Anda di halaman 1dari 39

PEDOMAN

PELAYANAN ICU/ICCU/HCU

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas
berkat dan rahmatnya buku pedoman pelayanan ICU/ICCU/HCU dapat
diselesaikan.
Dengan adanya pedoman pelayanan pasien diruang intensif diharapkan
dapat dijadikan acuan dalam melakukan kegiatan meliputi: standar
ketenagaan, standar fasilitas, tata laksana pengelolaan sesuai standar.
Buku pedoman ini akan dievaluasi secara berkala dan akan dilakukan
penyesuaian mengacu pada kondisi yang ada
Ucapan terimakasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan pedoman ini. Semoga tujuan
untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dapat tercapai khususnya
diintensif care unit

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Serang, 23 Februari 2023

dr. Andre Aditya, Sp.An

i
TIM PENYUSUN PEDOMAN PELAYANAN ICU/ICCU/HCU
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

1. dr. Andre Aditya, Sp.An


2. dr. Anna Cristanti D.V, Sp.An
3. dr. Robert Sihombing, Sp.An
4. dr. Adimas Fajar Hartanto, Sp.An
5. dr. Edwin Manahara. P.S, Sp.An
6. Selvi Carolina, S.Kep.,Ners
7. Heppy Maelani Syamsu, S.Kep.,Ners
8. Rian Heryana Pratama, S.AP

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
TIM PENYUSUN PEDOMAN PELAYANAN ICU/ICCU/HCU................................ii
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN.................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan Pedoman......................................................................................2
C. Ruang Lingkup pelayanan.......................................................................2
D. Batasan Operasional................................................................................2
E. Landasan Hukum....................................................................................3
BAB II STANDAR KETENAGAAN.......................................................................4
A. Kualifikasi Sumber Daya..........................................................................4
B. Distribusi Ketenagaan..............................................................................7
C. Pengaturan Jaga.......................................................................................8
BAB III STANDAR DAN FASILITAS....................................................................9
A.Denah Ruangan.........................................................................................9
B. Standar Fasilitas.....................................................................................11
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.............................................................16
A. Klasifikasi Pelayanan ICU......................................................................16
B. Indikasi Masuk dan Keluar ICU/ICCU...................................................17
C. Indikasi masuk dan keluar HCU............................................................21
D. Persiapan Penerimaan Pasien................................................................22
E. Pencatatan dan Monitoring Pasien.........................................................22
F. Prosedur Medik......................................................................................23
G. Monitoring dan Evaluasi........................................................................24
BAB V LOGISTIK............................................................................................25
BAB VI KESELAMATAN PASIEN.....................................................................27
A. Definisi..................................................................................................27
B. Tujuan...................................................................................................27
C. Standar Patien Safety............................................................................27
D. Alur pelaporan Keselamatan Pasien.......................................................27
BAB VII KESELAMATAN KERJA.....................................................................29
A. Pengertian...............................................................................................29
B. Tujuan....................................................................................................29
C. Tata Laksana Keselamatan Karyawan....................................................29
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU....................................................................30
BAB IX PENGEMBANGAN PELAYANAN..........................................................31
BAB IX PENUTUP...........................................................................................33

iii
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN
NOMOR :

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI ICU/ICCU/HCU

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN,

Menimbang : a. Bahwa pelayanan terapi intensif di rumah


sakit merupakan salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang saat ini peranannya
berkembang cepat;
b. Bahwa Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK 02.02/Menkes/251/2015 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Anestesiologi
dan Terapi Intensif adalah sesuai tujuan
pelayanan kesehatan;
c. Bahwa Keputusan Menteri Kesehatan No
19/Menke/PER/III/2011 adalah sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran dan bahwa di dalam
penjelasannya disebutkan bahwa Instalasi
Anestesiologi dan Terapi Intensif akan memberi
pelayanan Anestesi perioperatif, resusitasi,
terapi intensif pasien kritis dan pelayanan
nyeri serta sedasi
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana yang dimaksud pada huruf a
sampai c, perlu menetapkann surat Keputusan
Direktur tentang pemberlakuan pedoman
pengorganisasian pelayanan terapi intensif.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.
1144/Menkes/PER/VIII/2010 tentang
organisasi dan tata kerja
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 519/
Menkes/ PER/III/2011 tentang Pedoman
Pelayanan Anestesiologi dan terapi intensif di
Rumah Sakit.
iv
5. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Banten No. 188/024/Akre-RSUB/2018
tentang Kebijakan Pemberian Pelayanan
Anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam)
RSUD Banten

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PEDOMAN PELAYANAN ICU/ICCU/HCU
KESATU : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Instalasi
ICU/ICCU/HCU sebagaimana terlampir dalam
Surat Keputusan Direktur ini.
KEDUA : Keputusan Direktur ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dengan ketentuan bahwa segala
sesuatunya akan disesuaikan sebagaimana
mestinya, bila kemudian hari ternyata terdapat
kesalahan dalam peraturan ini.

Ditetapkan di Serang
Pada tanggal Februari 2023

DIREKTUR,
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

DANANG HAMSAH NUGROHO

v
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul


pada saat pasca bedah.Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale
mengusulkan anestesi sampai ke masa pasca bedah. Dimulai sekitar
tahun 1942, Mayo Clinic membuat suatu ruangan khusus dimana
pasien-pasien pasca bedah dikumpulkan dan diawasi sampai sadar dan
stabil fungsi-fungsi vitalnya, serta bebas dari pengaruh sisa obat
anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar merupakan suatu awal untuk
melanjutkan pelayanan dari pelayanan sebelumnya dan sampai pada
pelayanan pasca bedah.
Evolusi Intensive Care bermula dan timbulnya wabah poliomyelitis
di Scandinavia pada sekitar awal tahun 1950, dijumpai banyak kematian
yang disebabkan oleh kelumpuhan otot-otot pernapasan. Dokter spesialis
anestesiologi dipelopori oleh Bjorn Ibsen pada waktu itu, melakukan
intubasi dan memberikan bantuan napas secara manual mirip yang
dilakukan selama anestesi. Dengan bantuan para mahasiswa kedokteran
dan sekelompok sukarelawan mereka mempertahankan nyawa pasien
poliomyelitis bulbar dan bahkan menurunkan mortalitas menjadi
sebanyak 40%, dibandingkan dengan cara sebelumnya yakni penggunaan
iron lung yang mortalitasnya sebesar 90%. Pada tahun 1852 Engstrom
membuat ventilasi mekanik bertekanan positif yang ternyata sangat
efektif untuk memberi pernapasan jangka panjang.Sejak saat itulah ICU
dengan perawatan pernapasan mulai terbentuk dan tersebar luas.
Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca
bedah atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu
sendiri yaitu intensive care medicine. Ruang lingkup pelayanannya
meliputi dukungan fungsi organorgan vital seperti pernapasan,
kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainnya, baik pada
pasien dewasa atau pasien anak. Rumah Sakit sebagai salah satu
penyedia pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus
dapat memberikan pelayanan ICU yang fungsional dan berkualitas
dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada unit perawatan
intensif (ICU), perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan
berbagai tenaga fungsional yang terdiri dan multidisiplin ilmu yang
bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim multidisiplin yang kuat
sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien. Selain itu
dukungan sarana, prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam
rangka meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat
diperlukannya tenaga-tenaga khusus, terbatasnya sarana dan prasarana,
serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan ICU perlu
dikonsentrasikan.
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dan rumah sakit yang
mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit, cedera atau penyu1it yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia. ICU menyediakan
kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk
menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan dokter,

1
perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan
tersebut.

Unit Pelayanan Intensif adalah ruang perawatan terpisah yang


berada dalam Rumah Sakit, dikelola khusus untuk perawatan pasien
dengan kegawatan yang mengancam nyawa akibat penyakit, pembedahan
atau trauma dan diharapkan dapat disembuhkan (reversible) dan
menjalani kehidupan social dengan terapi intensif yang menunjang
(support fungsi vital tubuh) pasien tersebut selama masa kegawatan.
Terapi suportif dengan obat dan alat meliputi fungsi pernapasan,
sirkulasi, sistem syaraf pusat, sistem pencernaan, ginjal, dll.Yang
bertujuan agar ancaman kematian dapat dikurangi dan harapan sembuh
kembali normal dapat ditingkatkan.
Sedangkan High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan Rumah
Sakit bagi pasien dengan kondisi stabil dan fungsi respirasi,
hemodinamik, dan kesadaran, namun masih memerlukan pengobatan,
perawatan dan pemantauan secara ketat.
B. Tujuan Pedoman
Pelayanan ICU bertujuan mengelola pasien yang sakit serius
sehingga ancaman kematian dapat dikurangi dan harapan sembuh
kembali normal dapat ditingkatkan. Selain itu pelayanan ICU juga
bertujuan meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan secara
optimal melalui upaya penyelenggaraan asuhan keperawatan intensif,
akurat dan tepat. Sedangkan tujuan pelayanan HCU untuk
meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien, Dengan mengetahui
secara dini perubahan yang membahayakan, sehingga bisa dengan segera
dipindahkan ke ICU untuk dikelola lebih baik, serta Meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pelayanan ICU bagi pasien kritis stabil yang
hanya membutuhkan pelayanan di HCU.
Tujuan dibuatnya pedoman pelayanan ini adalah untuk
meningkatkan pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamatan
pasien. Sedangkan tujuan khusus dibuatnya Pedoman Pelayanan
ICU/ICCU/HCU adalah sebagai berikut :
1. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ICU/ICCU/ HCU di
Rumah Sakit Umum Daerah Banten
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien
ICU/ICCU/HCU di Rumah Sakit Umum Daerah Banten
3. Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU/ICCU/HCU di di
Rumah Sakit Umum Daerah Banten

C. Ruang Lingkup pelayanan


Pelayanan di Instalasi Rawat Intensif rumah sakit meliputi
penanganan kasus ICU/ICCU dan HCU

D. Batasan Operasional
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan RS dan Standar Prosedur Operasional.
1. Pelayanan ICU/ICCU, meliputi dukungan fungsi organ-organ vital
seperti pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan
lain-lainya.

2
2. Pelayanan HCU
Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil
yang membutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat.
E. Landasan Hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah


sebagai berikut :
1. KMK No. 129//MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rs
2. PMK No. 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan
KedokteraN
3. Kepmenkes RI No 004/Menkes/SK/I/2003 Tentang Kebijakan Dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan
4. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
5. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

3
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya
Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di ICU/ICCU/HCU harus
mempunyai pengetahuan yang memadai, mempunyai ketrampilan yang
sesuai dan mempunyai komitmen terhadap waktu.
1.1. Tenaga Medis.
Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi
standar kompetensi berikut :
a) Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi
melalui program pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh
perhimpunan profesi yang terkaitMenunjang kualitas pelayanan
ICU/ICCU/HCU dan menggunakan sumber daya ICU/ICCU/HCU
secara efesien
b) Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam
pelayanan Intensif
c) Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan
pelayanan 24 jam/hari, 7 hari/minggu
d) Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :
1) Sampel darah arteri
2) Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk
intubasi trakeal, trakeostomi perkutan dan ventilasi mekanis
3) Mengambil kateter intravaskuler untk monitoring invasive
maupun terapi invasif misalnya; peralatan monitoring,
termasuk Kateter vena central (CVP)
4) Resusitasi jantung paru
5) Pipa torakostomi
e) Melaksanakan dua peran utama :
1) Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan
pelayanan di ICU , menggabungkan dan melakukan titrasi
pelayanan pada pasien penyakit kompleks atau cedera
termasuk gagal organ multi-sistem. Dalam mengelola pasien,
dokter intensivis dapat mengelola sendiri/ ICU atau
berkolaborasi dengan dokter lain. Seorang dokter intensivis
mampu mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi seperti :
a. Hemodinamik tidak stabil
b. Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan
tunjangan ventilasi mekanis
c. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi
intracranial
d. Gangguan atau gagal ginjal akut
e. Gangguan endokrin dan/ atau metabolic akut yang
mengancam nyawa
f. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi

2)  Manajemen Unit.

4
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas
manajemen unit yang diperlukan untuk memberi pelayanan-
pelayanan ICU/ICCU/HCU yang efisien, tepat waktu dan
konsisten. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi antara lain :
a. Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien
b. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit
c. Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang
berkelanjutan termasuk supervisi koleksi data
d. Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk
menjamin kelancaran pelayanan di ICU/ICCU/HCU
e. Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical
care medicine.
f. Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca
literature kedokteran.
g. Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter
berkelanjutan
h. Menguasai standar-standar untuk unit critical care. Ada dan
bersedia untuk berpartisipasi pada perbaikan kualitas
interdisipliner.

Dokter Jaga ICU, merupakan dokter umum yang bertugas jaga


di ICU dan sudah mendapatkan wewenang untuk melakukan
pelayanan dan tindakan medic di Rumah Sakit Umum Daerah Banten
Sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki. Melaksanakan
tugasnya sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab atas kelancaran pelayanan di Unit Pelayanan
Intensif
b. Bertanggung jawab terhadap keakuratan pemberian terapi
c. Bertanggung jawab atas ketetapan / kebenaran laporan kegiatan
d. Bertanggung jawab atas ketetapan dan kesesuaian antara rencana
dengan realisasi.
e. Membina, dan menilai, pelaksana pekerjaan pengawasan
f. Memberikan instruksi lisan maupun tertulis pada Staf di Unit
Pelayanan Intensif
g. Meminta arahan dari atasan langsung /kepala unit intensif/wadir
pelayanan medis Berkoordinasi dengan tim keperawatan intensif
dalam penyelenggaraan pelayanan di unit intensif
h. Mengenali kondisi pasien-pasien di ruang Unit Pelayanan Intensif.
i. Mengenali kegawatan dan kondisi yang mengarah pada kegawatan
pada pasien-pasien di ruang Unit Pelayanan Intensif.
j. Mengepalai penanganan kegawatan di ruang Unit Pelayanan
Intensif.
k. Berkomunikasi dengan dokter spesialis yang menangani pasien-
pasien di ruang Unit Pelayanan Intensif.
l. Membantu tugas DPJP dalam menyampaikan informasi medis
kepada pasien atau keluarga yang membutuhkan penjelasan
diluar waktu visite DPJP.

5
2.3. Tenaga Keperawatan.
Jumlah perawat diICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur dan
ketersediaan ventilasi mekanik.
Perbandingan perawat : pasien 1:1, sedangkan perbandingan perawat :
pasien yang tidak menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:2.
Perawat intensif terlatih kompetensi dasar perawatan kritis baik
kompetensi dasar minimal maupun kompetensi khusus/lanjut.

KOMPETENSI DASAR MINIMAL KOMPETENSI KHUSUS / LANJUT


1. Memahami konsep 1. Seluruh kompetensi dasar no.1
keperawatan intensif. s/d 21
2. Memahami issue etik dan
hukum pada perawatan intensif. 2. Mengelola pasien yang
3. Mempergunakan ketrampilan menggunakan ventilasi mekanik.
komunikasi yang efektif untuk
mencapai asuhan yang optimal. 3. Mempersiapkan pemasangan
4. Melakukan pengkajian dan kateter arteri.
menganalisa data yang di
dapat,khususnya mengenai : 4. Mempersiapkan pemasangan
henti napas dan jantung, status kateter venasentral.
pernapasan, gangguan irama
jantung, status hemodinamik 5. Mempersiapkan pemasangan
pasien dan status kesadaran kateter arteri pulmonal.
pasien.
5. Mempertahankan bersihan jalan 6. Melakukan pengukuran curah
napas pada pasien yang jantung
terpasang endotracheal tube
6. Mempertaahankan patensi jalan 7. Melakukan pengukuran tekanan
nafas dengan menggunakan ETT vena sentral.
7. Melakukan fisioterapi dada.
8. Memberikan terapi inhalasi.
8. Melakukan persiapan
9. Mengukur saturasi oksigen pemasangan Intra Aortic Baloon
dengan menggunakan pulse Pump (IABP).
oximetri. 9. Melakukan pengelolaan asuhan
10. Memberikan terapi oksigen keperawatan pasien yang
dengan berbagai metode. terpasang IAPB.
11. Melakukan monitoring 10. Melakukan persiapan
hemodinamik non invasive. pemasangan alat hemodialisis,
12. Memberikan BLS (basic life hemofiltrasi (Continous arterial
support) dan ALS (Advanced life Venous Hemofiltration (CAVH)),
support) Continous Venous Venous
13. Melakukan EKG. Hemofiltration (CAVVH)).
14. Melakukan interpretasi hasil 11. Melakukan pengelolaan
rekaman EKG. pengukuran tekanan intra
15. Melakukan pengambilan darah
cranial.
untuk periksa AGD 12. Melakukan pengelolaan pasien
16. Melakukan interpretasi hasil yang terpasang kateter invasive
(Arteri line, cup line, kateter
AGD.
swan Ganz).
17. Mempersiapkan pemberian terapi
13. Melakukan Pengelolaan pasien
melalui syringe pump dan infuse
yang menggunakan terapi
pump.
trombolitik.
18. Melakukan pengelolaan pasien
14. Melakukan pengukuran

6
dengan nutrisi parental. PETCO2 (Konsentrasi CO2 pada
19. Melakukan pengelolaan pasien akhir ekspirasi).
dengan terapi cairan intravena.
20. Melakukan pengelolaan pasien
dengan sindroma coronare akut.
Melakukan penanggulangan
infeksi

B. Distribusi Ketenagaan

PELATIHAN JUMLAH
NAMA KUALIFIKASI JUMLAH
NO PENDIDIKAN YG PERNAH KEBUTU
JABATAN MINIMAL SAAT INI
DIIKUTI HAN
1 Ka. Instalasi Dokter 1. Gelar - Pelatihan 1 1
ICU Spesialis Spesialis EWS dan
Anesthesi Anestesi code blue
Pelatihan 2. Pengalama - Pelatihan
ACLS dan n minimal BHD
BLS 4 tahun - Pelatihan
peanganan
nyeri
- Pelatihan
Komunikasi
Efektif
2 Ka. Perawat S1 1. Pendidikan 1. Pelatihan • 1 (ICU • 1 (ICU)
Intensif Keperawatan Minimal BTCLS • 1 HCU • 1HCU)
+NERS Ners 2. Pelatihan
2. Pelatihan BLS
Manajemen 3. Pelatihan
Ruangan ICU Dasar
3. Bersertifikat 4. Pelatihan
Pelatihan CI/Preseptor
intensive ship
3 PPJA/KATI S1 1. Pendidikan 1. Pelatihan 1. 2 (ICU) • 4(ICU)/
M Keperawatan Minimal BTCLS HCU
+NERS Ners 2. Pelatihan
2. Perawat ICU dasar
Klinik/PK 3. Pelatihan
II
3. Bersertifika
4. BLS
Pelatihan
t Pelatihan
preceptorshi
intensive
p
dasar
4. BTCLS
3 Perawat D3 • Pendidikan A. Pelatihan Perbanding a. 36(ICU)
Pelaksana Keperawatan Minimal D3 BLS an perawat )
S1 • Masa Kerja B. Pelatihan : pasien = b. 12 HCU
Keperawatan > BTCLS 1:2
4 tahun C. Pelatihan (pasien
untuk D3, > ICU dasar tanpa
3 tahun ventilator),
untuk Ners 1:1 (pasien

7
• Bersertifika dengan
t Pelatihan ventilator)
Intensive
dasar
• BLS
4 Pengadimin S1 UMUM 1.Pel.K3RS 1.Pel.K3RS 1. ICU 1 (ICU)
strasi 2.Pel.BLS
Umum 3. Pel. PPI 2 Pel.BLS
Dasar
4. Pel. 4 Pel.
Komunikasi Komunikasi
Efektif Efektif

C. Pengaturan Jaga

Jam dinas:
1. Dinas Pagi      : 07.00-14.00
2. Dinas Siang    : 14.00-21.00
3. Dinas Malam : 21.00-07.00
4. Dokter spesialis    Anestesiologi    siap    24    jam    menangani    kasus
kegawatan  ICU
5. Dokter spesialis konsulen siap 24 jam menangani kasus kegawatan ICU
6. Tenaga perawat siap 24 jam melayani kasus ICU/HCU  (terjadwal).

BAB III STANDAR DAN FASILITAS

8
A.Denah Ruangan

Denah ICU

1. Denah HCU CENDERAWASIH 1


.

4.

9
B. Standar Fasilitas

DAFTAR INVENTARIS RUANGAN ICU

Daftar Alkes
KONDISI Ket.
NAMA/
No JUMLAH RUSAK
JENIS MERK
. BARANG BAIK RINGA RUSAK
BARANG
N BERAT
ALA T MEDIS
Bed Side
1 Monitor 20 PHLLIPS
(BSM) 18 2
MONNAL T 1
7 75 AIR pinjam
LIQUIDE 1 picu
2 Stephan 2
4 1
2 Ventilator pinjam
MEK: sum 2 4 PICU
1
dipinja
6 Phllips
m
6 IGD
Suction
3 central 19
regulator Allied 19
Oksigen
4 18
regulator 18
13 enmind 13
6 Medcaptain 5 1
5 Infust pump
3 mindray 2 2
1 B-braun 1
11 Enmind 11
7 terumo 2 5
Syringe
6 14 Medcaptain 13 1
pump
3 B-Beraun 3
10 mindray 10
7 Stetoscope 7 ABN 7
Meja
8 18
Observasi Custom 18
9 Defibrilator 1 Phllips 1
Thermometer
10 1
gun RGB 1
11 Troly 2 Hanlim 2
Emergency
3 Riester 2 1
Laringoscope

10
12 Dewasa
Resusitator 18
13 Dewasa Ambu 1
3
14 Urinal - 3
15 Oksimetri 1 Elitech 1
16 Standar 27
infus 27
16 Torniquet 6 - 6
Sonny, tipe
17 Mesin USG 1
orosan F75 1
18 3 BEX 4
Suction
1
Portabel medella 1
3 MAK 3
Troli hospital
19
tindakan 5 Mayo stand 5
2 Paramaount 2
20 Lemari obat 1 BMC-203 1

Daftar Tenun

No. Nama Barang Jumlah


1 Linen 20
2 Sarung Bantal 20
3 Selimut 20

Daftar ATK

No. Nama Barang Jumlah


1 Meja NS 3
2 Kursi NS 19
3 Kursi keluarga 6
4 Lemari form 2

Barang Habis Pakai

1. Handscoon
2. Masker
3. Alkohol 70%
4. Betadine
5. Plester
6. Softamen
7. Gelang risiko

11
Alat Non Medis

KONDIS
NAMA/JENIS JUMLAH I
No. MERK
BARANG BARANG RUSAK RUSAK
BAIK
RINGAN BERAT
ALA T NON MEDIS
1 AC (split) 4 Daikin 4
2 AC standing 3 TCL 3
3 TV 1 Sharp 1
4 Kulkas obat 2 Sharp 2
5 Lemari Kaca 3 Blesmed 3
Hospital
Lemari besi
6 2 Equipment 2
7 Lemari Kayu 4 4
8 Meja kerja kayu 7 7
Kursi Penunggu
9 pasien 6 6
10 Jam Dinding 2 Seiko 2
Tempat Sampah Medical
11 Medis 17 waste 17
12 T. Sampah Non 4 Krisbow 4
Medis
13 T. Linen Kotor 1 1
14 Kom besar 6 Cito 6
medical
15 Loker petugas
4 Brother 3
1 Brother 1
Lemari Kaca 1 VIP 1
16
1 Unitrend 1

2.DAFTAR INVENTARIS RUANGAN HCU

Daftar Alkes
KONDISI Ket
No NAMA/JENIS JUMLAH RUSAK
MERK
. BARANG BARANG BAIK RINGA RUSAK
N BERAT
AL AT MEDIS
Bed Side
1 Monitor 6 PHLLIPS
(BSM) 6
5 gerlink 5
2 HFNC 5 optiflow 5
5 respicare 4

12
Suction
3 2 medela
mobile 2
Oksigen
4 6
regulator 6
5 Infust pump 14 enmind 14
7 Medcaptain 7
7 B-braun 4 3
5 Enmind 5 1
6 Syringe
10 Medcaptain 11
pump
10 B-Beraun
7 mindray 7
7 Stetoscope 2 ABN 2
Meja
8 6 Custom
Observasi 6
9 Defibrilator 1 Phllips 1
Thermometer
10 1 RGB
gun 1
11 Troly 2 Hanlim 2
Emergency
Laringoscope 1
12
Dewasa hiene 1
Resusitator 2
13 Ambu 2
Dewasa
2 - 2
14 Urinal
15 Oksimetri 1 Elitech 1
16 Standar infus 11 11
17 Torniquet 2 - 2
18 Troli 6 6
tindakan
19 Lemari obat 3 BMC-203 3

a. Daftar Tenun

No. Nama Barang Jumlah


1 Linen 10
2 Sarung Bantal 10
3 Selimut 10

b. Daftar ATK

No. Nama Barang Jumlah


1 Meja NS 3
2 Kursi NS 4
3 Kursi keluarga 6
4 Lemari form 2

c. Barang Habis Pakai

13
1. Handscoon
2. Masker
3. Alkohol 70%
4. Betadine
5. Plester
6. Softamen
7. Gelang risiko

d. Alat Non Medis

KONDIS
NAMA/JENIS JUMLAH I
No. MERK
BARANG BARANG RUSAK RUSAK
BAIK
RINGAN BERAT
ALA T NON MEDIS
1 AC (split) 4 Daikin 4
2 AC standing 1 daikin 1
3 TV 1 Sharp 1
4 Kulkas obat 1 Sharp 1
6 Lemari Kayu 1 Unitrend 1
Kaca
7 Meja kerja kayu 1 1
Kursi Penunggu
8 pasien 2 2
9 Jam Dinding 2 Seiko 2
Tempat Sampah
10 Medis 6 Krisbow 6
T. Sampah Non Medical
11 Medis 4 waste 4
12 T. Linen Kotor 1 1
13 Kom besar 6 6
14 Loker petugas 2 2
1 Brother 1
15 1 VIP 1
Lemari Kaca 1 Unitrend 1

14
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Klasifikasi Pelayanan ICU


Dalam menyelenggarakan pelayanan di rumah sakit, pelayanan
intensive dibagi dalam beberapa klasifikasi pelayanan. Jenis tenaga dan
kelengkapan pelayanan menentukan klasifikasi pelayanan di rumah
sakit tersebut atau sebaliknya.
KEMAMPUAN PELAYANAN
No
PRIMER SEKUNDER TERSIER
a) Resusitasi jantung Resusitasi jantung Resusitasi
paru paru jantung paru

b) Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan


napas, termasuk napas, termasuk napas, termasuk
intubasi trakeal dan intubasi trakeal dan intubasi trakeal
ventilasi dan ventilasi
ventilasi mekanik
mekanik
mekanik
c) Terapi oksigen Terapi oksigen Terapi oksigen

d) Pemasangan kateter Pemasangan kateter Pemasangan


vena sentral vena sentral dan kateter vena
arteri sentral, arteri,
Swan Ganz dan
ICP monitor

e) Pemantauan EKG, Pemantauan EKG, Pemantauan


pulse oksimetri dan pulse oksimetri, EKG, pulse
tekanan darah non tekanan darah non oksimetri,
invasive invasive dan invasive tekanan darah
non invasive dan
invasive, Swan
Ganz dan ICP
serta ECHO
Monitor

f) Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi Pelaksanaan


secara titrasi secara titrasi terapi secara
titrasi

g) Pemberian nutrisi Pemberian nutrisi Pemberian nutrisi


enteral dan parental enteral dan parental enteral dan
parental

h) Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


laboratorium laboratorium khusus laboratorium
khusus khusus dengan

15
dengan cepat dan dengan cepat dan cepat dan
menyeluruh menyeluruh menyeluruh

i) Memberikan Memberikan Memberikan


tunjangan fungsi tunjangan fungsi tunjangan fungsi
vital dengan alat- vital dengan alatalat vital dengan
alat portable selama portable selama alatalat portable
transportasi pasien transportasi pasien selama
gawat gawat transportasi
pasien gawat

j) Kemampuan Melakukan fisioterapi Melakukan


melakukan dada fisioterapi dada
fisioterapi dada
k) - Melakukan prosedur Melakukan
isolasi prosedur
isolasi

l) - Melakukan Melakukan
hemodialysis hemodialysis
intermiten dan intermiten dan
kontinyu
kontinyu

B. Indikasi Masuk dan Keluar ICU/ICCU


Sebelum pasien dimasukkan ke intensive, pasien dan/atau keluarganya
harus mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di
intensif, serta tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan
selama pasien dirawat di ruangan intensive. Penjelasan tersebut
diberikan oleh DPJP atau dokter yang bertugas. Atas penjelasan
tersebut pasien dan/atau keluarganya dapat menerima/menyatakan
persetujuan untuk dirawat di ruangan intensive. Persetujuan
dinyatakan dengan menandatangani formulir informed consent.
Pada keadaan sarana dan prasarana ruang intensif yang terbatas pada
suatu rumah sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas
apabila kebutuhan atau permintaan akan pelayanan ruang intensive
lebih tinggi daripada kemampuan pelayanan yang dapat diberikan.
Kepala Intensif bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan
pasien di ruang Intensif. Bila kebutuhan masuk ruang Intensif melebihi
tempat tidur yang tersedia, Kepala ruang Intensif menentukan
berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang akan dirawat di
ruang Intensive. Prosedur untuk melaksanakan kebijakan ini harus
dijelaskan secara rinci untuk tiap ruang Intensif. Kriteria masuk ruang
Intensive memberikan pelayanan antara lain pemantauan yang canggih
dan terapi yang intensif.

16
Kriteria Masuk ICU berdasarkan prioritas
Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang
memerlukan terapi intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan
pasien yang memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian
objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya digunakan
untuk menentukan prioritas masuk ke ruang Intensive
a. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan
ventilasi dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-
obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia kontinyu, pengobatan
kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini
antara lain, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit yang mengancam nyawa. Institusi setempat dapat
membuat kriteria spesifik untuk masuk ruang Intensive, seperti
derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan darah tertentu. Terapi
pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas.
b. Pasien Prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ruang
Intensive, sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif
segera, antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-
paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami
pembedahan major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai
batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit
akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh
dan/atau manfaat terapi di ruang Intensive pada golongan ini sangat
kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan
metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan
jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal
disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien
golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan
usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau
resusitasi jantung paru.
d. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan Kepala ruang
Intensive, indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa
dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian
sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dariruang Intensive agar
fasilitas ruang Intensive yang terbatas tersebut dapat digunakan
untuk pasien prioritas 1, 2, 3 (satu, dua, tiga).
Pasien yang tergolong demikian antara lain:
Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi
tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang
aman” saja ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR
(Do Not Resuscitate) “. Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin
17
mendapat manfaat dan tunjangan canggih yang tersedia di ICU
untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
Pasien dalam keadaan vegetative permanen.
Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-
pasien seperti itu dapat dimasukkan ke ruang Intensive untuk
menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor organ
untuk donasi.
Sedangkan indikasi medis pasien masuk ke ICU antara lain sebagai
berikut :
1. Pasien pasien dengan ancaman sumbatan jalan napas
2. Pasien-pasien dengan henti napas
3. Laju respirasi >40 kali/menit atau 8 kali / menit

4. Saturasi oksigen (Spo2) <90% pada fraksi inspirasi oksigen >50%


5. Henti jantung apapun penyebabnya
6. Laju nadi <40 kali/menit atau >140 kali/menit
7. Tekanan darah sistolik <90 mmHg atau lebih dari 200 mmHg
8. Penurunan kesadaran tiba-tiba (Penurunan Glasgow Coma Scale
lebih dari 2 point)
9. Kejang yang berulang atau langsung lama
10. Peningkatan tekanan CO2 arteri yang disertai dengan asidosis
respiratorik
11. Pasien memerlukan pelayanan pemantauan diruang intensif
pasca pembedahan mayor
Indikasi masuk ICU/ICCU berdasarkan diagnostic kardiovaskuler
1. Gagal jantung akut dengan tampilan klinis dominan kongestif
vena
2. Gangguan perfusi yang memerlukan resusitasi cairan,
vasopressor dan inotropic
3. Tachyarrythmia ventricular dan atrial tanpa gangguan
hemodinamik
4. Gagal jantung akut dengan tampilan klinis dominan hipoperfusi
5. Gagal jantung akut dengan oliguria
6. Gangguan sirkulasi (sepsis, gagal jantung kanan, dll) yang
membutuhkan terapi khusus
7. Arythmia disertai gagal jantung
8. Syok kardiogenik yang membutuhkan support mekanik dan
tatalaksana lanjutan
9. Pasca henti jantung dengan gangguan kesadaran
10. Tachycardia atau fibrilasi ventrikel maligna

18
11. STEMI/NSTEMI tanpa komplikasi setelah tindakan reperfusi yang
berhasil
12. Pasien pasca PCI yang mengalami komplikasi iskemik
13. STEMI tanpa reperfusi atau reperfusi yang gagal
14. NSTEMI resiko tinggi
15. NSTEMI/STEMI dengan komplikasi gagal jantung akut tanpa
syok
16. Gagal jantung akut dengan edema paru dan tekanan darah
sistolik yang tinggi
17. Blok AV derajat III akut
18. Myopericarditis tanpa komplikasi
19. Myocarditis/kardiomiopati peripartum tanpa atau dengan
gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri
20. Tamponade jantung
21. Edema paru akut dengan tekanan darah sistolik rendah
22. Stenosis atau regurgitasi aorta dengan gagal jantung
23. Endokarditis akut dengan gagal jantung
24. Stenosis atau regurgitasi mitral dengan gagal jantung

Kriteria Keluar ICU


Prioritas pasien dipindahkan dari ruang ICU/ICCU berdasarkan
pertimbangan medis oleh kepala intensive dan atau tim yang
merawat pasien, antara lain :
1. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil,
sehingga tidak memerlukan terapi atau pemantauan yang
intensif lebih lanjut.

2. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan


intensif tidak bermanfaat atau tidak memberi hasil yang berarti
bagi pasien. Apalagi pada waktu itu pasien tidak menggunakan
alat bantu mekanis khusus seperti ventilasi mekanis.
Contoh golongan pasien demikian, antara lain pasien yang
menderita penyakit stadium akhir (misalnya ARDS stadium
akhir). Sebelum dikeluarkan dari ruang Intensivesebaiknya
keluarga pasien diberikan penjelasan alasan pasien dikeluarkan
dari ruangan
3. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di
ruang Intensive(keluar paksa)

4. Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja,


sedangkan ada pasien lain yang lebih gawat yang memerlukan
terapi dan observasi yang lebih intensif. Pasien seperti ini

19
hendaknya diusahakan pindah ke ruang yang khusus untuk
pemantauan secara intensif yaitu HCU.

Indikasi medis pasien dipindahkan dari Ruang ICU/ICCU ke ruang


HCU
1. Kesadaran GCS 8-12 tanpa trakheostomi, GCS <7 dengan
trakheostomi
2. Nafas spontan
3. Tidak ada ancaman sumbatan jalan napas
4. Laju respirasi 12-20 kali per menit
5. Saturasi oksigen 80-90 % pada fralsi inspirasi oksigen < 50%
6. Masih terdapat gangguan irama jantung
7. Laju nadi 40-60 kali / menit atau 120-140 kali / menit
8. Menggunakan inotropic, vasopressor atau antihipertensi
intravena
9. Periode Kejang berulang tidak didapatkan

Indikasi medis pasien dipindahkan dari Ruang ICU ke Ruang


Perawatan Biasa
Tanda-tanda Vital :
1. Temperatur < 38.30C
2. Tekanan Darah (Sistolik) 100-180 mmHg, dan )Diastolik) 50-110
mmHg
3. Pulse 50-100 kali/menit (>45 kali/menit jika pasien meminum
beta blocker)  Respirasi 12-30 kali/ menit Fungsional :
4. Diet : Dapat mentelolir makan dalam 12 jam terakhir tanpa
muntah < kecuali pasien-pasien khemoterapi
5. Kemampuan Diri : Dapat beraktifitas sendiri tanpa dibantu
6. Urine : dapat buang air kecil sendiri tanpa kesulitan dalam 12
jam terakhir
7. Analgetik : Kebutuhan analgetik parenteral tidak melebihi satu
kali dosis pemberian dalam 3 jam terakhir kecuali pasien-pasien
yang memang memerlukan analgetikregular karena kondisi
penyakit yang menetap.

C. Indikasi masuk dan keluar HCU

1. Kriteria Masuk HCU:


a) Kesadaran GCS 8-12 tanpa Tracheostomi, GCS < 7 dengan
Trakheotomi
b) Nafas Spontan
c) Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas

20
d) Laju respirasi 12-20 kali permenit
e) Saturasi Oksigen 85-90 % dengan hemodinamik stabil (contoh:
pasien PPOK)
f) Masih terdapat gangguan irama jantung
g) Laju nadi 40-60 kali/menit atau 120-140 kali/menit
h) Menggunakan inotropic, Vasopressor atau antihipertensi intravena
i) Periode Kejang berulang tidak didapatkan
j) Pasien-pasien yang memerlukan manajeman titrasi cairan dan
obat obatan secara ketat.

2. Kriteria keluar HCU


a) Kondisi medis telah stabil dan kebutuhan untuk monitoring HCU
tidak diperlukan lagi
b) Tidak membutuhkan evaluasi sering (termasuk tes laboratorium
dan atau perawatan intensif
c) Tidak memenuhi kriteria masuk HCU
d) Pasien yang memburuk sehingga perlu pindah ke ICU sesuai
kriterianya

D. Persiapan Penerimaan Pasien

Informed Consent
Sebelum pasien dimasukkan ke ruang Intensif, pasien dan atau
keluarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang
dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di
ICU, serta berbagai macam tindakan kedokteran yang mungkin akan
dilakukan selama pasien di rawat di ruang Intensive serta prognosa
penyakit yang diderita pasien. Penjelasan tersebut diberikan oleh DPJP
atau dokter yang bertugas. Setelah mendapatkan penjelasan tersebut,
pasien dan atau keluarganya bisa menerima atau tidak bisa menerima.
Pernyataan pasien dan atau keluarganya (baik bisa menerima atau
tidak bisa menerima) harus dinyatakan dalam formulir yang ditanda
tangani (informed consent).
Persiapan Penerimaan Pasien
a. Ruang ICU/ICCU/HCU mendapat informasi dari bagian admission
terkait dengan pasien yang akan dirawat di ruang ICU/ICCU/HCU
b. Perawat/dokter IGD menghubungi perawat ICU/ICCU/HCU
terkait dengan kondisi pasien yang akan dirawat di ruang HCU
c. Perawat ICU/ICCU/HCU menyiapkan fasilitas yang diperlukan
d. Setelah pasien tiba ruang ICU/HCU perawat dan dokter ICU/HCU
Melakukan assessment awal medis dan keperawatan serta
melengkapi pemeriksaan laboratorium dan radiologi
e. Menginformasikan kondisi pasien pada DPJP atau konsultan
harian ICU (dr Anastesi)
(Terlampir di SPO: menerima pasien baru ruang intensif)
E. Pencatatan dan Monitoring Pasien

21
Pencatatan nilai-nilai pengukuran tanda vital secara berkala dilakukan
oleh perawat lCU/HCU minimal 1 jam sekali dengan interval sesuai
kondisi pasien pada lembar observasi/flowsheet. Setiap pasen yang di
rawat di ICU/HCU dilakukan monitoring Hemodinamik selama 24 jam.

Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang


melakukan pelayanan di lCU dan dokter tersebut harus
bertanggungjawab atas semua yang dicatat dan dikerjakan. Pencatatan
menggunakan status khusus lCU yang meliputi diagnosis lengkap yang
menyebabkan dirawat di ICU, data tanda vital, pemantauan fungsi
organ khusus (jantung, paru, ginjal, dan sebagainya) secara berkala,
jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat,
serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.
Pemantauan secara umum dan khusus setiap hari oleh dokter jaga dan
perawat ICU dan dikoordinasikan dengan dokter yang merawat.
Pemantuan umum meliputi:
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital, meliput pemeriksaan tensi, nadi,
suhu, respirasi, saturasi oksigen
2. Pemeriksaan fisik meliputi sistem syaraf, sistem kardiovaskular,
sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem tractus urinarius dan
sistem lokomotif
3. Balance cairan dilakukan setiap7 jam bila pagi,7 jam bila sore
hari ,10 jam bila malam hari, diperhitungkan intake dan output
cairan.
4. Evaluasi CVP (Central Venous Pressure), dengan melakukan Fluid
Challenge Test (FCT)
5. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Analisa gas darah
b. Gula darah
c. Darah rutin
d. Elektrolit
e. Ureum, kreatinin
f. Keton urine sesudah indikasi
g. Hemostase lengkap sesuai indikasi
h. SGOT/SGPT sesuai indikasi
i. Pemeriksaan lain bila dibutuhkan
Pelaporan pelayanan  intensif terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta
jumlahnya, system skor prognosis, penggunaan alat bantu  (ventilasi
mekanis, hemodialisis, dan sebagainya), lama rawat dan keluaran (hidup atau
meninggal) dari ICU/HCU.

F. Prosedur Medik
Prosedur medic tindakan ICU/ICCU/HCU terlampir dalam SPO

22
 Intubasi dan Perawatannya
 Pemasangan CVP
 Ekstubasi
 Balance Cairan
 Penilaian kematian batang otak
 Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanik
 Penggunaan ventilator mekanik

Penggunaan Alat Medik (Terlampir di SPO)


 Bed side monitor
 Infus pump
 Suction
G. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna
mewujudkan pelayanan ICU yang aman, bermutu dan mengutamakan
keselamatan pasien. Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindak
lanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh
agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif. Hal-hal yang dinilai
selama perawatan di terapi intensif antara lain monitoring tanda vital
seperti tekanan darah, EKG, nafas, saturasi oksigen dan suhu secara
berkala setiap jam. Analisa gas darah dilakukan apabila terdapat
masalah oksigenasi dan ventilasi sesuai kebutuhan. Cairan masuk dan
keluar serta balans cairan dihitung secara berkala dan dikumulasikan
setiap 24 jam.
Untuk memastikan terapi menyeluruh dan keselamatan pasien
intensif, maka dilakukan evaluasi dan monitoring dengan metode
FASTHUG yaitu:
F : Feeding
A : Analgesia
S : Sedasi
T : Thromboprophylaxis
H : Head Up
U : Stres Ulcer Prophylaxis
G : Glycemic Control

23
BAB V LOGISTIK

A. Prosedur penyediaan alat kesehatan dan obat

a. Pengertian
Prosedur penyediaan alat kesehatan dan obat adalah suatu prosedur
penyediaan alat kesehatan dan obat – obatan yang digunakan oleh
pasien di ruang ICU/ ICCU/HCU, dan sebagai penggantinya di
bebankan kepada pasien melalui resep dan dibuat oleh dokter .
Untuk alat habis pakai perawat menulisnya di lembar alkes dan di
tandatangani oleh perawat.
b. Tujuan
 Agar alat – alat dan obat – obatan emergency stok yang ada di
ruang ICU/ICCU/HCU
Tetap terjaga dalam segi kualitas dan kuantitas
 Memudahkan di dalam penggunaan dan pengawasannya
c. Prosedur permintaan alat kesehatan dan obat – obatan
 Jenis obat stok, yang akan dipakai dan alat kesehatan yang akan
diminta di tulis pada resep oleh dokter ruangan, dan jika selain
obat di tulis oleh perawat pada form alkes/ form amprahan BHP
 Resep dan form amprahan yang sudah di isi dengan lengkap
diserahkan ke bagian farmasi atau gudang logistik
 Bila alat kesehatan ( alkes ), BHP dan obat – obatan yang diminta
sudah tersedia akan diserah terimakan ke ruang HCU, lembar
putih untuk farmasi dan yang merah di status pasien.
d. Prosedur pengganti alat kesehatan dan obat yang telah di gunakan
 Obat – obatan yang sudah digunakan ditulis pada resep dan di
buat resep oleh dokter, jika alkes di tulis oleh perawat pada form
alkes/form amrahan gudang logistik
 Resep yang telah diisi dengan lengkap oleh perawat, diserahkan ke
bagian farmasi dengan melalui tubing PTS ataupun menyerahkan
langsung pada bagian farmasi
 Bila alat kesehatan dan obat yang sudah di siapkan oleh bagian
farmasi, di serahkan ke perawat HCU/ICU
B. Prosedur penyediaan floor stok
a. Pengertian
Floor stok adalah alat kesehatan / bahan penunjang keperawatan medis
/ non medis habis pakai yang digunakan untuk melakukan pelayanan
keperawatan di ruang HCU/ICU dan tidak dibebankan kepada pasien
b. Prosedur
 Jenis floor stok yang akan di minta dituliskan pada buku/membuat
list floorstock dan diserahkan pada bagian Farmasi.
 Bila floor stok yang diminta sudah tersedia akan diserah terimakan
keruang HCU/ICU
C. Perencanaan peralatan / peremajaan
a. Pengertian

24
Perencanaan peralatan / peremajaan adalah suatu proses
perencanaan / pengadaan peralatan keperawatan baik medis atau non
medis yang belum / sudah dimiliki oleh unit kerja.
b. Tujuan
 Memenuhi kebutuhan peralatan keperawatan medis atau non
medis di unit kerja
 Agar peralatan yang ada dapat digunkan sesuai dengan fungsinya
 Memenuhi standart pelayanan agar tetap dapat terjaga
c. Prosedur
 Kepala ruangan HCU/ICU membuat usulan untuk perencanaan
pelalatan yang baru / peremajaan yang di tujukan kepada
Direktur
 Peralatan yang direncanakan untuk diminta harus disertai
dengan spesipikasi yang lengkap
Standar fasilitas peralatan dan perlengkapan penyelenggaraan
pelayanan di RSUD Banten termasuk dalam ICU pelayanan sekunder.
Berikut adalah standar peralatan dan perlengkapan
Jenis Alat Standar RS rujukan
No tersier
(Keterangan)
1. Ventilator yang digerakkan dengan turbin Ada
02 tekan atau udara tekan
2. Set Laringoskop dewasa Ada
3. Oksigen central Ada
4. CVC kit dan dobel lumen kit Ada
5. Pemantauan EKG, pulse oksimetri, Ada
tekanan darah non invasive dan invasive
6. Unit mesin Hemodialisa Ada
7. Unit mesin X-Rays mobile Ada
8. Syringe pump Ada
9. Infuse pump Ada
10. Bed side monitor Ada
11. Monitor central Ada
12. Bagging/ resusitasor Ada
15. Pemeriksaan laboratirium khusus Belum ada
16 Mesin USG Ada
17 Suction Central dan portabel Ada
18 Lampu tindakan Ada
19 Meja mayo dan trolley tindakan Ada
20 CRRT ada namun
belum ,beroperasional
21 Monitor EKG Ada

BAB VI KESELAMATAN PASIEN

25
A. Definisi
Keselamatan pasien (patien safety) Rumah Sakit adalah suatu system
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
B. Tujuan
• Terciptanya budaya keselamatan pasein di Rumah Sakit
• Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadapa pasien dan
masyarakat
• Menurunnya kejadian tidak diharapkan ( KTD)
• Terlaksannya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
C. Standar Patien Safety
(Patient Safety) untuk pelayanan ICU/ICCU/ HCU adalah:
1. Ketepatan
a. Target 100% label dentitas tidak tepat apabila : tidak terpasang,
salah pasang, salah penulisan nama, salah penulisan gelar
(Tn/Ny/An), salah jenis kelamin.
b. Target 100% terpasang gelang identitas pasien rawt inap : Pasien
yang masuk ke rawat inap terpasang gelang identitas
2. Komunikasi SBAR
Target 100% konsul ke dokter via telepon menggunakan metode
SBAR
3. Medikasi
a. Ketepatan pemberian : Target 100% yang dimaksud tidak tepat
apabila : salah obat, salah dosis, salah jenis, salat rute
pemberian, salah identitas pada etiket, salah pasien.
b. Ketepatan Transfusi : Target 100% yang dimaksud tidak tepat
apabila : salah identitas pada permintaan, salah tulis jenis
produk darah, salah pasien.
4. Pasien Jatuh : Target 100% tidak ada kejadian pasien jatuh di
ICU/ICCU/HCU
D. Alur pelaporan Keselamatan Pasien
1. Apabila terjadi suatu insiden dirumah sakit, wajib segera ditindak
lanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak / akibat yang
tidak diharapkan.
2. Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insiden dengan mengisi
formulir laporan insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan
langsung. Paling lambat 2x24 jam; jangan menunda laporan.
3. Setelah selesai mengisi fomulir, segera serahkan kepada atasan
langsung pelapor. (Atasan langsung disepakati sesuai keputusan
manajemen : Supervisor/ kepala bagian/ instalasi/ departemen/ unit,
ketua komite medis/ ketua K.SMF)
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading
resiko terhadap insiden yang dilaporkan
5. Hasil granding akan menentukan bentuk intevensi dan analisa yang
akan dilakukan sebagai berikut;
 Grade biru : investigasi sederhana oleh atasan langsung , waktu
maksimal 7 hari

26
 Grade hijau : intervensi sederhana oleh atasan langsung, waktu
maksimal 14 hari
 Grade kuning/merah, maka harus dilaporkan ke komite mutu
untuk dilakukan penanganan sesuai ketentuan yang berlaku
(selambat lambatnya 1x 24 jam sejak dilaporkan)
 Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporkan hasil
investigasi dan lapor insiden dilaporkan ke tim oleh tim
subkomite keselamatan RS
6. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil investasi dan laporan
inseden untuk menentukan aapakah perlu investigasi lanjutan ( RCA)
dengan melakukan regdrading
7. Untuk grade kuning / merah, tim KP di RS akan melakukan analisa
akar masalah / root cause analysis( RCA)
8. Setelah melakukan RCA, tim subkomite keselamatan pasien di RS
akan membuat laporan dan recomendasi untuk perbaikan serta
“pembelajaran” berupa petunjuk/ “safety alert” untuk mencegah
kejadian berulang
9. Hasil RCA, recomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada direksi
10. Rekomendasi untuk “ perbaikan dan pembelajaran “ diberikan umpan
balik kepada unit terkait
11. Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian disatuan kerjanya
masing-masing
12. Monitoring dan perbaikan oleh tim komite keselamatan pasien di RS

BAB VII KESELAMATAN KERJA


A. Pengertian

27
Keselamatan kerja merupakan suatu system dimana rumah sakit membuat
kerja/aktifitas karyawan lebih aman. system tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oelh kesalahan pribadi
ataupun rumah sakit.
B. Tujuan

1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit


2. Mencegah dan mengurangi
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengmanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
C. Tata Laksana Keselamatan Karyawan

Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan


infeksi yaitu:
1. Menganggap bahwa pasien yang dirawat di ICU dapat menularkan pada
petugas
2. Menggunakan alat pelindung ( sarung tangan, kacamata, sepatu
boot/alas kaki tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat
kontak dengan specimen pasien yaitu : urin, darah muntah dan secret)
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai
prosedur yang ada, misalnya memasang kateter, menyuntik, menjahit
luka, memasang infus, dll
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptic sebelum dan sesudah
menangani pasien
5. Terdapat tempat sampah insfeksius dan non insfeksius
6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip stelilitas yaitu :
a. Dekontaminasi dengan larutan Klorin
b. Pencucian dengan sabun
c. Pengeringan
7. Menggunakan baju kerja yang tertutup
8. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam penanganan kasus :
a. HIV/AIDS (sesuai prinsip pencegahan insfeksi)
b. Flu burung/Covid 19
9. Kewaspadaan standar karyawan atau petugas ICU dalam mengahadapi
penderita dengan dugaan flu burung/covid 19 adalah :
a. Cuci tangan menggunakan air mengalir
b. Memakai masker N95
c. Menggunakan pelindung wajah/kaca mata google
d. Menggunakan apron/gaun pelindung
e. Meggunakan sarung tangan
f. Menggunkan pelindung kaki atau boot
g. Hepatitis B/C sesuai prinsip pencegahan infeksi

28
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu dan kualitas pelayanan ICU/ICCU/HCU merupakan
suatu program yang bersifat obyektif dan berkelanjutan untuk menilai dan
memecahkan masalah yang ada sehingga dapat memberikan kepuasan pada
pelanggan dan mencapai standar klinis yang bermutu.
Pemantauan kualitas adalah kegitan pemantauan yang dilaksanakan
setiap hari secara objektif di ICU bekerja sama dengan Tim Pengendali Mutu
dan Kualitas Pelayanan rumah sakit setempat.
Parameter standar adalah suatu nilai ambang yang tidak boleh dilampaui
sehingga dapat dipenuhi kepuasan pelanggan.
Pelaksanaan pemantauan/Evaluasi meliputi :
a. Self Assessment :
Adalah kegiatan yang memantau parameter mutu pelayanan setiap hari
yang dilakukan oleh setiap staf ICU/ICCU/HCU yang hasilnya diberikan
kepada Tim Pengendali Mutu dan Kualitas rumah sakit.

b. Independent Audit :
Merupakan pelaksanaan parameter mutu pelayanan yang tolok ukur
keberhasilannya ditentukan sesuai prioritas dan dilaksanakan oleh Tim
Pengendali Mutu dan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit.

Pelaksanaan evaluasi dan pemantauan mutu pelayanan ICU/ICCU/HCU


dilakukan melalui:
1. Laporan berkala indikator mutu terapi intensif
- Angka kejadian Hospital Acquired Pneumonia (HAP)
- Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif Dengan Kasus
Yang Sama < 72 Jam
2. Pertemuan staf
Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan evaluasi
terhadap laporan bulanan, pasien yang meninggal, pencegahan Infeksi
Nosokomial dan permasalahan lain di ICU
3. Laporan berkala
Laporan bulanan dan tahunan yang berisi jumlah pasien
diICU/ICCU/HCU, jenis penyakit dan angka kematian
4. Evaluasi mutu pelayanan keperawatan dilaksanakan dengan cara
mengidentifikasi dan pengelompokkan masalah, analisa dan penyelesaian
masalah, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjut.

BAB IX PENGEMBANGAN PELAYANAN

29
Upaya pengembangan pelayanan intensive harus dilaksanakan secara
berkesinambungan dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi terkini di bidang intensive care.Hal ini sejalan dengan
meningkatnya kompleksitas kasus penyakit dan permasalahan kesehatan
serta kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang aman,
terjangkau dan bermutu.
Dalam rangka memberikan pelayanan klinis yang berkualitas dan
meningkatkan standar mutu profesional di intensive care, rumah sakit
dituntut untuk terus menerus meningkatkan dan mengembangkan potensi
sumber daya manusia yang dimilikinya.
Ruang lingkup pengembangan pelayanan kesehatan intensive care
meliputi:
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia meliputi pemenuhan kebutuhan
jenis dan jumlah tenaga sesuai dengan beban kerja dan tingkat
kemampuan pelayanan intensive care, dan peningkatan pengetahuan serta
ketrampilan atau pengembangan profesi berkelanjutan (Continuing
professional, development).
Untuk menunjang program tersebut maka rumah sakit menyediakan suatu
kebijakan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan karyawannya melalui program pendidikan dan
pelatihan.Pendidikan dan pelatihan bagi semua petugas di intensive care
mengacu pada program diklat rumah sakit. .
Program pelatihan harus diselenggarakan bagi semua staf agar dapat
meningkatkan dan menambah pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
dalam menerapkan prosedur serta pengetahuan dan teknologi baru.
Program pengembangan dan pendidikan eksternal untuk dokter ditujukan
pada pelatihan dan pelatihan ulang ACLS.Untuk perawat ditujukan pada
pelatihan Bantuan Hidup Dasar, ACLS, Kardiologi Dasar dan Pelatihan
intensive care.Adapun evaluasi dilakukan setelah pelatihan dilaksanakan.
2. Pengembangan Sarana, Prasarana dan Peralatan
Sarana, prasarana dan peralatan disesuaikan dengan beban kerja, jenis
tenaga, kemampuan dan pengembangan pelayanan rumah sakit dan
dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi kesehatan dengan
memperhatikan bukti kedokteran terkini (evidence based medicine) dan
pembiayaan serta manfaat.
3. Pengembangan Jenis Pelayanan
Pengembangan jenis pelayanan disesuaikan dengan meningkatnya
kebutuhan masyarakat dan kompleksitas pelayanan dengan
memperhatikan kemampuan masing - masing rumah sakit berdasarkan
jenis dan klasifikasi rumah sakit, ketersediaan sumber daya manusia
sarana dan prasarana serta peralatan.
4. Evaluasi Dan Pengendalian Mutu
Evaluasi merupakan satu aktivitas untuk melihat keberhasilan dari satu
kegiatan pemberian asuhan yang dapat dijadikan indicator dalam
penjaminan mutu. Beberapa indicator dari pengendalian mutu pelayanan
keperawatan yaitu:
a. Tingkat keamanan (safety) yang terdiri dari; tingkat kejadian infeksi
nosokomial, pasien kembali 72 jam dengan kasus yang sama. Tingkat
kesalahan pemberian obat, pasien jatuh, dan angka dikubitus.
b. Tingkat kenyamanan (comfort) seperti; tingkat rasa nyeri.

30
BAB IX PENUTUP

Pedoman pelayanan ICU di rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi


panduan bagi seluruh petugas pemberi layanan yang menyelenggarakan
pelayanan pada pasien ICU. Berdasarkan klasifikasi sumber daya, sarana,
31
prasarana dan peralatan pelayanan ICU di rumah sakit dapat dikategorikan
sebagai ICU sekunder

Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan akan terus mengembangkan


pelayanan sesuai dengan ketentuan pedoman standar ICU sesuai dengan
situasi dan kondisi yang kondusif bagi setiap program pengembangan layanan
ICU di rumah sakit.

Sedangkan untuk kelancaran setiap pelaksanaan pelayanan di ICU perlu


adanya penjabaran dari pedoman pelayanan dengan penyusunan prosedur
tetap di unit layanan ICU, sehingga hambatan dalam menjalankan
pelaksanaan pelayanan bisa diminimalkan.

DIREKTUR,
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

DANANG HAMSAH NUGROHO

32

Anda mungkin juga menyukai