911604097)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital tanpa anus atau dengan
anus tidak sempurna, sedangkan kloaka persisten diakibatkan karena pemisahan
antara traktus urinarius, traktus genitalia dan traktus digestivus tidak terjadi. Banyak
anak-anak dengan malformasi ini memiliki anus imperforata karena mereka tidak
memiliki lubang dimana seharusnya anus ada. Walaupun istilah ini menjelaskan
penampilan luar dari anak, istilah ini lebih ditujukan pada kompleksitas sebenarnya
dari malformasi.
Insiden terjadinya malformasi anorektal berkisar dari 1500-5000 kelahiran
hidup dengan sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 % bayi yang
menderita malformasi anorektal juga menderita anomali lain. Kejadian tersering pada
laki-laki dan perempuan adalah anus imperforata dengan fistula antara usus distal
uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina pada perempuan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diuraikan sebelumnya, peniliti merumusan masalah
sebagai berikut “Bagaimana memahami konsep penyakit Malformasi Anorektal dan
bagaimana penerapan asuhan kepenataan anestesi pada pasien Malformasi Anorektal
yang dilakukan di IBS RSI Sultan Agung Semarang

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan
kepenataan pada klien dengan Malformasi Anorektal di ruang IBS RSI Sultan
Agung
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari studi kasus ini adalah sebagai berikut:
a. Menerapkan proses Kepenataan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, evaluasi, pada klien dengan Malformsi Anorektal di Ruang
IBS RSI Sultan Agung
b. Mendokumentasikan asuhan kepenataan pada klien Malformasi Anorektal
dengan Struma yang dirawat di Ruang baitusalam IBS RSI Sultan Agung
c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien dengan Malformasi Anorektal yang dirawat
di IBS RSI Sultan Agung

D. Waktu dan Tempat


Tindakan kepenataan dilakukan selama 1 hari yaitu pada tanggal 19 Januari
2022 di Ruang IBS OK 1 RSI Sultan Agung.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR MALFORMASI ANOREKTAL


1. Pengertian
Istilah Malformasi Anorektal berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “
yang artinya tidak ada dan trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam
istilah kedokteran, Malformasi Anorektal adalah suatu keadaan tidak adanya
atau tertutupnya lubang yang normal. Malformasi Anorektal adalah kelainan
kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus, rektum, atau
batas di antara keduanya. Malformasi Anorektal merupakan kelainan bawaan
(kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus . Malformasi Anorektal
adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau
tertutupnya anus secara abnormal. Malformasi Anorektal atau anus
imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan
bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum.
Malformasi Anorektal adalah kelainan kongenital dimana anus tidak
mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan
pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
2. Etiologi
Penyebab sebenarnya dari Malformasi Anorektal ini belum di ketahui
pasti, namun ada sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di
sebabkan oleh :
a. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik.
b. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir
tanpa lubang anus.
c. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab Malformasi
Anorektal, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu atau 3 bulan.
d. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan
otot dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal
mungkin tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang
terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab Malformasi
Anorektal. Orang tua tidak diketahui apakah mempunyai gen carier
penyakit ini. Janin yang diturunkan dari kedua orang tua yang menjadi
carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 % dari bayi
yang mempunyai sindrom genetik, abnormalitas kromosom, atau kelainan
kongenital lain juga beresiko untuk menderita Malformasi Anorektal .
Faktor Predisposisi Malformasi Anorektal dapat terjadi disertai
dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir, seperti :
a. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomali
pada gastrointestinal.
b. Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinari.
3. Patofisiologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus
dari tonjolan embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari
embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang
menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal.
Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.
Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur
kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi
dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada
uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus
sehingga menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal
mengalami obstruksi. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah
dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus. Malformasi Anorektal
adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:
a. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M.
puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit
perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan
fistel ke saluran kencing atau saluran genital.
b. Intermediate : rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak
menembusnya.
c. Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara
kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
4. Klasifikasi
Klasifikasi Malformasi Anorektal ada 4 yaitu :
a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses
tidak dapat keluar.
b. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum
dengan anus
d. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi
yaitu :
a. Anomali rendah / infralevator Rektum mempunyai jalur desenden normal
melalui otot puborektalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang
berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan
dengan saluran genitourinarius.
b. Anomali intermediet Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot
puborectalis, lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang
normal.
c. Anomali tinggi / supralevator Ujung rectum di atas otot puborectalis dan
sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula
genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak
antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm.
5. Manifestasi Klinis
Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat
defekasi mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi.
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering
ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses
keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius.
Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di
kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal. Gejala yang akan timbul:
a. Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.
b. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
c. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
d. Perut kembung.
e. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut :
a. Pemeriksaan radiologis Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
obstruksi intestinal
b. Sinar X terhadap abdomen Dilakukan untuk menentukan kejelasan
keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung
rektum dari sfingternya.
c. Ultrasound terhadap abdomen Digunakan untuk melihat fungsi organ
internal terutama dalam sistem pencernaan dan mencari adanya faktor
reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
d. CT Scan Digunakan untuk menentukan lesi
e. Pyelografi intra vena Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
f. Pemeriksaan fisik rektum Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur
dengan menggunakan selang atau jari
g. Rontgenogram abdomen dan pelvis Juga bisa digunakan untuk
mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus
urinarius.
7. Komplikasi
a. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
b. Obstruksi intestinal
c. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
d. Komplikasi jangka panjang :
1) Eversi mukosa anal.
2) Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
3) Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
4) Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
5) Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
6) Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam tindakan Malformasi Anorektal yaitu :
a. Pembuatan kolostomi Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang
dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan
feses. Pembuatan lubang biasanya sementara atau permanen dari usus
besar atau colon iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi
beberapa hari setelah lahir.
b. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty) Bedah definitifnya, yaitu
anoplasty dan umumnya ditunda 9 sampai 12 bulan. Penundaan ini
dimaksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk membesar dan pada
otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi
untuk menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.
c. Tutup kolostomi Tindakan yang terakhir dari Malformasi Anorektal.
Biasanya beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui
anus. Pertama, BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB
berkurang frekuensinya dan agak padat.
BAB III
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN DILAKUKAN TINDAKAN
ENDOTRAKEA TUBE DENGAN TINDAKAN COLOSTOMY DI RUANG IBS
BAITUSALLAM 2 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG PADA TANGGAL 12
JANUARI 2022
1. Pengkajian
A. Anamnesis
B. Identitas
Nama pasien : An. HA
Umur : 5 Bulan
Jenis kelamin : Laki Laki
Agama : Islam
Pedidikan :-
Pekerjaan :-
Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Belum Kawin
Golongan darah : O+
Alamat : Dusun Kalikondang Rt.04 Rw.02 Demak
No RM : 01435317
Diagnose medis : Malformasi Anorektal
Tindakan operasi : PSARP
Tanggal MRSnn :18 Januari 2022
Tanggal pengkajian : 19 Januari 2022
Jaminan : BPJS
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. UK
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : wiraswasta
Suku Bangsa : jawa
Hubunga Dengan Pasien : Ibu
Alamat : Dusun Kalikondang Rt.04 Rw.02 Demak
3. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : Ibu pasien mengatakan anaknya susah BAB
a. Saat MRS
Pasien datang ke rumah sakit diantar oleh kedua orang tuanya dengan keluhan
anaknya susah BAB.
b. Saat pengkajian
Ibu pasien mengatakan anaknya susah bab
2. Riwayat penyakit sekarang
Susah bab.
3. Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit.
4. Riwayat kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk rumah sakit? Belum pernah
- Riwayat operasi sebelumnya : -
Tahun :-
Jenis :-
Komplikasi :-
- Riwayat anestesi sebelumnya
Tahun :-
Jenis :-
Komplikasi :-
- Apakah pasien mendapatkan transfusi darah ? TIDAK
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular ? TIDAK
5. Riwayat pengobatan / konsumsi obat
a. Obat yang pernah dikonsumsi : -
b. Obat yang sedang dikonsumsi : -
6. Riwayat alergi TIDAK
7. Kebiasaan
Merokok : Tidalk
Alcohol : Tidak
Kopi/ teh/soda : -
8. Pola kebutuhan dasar
9. 1. Oksigenasi
Sebelum sakit
- Gangguan pernafasan : Ibu pasien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan
pernafasan
- Alat bantu pernafasan : Ibu pasien mengatakan tidak pernah memakai alat bantu
nafas
- Sirkulasi udara : Ibu pasien mengatakan tidak mengalami masalah sirkulasi
udara
- Keluhan : Ibu pasien mengatakan tidak ada keluhan gangguan
pernafasan sebelumnya
Saat ini
- Gangguan pernafasan : Tidak ada
- Alat bantu pernafasan : Tidak ada
- Sirkulasi udara : Tidak ada
- Keluhan : Tidak ada
1. Air minum
sebelum sakit
- Frekuensi : Ibu pasien mengatakan minum Setiap hari.
- Jenis : minum air mineral dan susu
- Cara : Ibu pasien mengatakan minum dengan cara biasa
- Minum terakhir :-
- Keluhan :-
- Frekeunsi :-
- Jenis :-
- Cara :-
- Minum terakhir : -
- Keluhan :-
- Lainya
2. Nutrisi /makanan
Sebelum sakit
- Frekeunsi :-
- Jenis :-
- Porsi : 1 porsi/makan
- Diet khusus : Ibu pasien mengatakan tidak menjalankan diet khusus
- Makanan yang disukai :-
- Napsu makan : nafsu makan normal
- Puasa terakhir : pasien tidak berpuasa
- Keluhan : Ibu pasien mengtakan tidak ada keluhan
- Lainya :-
Saat ini
- Frekuensi :-
- Jenis : makanan saring bubur
- Porsi : 1 porsi/makan
- Diet : pasien menjalani puasa 7 jam sebelum operasi
- Makana yang disukai : -
- Napsumakan : -
- Keluhan :-
- Lainya :-
3. Eliminasi
4. A. BAB
Sebelum sakit
- Frekuensi : Ibu pasien mengatakan BAB tidak normal
- Konsistensi : Ibu pasien mengatakan konsistensi tidak normal
- Warna : kuning kecoklatan
- Bau : normal
- Cara : Tidak normal
- Keluhan :-.
- Lainya :-
Saat ini
- Frekuensi : Ibu pasienn mengatakan BAB tidak normal
- Konsistensi : Ibu pasien mengatakan konsisitensi nya tidak normal
- Warna : coklat pekat
- Bau : Tidak normal
- Cara : Tidak normal
- Keluhan : Tidak bisa BAB dan susah BAB dalam beberapa minggu ini
- Lainya :-
B. BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi : pasien mengatakan tidak ada masalah BAK
- Konsistensi : konsistensi normal
- Warna : putih kekuningan
- Bau : normal
- Cara : normal
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : pasien mengatakan tidak ada masalah BAK
- Konsistensi : konsistensi normal
- Warna : putih kekuningan
- Bau : normal
- Keluhan :-
- Cara : normal
Lainya :-

Pola aktivitas istirahat


1. Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan 
minum
Mandi 
Toileting 

Berpakaian 
Berpindah 

2. Istirahat dan tidur


sebelum sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia : TIDAK
- Berapa jam anda tidur malam 8 jam siang 3 jam
Saat ini
- Apakah anda pernah mengalami insomnia : TIDAK
- Berapa jam tidur anda malam 6 siang 1 jam

A. Interaksi sosial
- Pasien berinteraksi dengan ibunya seperti biasa.
B. Pemeliharaan kesehatan
- Rasa aman
Ibu Pasien mengatakan memmilki rasa aman ketika berada di rumah sakit
- Rasa nyaman
Ibu Pasien mengatakan merasakan rasa nyaman ketika diberikan intervensi
tindakan di rumah sakit
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan
Ibu Pasien mengatakan memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan baik
Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompk sosial sesuai
dengan potensinya
- Konsumsi vitamin
Ibu pasien mengatakan tidak mengkonsumsi vitamin
- Imunisasi : Ibu pasien mengatakan sudah melaksankanan imunisasi
- Olahraga : -
- Upaya keharmonisan keluarga : -
- Stress dan adaptasi : pasien mengatakan sedikit harus beradaptasi
3. Pemeriksaan fisik
a. keadaan umum
Kesadaran umum : CPM
GCS : E4,V5,M6
Penampilan : Tampak sakit sedang
TD : - Nadi : 86x/menit RR : 20 x/menit
Suhu : 36.8 ’C BB : 8 kg
Lainya : -
c. Kepala
Bentuk kepala ( dolichepalus / lonjong)
Kesimetrisan (+)
Hidrocepalus (-)
Luka (-)
Darah (-)
Trepanasi (-)
Nyeri tekan (-)
d. Wajah
Ekspresi wajah ( tegang)
Dagu kecil (+)
Edema (+)
Kelumpuhan otot Facialis (-)
Sikatrik (-)
Micrognathia (-)
Rambut wajah (-)
Lainya…
e. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+)
Eksoftalamus (-)
Endoftalamus (-)
Edema (+)
Ptosis (-)
Peradangan (-)
Luka (-)
Benjolan(-)
Bulu mata (+)
Konjunctiva dan scelera bagus (+)
Reaksi pupil terhadap cahaya (+)
Kornea warna bagus (+)
Nistagmus (-)
Ketajaman penglihatan (+)
Penggunaan lensa kontak: Tidak
 Palpasi
Pemeriksaan tekanan bola mata : ……………
Lainnya:………………
a. Pemeriksaan Telinga
 Inspeksi dan palpasi
- Amati bagian telinga luar : bentuk simetris
Lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan serumen (-).
- perdarahan (-), perforasi (-).
- Tes kepekaan telinga : baik
- Lainnya (-)

b. Pemeriksaan Hidung
 Inspeksi dan palpasi
- Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah pembengkakan
atau tidak ) / terdapat pembengkakan di hidung
- Amati meatus : perdarahan (-), Kotoran (-), Pembengkakan (-),
pembesaran/polip (-)
- Pernafasan cuping hidung (-)
- Lainnya : paseien mengalami fraktur os nasal
c. Pemeriksaan Mulut dan Faring
 Inspeksi dan Palpasi
- Amati bibir : Kelainan konginetal (labioscisis, palatoseisis, atau
labiopalatoseisis ), warna bibir …………, lesi (-), bibir pecah (-).
- Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries (-), Kotoran (-), Gingivitis (-), gigi palsu
(-), gigi goyang (-), gigi maju (-).
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm : (+)
- Lidah : Warna lidah : pucat, Perdarahan (-), Abses (-), Ukuran ….
- Orofaring atau rongga mulut : Bau mulut : tidak uvula (simetris), Benda asing :
(tidak)
- Tonsil : T0/ T1/T2/T3/T4
- Mallampati : I, II, III, IV
- Perhatikan suara klien : (Berubah)
- Lainnya:
d. Pemeriksaan Leher
 Inspeksi dan amati dan rasakan :
- Bentuk leher simetris, peradangan (merah), perubahan warna (-), massa (-)
- Kelenjar tiroid, pembesaran (-)
- Vena jugularis : pembesaran (-)
- Pembesaran kelenjar limfe (-), posisi trakea (simetris)
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : (+), ekstensi : (+), fleksi : (+),
menggunakan collar : (-)
- Leher pendek: tidak
- Lainnya : -

 Palpasi
- Kelenjar tiroid: , intensitas……….
- Vena jugularis : tekanan : …….
- Jarak thyro mentalis, - : (+)
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : (-), ekstensi : (-), fleksi : (-),
menggunakan collar : (-)
- Lainnya : -

e. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


- Inspeksi
- Bentuk (simetris), pembengkakan (-).
- Kulit payudara : warna normal , lesi (-)
- Areola : perubahan warna (-)
- Putting : cairan yang keluar (-), ulkus (-), pembengkakan (-)
- Lainnya : -

Data Penunjang Diagnostik


a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 14,0 g/dl 9.6 – 12.8 g/dl (L)
Hematokrit 29.2 % 31.0 – 43.0 %
Leukosit 5.08 10’3/ul 6.00– 17.50 10’3/ul
Trombosit 390 10’3/ul 217 – 497 10’3/ul
Golongan darah A+ A/B/AB/O
Kimia Klinik
Gula darah sewaktu 111 mg/dl 80 – 110 mg/dl
Ureum 22 mg/dl < 30 mg/dl
Creatinine 0.60 mg/dl < 1.5 mg/dl
Imunologi
HBSAG Non reaktif Non reaktif
Antigen Negatif Negatif
Elektrolit
Natrium 130.7 129 – 143
Kalium 4.46 3.6 – 5.8
Klorida 101.7 93 - 112

1) AnalisaData
No Symptom Etiologi Problem
I. PRE ANESTESI
1. DS: Pasien terlihat cemas dan menangis b/d ancaman aktual Ansietas
saat di bawa keruangan operasi. atau presepsi
DO: ancaman terhadap
Kesadaran : composmentis integritas biologis,
GCS : E4V5M6 sekunder akibat :
TD : - prosedur invasif
HR : 149 x,menit
RR : 55 x/menit
Spo2: 98 %
T : 36,6 derajat celcius

II. INTRA ANESTESI


1. DS:- b/d tindakan Resiko Pendarahan
hDO: pembedahan
- Pendarahan 30 ml dengan lama
operasi 1,5 jam
RR : 55 x/menit
Nadi : 147 x/menit
Spo2: 99 %
T : 36,6 derajat celcius

2 DS: b/d posisi Ketidakefektifan pola


DO: pembedahan nafas
-Pasien dilakukan Operasi PSARP (tengkurap)
dengan posisi pasien tengkurap
- Terpasang ETT nomer 2.5
Nadi : 133 x/menit
RR : 40 x/menit

III.PASCA ANESTESI

1. DS: - b/d tempat Risiko infeksi


DO: pasien post operasi PSARP terdapat masuknya
bekas insisi pada anus organisme,
HR : 127 x/menit sekunder akibat :
RR : 44 x/menit pembedahan
Spo2 : 99%
T : 36,6 derajat celcius
II. Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

2) Pra Anestesi
Nama : An.HA No.CM : 01435317
Umur : 5 Bulan Dx : Malformasi Anorektal
Jeniskelamin : Laki Laki Ruang : IBS

No Problem(Masalah) Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama


Tujuan Intervensi &
Paraf
1. Ansietas Setelah dilakukan - Kaji tingkat ansietas Rabu,19 Januari 2022 Rabu,19 Januari 2022 Dea
tindakan keperawatan - Beri pasien Pukul 19.00 WIB Pukul 19.15 WIB
pre anestesi selama 1 x kenyamanan dan 1. Mengkaji tingkat ansietas
15 menit diharapkan ketentraman dengan 2. Memberi pasien S : -
ansietas cara mendampingi kenyamanan dan O :
berkurang/hilang klien ketentraman dengan cara Pasien telah diberikan obat
dengan kriteria hasil : - Gali intervensi yang mendampingi klien sedasi Ringan Midazolam
- Pasien lebih menurunkan 3. penghentian ansietas Pasien terlihat nyaman dan
tenang dan ansietas misalnya : dengan cara mengajak tidak menangis lagi
merasa lebih imajinasi pasien mengobrol A : Ansietas teratasi
nyaman. terbimbing. 4. Menggali intervensi yang P : Monitoring ttv
- Pasienn tidak lagi menurunkan ansietas
menangis misalnya : imajin
Intra Operasi
2. Resiko Setelah dilakukan - Pantau TTV pasien Rabu, 19 Januari 2022 Rabu, 12desember 2021 Dea
Pendarahan tindakan keperawatan - Pantau Output darah Pukul 20.00 WIB Pukul 20.15 WIB
intra anestesi selama 1 pasien 1. O:Mengkajinyeri dengan S : -
x 15 menit diharapkan - Kelola pemberian tingkat pendarahan O : pasien tampak
resiko pendarah obat anti-fibrinolitik 2. T:Pantau perubahan tanda terpasang infus RL 20
berkurang/teratasi (bolus Tranexamic tanda vital TPM keadaan pasien
dengan kriteria: Acid 1 ampul 5ml) 3. C:kolaborasi Dalam dalam pemulihaan
-Tidak ada pendarahan pemberian produk darah anestesi.
-Tanda Tanda vital
dalam batas normal HR : 100 x,menit
-Hemoglobin Dalam RR : 19x/menit
batas normal Spo2:99%
T : 36,6 derajat celcius

A : nyeri akut belum


teratasi
P : observasi selama 20
menit
3. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1.pantau ttv pasien Rabu 19 Januari 2022 Rabu 19 januari 2022 Dea
pola nafas tindaka kepenataan 2.pasang perlatan oksigen Pukul 20.00 WIB Pukul 20.15 WIB
selama 1x15 menit 3.monitoring aliran 1. Memantau ttv pasien untuk S : -
diharapkan masalah oksigen mendeteksi dini kekurangan O : pasien tampak
ketidakefektifan pola 4.kolaborasi dan oksigen terpasang ventilasi dan
nafas berkurang konsultasiikan kepada 2. Penerapan tindakan untuk spo2 pasien 100
dengan kriteria hasil tenaga kesehatan lain mengatasi gangguan A : Ketidakefektifan pola
1.frekuensi mengenai oksigen oksigen dengan masalah nafas teratasi sebagian
pernafasan tambahan kepenataan pola nafas tidak P : lanjutkan intervensi
pasien efektif efektif pada pasien salah Observasi di ibs 1x15
dan mengalami satunya dengan pemberian menit.
perbaikan oksigen
pertukarann gas
paru paru
2.ttv pasien
normal
Nadi 90-120
x/menit, suhu
tubuh pasien
dalam batas
normal yaitu
36,5

Post Operasi
4 Resiko Infeksi Setelah dilakukan - Kaji adanya faktor Rabu 19 Januari 2022 Selasa, 28 desember 2021 Dea
tindakan keperawatan yang menigkatkan Pukul 22.15 WIB Pukul 22.25 WIB
post anestesi selama 1 risiko infeksi 3. Mengkaji adanya faktor S : -
x 15 am diharapkan - Mengurangi yang menigkatkan risiko O : pasien tampak
risiko infeksi prosedur diagnostik infeksi terpasang infus RL drip
berkurang/hilang atau terapeutik yang 4. Mengurangi prosedur tramdol 1 ampul 20 TPM
dengan kriteria hasil : tidak perlu guna diagnostik atau terapeutik keadaan pasien dalam
- Ibu Pasien mencegah yang tidak perlu guna pemulihaan anestesi. dan
paham akan masuknya mencegah masuknya terdapat luka operasi
tanda – tanda organisme organisme tambahan pada A : risiko infeksi belum
awal terjadinya tambahan pada area area luka teratasi
infeksi luka Menjelaskan kepada ibu pasien P : lanjutkan intervensi
- Ibu pasien Jelaskan kepada pasien tentang penyebab, risiko dan Observasi di ruang inap
Menegtahui tentang penyebab, risiko tanda awal terjadinya infeksi. selam 1 x 15 menit
proses dan tanda awal terjadinya
penyebaran infeksi.
infeksi pada
lukanya
- Paham akan
pengaruh nutrisis
terkait mencegah
infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Tahulending, Z., Pontoh, V., & Lengkong, A. C. (2018). Gambaran kejadian Struma di RSUP
Prof. Dr. RD Kandou Manado Periode Juni 2015–Juni 2018. e-CliniC, 6(2).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/download/22116/21817

Anda mungkin juga menyukai