SISTEM PENCERNAAN
ATRESIA ANI PADA ANAK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
DENNIS PURWASANTIKA
DIAH AYU .A
EKA KURNIA
NURHALIMAH
RAHMAWATI DENY
SIGIT PRIADI
KELAS
: 4-A
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan karuniaNya. Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktunya.
Adapun judul makalah ini adalah Atresia ani
Makalah ini disamping untuk menyelesakan tugas mata kuliah , juga untuk
memberikan sedikit wawasan tentang Penyakit Pada Anak.
Dengan terselesaikannya laporan ini dengan tepat waktunya, kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1.
2.
3.
4.
Bapak Drs. M. Zainal arifin M.Kes, selaku ketua stikes icme jombang
Bapak Bambang Tutuko, SH, S.Kep. Ns. selaku ketua prodi S1 Keperawatan,
selaku dosen mata kuliah Sistem Pencernaan.
Teman-teman semua,yang telah membantu saya mengerjakan tugas sistem
pencernaan ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca
dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi langkah kita menuju kebaikan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan
walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini dapat bermanfaat
bagi yang membutuhkan .
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jombang,
Mei 2013
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal, adalah
suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk
Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti. Insiden 1 : 5000 kelahiran yang
dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom VACTRERL
( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).
Dalam asuhan neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat
kongenital pada anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan
feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa
terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karena putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat
bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya gangguan atau
berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta
traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia
kehamilan.
B. Masalah
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
C. Tujuan
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu a yang berarti tidak
ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran,
atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan
normal.
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak
mempunyai lubang keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa
atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus
atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi,2001).
Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal
terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.
jadi menurut kesimpulan penulis, atresia ani adalah kelainan congenital anus
dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi
gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi
kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau
pemeriksaan perineum.
Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
a) Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
b) Membran anus yang menetap
c) Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada
bermacam-macam jarak dari peritoneum
d) Lubang anus yang terpisah dengan ujung
B. Klasifikasi
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar
yaitu :
a) Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus
gastrointestinalis dicapai melalui saluran fistula eksterna. Kelompok ini
terutma melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau
rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan
bantuan dilatasi. maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate
sementara waktu.
b) Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk
jalam keluar tinja. Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun
untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa
bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut
menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
a. Anomali rendah
Rectum
mempunyai
jalur
desenden
normal
melalui
otot
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat
lahir seperti :
a) Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal,
jantung, trachea, esofahus, ginjal dan kelenjar limfe).
b) Kelainan sistem pencernaan.
c) Kelainan sistem pekemihan.
d) Kelainan tulang belakang
F. Menifestasi Klinis
a) Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir
b) Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
c) Bila ada fistula pada perineum(mekoneum +) kemungkinan letak rendah
d) kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis
kanal rectal, adanya membran anal (Suriadi,2001).
e) bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan
intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan
terlihat menonjol (Adele,1996)
f) Bayi muntahmuntah pada usia 2448 jam setelah lahir.
G. Komplikasi
Semua pasien yang mempunyai malformasi anorectal dengan
komorbiditas yang tidak jelas mengancam hidup akan bertahan. Pada lesi letak
tinggi, banyak anak mempunyai masalah pengontrolan fungsi usus dan juga
paling banyak menjadi konstipasi. Pada lesi letak rendah, anak pada umumnya
mempunyai control usus yang baik, tetapi masih dapat menjadi konstipasi.
Komplikasi operasi yang buruk berkesempatan menjadi kontinensia primer,
walaupun akibat ini sulit diukur. Reoperasi penting untuk mengurangi
terjadinya kontinensia. Kira-kira 90% anak perempuan dengan fistula
vestibulum, 80% anak laki-laki dengan fistula ureterobulbar, 66% anak lakilaki dengan fistula ureteroprostatic, dan hanya 15% anak laki-laki dengan
fistula bladder-neck mempunyai pergerakan usus yang baik. 76% anak dengan
anus imperforata tanpa fistula mempunyai pergerakan usus yang baik.
Selain itu, komplikasi lain yang dapat muncul yaitu :
Asidosis hiperkloremia
Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan
Komplikasi jangka pendek :
Eversi mukosa anal
Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)
Masalah atau kelambatan yang baerhubungan dengan toilet training
Inkontinensia (akibat stenosis anal atau impaksi)
Prolaps mukosa anorektal (menyebabkan inkontinensia dan rembesan
persisten)
Fistula kambuhan (karena tegangan di area pembedahan dan infeksi).
H. Pemeriksaan penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologis. Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen. Dilakukan untuk menentukan kejelasan
keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung
rectum dari sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen. Digunakan untuk melihat fungsi organ
internal terutama dalam system pencernaan dan mencari adanya faktor
reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
4. CT Scan. Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena. Digunakan untuk menilai pelviokalises dan
ureter
dan
mempertahankan
kontak
kontinensi.
Untuk
malformasi rectum setelah bayi berumur 6 bulan dilakukan anorekto-vagina-uretroplasti posterior sagital (PSAVURP).
b. Pada malformasi anus tindakan koreksi lebih lanjut tergantung pada
defek ;
1. Pada malformasi anus yang tidak ada fistel tetapi tampak ada
anal dimple dilakukan insisi dianal dimple melalui tengah
sfingter ani eksternus.
2. Jika fistel ano uretralis terapi anal dimple tidak boleh langsung
ditembus tapi lebih dulu fistel ano uretralis tersbeut diikat. Bila
tidak bisa kasus dianggap dan diperlakukan sebagai kasus
malformasi rektum.
c. Pada agenesis anorektal pada kelainana tinggi setelah bayi berat
badan mencapai 10 kg tersebut harus diperbaiki dengan operasi
sakroperineal atau abdomino perineal dimana kolon distal ditarik ke
aneterior ke muskulus puborektalis dan dijahitkan ke perinuem.
Pada anomali ini, sfingter ani eksternus tidak memadai dan tidak
ada sfingter internus, sehingga kontinensi fekal tergantung pada
fungsi muskulus pubo rektalis. Sebagai hasil dari anak dengan
kelainan tinggi tanpa muskulatur atau muskolatur yang buruk,
kontinensia mungkin didapat secara lambat tetapi dengan pelatihan
intensif dengan menggunakan otot yang ada, pengencangan otot
kemudian dengan levator plasti, nasihat tentang diet dan
memelihara "neorektum" tetap kosong, kemajuan dapat dicapai.
(Wong, 1999)
b). Penatalaksanaan Keperawatan
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui masalah
pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses
keperawatan. Dan keberhasilan proses keperawatan tergantung dari
pengkajian. Konsep teori yang difunakan penulis adalah model konseptual
keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan
menjadi 11 konsep yang meliputi :
Persepsi Kesehatan Pola Manajemen Kesehatan
a. Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan
di rumah.
b. Pola nutrisi Metabolik
c. Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien
dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan
mungkin terganggu oleh mual dan munta dampak dari anestesi.
Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka
tubuh dibersihkan dari bahan bahan yang melebihi kebutuhan dan
dari produk buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya
Observasi feses yang seperti karbon pada bayi yang lebih besar atau
anak kecil yang mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau distensi
abdomen
Bantu dengan prosedur diagnostik mis : endoskopi, radiografi
3. Kecemasan
4. Nyeri
Diagnosa
Intervensi
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
Tujuan :
Mempertahankan Berat Badan stabil / menunjukkan kemajuan peningkatan
Berat Badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal
Intervensi :
Pertahankan potensi selang Naso-gastrik. Jangan mengembalikan posisi
selang bila terjadi perubahan posisi.
Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
Tujuan :
Menyatakan nyeri hilang
Menunjukkan rileks, mampu tidur, dan istirahat dengan tepat
Intervensi:
Catat keluhan nyeri, durasi, dan intensitasn nyeri
Konstipasi berhubungan dengan. gangguan pasase feses, feses lama dalam
kolon dan rectum
Tujuan :
Menormalkan fungsi usus
Mengeluarkan feses melalui anus
Intervensi:
Kaji fungsi usus dan karakteristik tinja
Distres pernafasan berhubungan dengan distensi abdomen
Tujuan :
Pola nafas efektif, tidak ada gangguan pernafasan
Intervensi:
Observasi frekuensi / kedalaman pernafasan
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan colostomy
Tujuan :
Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda infeksi
Intervensi:
Observasi luka, catat karakteristik drainase
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya kolostomi
Tujuan:
Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi
Menerima perubahan kedalam konsep diri
Intervensi:
Dorong pasien/orang terdekat untuk mengungkapkan perasaannya
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber informasi
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi / proses penyakit, tindakan
dan prognosis
Intervensi:
Tentukan persepsi anak tentang penyakit
Implementasi
Seperti tahap lainnya dalam proses keperawatan fase pelaksanaan terdiri dari
a). Validasi rencana keperawatan
Suatu tindakan untuk memberikan kebenaran. Tujuan validasi data adalah
menekan serendah mungkin terjadinya kesalahpahaman, salah persepsi.
Karena adanya potensi manusia berbuat salah dalam proses penilaian.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12
minggu/3 bulan
Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik
didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi
antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
Klasifikasi
Klasifikasi atresia ani :
Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga
feses tidak dapat keluar.
Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum
dengan anus.
Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum (Wong, Whaley. 1985).
Penatalaksanaan medic dilakukan pembedahan dan pengobatan dengan
cara colostomy , Aksisi membran anal (membuat anus buatan),Fiktusi
yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan
dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)
B. SARAN
Asuhan keperawatan pada anak dengan atresia ani memerlukan perhatian
khusus dalam pelaksanaan proses keperawatan untuk itu perlu pemahaman dan
pengetahuan agar tercapai hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA