0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
53 tayangan3 halaman
Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Nunukan menetapkan pedoman pelayanan anestesiologi dan terapi intensif yang meliputi assesmen pra dan pasca anestesi, pencatatan parameter fisiologis pasien, dan pemantauan rutin selama operasi dan pemulihan. Pedoman ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan anestesi.
Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Nunukan menetapkan pedoman pelayanan anestesiologi dan terapi intensif yang meliputi assesmen pra dan pasca anestesi, pencatatan parameter fisiologis pasien, dan pemantauan rutin selama operasi dan pemulihan. Pedoman ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan anestesi.
Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Nunukan menetapkan pedoman pelayanan anestesiologi dan terapi intensif yang meliputi assesmen pra dan pasca anestesi, pencatatan parameter fisiologis pasien, dan pemantauan rutin selama operasi dan pemulihan. Pedoman ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan anestesi.
Jalan Ujang Fatimah RT.04 Desa Binusan Kecamatan Nunukan Telepon/fax manajemen 0556 2020755; UGD 0556-2020756 Website: rsud.nunukankab.go.id / e-mail : rsu.nunukan@gmail.com
Kode Pos 77482
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN
NOMOR : 109/RSUD-NNK
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN ANESTESIOLOGI DAN
TERAPI INTENSIF DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN NUNUKAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN NUNUKAN :
Menimbang : a. bahwa pelayanan anestesiologi dan terapi intensif
di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang saat ini peranannya berkembang dengan cepat;
b. bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
779/Menkes/SK/VIII/2008 tentang Standar Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Pedoman Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 519/Menkes/Per/III/2011 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN NUNUKAN TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN NUNUKAN
Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Nunukan bertujuan untuk memberi acuan bagi pelaksanaan dan pengembangan serta meningkatkan mutu pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di rumah sakit.
KEDUA : Assesmen pra anestesi dikerjakan pada setiap pasien yang
akan menjalani operasi dengan sedasi sedang atau dalam.
KETIGA : Assesmen pra induksi dilaksanakan untuk reevaluasi
pasien segera sebelum dilakukan induksi anestesi dan sesaat sebelum diberikan induksi anestesi. KEEMPAT : Kedua assesmen diatas dikerjakan oleh petugas yang kompeten untuk melakukannya dalam hal ini adalah dokter anestesi dan dibantu oleh penata/perawat anestesi.
KELIMA : Kedua assesmen di atas harus didokumentasikan dalm
rekam medis dalam bentuk status anestesi.
KEENAM : Teknik anestesi yang digunakan juga harus dituliskan
dalam rekam medis status anestesi pasien.
KETUJUH : Nama dokter spesialis anestesi dan atau penata/perawat
harus dicatat di dalam status rekam medik pasien.
KEDELAPAN : Selama pemberian anestesi status fisiologis pasien harus
terus menerus imonitor dan ditulis dalam rekam medis pasien.
KESEMBILAN : Setiap pasien selama operasi dengan sedasi sedang/dalam
harus dimonitor secara seragam untuk setiap pasien yang menerima tindakan anestesi yang sama. Meliputi tensi, nadi, saturasi oksigen, ECG, minimal setiap 5 menit.
KESEPULUH : Pasien juga harus dimonitor meliputi tensi, nadi, respirasi,
dan saturasi oksigen selama masa pemulihan pasca anestesi.
KESEBELAS : Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan
Terapi Intensif mulai diberlakukan di RSUD Kabupaten Nunukan sejak tanggal ditetapkannya. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan di dalamnya maka akan dilakukan perubahan.