Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN PEMAKAIAN VENTILATOR

RUMAH SAKIT GATOEL

RUMAH SAKIT GATOEL


Pelayanan Profesional Sepenuh Hati

JL. Raden Wijaya 56 Mojokerto 61321 Jawa Timur Indonesia

Telp. (0321) 321681, Fax. 321684

IGD 082245625166

Email : rsgatoel@yahoo.co.id
RUMAH SAKIT GATOEL
Jalan Raden Wijaya No. 56 Mojokerto 61321
Telepon (0321) 321681 Fax (0321) 321684

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT


NO. XX-PRS/RSG/16.032-C

TENTANG
PANDUAN PEMAKAIAN VENTILATOR RAWAT INTENSIF
RUMAH SAKIT GATOEL

KEPALA RUMAH SAKIT GATOEL

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan Rumah Sakit Gatoel, maka diperlukan

Panduan Kriteria Masuk Keluar Rawat Intensif;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu

ditetapkan panduan kriteria masuk keluar rawat

intensif sebagai landasan bagi penyelenggaraan

pelayanan di Rumah Sakit Gatoel;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan

peraturan kepala Rumah Sakit Gatoel.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 2004 Tentang Kesehatan

3. Permenkes No. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi

Dan Perijinan Rumah Sakit.

4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008

Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

5. Surat Ijin Penyelenggaraan Rumah Sakit No.

445/4527/417.302/1/2013.
RUMAH SAKIT GATOEL
Jalan Raden Wijaya No. 56 Mojokerto 61321
Telepon (0321) 321681 Fax (0321) 321684

6. SK Direktur NMU No. XX-SURKP/NMU/13.009A

Tentang Stuktur Organisasi Rumah Sakit Gatoel.

7. SK Direktur NMU No. XX-SURKP/NMU/13.008

Tentang Pengangkatan Kepala Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

KESATU : PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT GATOEL

TENTANG PANDUAN PEMAKAIAN VENTILATOR

RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT GATOEL.

KEDUA : Peraturan Kepala Rumah Sakit tentang panduan

Pemakaian Ventilator Rawat Intensif sebagaimana

tercantum dalam lampiran Peraturan ini.

KETIGA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan nya,dan

apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan

dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan

sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Mojokerto
Pada Tanggal : 22 September 2016

PT. NUSANTARA MEDIKA UTAMA


RUMAH SAKIT GATOEL

Noer Evaliana, dr
Kepala Rumah Sakit
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT............................................................ ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Definisi ........................................................................................................ 1

1.2 Ruang Lingkup .......................................................................................... 1

1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2

BAB II. RUANG LINGKUP ................................................................................... 3

2.1 Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik ................................................. 3


2.2 Efek Ventilasi Mekanik ............................................................................. 3

2.3 Indikasi Pemasangan Dan Penghentian Ventilator ............................... 4

2.4 Indikasi Penghentian Ventilator (weaning) ............................................ 5

2.5 Setting Ventilator ....................................................................................... 6

2.6 Pengoperasian ventilator Mekanik .......................................................... 7

2.7 Monitor Pasien Dengan Ventilator .......................................................... 9

BAB III. DOKUMENTASI ..................................................................................... 11

BAB IV. PENUTUP .................................................................................................. 12

iv
Lampiran : Peraturan Kepala Rumah Sakit
Nomor : XX-PRS/RSG/16.032-C
Tanggal : 22 September 2016

PANDUAN PEMAKAIAN VENTILATOR

RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT GATOEL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Ventilator/ ventilasi mekanik adalah suatu alat yang digunakan untuk

membantu atau mengambil alih ventilasi pasien, sehingga proses respirasi

berjalan dengan baik. Pada pernafasan spontan, kontraksi otot-otot

pernafasan, menimbulkan suatu perbedaan tekanan antara ruang pleura dan

jalan nafas, sehingga terjadi aliran udara masuk ke paru. Karena suatu hal

terjadi maka aliran ini tidak dapat terjadi sehingga memerlukan bantuan

untuk memasukkan udara ke dalam paru.

Kapasitas fungsional residu (FCR) merupakan faktor penting untuk

dalam pengendalian ventilasi. FCR ini penting, karena berfungsi sebagai

buffer dari ventilasi alveolar. Kegagalan ventilasi biasanya disertai dari

penurunan FCR, misalnya pada ateletaksis, kelumpuhan otot dinding dada,

sehingga menyebabkan turunnya komplience paru terhadap dinding dada.

Tindakannya adalah mengembangkan alveoli dengan ventilasi mekanik.

1.2 Ruang Lingkup

1. Indikasi Pemasangan Ventilator.

1
2. Indikasi Penghentian Ventilator.

3. Seting ventilator

4. Cara pengoperasian ventilator

5. Macam-macam mode ventilator

6. Monitor pasien ventilator

1.3 Tujuan

Tujuan pemasangan ventilator yaitu untuk memberikan bantuan nafas

yang adekuat dan mengeluarkan CO2 tanpa menimbulkan efek yang tidak

diinginkan pada organ tubuh yang lain.

2
BAB II

TATA LAKSANA

2.1 Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik


1. Napas Spontan :

a. Diafragma dan otot intercostalis berkontraksi  rongga dada

mengembang terjadi tekanan (-)  aliran udara masuk ke paru dan

berhenti pada akhir inspirasi

b. Fase ekspirasi berjalan secara pasif

2. Pernapasan dengan ventilasi mekanik

a. udara masuk ke dalam paru karena ditiup, sehingga tekanan

rongga thorax (+)

b. pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif

c. ekspirasi berjalan pasif.

2.2 Efek Ventilasi Mekanik

1. Pada Kardiovaskuler

a. Akibat dari tekanan posistif pada rongga thorax  darah yang

kembali ke jantung terhambat  venous return menurun maka

cardiac out put menurun.

b. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi

microvaskuler akibat tekanan (+)  sehingga darah berkurang 

cardiac out put menurun.

c. Bila tekanan terlalu tinggi  bisa terjadi ex oksigenasi.

2. Pada organ Lain

a. Akibat cardiac out put menurun  perfusi ke organ lainpun akan

menurun seperti, hepar, ginjal, otak dan segala akibatnya.


3
b. Akibat tekanan (+) di rongga thorax darah yang kembali dari otak

terhambat  TIK meningkat.

2.3 Indikasi Pemasangan Dan Penghentian Ventilator

1. Indikasi Pemasangan Ventilator

a. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)

b. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.

c. Post Trepanasi dengan black out.

d. Respiratory Arrest

2. Gagal nafas dibagi menjadi 2 golongan:

a. Jenis hyposemia-hypocapnia/ normocapnia, yang ditandai:

1) Respirasi rate lebih dari 35x/mnt

2) Auskultasi dada mengalami penurunan/ tidak ada suara nafas

3) Nadi lebih dari 120x/ menit, irama disritmia

4) Status mental delirium/ kacau, somnolen

5) Penggunaan aksesori otot-otot pernafasan, kelelahan kerja

pernafasan

6) Bila ada pemeriksaan BGA, Pa CO2 > 50mmHg, PaO2 <

50mmHg dengan terapi oksigen, PH < 7,25

b. Jenis hypoksemia-Hyperkapnia, biasanya terjadi pada pasien

PPOM, terdapat pertimbangan lain:

1) Terdapat infeksi berat

2) PaO2, meskipun dengan terapi oksigen (<40mmHg)

PPOM biasanya jarang memerlukan ventilasi mekanik, dengan

terapi oksigen saja biasanya sudah menolong. Bila terpaksa

mamakai, akan mendapatkan beberapa kesulitan, yaitu pemakaian

akan lama, pasien akan sulit lepas dari ventilator.

4
2.4 Indikasi Penghentian Ventilator (weaning)

Weaning adalah suatu proses penyapihan pasien, dari penggunaan

ventilator. Proses weaning ini tergantung dari proses penyakit yang dialami

pasien. Kesulitan penyapihan ini terjadi karena adanya penyakit dasar yang

berat, seperti kelemahan otot-otot pernafasan.

1. Indikasi Penghentian Ventilator (weaning)

a. Permintaan pasien yang disampaikan

b. Kegagalan upaya medis

c. Pengurangan rasa sakit dan penderitaan.

d. Proses penyapihan berhasil.

2. Hal-hal yang perlu dicapai sebelum proses weaning:

a. frekuensi<25x/ menit dengan ventilator mekanik.

b. tekanan pncak kurang dari 30 cmH2O

c. inspiratory force > -20 cmH2O

d. Bila ada hasil BGA, PaO2 > 60mmHg dengan FiO2 < 50%.

3. Kalau hal-hal tersebut bisa dipenuhi, maka dapat dilakukan dengan

weaning dengan T-pice, observasi:

a. 5 menit pada jam I

b. 10 menit jam II

c. 15 menit jam III

d. Bila stabil coba dengan T-pice 4 jam

e. Bila frekuensi 25 x/menit, vital sign stabil, ekstubasi.

3. Weaning dianggap tidak berhasil bila:

a. Frekuensi nafas> 25x/menit

b. Tekanan darah naik > 30mmHg.

c. Nadi meningkat > 20x/menit

d. Disritmia

e. Pasien menggunakan otot pernafasan tambahan

5
f. Bila ada hasil BGA, analisa gas darah buruk.

2.5 Setting Ventilator

1. Langkah penyetelan ventilator

Kita harus melakukan penyetelan tubing:

a. Tubing inspirasi

Tubing ini menghubungkan antara sumber udara dari ventilator

masuk ke system humidifikasi lalu keluar dialirkan oleh tubing

yang ada kawat pemanasnya untuk penghangatan. Dari tubing ini

disambungkan ke Y-pice yang ada lubang sensor temperature. Pada

camber humidifikasi, kita melakukan penyetelan suhu yang

disesuaikan dengan suhu tubuh pasien.

b. Tubing Ekspirasi

Tubing ini sebagai jalur pengeluaran udara ekspirasi yang berawal

dari Y-pice, tubing ini dipisahkan menjadi 2 yang dibatasi oleh

tabung water traping untuk menampung hasil kondensasi/

pengembungan udara sisa ekspirasi. Tubing ini berakhir pada suatu

sensor ekspirasi yang berguna untuk mengetahui volume ekspirasi

jumlah aliran udara yang keluar dari sisa ekspirasi. Hasil dari

sensor ini akan distorsikan dalam bentuk gambar grafik dan angka.

2. Pemanasan Ventilator

Pemanasan ventilator ini penting untuk melakukan evaluasi dan

pengetesan ventilator sudah sesuai dengan setting apa belum, sehingga

waktu digunakan pada penderita sudah benar-benar siap untuk

digunakan. Selain untuk tujuan itu, pemanasan digunakan untuk

melakukan adaptasi mesin biar bekerja dengan stabil. Pemanasan ini

sebaiknya 15-30menit sebelum ventilator digunakan.

6
2.6 Pengoperasian ventilator Mekanik

1. Persiapan alat

a. Ventilator lengkap dan siap pakai

b. Spirometer

c. Air viva (ambubag)

d. Set penghisap sekresi

e. Spuit 10cc

2. Persiapan pasien

a. Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan

dilakukan

b. Posisi pasien diatur sesuai dengan kondisi pasien

3. Pelaksanaan

a. Mencuci tangan

b. Pada pasien dengan pernafasan kendali

1) Menghisap sekresi

2) Bekerjasama dengan dokter menentukan pola pernafasan

3) Menilai volume udara yang masuk dengan cara membaca

jarum petunjuk pada ventilator

4) Menentukan sistem alarm volume udara yang masuk/tekanan

udara, sesuai dengan jenis ventilator yang digunakan

5) Menentukan sensitivitas kearah negatif 20cm H2O bagi pasien

dengan resusitasi otak

c. Konektor

d. Pada pasien dengan pernafasan assistol

1) Menghisap sekresi

2) Bekerjasama dengan dokter menentukan pola assistol dengan

cara :

7
a) Menentukan sensitivitas sesuai dengan jenis ventilator

yang digunakan

b) Mengatur ventilator dengan frekuensi pernafasan

10x/menit, agar bila pasien apnoe ventilator dapat

membantu pernafasan

c) Menentukan tidal volume disesuaikan dengan frekuensi

pernafasan yang disiapkan yaitu 10x/menit

3) Menghubungkan ventilator ke pasien dengan memakai

konektor

4) Melakukan observasi setiap 30 menit antara lain

a) Kerja ventilator

b) Tensi, nadi, pernafasan dan tanda-tanda syanotik

c) Tanda-tanda fighting (penolakan bantuan ventilator)

e. Pasien dengan pernafasan ” sincronyze intermitten mandatory

ventilation ” (SIMV)

1) Menghisap sekresi

2) Bekerjasama dengan dokter menentukan pola pernafasan SIMV

dengan cara

a) Mengatur ventilator sesuai dengan pola nafas (SIMV)

b) Menyesuaikan frekuensi pernafasan ventilator dengan

frekuensi pernafasan pasien sesuai dengan ventilator yang

digunakan

c) Menghubungkan ventilator ke pasien dengan konektor

3) Melakukan observasi setiap 30 menit antara lain

a) Kerja ventilator

b) Tensi, nadi, pernafasan dan tanda-tanda syanosis

c) Tanda-tanda fighting

8
f. Pada pasien dengan pernafasan ” Possitive End Expiratory

Pressure” (PEEP)

1) Menentukan tekanan positif sesuai kondisi pasien

2) Pola nafas kendali dengan PEEP. Cara kerjanya sama dengan

pasien pernafasan kendali, ditambah dengan pernafasan katup

pada slang ekspirasi

3) Pola nafas assistol dengan PEEP, cara kerjanya sama pada

pasien dengan pernafasan assistol ditambah dengan

pemasangan katup slang ekspirasi

4) Pola nafas SMV dengan PEEP, cara kerjanya sama dengan

pasien dengan SMV, ditambah dengan pemasangan katup pada

slang ekspirasi

g. Pada pasien dengan pernafasan ”Continuous Positive Airway

Pressure” (CPAP)

1) Mengatur ventilator ke arah continuous positive airway

pressure (CPAP) pada pasien yang sudah bernafas spontan

2) Menghubungkan slang ekspirasi kedalam botol berisi air untuk

pasien yang sudah tidak memakai ventilator, tetapi masih

memerlukan tekanan positif pada akhir ekspirasi .Besarnya

tekanan positif dalam alveoli sama dangan panjang slang

ekspirasi yang masuk kedalam air

2.7 Monitor Pasien Dengan Ventilator

1. Monitor tanpa alat:

a. Frekuensi nafas

b. Pola nafas

c. Gerak nafas kiri-kanan

d. Tanda hipoksia

9
e. Kerja otot nafas tambahan

f. Komunikasi penilaian kesadaran, kekooperatifan pasien

g. Mencegah data palsu

2. Monitor dengan alat

a. Langsung:

1) Saturasi O2

2) Frekuensi nafas

3) FiO2

4) Tekanan jalan nafas (airway pressure)

5) Tidal volume (expiratory minut volume)

6) PEEP

7) BGA

b. Tak Langsung

1) Shunt, muncul dalam monitor pada ventilator

2) Compliance, muncul dalam monitor pada ventilator

3) Suplai O2

10
BAB III

DOKUMENTASI

Setiap pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon klien terhadap

tindakan keperawatan wajib didokumentasikan sebagai bentuk

pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan

yang sudah dilakukan perawat terhadap pasien sesuai kebijakan yang berlaku,

karena dokumentasi keperawatan merupakan dokumen legal dalam sistem

pelayanan keperawatan, sehingga diharapkan melalui dokumentasi yang baik

maka informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara

berkesinambungan. Dokumentasi pasien yang menggunakan ventilator,

menggunakan lembar observasi khusus ICU.

Kesimpulan :

Pemakaian ventilator, memerlukan observasi dan monitor yang sangat

ketat. Yang dimonitor adalah perubahan fisiologis dan perubahan-perubahan

dari terapi yang diberikan. Monitoring ini sangat bervariasi tergantung

individual dan fasilitas yang ada. Dasarnya adalah:

1. Apakah prosedur monitoring atau pengukuran tersebut diperlukan,

misalkan pemeriksaan laborat.

2. Apakah cukup aman bagi pasien

3. Apakah ada manfaatnya.

4. Apakah tidak membebani biaya

5. Apakah data-datanya dapat dipercaya

11
BAB V

PENUTUP

Demikianlah Panduan Pemakaian Ventilator ini dibuat, supaya menjadi

panduan dalam melakukan tindakan pelayanan di Rumah Sakit Gatoel.

Apabila dikemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Panduan

Pemakaian Ventilator ini, maka akan dilakukan penyempurnaan pada

penyusunan panduan selanjutnya.

Ditetapkan di : Mojokerto
Pada Tanggal : 22 September 2016

PT. NUSANTARA MEDIKA UTAMA


RUMAH SAKIT GATOEL

Noer Evaliana, dr
Kepala Rumah Sakit

12

Anda mungkin juga menyukai