Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya tim penyusun telah dapat menyelesaikan buku Panduan Praktik Klinis (PPK)
Anestesi dan Terapi Intensif Unit Kamar Bedah sesuai dengan kubutuhan Rumah Sakit
Pasundan.
Panduan Praktik Klinis (PPK) Anestesi dan Terapi Intensif Unit Kamar Bedah mulai
dipergunakan pada tahun 2023 dan diharapkan menjadi acuan guna meningkatan mutu
pelayanan secara konseptual dan sistematis di Rumah Sakit Pasundan.
Dalam pelaksanaannya penyusun buku ini mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu tim penyusun mengucapkan banyak terima kasih dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk lebih sempurnanya buku panduan ini.
Tim Penyusun
RUMAH SAKIT PASUNDAN
Alamat : Jalan Haji Wasid No.1 Lebak Gede, Kecamatan Coblong, Kota Bandung 40132 Telepon
: 022-20470523 Handphone : +6282116829590
E-mail : pasundanhospital@gmail.com Website : rspasundan.id
Facebook : RS Pasundan Bandung Instagram : rspasundan Twitter : @RSPasundan
NOMOR : SK-…../DIR-RSP/VIII/2023
TENTANG
b. Bahwa agar pelayanan anestesi dan sedasi dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Pasundan sebagai landasan
bagi penyelenggaraan peraturan pemberlakuan Panduan Praktik Klinis
(PPK) Anestesi dan Terapi Intensif.
MEMUTUSKAN
Pertama : a. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : BANDUNG
9. Bromage Score................................................................................................................19
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. TUJUAN
C. LANDASAN HUKUM
Dasar hukum penyusunan Pedoman Organisasi Unit Kamar Operasi RSU Baros meliputi :
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
1
BAB II
TATA LAKSANA PELAYANAN ANESTESI
Pelayanan anestesia mencakup tindakan anestesia (pra anestesia, intra anestesia dan pasca
anestesia) serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi seperti pelayanan kritis, gawat
darurat, penatalaksanaan nyeri, dan lain-lain. Dokter spesialis anestesiologi hendaknya
membatasi beban pasien yang dilayani dan tangung jawab supervisi anestesia sesuai dengan
jumlah, kondisi dan risiko pasien yang ditangani.
A. Pelayanan Anestesia Perioperatif
Pelayanan anestesia peri-operatif merupakan pelayanan anestesia yang mengevaluasi,
memantau dan mengelola pasien pra, intra dan pasca anestesia serta terapi intensif dan
pengelolaan nyeri berdasarkan keilmuan yang multidisiplin.
1. Pra Anestesia
a. Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter spesialis anestesiologi dilakukan
sebelum tindakan anestesia untuk memastikan bahwa pasien berada dalam
kondisi yang layak untuk prosedur anestesia.
b. Dokter spesialis anestesiologi bertanggung jawab untuk menilai dan
menentukan status medis pasien pra anestesia berdasarkan prosedur sebagai
berikut :
1. Anamnesis dan pemeriksaan pasien.
2. Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi
yang diperlukan untuk melakukan anestesia.
3. Mendiskusikan dan menjelaskan rencana tindakan anestesia yang
akan dilakukan.
4. Memastikan bahwa pasien telah mengerti dan menandatangani
persetujuan tindakan.
5. Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesia dan obat-
obat yang akan dipergunakan.
6. Kegiatan ini tercatat dalam form Pra Anestesi
c. Pemeriksaan penunjang pra anestesia dilakukan sesuai Standar Profesi dan
Standar Prosedur Operasional.
d. Tersedianya oksigen dan gas medik yang memenuhi syarat dan aman.
Pelayanan pra anestesia ini dilakukan pada semua pasien yang akan
menjalankan tindakan anestesia. Pada keadaan yang tidak biasa, misalnya
gawat darurat yang ekstrim, Langkah-langkah pelayanan pra anestesia
sebagaimana diuraikan di atas, dapat diabaikan dan alasannya harus
didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
4. Pelayanan Pasca-Anestesia
a. Setiap pasien pasca tindakan anestesia harus dipindahkan ke ruang pulih, pasien
juga dapat dipindahkan langsung ke unit perawatan kritis (ICU/HCU).
b. Selama pasien di ruang pulih akan dipantau tekanan darah, pernapasan, kadar
oksigen, serta penilaian nyeri dan mual/muntah secara terus-menerus.
c. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi beberapa di
antaranya memerlukan perawatan di unit perawatan kritis (ICU/HCU).
d. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh tim pengelola
anestesia dan tim kamar bedah. Selama pemindahan, pasien harus
dipantau/dinilai secara terus menerus dan diberikan bantuan sesuai dengan
kondisi pasien.
e. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada perawat
ruang pulih dan disertai laporan kondisi pasien.
f. Kondisi pasien di ruang pulih harus di pantau terus menerus meliputi
pemantauan oksigen, ventilasi, sirkulasi, dan suhu dibuat laporan tertulis
perkembangan kondisi di ruang pulih dengan menggunakan system score
pelayanan anestesia yaitu ALDRETE SCORE, BROMAGE SCORE, Steward SCORE.
ALDRETE SCORE Digunakan untuk menetapkan kapan pasien siap dipulangkan
dari ruang pulih. Untuk pemulangan diperlukan skor 9.
c. Pelayanan Pasca-sedasi
a. Setiap pasien pasca tindakan sedasi harus dipindahkan ke ruang pulih atau
langsung ke unit perawatan kritis (ICU/HCU).
b. Setiap pasien pasca sedasi selama pasien di ruang pulih akan dipantau tekanan
c. Pelayanan Pasca-Anestesia
1) Setiap pasien pasca tindakan anestesia harus dipindahkan ke ruang pulih
pasien juga dapat dipindahkan langsung ke unit perawatan kritis
(ICU/HCU).
2) Selama pasien di ruang pulih akan dipantau tekanan darah, pernapasan,
kadar oksigen, serta penilaian nyeri dan mual/muntah secara terus-
menerus
3) Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi
beberapa di antaranya memerlukan perawatan di unit perawatan kritis
(ICU/HCU).
4) Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi tim pengelola
anestesia dan Tim Bedah. Selama pemindahan, pasien harus
dipantau/dinilai secara terus menerus dan diberikan bantuan sesuai
dengan kondisi pasien.
5) Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada
perawat ruang pulih dan disertai laporan kondisi pasien.
6) Kondisi pasien di ruang pulih harus di pantau terus menerus meliputi
pemantauan oksigen, ventilasi, sirkulasi, dan suhu dibuat laporan tertulis
perkembanmgan kondisi di ruang pulih dengan menggunakan system
score pelayanan anestesia yaitu ALDRETE SCORE. Digunakan untuk
menetapkan kapan pasien siap dipulangkan dari ruang pulih. Untuk
pemulangan diperlukan skor 9.
BAB III
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
PENGERTIAN Suatu proses pemilihan dan perncanaan tatalaksana sedasi yang akan
diberikan kepada pasien sesuai dengan indikasi atau kebutuhan pasien.
TUJUAN 1. Untuk mempersiapkan pasien secara optimal berdasarkan temuan dari
kunjungan pra sedasi
2. Dapat memberikan alternatif pilihan kepada pasien terkait terknik
anestesi dan sedasi
3. Untuk mencegah komplikasi terkait pemilihan Teknik anestesi
4. Untuk terselanggaranya prosedur sedasi yang mengutakamakan
keselahatam (patient safety) dan kenyamanan pasien
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Baros
07/KEP-DIR/RSBAROS/V/2023 tentang kebijakan Persiapan Anestesi dan
Sedasi.
1. DPJP meninjau ulang temuan dari kunjungan pra sedasi meliputi :
a. Status fisiologis
b. Penyakit penyerta
c. Riwayat operasi sebelumnya
d. Rencana operasi
e. Riwayat alergi obat
f. Riwayat sedasi sebelumnya
g. Kondisi psikologis
h. Pemeriksaan penunjang yang terkait
i. Hasil konsultasi terkait
j. Klasifikasi ASA
2. Dalam proses perencanaan dan pemilihan teknik sedasi, DPJP harus
mempertimbangkan :
a. Indikasi
b. Kontra indikasi
c. Resiko dan manfaat
3. Setiap perencanaan tindakan sedasi harus merujuk pada Pedoman
Pelayanan Sedasi
4. DPJP merencakanakan tindakan sedasi berserta alternatif yang akan
dilakukan
5. DPJP menjelaskan mengenai rencana tindakan sedasi beserta alternatifnya
kepada pasien dan keluarga
6. DPJP melakukan perencanaan sedasi yang mencakup
a. Teknik sedasi
b. Teknik khusus
c. Pemantauan sedasi
d. Kebutuhan alat khusus
e. Perawatan pasca sedasi termasuk tatalaksana nyeri dan kebutuhan
ruang rawat khusus
f. Persiapan sedasi termasuk pre medikasi
g. Hal lainnya yang dibutuhkan
7. Seluruh aktivitas perencanaan harus dicatat dalam Formulir Pra Anestesi
kemudian dimasukan ke dalam rekam medis pasien.
UNIT TERKAIT 1. Rawat Inap
2. Kamar Operasi
3. IGD
4. ICU
2. PRA SEDASI
PENGERTIAN Suatu proses pemilihan dan perncanaan tatalaksana sedasi yang akan
diberikan kepada pasien sesuai dengan indikasi atau kebutuhan pasien
TUJUAN 1. Untuk mempersiapkan pasien secara optimal berdasarkan temuan
dari kunjungan pra sedasi
2. Dapat memberikan alternatif pilihan kepada pasien terkait terknik
anestesi dan sedasi
3. Untuk mencegah komplikasi terkait pemilihan Teknik anestesi
4. Untuk terselanggaranya prosedur sedasi yang mengutakamakan
keselahatam (patient safety) dan kenyamanan pasien
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Kunjungan pra sedasi dilakukan oleh Petugas Anestesi yang
kompeten.
2. Pasien atau keluarga pasien sebelumnya diminta untuk mempelajari
dan mengisi form evaluasi pra- sedasi
3. Petugas Anestesi mempelajari rekam medis dan form evaluasi
prasedasi.
4. Petugas Anestesi memperkenalkan diri kepada pasien.
5. Sebelum melakukan wawancara dan pemeriksaan petugas Anestesi
harus memastikan identitas pasien yang dimaksud dengan melihat
kesesuaian nama, tempat tanggal lahir dan nomor rekam medis
sesuai dengan gelang identitas pasien.
6. Wawancara dilakukan dengan :Membahas riwayat penyakit, riwayat
alergi, kebiasaan, pengalaman anestesi sebelumnya, dan
pengobatan yang sedang dijalani.
7. Menilai aspek kondisi fisik yang mungkin merubah keputusan dalam
hal risiko dan pengelolaan sedasi.
8. Mempelajari hasil-hasil pemeriksaan yang tersedia terkait dengan
resiko penyulit dan rencana tindakan sedasi yang akan dilakukan.
9. Mempelajari hasil konsultasi yang tersedia terkait dengan resiko
penyulit dan rencana tindakan sedasi yang akan di lakukan
10. Meminta proses pemeriksaan penunjang dan tindakan konsultasi
lain sesuai kondisi pasien.
11. Menentukan status fisik pasien.
12. Menentukan teknik sedasi pilihan dan alternatif yang akan
dilakukan.
13. Menentukan obat-obat yang diperlukan untuk tindakan sedasi
14. Menentukan pengelolaan jenis dan jumlah cairan termasuk estimasi
kehilangan darah.
15. Menentukan pengelolaan obat-obat lain yang dikonsumsi oleh
pasien.
16. Menentukan jenis pemantauan yang akan dilakukan.
17. Menentukan tindakan invasif tambahan termasuk pemasangan CVP
dan kanulasi intra arterial bila diperlukan
18. Menentukan persiapan puasa sebelum sedasi.
19. Menentukan transportasi ke tempat tindakan sesuai dengan sesuai
dengan kondisi pasien.
20. Menentukan pengelolaan pasca sedasi, termasuk manajemen nyeri
pasca tindakan.
21. Bila diperlukan menentukan kebutuhan ruang rawat khusus pasca
sedasi.
22. Menentukan usulan jumlah dan jenis persiapan darah yang
dibutuhkan.
23. Penjelasan yang adekuat tentang keadaan pasien kepada keluarga
atau pasien (dewasa) sendiri, mengenai alternatifnya, risiko dan
faktor penyulit sedasi, kemungkinan komplikasi intra maupun pasca
sedasi, pengelolaan pasca sedasi, termasuk manajemen nyeri pasca
tindakan, kebutuhan ruang rawat khusus pasca sedasi, serta
kemungkinan transfusi termasuk risik.
3. PRA INDUKSI
PENGERTIAN Assessmen pra induksi adalah penilaianulang tentang kondisi pasien
sebelum pelaksanaan induksi anestesi
TUJUAN Untuk mengetahui stabilitas fisiologis dan kesiapan pasien untuk anestesi
dan dilakukan sesaat sebelum induksi anestesi
KEBIJAKAN SK Direktur No...../………
PROSEDUR 1. Assesmen pra induksi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau
perawat anestesi di kamar operasi sebelum induksi
2. Lakukan pemasangan alat monitor dan pemasangan infus
3. Lakukan penilaian tanda-tanda vital meliputi
a. Tingkat kesadaran pasien
b. Tekanan darah
c. Frekuensi nadi
d. Pernafasan
e. Suhu
4. Pemberian pre medikasi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau
perawat anestesi
5. Kepada pasien diberikan oksigenasi melakui sungkup
6. Evaluasi efek pemberian obat pre medikasi
Seluruh hasil assesmen pra induksi harus terdokumentasi di berkas rekam
medik pasien
UNIT TERKAIT Kamar Operasi
N
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah monitoring intra operasi
KEBIJAKAN SK Direktur No...../………
PROSEDUR A. Persiapan Petugas
1) Tenaga Medis Spesialis Anestesi
2) Perawat
B. Persiapan Alat Dan Obat
1) Laporan anestesi
2) Alat tulis
3) Monitor pasien
4) Stetoscope
C. Obat – obat Emergensi
1) Atropin Sulfas
2) Dexamethasone
3) Adrenalin
4) Aminophilin
5) Difenhidramine
6) Lidocain
7) Water 25 cc
8) Syring 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc
9) Cairan infus koloid/kristaloid
D. Persiapan Pasien
1) Mencocokkan gelang identitas pasien
dengan jawaban verbal pasien/keluarga
mengenai nama dan tanggal lahir
2) Mencocokkan gelang identitas pasien dengan
rekam medis pasien
E. Pelaksanaan
1) Tenaga medis spesialis anestesi dan
perawat anestesi mengisi setiap kolom
pada laporan anestesi
2) Tenaga medis spesialis anestesi dan
perawat anestesi memonitor tensi, HR,
RR, SPO2, suhu, score nyeri setiap 5
menit atau pada kondisi tertentu dilakukan
sesuai keadaandan dokumentasikan
dilaporan anestesi setiap 15 menit
f. Tingkat kesadaran pasien
g. Tekanan darah
h. Frekuensi nadi
i. Pernafasan
j. Suhu
7. Pemberian pre medikasi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau
perawat anestesi
8. Kepada pasien diberikan oksigenasi melakui sungkup
9. Evaluasi efek pemberian obat pre medikasi
Seluruh hasil assesmen pra induksi harus terdokumentasi di berkas rekam medik
pasien
s