Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Atresia yang diartikan tidak mempunyai lubang dapat terjadi pada


seluruh saluran tubuh misalnya atresia ani, atresia hymenalis, atresia salurang
empedu dan atresia esofagus. Atresia ani dalam istilah kedokteran juga
disebut sebagai imperforata anus, malformasi anorektal, atau kelainan ektopik
anal.

Angka kejadian kasus di Indonesia sekitar 90% . Atresia ani di Jawa


tengah khususnya di Semarang terdapat 50% dalam kurun waktu 2007-2009,
di Rs Dr. Kariyadi Semarang terdapat 20% pasien dengan kasus atresia ani
khususnya yang dirawat di ruang bedah A2 ( Bedah wanita dan anak ).

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja konsep dasar pada penyakit Atresia Ani ?


2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak penderita Atresia Ani ?
3. Bagaimana cara memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit
Atresia Ani ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan dan konsep


dasar penyakit Atresia Ani.

2. Tujuan Khusus

Agar mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada


penderita Atresia Ani dengan tepat.

D. Manfaat
Untuk memberikan informasi mengenai konsep penyakit Atresia Ani
mulai dari definisi hingga pencegahan serta mengetahui bagaimana
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada penderita Atresia Ani dengan
tepat.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi

Istilah atresia ani memiliki beberapa definisi dari para ahli, Yaitu :

Istilah atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang


artinya tidak ada dan trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam
istilah kedokteran, atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang yang normal.

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus


imperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz,
2002). Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus (Donna, 2003). Atresia ani adalah tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya
anus secara abnormal (Suradi, 2001).

Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi


membran yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau
sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001).

Jadi atresia ani adalah kelainan kongenital dimana anus tidak


mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan
pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
B. Etiologi

Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti,


namun ada sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di
sebabkan oleh :

a. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara


komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan
anus dari tonjolan embrionik.

b. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga


bayi lahir tanpa lubang anus.

c. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia


ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.

d. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum,


sfingter, dan otot dasar panggul. Namum demikian pada
agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak memadai.
Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa
gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani.

e. Genetik dan abnormalitas kromosom

f. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik


didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis,
yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia
kehamilan.

C. Patofisiologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum
urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau
pembentukan anus dari tonjolan embrionik, sehingga anus dan rektum
berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian
belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal
genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya
penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada
kelengkapan dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam
perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan
dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada
pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan
fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi.
Putusnya saluran pencernaan dari atas hingga daerah dubur, sehingga bayi
baru lahir tanpa lubang anus.
D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang khas pada klien antresia ani seperti :

1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.

2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.

3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah


letaknya.

4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak


ada fistula).

5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.

7. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)

E. Penatalaksanaan Medis
1. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter
ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.
Pembuatan lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar
atau colon iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa
hari setelah lahir.
2. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9
sampai 12 bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu
pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang.
Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat
badannya dan bertambah baik status nutrisinya.
3. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari
setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB
akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang
frekuensinya dan agak padat.

F. Pencegahan

Pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak terjadi atresia ani antara
lain bagi ibu yang sedang hamil agar berhati – hati terhadap penggunaan
obat, makanan awetan, alkohol atau zat lain yang berbahaya. Bagi orang
tua yang baru memiliki bayi harus segera memeriksa kondisi fisik bayinya
apakah lengkap organ tubuhnya atau tidak, sehingga bila ada kelainan
dapat segera diketahui dan ditangani. Bila telah didiagnosis, -karena organ
pembuangan itu penting, kiranya perlu dikonsultasikan dengan dokter ahli
bedah digestif untuk penanganannya. Dapat juga dilakukan dengan
pemeriksaan kromosom, seta USG untuk mengetahui lebih awal kelainan
yang terjadi pada bayi dan pemenuhan gizi yang baik untuk bayi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas
2. Riwayat sakit sekarang :
Keluhan yang biasa muncul pada pasien dengan atresia ani : perut
kembung, muntah-muntah, dan tidak bisa BAB.
3. Riwayat penyakit dahulu :

Antenatal : nutrisi ibu yang kurang, ibu mengkonsumsi obat-obatan saat


trimester 1 kehamilan, ibu jarang tidak melaukan atau jarang melakukan
control (ring ANC), dan trauma fisik ibu.

Intranatal : bayi lahir dengan prematur dengan kondisi kaki, badan lalu
kepala yang keluar.

Post natal : pemberian makanan yang kasar dan kurang serat bisa
memperparah kondisi pasien yang mengalami atrsia ani. Karena kondisi
anus dengan lubang yang kecil atau bahkan tidak ada lubang akan
menyebabkan meconium keras.

4. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga yang dulunya pernah mengalami penyakit yang dapat
meningkatkan terjadinya atresia ani. Kejadian atresia ani akan meningkat
pada pasien yang memiliki saudara yang sebelumnya mengalami atresia
ani.

5. Riwayat imunisasi

Riwayat imunisasi pada kejadian atresia ani kemungkinan besar tidak


berpengaruh karena atresia ani biasanya berhubungan genetic yang terjadi
pada anak sejak dia dalam kandungan.

6. Riwayat tumbuh kembang

Untuk anak yang mengalami atresia ani akan mengalami gangguan pada
tahap tumbuh kembang toileting. anak yang mengalami atresia ani akan
mengalami gangguan pada fase anal yang berlangsung pada umur 1-3
tahun. Pengeluaran feses yang ditandai dengan berkembangan kepuasan
(katesis dan ketidakpuasan (antikateksis) di sekitar fungsi eliminasi.
Dengan buang air besar akan timbul perasaan lega, nyaman, dan puas.
Kepuasan tersebut bersifat egosentrik, artinya anak mampu mengendalikan
sendiri fungsi tubuh. Namun, pada penderita atresia ani tidak akan
merasakan lega, nyaman, dan puas. (Sunaryo, 2004: 39)

Pola Gordon

1 Pola persepsi terhadap kesehatan

Pasien belum bisa mengucapkan secara verbal apa yang dirasakan


saat ini, namun saat bayi merasa sakit atau nyeri biasa akan
menangis.

2 Pola aktifitas kesehatan/latihan

Bayi akan terlihat lemah dan cemas karena atresia ani.

3 Pola istirahat/tidur

Karena pasien bisa mengalami konstipasi dan perut kembung


pola istirahatnya akan terganggu. Terutama pos operasi yang bisa
menimbulkan rasa nyeri pada anak ataupasien. Informasi bisa
diperoleh dari keterangan keluarga jika pasiennya bayi

4 Pola nutrisi metabolik

Pasien mengkonsumsi ASI eksklusif atau susu pendamping ASI


atau makanan yang dikonsumsi anak.

5 Pola eliminasi

Klien tidak dapat buang air besar dan atau dalam urin ada
mekonium.

6 Pola kognitif perseptual


Pasien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi
dengan baik pada orang lain karena usianya yang masih bayi. Jika
pasiennya anak-anak yang sudah mampu berkomunikasi, bagaimana
cara dia mengungkapkan rasa tidak nyamannya atau nyeri yang
dirasakan.

7 Pola konsep diri

Pola ini terdiri dari identitas diri, ideal diri, gambaran diri, peran
diri dan harga diri.

8 Pola seksual Reproduksi

Pasien masih bayi dan belum menikah

9 Pola nilai dan kepercayaan

Bayi tidak bisa dikaji pola nilai dan kepercayaannya karena


masih anak-anak.

10 Pola peran hubungan

Pasien bayi akan memiliki hubungan yang dekat dengan ibunya


Sehingga saat berada didekat ibunya pasien akan merasa lebih
tenang.

11 Pola koping

Pasien anak-anak akan menangis untuk menunjukan apa yang


dirasakan supaya mendapat bantuan atau pertologan dari sekitarnya.

B. Diagnosa
1. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
2. Nyeri akut b/d trauma jaringan
3. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif
4. Kerusakan integritas kulit b.d kolostomi
5. Ansietas b.d pembedahan dan kurangnya pengetahuan dari keluarga
tentang penyakit.

C. Intervensi

Pre Operativ

N Diagnosa NOC NIC


O
1. Ketidak seimbangan nutrisi : Tujuan dilakukan asuhan 1. Tentukan statut
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan 3x24 jam gizi pasien
b/d intake yang tidak adekuat yaitu Nafsu makan 2. Identifikasi
-Batasan Karakteristik normal adanya alergi
1. Kurang minat pada KH : atau
makanan 1. Hasrat/ keinginan intoleransi
2. Ketidakmampuan untuk makan makanan yang
memakan tidak terganggu dimiliki pasien
makanan (5) 3. Monitor turgor
3. Nyeri abdomen 2. Mencari makan kulit
tidak terganggu 4. Kolaborasi
(5) dengan ahli
3. Intake makanan gizi untuk
tidak terganggu menentukan
(5) jumlah kalori
4. Intake cairan tidak dan nutrisi
terganggu (5) yang
dibutuhkan
pasien
5. Ciptakan
lingkungan
yang optimal
pada saat
mengkonsumsi
makanan

3 Kekurangan volume cairan Tujuan dilakukan asuhan 1. Monitor


b/d kehilangan volume cairan keperawatan 3x24jam makanan /
aktif (00027) yaitu agar pasien cairan yang
-Batasan Karakteristik terhidrasi dengan baik dikonsumsi
1. Kelemahan KH: dan hitung
2. Kulit kering 1. Turgor kulit tidak asupan kalori
3. Membran mukosa terganggu (5) harian
kering 2. Membran mukosa 2. Monitor status
lembab tidak gizi
4. Penurunan turgor terganggu (5) 3. Berikan cairan
kulit 3. Intake cairan tidak dengan tepat
5. Peningkatan terganggu (5) 4. Tingkatkan
frekuensi nadi 4. Nadi cepat dan asupan oral
lemah tidak 5. Berikan terapi
terganggu (5) IV, seperti
yang
ditentukan
6. Jaga
intake/asupan
yang akurat
dan catat
output
7. Hitung atau
timbang popok
dengan
baik.konsultasi
kan dengan
dokter jika ada
gejala
kelebihan
volume cairan

Post Operativ
1 Nyeri akut b/d trauma Tujuan dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian
jaringan keperawatan 3x24 jam skala nyeri secara
-Batasan Karakteristik yaitu Tingkat nyeri komperehensif
1. Mengekspresikan berkurang termasuk lokasi,
perilaku ( merengek ) KH: karakteristik, durasi,
2. Perubahan selera 1. Mengerang dan frekuensi, kualitas,
makan menangis tidak dan faktor presipitasi
ada (5) 2. Observasi reaksi
2. Ekspresi nyeri nonverbal dari
wajah tidak ada ketidaknyamanan
(5) 3. Ajarkan prinsip-
3. Kehilangan nafsu prinsip manajemen
makan tidak ada nyeri
(5) 4. Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasika
n tindakan penurun
nyeri non
farmakoloagi, sesuai
kebutuhan.
Kerusakan integritas kulit b.d Tujuan dilakukan
kolostomi asuhan keperawatan3×24 1. Anjurkan pasien
-Batasan Karakteristik jam integritas kulit menggukan
pasien membaik. pakain longgr

Kriteria hasil : 2. Hindari kerutan


pada tempat
1. Integritas kulit tidak tidur
terganggu (5)
3. Jaga kebersihan
2. Tidak ada lesi kulit agar tetap
bersih dan
3. Perfusi jaringan tidak kering
terganggu (5)
4. Monitor adanya
kemerahan

5. Monitor tanda
infeksi

6. Monitor proses
kesembuhan
area insisi

7. Bersihkan area
bekas jahitan

8. Ganti balutan
sesuai interval
waktu

Ansietas b.d pembedahan dan


kurangnya pengetahuan dari Tujuan dilakukan asuhan
keluarga tentang penyakit. keperawatan 3x24 jam
-Batasan karakteristik yaitu Tingkat kecemasan 1. Gunakan
berkurang pendekatan yang
KH : menenangkan.
1. Tidak dapat
beristirahat tidak 2. Nyatakan dengan
ada (5) jelas harapan
2. Meremas-remas prilaku pasien
tangan tidak ada
(5) 3. Jelaskan semua
3. Perasaan gelisah prosedur dan apa
tidak ada (5) yang dirasakan
Wajah tegang tidak ada selama prosedur.
(5)
4. Pahami prespektif
pasien terhadap
situasi stress.

5. Temani pasien
untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi takut.

6. Dorong keluarga
untuk menemani
anak.

7. Dengarkan dengan
penuh perhatian.

Identifikasi tingkat
kecemasan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata
atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001). Salah satu
penyebabnya yaitu karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan
anus dari tonjolan embrionik. Kelainan ini terjadi karena kegagalan
pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik,
sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian
belakang.
2. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan Atresia Ani
meliputi pengkajian secara lengkap, penetapan diagnosa keperawatan,
intervensi tindakan yang tersusun, implementasi yang sesuai, dan
evaluasi atas proses asuhan keperawatan yang sudah dilaksanakan.
3. Pendidikan kesehatan yang diberikan dapat berupa SAP (Satuan Acara
Penyuluhan)

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat hendaknya
memahami dengan benar konsep dasar serta asuhan keperawatan pada
penderita Atresia Ani agar tepat dalam bertindak serta mampu memberikan
asuhan secara maksimal.

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik : Penyakit Konginetal
Pokok bahasan : Atresia ani
Sub Pokok Bahasan : Pengertian dan cara perawatan klien dengan Atresia ani.
Judul : Apa dan bagaimana Atresia ani itu?
Sasaran : Keluarga
Waktu : Rabu, 11 November 2017 jam 09.00 WIB
Tempat : Ruang 15 RSSA
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Media : Flashcart
Tujuan umum : Setelah diadakan penyuluhan diharapkan sasaran mampu
memahami dan mengenal tentang penyakit atresia ani
Tujuan khusus : Setelah diberikan penyuluhan diharapkan sasaran dapat :
 Menyatakan tahu dan menerima keadaan anaknya
 Menyatakan tahu apa saja yang harus dilakukan
pada anaknya
 Menyatakan akan berusaha merawat anaknya secara
mandiri

Kegiatan pembelajaran :
No Tahap Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta Metode
kegiatan/
waktu
1. Pembukaan Mengucapkan salam Mendengarkan dan Ceramah
3 menit Menyampaikan tujuan memperhatikan
penyuluhan
Menyampaikan pokok-pokok
materi yang akan
disampaikan

2. Penyajian Menjelaskan tentang : Mendengarkan, Ceramah dan


15 menit Apa pegertian atresia ani memperhatikan serta demonstrasi
Bagaimana tanda dan gejala mendemonstrasikan
atresia ani
Bagaimana perawatan klien Ceramah dan
atresia ani tanya jawab
3. Penutup Memberikan evaluasi dan Meyampaikan
5 menit materi yang telah pertanyaan dan
disampaikan memperhatikan jawaban
Menyampaikan kesimpulan yang diberikan

-MATERI PENYULUHAN
Atresia ani/anus imperforata adalah suatu keadaan dimana pada perineum tidak
terdapat apertura anal yang disebabkan karena terhambatnya perkembangan janin
pada bulan ketujuh dan kedelapan.
Tanda dan gejalanya meliputi; tidak dapat dilakukan colok dubur, mekonium
tidak keluar pada 24-48 jam pertama sejak kelahiran atau keluar melalui saluran
abnormal, muntah-muntah dan peru kembung.
Penyakit ini dalam perjalanannya, bayi akan dibuatkan anus buatan tetapi tidak
dalam sekali tahap langsung selesai. Namun akan melalui beberapa tahap yaitu:
1. pada bayi akan dilakuan kolostomi. Kolostomi akan berjalan sampai
kurang lebih 3 bulan dan dalam 3 bulan tersebut anak akan mendapat
perawatan kolostomi agar kolostomi dapt berfungsi dengan baik dan tidak
mengakibatkan komplikasi yang lain misalnya seperti infeksi. Oleh karena
itu perlu diperhatikan cara perawatan kolostomi yang benar. Juga perlu
diperhatikan nutrisi yang diberikan pada anak, agar anak tetap sehat
hingga dilakukan operasi kedua.
2. Bayi akan dilakukan anoplasti. Dimana akan dubuatkan lubang pada anus.
Dan lubang ini akan dirawat hingga berfungsi dengan baik. Setelah
berfungsi dengan baik baru akan dilakukan operasi tahap ketiga.
3. Akan disambungkan kembali antara anus buatan dengan stoma atau kolon
yang dipotong. Stoma dimasukkan kembali dan kulit ditutup kembali. Hal
ini dilakukan perawatan hingga anus dapat berfungsi optimal.
Yang perlu diperhatikan adalah selama itu harus rajin kontrol ke poli
bedah rumah sakit. Dan dijaga keadaan luka operasi tetap bersih dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar IKA FKUI. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika. Jakarta

http://www.depkes.go.id/article/view/16030300002/inilah-hasil-surveilans-
kelainan-bawaan-.html diakses pada 9 November 2017 pukul 16:12

etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68048/.../S2-2014-302913-chapter1.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-heldanilag-5416-2-
babii.pdf

Huda Nurarif, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:
MediAction.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39088/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=DD6547943DD0DB4346FEC4585DAD685B?sequence=

http://jurnal.akper-notokusumo.ac.id/index.php/jkn/article/view/22

Anda mungkin juga menyukai