RSU ANANDA
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI........................................................................................... 1
A. Pengertian.............................................................................. 1
BAB II TATALAKSANA.............................................................................. 6
A. Persiapan................................................................................ 6
B. Penyusunan............................................................................ 7
C. Penyangkalan ........................................................................ 7
D. Implementasi......................................................................... 7
E. Monitoring dan evaluasi......................................................... 7
F. Tindak Lanjut......................................................................... 7
BAB III DOKUMENTASI 9
A. Penyusunan Panduan Praktek Klinis....................................... 9
G. Bagan Ringkasan Pembuatan Panduan Praktek Klinis........... 9
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji Syukur senantiasa penulis haturkan kehadapan Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
serta energy yang positif sehingga penyusun telah dapat menyelesaikan Revisi Buku Panduan ini dengan
baik. Salam tak lupa penyusun sampaikan kepada setiap inspirasi dan motivasi yang selalu ada menemani
selama menyusun panduan ini.
Buku ini berjudul Panduan Penyusunan Panduan Praktek Klinik dan Clinical Pathway di Rumah
Sakit Ananda Srengat, diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pemberi Asuhan khususnya Dokter,
untuk memberikan terapi yang memenuhi standard pelayanan medis yang berdasarkan Evidence Based,
guna peningkatan mutu dan keselamatan bagi Pasien. Selama penyusunan buku panduan ini penyusun
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril, bimbingan, pengarahan, pemikiran
dan saran-saran yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyusun didalam penyusunan buku panduan ini.
Untuk itulah, penyusun ingin mengucapkan banyak terimakasih.
Akhir kata penyusun berharap agar buku panduan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak khususnya Pemberi Asuhan di Rumah Sakit Umum Ananda Srengat Blita, sehingga dapat tercipta
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga.
Ditetapkan di Blitar
Hotmat kami,
Tim Penyusun
SAMBUTAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat atas segala karunia dan petunjuk-Nya Sehingga
penyusunan Revisi Buku Panduan Praktek Klinis dan Clinical Pathway di Rumah Sakit Umum Ananda
Srengat Blitar telah dapat diselesaikan pada waktyunya.
Proses Revisi Penyusunan Buku Panduan Praktek Klinis dan Clinical Pathway di Rumah Sakit
Ananda Srengat Blitar ini melibatkan beberapa disiplin Klinis rumah sakit. Dengan telah disusunnya buku
panduan ini diharapkan dapat menunjang pelayanan pasien di rumah sakit terutama dalam hal pemberian
Asuhan terhadap pasien.
Akhirnya kami menyempaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak & bantuan dan
perhatiannya yang telah diberikan dalam penyusunan Buku Panduan Penyususnan Praktek Klinis dan
Clinical Pathway di Rumah Sakit Ananda Srengat Blitar.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada sekalian dalam
melaksanakan Tugas ini. Amin.
Ditetapkan di Blitar
Direktur
Nomor : 001/SK/RSUA/X/2021
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan : Blitar
Ananda
Nomor : 001/SK/RSUA/X/2021
No Nama
1 dr. Dwiyanto Utomo, Sp. B
2 dr. Satrio Budi Susetyo, M. Biomed, Sp. OG
3 dr. Sita Ratri Andini, Sp.OG
4 dr. H. Dedi Ismiranto, SH., MH., Sp. PD
5 dr. RR. Friska Fitri Ramadayanti, Sp. PD
6 dr. Ibnu Susanto, Sp. A
7 dr. Novi Irawan, Sp. S
8 dr. Gandhi Estrada, Sp. P
9 dr. Seravina Adilla, Sp. M
10 dr. Zunaedi, Sp.An
11 dr. Tanti Sri Gita Ramdani
12 dr. Hafiz Fauza Dhani
13 dr. Ma’luvi Kholil
Nomor : 009.1/PERDIR/RSUA/I/2022
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Ditetapkan : Blitar
Nomor : 009.1/PERDIR/RSUA/I/2022
BAB I
DEFINISI
Pada proses pembaharuan PPK di Rumah Sakit Umum Ananda, semenjak bulan Desember 2021
telah dilakukan rapat pembahasan penyusunan panduan praktik klinis dengan semua SMF yang ada
untuk perencanaan kegiatan lebih lanjut. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan jenis penyakit
dari masing-masing SMF dan di dalamnya terdapat Panduan Praktek Klinik yang merupakan Indikator
Mutu Nasional sebagai berikut :
1 Diabetes Melitus
2 Thypoid fever
3 Anemia
4 Heart Failure
1 Neonatus Infection
2 Hiperbilirubin
3 Thypoid Fever
4 Dengue Fever
5 Kejang Demam
4 Abortus
5 Hiperemesis Gravidarum
ILMU BEDAH
1 Appendicitis Acute
2 Hernia Inguinalis
3 Ileus Obstruktif
5 Combutio
SARAF
1 CVA Infark
2 Epilepsi
3 Vertigo
PARU
1 Tuberculosis Paru
2 Pneumonia
3 Covid -19
1 Diabetes Melitus
2 Thypoid Fever
3 Hipertensi
1 Thypoid Fever
2 Dengue Fever
1 Sectio Caesaria
BEDAH
1 Appendicitis Acute
SARAF
1 CVA Infark
PARU
1 TB Paru
BAB III
TATA LAKSANA
A. Persiapan
1. Komite medis membuat kebijakan untuk menugaskan kepada tiap Staf Medis Fungsional
(SMF) membuat pendataan PPK yang akan di buat.
2. Perencanaan rapat pleno Komite Medis dengan anggota perwakilan dari seluruh SMF di
dalam Rumah Sakit.
3. Membentuk tim penyusun dengan kompetensinya.
4. Ketua SMF membuat surat tugas kepada tim penyusun tentang pendelegasian tersebut.
5. Setiap SMF melakukan pemilihan penyakit berdasarkan jenis yang termasuk High Cost,
High Risk, dan High Volume sebanyak 5 penyakit
6. Perencanaan pertemuan secara berkala (seminggu sekali) dan tia-tiap SMF dan tim penyuaun
yang dikoordinasi oleh Komite Medis.
7. Pengumpulan hasil pertemuan sebagai dokumentasi untuk dasar tindakan selanjutnya.
B. Penyusunan
1. Pembuatan PPK bersumber pada Panduan Nasional Praktek Klinis (PNPK) sebagai tinjauan
Pustaka.
2. Bila tidak terdapat PNPK pada bidang penyakit tersebuat, maka dapat menggunakan
referensi yang lain yang telah disepakati oleh staf Medis Fungsional (SMK)
3. Dilakukan penyesuaian standard yang terdapat dalam Pedoman Nasional Praktek Klinis
(PNPK) ke Panduan Praktek Klinis (PPK) sesuai fasilitas dan kondisi yang terdapat di
Rumah Sakit Umum Ananda Srengat.
C. Penyangkalan (Disclaimer)
1. Dalam setiap dokumen tertulis PPK serta perangkat implementasinya mutlak harus dituliskan
bab tentang disclaimer (wewanti/ penyangkalan ). Hal ini dimaksudkan untuk :
a. Menghindari kesalah pahaman atau salah persepsi tentang arti kata standard, yang dimaknai
harus melakukan sesuatu tanpa kecuali.
b. Menjaga autonomi dokter bahwa keputusan klinis merupakan wewenang sebagai orang yang
dipercaya pasien.
2. Dalam disclaimer minimal harus mencakup :
a. PPK dibuat untuk average patient
b. PPK dibuat untuk penyakit/kondisi patologis tunggal
c. Reaksi individual terhadap prosedur diagnosis dan terapi bervariasi
d. PPK dianggap valid pada saat dicetak
e. Praktek kedokteran modern harus lebih mengakomodasi preferensi pasien dan keluarga.
3. Bab tambahan yang dapat disertakan pada disclaimer :
a. PPK dimaksudkan untuk tatalaksana pasien sehingga tidak berisi informasi lengkap tentang
penyakit.
b. Dokter yang memeriksa harus melakukan konsultasi bila merasa tidak menguasai atau ragu
dalam menegakan diagnosa dan memberikan terapi
c. Penyusunan PPK tidak bertanggung jawab atas hasil apapun yang terjadi akibat penyala
gunaan PPK dalam tatalaksana pasien.
D. Implementasi
1. Pada Kasus yang memiliki PPK, maka dilaksanakan sesuai PPK yang telah disahkan.
2. Dalam implementasi PPK harus sesuai kewenangan klinis staf medis.
3. Dalam menggunakannya pada pelayanan dapat dibantu dengan alat bantu berupa clinical
pathway, algoritme, protokol, prosedur tindakan, dan standing order.
4. PPK hanya dapat digunakan pada pasien dengan yang rata-rata sering terjadi.
5. PPK dapat diterpkan dengan baik pada penyakit dengan diagnose tunggal, tanpa komplikasi.
6. Penereapan PPK pada pasien dapat mengakibatkan respon yang bervariasi terhadap prosedur
diagnostik yang diberikan.
7. PPK yang dianggap masih valid untuk dilaksanakan dan diterapkan adalah pada saat
diterbitkan, tidak menutup kemungkinan untuk waktu mendatang sudah tidak bias digunakan
karena terdapat studi yang lebih terkini, sehingga perlu dilakukan revisi.
8. Penerapan PPK oleh dokter terhadap pasiennya harus tetap mematuhi proses clinical decision
making, dimana pasien berhak untuk memberikan persetujuan penolakan terhadap tindakan
yang akan dilakukan.
F. Tindak Lanjut
1. Tindak lanjut dari evaluasi terhadap PPK dengan menggunakan audit klinis dapat dibagi
menjadi 2 (dua) bagian menurut permasalahannya :
a. Audit Klinis kasus bermasalah
Sumber didapatkan dari laporan jaga/complain pasien/ronde ruangan. Pembahasan dapat
berupa kasus sulit atau kasus kematian. Hal ini dilakukan oleh SMF ( 1 st party audit) dan
komite Medis (2nd party audit)
b. Audit klinis sejumlah kasus dengan diagnose tertentu
Dilakukan oleh Komite Medis dengan memilih kasus tertentu untuk dilakukan penilaian
dan analisis terhadap kesesuaisn dengan PPK. Hasil dari audit sebagai bahan rekomendasi
untuk revisi PPK selanjutnya.
2. Setelah dilakukan audit nantinya akan dijadikan referensi terhadap perubahan pada PPK untuk
tatalaksana PPK berikutnya.
3. PPk yang telah disusun dikumpulkan ke Komite Medis untuk diajukan ke Direktur untuk
diberikan surat keputusan pemberlakuan PPK tersebut pada pelayanan rumah sakit.
BAB IV
DOKUMENTASI
Panduan Praktek Klinik berdasarkan pendekatan Evidence Based Medicine atau Health Tecnology
assessment (HTA) minimal berisi tentang:
1. Definisi/pengertian
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan fisik
4. Kriterian Diagnosa
5. Diagnosa Kerja
6. Diagnosa banding
7. Pemeriksaan penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosa
11. Pustaka
1. Tata laksana penyakit pasien dalam kondisi tunggal dengan / tanpa komplikasi
2. Tata Laksana berdasarkan kondisi
B. Bagan Ringkasan Pembuatan Panduan Praktek Klinis
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSU ANANDA SRENGAT - BLITAR
2022 – 2024
DIABETES MELITUS
1. Pengertian Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi Insulin, kerja insulin atau keduanya.
2. Anamnesis 1. Gejala klasik
a. Poliuri
b. Polidipsi
c. Polifagi
2. Kesemutan
3. Gatal
4. Mata Kabur
5. Luka yang sulit sembuh
6. Pruritus vulva pada wanita
7. Disfungsi ereksi pada pria
3. Pemeriksaan 1. Penurunan berat badan
fisik 2. Pruritus
3. Gangren
4. Kriteria Kriteria Klinis
Diagnosis 1. Terdapat gejala klasik seperti poliuri, polidipsi, polifagi
2. Luka yang sulit sembuh
3. Kesemutan
4. Gatal-gatal
5. Mata kabur
Kriteria Laboratorium
1. Glukosa darah sewaktu ≥ 200mg/dL
2. Glukosa darah puasa ≥ 126mg/dL
3. Glukosa darah plasma 2 jam > 200mg/dL
4. HbA1C ≥ 6.5%
5. Diagnosis Kerja Diabetes Melitus
6. Diagnosa 1. Diabetes Insipidus pada ibu hamil
Banding 2. Toleransi Glukosa terganggu
3. Glukosa terganggu
7. Pemeriksaan Pemeriksaan Laboratorium :
Penunjang 1. Darah Lengkap
2. Gula darah sewaktu
3. Glukosa darah puasa 2 jam setelah makan
8. Terapi 1. Terapi cairan IVFD RL/NaCl 0.9%
2. Metformin,glbenclamid dosisi awal 2.5 mg dosis maksimal
15 mg/hari diberikan 15-30 menit sebelumn makan,
acarbose, insulin (short acting atau long acting)
3. Ikuti Algoritma
4. Obat Oral :
Metformin 3x500
Glimepirid 4mg 1x1 tab
Acarbose 100mg 1x1
9. Edukasi Mengatur Diet
Latihan Jasmani teratur
10. Prognosis Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
11. Tingkat IV
Evidence
12. Tingkat c
rekomendasi
13. Penelaah dr. H. Dedi Ismiranto,SH., MH., Sp. PD
Kritis
14. Indikator 95% pasien dengan DM membaik dalam waktu 4 hari perawatan
Medis
15. Kepustakaan Panduan Pelayanan Medik, PAPDI, 2006, Jakarta
Kosensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes mellitus 2011
Mengetahui,
HEART FAILURE
1. Pengertian Keadaan patofisiologi terhadap fungsi jantung sehingga jatung
tidak mampu memompa darah untuk memerlukan kebutuhan
metabolisme jaringan
2. Anamnesis Nyeri dada sebelah kiri, sesak nafas, meraaa cepat lelah, lemas,
bengkak pada kaki kiri
3. Pemeriksaan Keadaan Umum : Kesadaran, status nutrisi, berat badan.
Fisik Nada : Frekuensi, ritme, konfigurasi nadi
Tekanan Darah : sistolik, diastolic, tekanan nadi
Tanda kelebihan cairan ; tekanan vena jugularis, edema perifer,
hepatomegali, ascites
Thorax : Frekuensi nafas, Ronkhi, efusi Pleura.
Jantung : Perpindahan Apex jantung, irama gallop, suara jantung
ke 3, bising jantung.
4. Kriteria diagnosis Menggunakan Kriteria Framingham :
Kriteria Mayor :
Paroksismal nocturnal dyspneu
Ronkhi basah
Irama gallop
Kardiomegali
Distensi Vena leher
Peningkatan tekanan vena jugularis
Edema Paru akut
Refluks hepato jugular
Kriteria Minor:
Edema Ekstrimitas
Batuk malam hari
Sesak saat aktivitas
Hepatomegali
Efusi pleura
Takikardi
Mengetahui,
THYPOID FEVER
1. Pengertian Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman salmonella
thyphii atau salmonella parathypii
2. Anamnesis 1. Demam naik secara bertahap pada minggu pertama, lalu menetap
(kontinyu) atau remitten pada minggu ke 2
2. Demam terutama sore/malam hari
3. Sakit kepala
4. Nyeri Otot
5. Anoreksia
6. Mual, muntah
7. Konstipasi atau diare
3. Pemeriksaan fisik 1. Febris
2. Kesadaran berkabut/apatis
3. Bradikardia relative (peningkatan suhu 1°c tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8x/menit)
4. Lidah berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah, serta tremor)
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. Nyeri abdomen
4. Kriteria diagnosis 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan penunjang
Darah Rutin: Dapat ditemukan leukopeni, leukositosis atau
normal, Anemia ringan, Trombositopenia
Widal: Peningkatan titer uji widal > 4 kali lipat setelah satu
minggu memastikan diagnose, UJi widal tunggal dengan titer
antibody O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis
mendukung diagnosis.
4. Diagnosis Demam Thypoid
5. Diagnosis banding 1. Infeksi virus
2. Leptospirosis
3. DHF
4. Malaria
5. Pemeriksaan 1. Darah tepi perifer
penunjang - Anemia
- Leucopenia (jarang < 3.000/ul)
- Limfositosis Relatif
- Trombositopeni
2. Serologi Widal Kadar IgM dan IgG (typhi-dot)
3. Radiologi
- Foto thorak, bila diduga terjadi komplikasi pneumonia
- Foto Abdomen, bila diduga terjadi komplikasi intraintestinal
seperti perforasi usus atau perdarahan saluran cerna
- Pada perforasi usus tampak distribusi udara tak merata, airfluid
level, bayangan radiolusen didaerah hepar, udara bebas pada
abdomen.
4. Terapi Nonfarmakologis: Tirah Baring, makanan lunak rendah serat
Farmakologist
Simptomatis
Antibiotik:
1. Sefalosporin generasi III:
yang terbukti efektif adalah ceftriakson 2-3 gram sehari intravena
selama 3-5 hari.
Dapat juga diberikan Cefotaxime 2-3 x 1 gram, sefoperazon 2x1
gram
2. Simtomatis :
Metamizole 3x500mg
Ranitidin 2x1 amp
Ondancentron 3x1 amp
3. Suportif
Demam typhoid ringan dapat dirawat dirumah
- Tirah baring
- Isolasi memadai
- Kebutuhan cairan dan kalori memadai
5. Edukasi 1. Obsevasi demam dan istirahat
2. Diet: Makanan tidak berserat dan mudah dicerna. Setelah demam reda,
dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan kalori cukup.
3. Kebersihan lingkungan
4. Prognosis Ad vitam : Dubia Ad Bonam
Ad sanationam : Dubia Ad Bonam
Ad fungsionam : Dubia Ad Bonam
1. Tingkat evidens IV
2. Tingkat rekomendasi C
3. Penelaah kritis dr. H. Dedi Ismiranto, SH., MH., Sp.PD
4. Indikator medis 90% pasien dengan typoid fever bisa membaik dalam waktu 5 hari
perawatan di Rumah Sakit.
5. Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V bab Demam Typhoid 2011
2. Panduan Pelayanan Medik Perimpunan dokter Penyakit Dalam
Indonesia 2009
Blitar, 4 januari 2022
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
ANEMIA
1. Pengertian Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel – sel darah merah
(eritrosit) dan/atau Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada dibawah
nilai normal (kurang darah). Hemoglobin adalah bagian utama dari sel darah
merah yang berfungsi mengikat oksigen.
2. Anamnesis Tanda gejala :
1. Mudah letih bila melakukan aktifitas fisik/mental.
2. Nafas pendek.
3. Pusing.
4. Tidak nafsu makan.
5. Wajah terlihat pucat.
Faktor Risiko
1. Rendahnya asupan gizi pada makanan.
2. Gangguan kesehatan usus kecil atau operasi yang berkenaan dengan usus
kecil.
3. Menstruasi.
4. Kehamilan.
5. Kondisi kronis seperti kanker, gagal ginjal atau kegagalan hati.
6. Faktor keturunan.
3. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum : pucat, keletihan berat, nyeri kepala, demam, dipsnea,
vertigo, sensitif terhadap dingin, BB turun.
2. Kulit : kulit kering, kuku rapuh.
3. Mata : penglihatan kabur, sclera pucat (merah muda).
4. Telinga : vertigo, tinnitus.
5. Mulut : mukosa licin dan mengkilat, stomatitis.
6. Paru – paru : dipsneu dan orthopnea.
7. Kardiovaskuler : takikardia, palpitasi, mur – mur, angina, hipotensi,
kardiomegali, gagal jantung.
8. Gastrointestinal : anoreksia dan menoragia, menurunnya fertilisasi,
hematuria (pada anemia hemolitik).
9. Muskuloskletal : nyeri pinggang, sendi dan tenderness sterna.
Sistem persarafan : nyeri kepala, bingung, neurupatu perifer, parastesia,
mental depresi, cemas, kesulitan koping.
4. Kriteria diagnosis Batasan anemia secara individu menurut WHO berdasarkan kadar hemoglobin
(Hb) yang diperiksa per 10 gram millimeter (mL) atau gram per desiliter (dL)
adalah :
1. Anak pra sekolah : Hb 11 gr/dL
2. Anak sekolah : Hb 12 gr/dL
3. Laki – laki dewasa : Hb 13 gr/dL
4. Perempuan dewasa : Hb 12 gr/dL
5. Ibu hamil : Hb 11 gr/dL
Ibu menyusui : Hb 12 gr/dL
5. Diagnosis Anemia
6. Diagnosis banding Semua keadaan yang memberikan gambaran anemia hipokrim mukrositik lain,
talasemia minor, anemia karena penyakit kronis, lead poisoning (keracunan
timbale) dan anemia sideroblastik.
7. Pemeriksaan Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
penunjang 1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12 – 14 g/dl).
2. Kadar Ht menurun (normal 37% - 41%).
3. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik).
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada asupan darah tepi.
Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia
aplastik)
8. Terapi Tindakan umum :
1. Tranfusi PRC.
2. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
3. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen.
4. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
5. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (tergantung dari penyebabnya).
1. Anemia defisiensi besi
a. Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang
diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
b. Pemberian preparat Fe.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12.
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral.
Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
9. Edukasi 1. Biasakan makan – makanan yang banyak mengandung zat besi. Diantaranya
zat besi banyak terdapat pada syuran yang berwarna hijau atau dagung dan
hati ayam, daging bebek, ikan , kacang – kacangan dan lai – lain.
2. Banyak memakan buah – buahan yang mengandung vitamin C karena
vitamin C akan membantu penyerapan dari zat besi.
10. Prognosis Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan zat besi saja dan
diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat.
11. Tingkat evidens IV
12. Tingkat C
rekomendasi
13. Penelaah kritis dr. H. Dedi Ismiranto, SH., MH., Sp.PD
14. Indikator medis 95% pasien dengan dengue fever membaik dalam waktu 3 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Supandiman I., Sumantri, R., Fadjari, TN., Firanza, PI., Oehadian, A., 2003.
Pedoman Diagnosis dan Terapi HEMATOLOGI ONKOLOGI MEDIK.
Bandung : Q-Communication.
2. Sudoyo , AW., et al. 2006. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Jilid II
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI
3. McCance, KL., Huether, SE., 2006. PATHOPHYSIOLOGY The Biologic
Basis for Disease in Adults and Children. 5th edition. USA : Elsevier Mosby.
O’Connor, S., Kaplan, S., Final Diagnosis – Anemia. Available at
path.upmc.edu.
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
HIPERTENSI
Pengertian Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyababnya. Hipertensi menjadi masalah karena meningkatnya
prevalensi, masih banyak pasien yang belum mendapat
pengobatan, maupun yang telah mendapat terapi tetapi target
tekanan darah belum tercapai serta adanya penyakit penyerta dan
komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Diagnosis HIPERTENSI
Diagnosis banding White collar hypertension, Nyeri akibat tekanan intraserebral,
Ensefalitis
Pemeriksaan 1. Laboratorium : DL, Urinalisis (proteinuria), tes gula darah,
Penunjang profil lipid, ureum, kreatinin
2. RO Thorax
3. EKG
Tingkat evidens IV
Tingkat rekimendasi C
Penelaah kritis dr. H. Dedi Ismiranto, SH., MH., Sp.PD
Indikator medis 95% nyeri ulu hati teratasi dalam waktu 3 hari perawatan
Kepustakaan Direktorat Penyakit Tidak Menular. Buku Pedoman Pengendalian
Hipertensi. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
Blitar, 4 Januari 2022
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
HIV
Pengertian (Definisi) Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala
penyakit yang diakibatkan karena penurunan kekebalan tubuh akibat adanya
infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Anamnesis Keluhan
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala atau keluhan tertentu.
Pasien datang dapat dengan keluhan:
1. Demam (suhu >37,5OC) terus menerus atau intermiten lebih dari satu
bulan.
2. Diare yang terus menerus atau intermiten lebih dari satu bulan.
3. Keluhan disertai kehilangan berat badan (BB) >10% dari berat badan
dasar.
4. Keluhan lain bergantung dari penyakit yang menyertainya.
Faktor Risiko
1. Penjaja seks laki-laki atau perempuan
2. Pengguna NAPZA suntik
3. Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki dan
transgender
4. Hubungan seksual yang berisiko atau tidak aman
5. Pernah atau sedang mengidap penyakit infeksi menular seksual (IMS)
6. Pernah mendapatkan transfusi darah
7. Pembuatan tato dan atau alat medis/alat tajam yang tercemar HIV
8. Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS
9. Pasangan serodiskordan – salah satu pasangan positif HIV
Diagnosis Kerja Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil tes
HIV
Stadium klinis ditentukan dengan tabel berikut
Pemeriksaan Laboratorium
Penunjang a. Hitung jenis leukosit :
Limfopenia dan CD4 hitung <350 (CD4 sekitar 30% dari jumlah total limfosit)
b. Tes HIV menggunakan strategi III yatu menggunakan 3 macam tes dengan
titik tangkap yang berbeda, umumnya dengan ELISA dan dikonfirmasi
Western Blot
c. Pemeriksaan Darah Lengkap
2. Radiologi: X-ray torak
Tata Laksana 1. Pasien terduga HIV/AIDS dirujuk untuk konseling dan pemeriksaan VCT
2. Pasien yang belum memenuhi syarat terapi ARV
Monitor perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4-nya setiap 6 bulan
sekali.
3. Pemberian kotrimoxazole sebagai pengobatan dan pencegahan primer
infeksi oportunistik
4. Pemantauan pasien dalam terapi antiretroviral
a. Pemantauan klinis
Dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12 dan 24 minggu sejak memulai
terapi ARV dan kemudian setiap 6 bulan bila pasien telah mencapai
keadaan stabil.
b. Pemantauan laboratorium
i. Pemantauan CD4 secara rutin setiap 6 bulan atau lebih sering bila
ada indikasi klinis.
ii. Pasien yang akan memulai terapi dengan AZT maka perlu
dilakukan pengukuran kadar Hemoglobin (Hb) sebelum memulai
terapi dan pada minggu ke 4, 8 dan 12 sejak mulai terapi atau ada
indikasi tanda dan gejala anemia
iii. Bila menggunakan NVP untuk perempuan dengan CD4 antara
250–350 sel/mm3 maka perlu dilakuan pemantauan enzim
transaminase pada minggu 2, 4, 8 dan 12 sejak memulai terapi
ARV (bila memungkinkan), dilanjutkan dengan pemantauan
berdasarkan gejala klinis.
iv. Evaluasi fungsi ginjal perlu dilakukan untuk pasien yang
mendapatkan TDF.
5. Terapi untuk infeksi oportunistik yang muncul
Edukasi 1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular seksual (IMS),
dan kelompok risiko tinggi beserta pasangan seksualnya, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
HIV/AIDS. Pasien disarankan untuk bergabung dengan kelompok
penanggulangan HIV/AIDS untuk menguatkan dirinya dalam menghadapi
pengobatan penyakitnya.
Prognosis Ad vitam : Dubia ad malam
Ad fungsionam : Dubia ad malam
Ad sanationam /: Dubia ad malam
Indikator Medik Semua pasien terduga HIV/AIDS dirujuk untuk pengobatan CST
DEMAM TIFOID
Demam tifoid adalah penyakit endemis di Indonesia
1. Pengertian (Definisi) yang disebabkan oleh infeksi sistemik Salmonella
typhi.
Usia Sekolah dan Masa Remaja
- Onset insidious, mialgia, sakit kepala, sakit
daerah abdomen (anak ibasanya tidak dapat
menunjukkan daerah yang paling sakit/rasa tidak
nyaman difus), keluhan meningkat pada minggu
kedua.
- Demam sampai hari keempat bersifat remiten,
dengan pola seperti anak tangga (stepwise
fashion), sesudah hari kelima atau paling lambat
akhir minggu pertama pola demam berbentuk
kontinua.
2. Anamnesis - Diare dapat ditemukan pada hari-hari pertama
sakit, selanjutnya terjadi konstipasi. Bila diare
terjadi sesudah minggu kedua harus dicurigai
infeksi tambahan oleh jasad renik lain.
- Mual dan muntah dapat ditemukan pada awal
sakit, bila ditemukan pada minggu kedua atau
ketiga harus diwaspadai awal dari suatu
komplikasi.
- Pada minggu kedua keluhan malaise, anoreksia,
mialgia, sakit kepala, sakit daerah abdomen pada
minggu kedua bertambah berat, dapat ditemukan
disorientasi, letargi, delirium bahkan stupor.
Usia Balita
- Relatif jarang, biasanya bersifat ringan berupa
demam ringan, malaise, dan diare. Sering
misdiagnosis sebagai diare akut.
Neonatus
- Gejala timbul biasanya sesudah 3 hari pasca
dilahirkan berupa muntah-muntah, diare, distensi
abdomen. Suhu tubuh tidak stabil, ikterus, BB
turun, kadang disertai kejang.
- Bradikardia relatif (jarang pada anak usia yang
lebih muda, dapat ditemukan pada remaja).
- Dapat ditemukan hepatomegali, splenomegali,
distensi abdomen yang disertai rasa sakit.
Biasanya anak tidak dapat melokalisasi rasa sakit,
memberi kesan rasa tidak enak/sakit yang difus.
- Rose spot ditemukan pada 50% kasus, dicari di
daerah dada bawah dan abdomen bagian atas.
- Bila ditemukan tanda pneumonia seperti sesak
3. Pemeriksaan Fisis napas dan crackles, biasanya terjadi sesudah
minggu kedua dan merupakan superinfeksi.
- Pada demam tifoid berat dapat dijumpai
penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus
(hepatitis tifosa), syok septik
- Pada perforasi atau perdarahan saluran cerna:
suhu menurun, nyeri abdomen, muntah, nyeri
tekan pada palpasi, bising usus menurun sampai
menghilang, defance musculaire positif, dan
pekak hati menghilang
Manifestasi demam tifoid sangat luas dan tidak khas,
4. Kriteria Diagnosis sehingga diagnosis pasti ditegakkan atas ditemukannya
bakteri dari kultur.
- Gastroenteritis akut
- Tuberkulosis
5. Diagnosis Banding
- Infeksi Ricketsia (demam tifus)
- Pneumonia
Darah tepi perifer:
- Anemia, leukopenia (jarang kurang dari 3000/ul),
limfositosis relatif, trombositopenia (terutama
pada demam tifoid berat)
Pemeriksaan serologi
- Serologi Widal: kenaikan titer S. typhi titer O
6. Pemeriksaan Penunjang 1:200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase
konvalesens
Pemeriksaan radiologis:
- Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi
pneumonia
- Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi
intraintestinal seperti perforasi usus atau
perdarahan saluran cerna. Pada perforasi usus
tampak:
- Distribusi udara tak merata
- Air fluid level
- Bayangan radiolusen di daerah hepar
- Udara bebas pada abdomen
Medikamentosa
Antibiotik
- Cefotaksim 80 mg/kgbb/hari selama 10-14 hari
- Ceftriakson 80 mg/kgbb/hari, IV atau IM,
sekali sehari, selama 5 hari
- Cefiksim 10-20 mg/kgbb/hari, oral, dibagi
dalam 2 dosis, selama 7-14 hari
Simptomatik
Paracetamol 15 mg/kgBB per 6 jam (IV)
Ondancentron 0,1 mg/kgBB 3x1 K/P
Bedah
Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi
usus
7. Terapi
Suportif
- Tirah baring
- Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi, bila perlu
melalui sonde lambung
- Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan
dikurangi menjadi 4/5 kebutuhan dengan kadar
natrium rendah
- Diet makanan tidak berserat dan mudah dicerna.
Setelah demam reda, dapat segera diberikan
makanan yang lebih padat dengan kalori cukup
- Pertahankan fungsi sirkulasi, oksigenasi,
keseimbangan asam-basa dan elektrolit
- Transfusi darah kadang-kadang diperlukan pada
perdarahan saluran cerna dan perforasi usus
- Menjaga sanitasi lingkungan
- Menghindari jajan sembarangan
8. Edukasi (Hospital Health Promotion) - Cuci tangan dengan sabun sebelum makan
- Imunisasi tifoid tiap 3 tahun bagi anak usia > 2
tahun
- Intraintestinal: perforasi usus atau perdarahan
saluran cerna
9. Penyulit - Ekstraintestinal: tifoid ensefalopati, hepatitis
tifosa, meningitis, pneumonia, syok septik,
pioelonefritis, endokarditis, osteomielitis, dll.
Pada tifoid ringan & sedang prognosis ad bonam
10. Prognosis Pada tifoid berat umumnya dubia ad bonam
Bila ditemukan penurunan kesadaran berat: ad malam
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat Rekomendasi A/B/
Penegakan diagnosis pasti demam tifoid tidak mudah
13. Penelaan Kritis mengingat spektrum klinis yang luas dan
membutuhkan konfirmasi hasil kultur darah.
- Apabila pada hari ke-4-5 setelah pengobatan
demam tidak reda, evaluasi kembali adakah
komplikasi, sumber infeksi lain, resistensi S.typhi
terhadap antibiotik, atau salah menegakkan
14. Indikator Medis diagnosis
- Kriteria pulang pada pasien rawat inap: tidak
demam selama 24 jam tanpa antipiretik, nafsu
makan membaik, klinis perbaikan, tidak dijumpai
komplikasi
- Cleary TG. Salmonella. Dalam: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson
textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia:
Saunders; 2004, h. 912-9.
- Garna H. Nataprawira HM, penyunting. Pedoman
15. Kepustakaan diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak. Edisi
ke-4. Bandung:Dept. IKA FKUP/RSUP dr. Hasan
Sadikin; 2012, h.351-4.
- Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS,
dkk., penyunting. Pedoman Pelayanan Medis
IDAI. Jilid I. Jakarta: IDAI; 2010, h. 47-50.
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
dr. H. Dedi Ismiranto, SH., MH., Sp. PD
NEONATAL HIPERBILIRUBINEMIA
Hiperbilirubinemia didefisikan sebagai kadar bilirubin
serum total 5 mg/dL. Ikterus adalah pewarnaan kuning
1. Pengertian (Definisi)
pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan
bilirubin tak terkonjugasi pada jaringan
- Hari dimulainya ikterus
- Gol darah ibu & rhesus, riwayat ikterus, anemia,
splenektomi di keluarga, riwayat penyakit hati di
keluarga, kakak yang mengalami ikterus/anemia
- Penyakit ibu (DM atau gangguan imunitas), asupan
2. Anamnesis obat ibu (sulfonamid, aspirin, antimalaria)
- Riwayat perinatal (persalinan traumatis, trauma
lahir, tertundanya penjepitan tali pusat, asfiksia),
riwayat pascanatal (muntah, BAB jarang, ASI
tertunda), metoda pemberian minum (ASI/formula)
- Warna urin & feses
- Tanda vital, usia kehamilan, apakah bayi kecil
dibanding usia kehamilan, adanya
sefalhematoma/memar/pucat,
3. Pemeriksaan Fisis kejang/iritabilitas/letargi, hepatosplenomegali,
petekie, mikrosefali, tanda hipotiroidisme (pada
ikterus awitan lambat)
- Warna urin & feses
Hiperbilirubinemia fisiologis: kadar bilirubin tak
4. Kriteria Diagnosis
terkonjugasi:
- Neonatus cukup bulan: mencapai 6-8 mg/dL pada
usia 3 hari, setelah itu berangsur turun
- Neonatus kurang bulan: 10-12 mg/dL pada hari ke-
5, bahkan > 15 mg/dL dan berangsur turun dalam
waktu 2 minggu
Hiperbilirubinemia patologis
- Awitan ikterus sebelum usia 24 jam
- Peningkatan bilirubin serum yang membutuhkan
fototerapi
- Peningkatan bilirubin serum > 5 mg/dL/24 jam
- Kadar bilirubin terkonjugasi > 2 mg/dL
- Bayi menunjukkan tanda sakit (muntah, letargi,
kesulitan minum, penurunan berat badan, apne,
takipnu, instabilitas suhu)
- Ikterus menetap > 2 minggu
- Breastfeeding jaundice: ikterus yang disebabkan
oleh kekurangan asupan ASI
- Breastmilk jaundice: ikterus yang disebabkan oleh
ASI
5. Diagnosis Banding - Inkompatibilas rhesus/ABO
- Hemoglobinopati
Panduan terapi sinar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu (bilirubin total serum dalam
mg/dL)
Usia 0 24 jam 48 jam 72 jam 96 jam 5-7 hari
Risiko rendah 6 11 15 17 20 21
Risiko sedang 5 9 13 15 17 18
Risiko tinggi 4 7 11 13 14 15
Panduan transfusi tukar pada bayi dengan usia gestasi 35 minggu (bilirubin total serum dalam
mg/dL)
Usia 0 24 jam 48 jam 72 jam 96 jam 5-7 hari
Risiko rendah 16 19 22 24 25 25
Risiko sedang 14 16 19 21 22 22
Risiko tinggi 12 15 17 18 19 19
Keterangan:
Risiko rendah: 38 minggu dan bayi sehat
Risiko sedang: 38 minggu dengan faktor risiko atau 35-37 minggu dan bayi sehat
Risiko tinggi: 35-37 minggu dengan faktor risiko
Faktor risiko: penyakit hemolitik isoimun, defisiensi G6 PD, asfiksia, letargi, instabilitas suhu, sepsis,
asidosis, atau albumin < 3 g/dL
Panduan terapi sinar untuk bayi prematur (bilirubin total serum dalam mg/dL)
Berat Indikasi terapi sinar Indikasi transfusi tukar
<1000 g Dimulai dalam 24 jam pertama 10-12
1000-1500 g 7-9 12-15
1500-2000 g 10-12 15-18
2000-2500 g 13-15 18-20
Tatalaksana umum:
- Semua obat atau faktor yang mengganggu metabolisme
bilirubin, ikatan bilirubin dengan labumin, atau integritas
sawar darah-otak harus dieliminasi
- Pantau kecukupan jumlah ASI, diberikan minimal 8 kali
sehari
- Jika kadar bilirubin mencapai 15 mg/dL, dilakukan
penambahan volume cairan dan stimulasi produksi ASI
dengan melakukan pemerasan payudara.
- Manajemen laktasi
8. Edukasi (Hospital
- Skrining golongan darah, Rhesus, dan direct Coomb’s test
Health Promotion)
pada bayi dari ibu dengan Rhesus negatif
Hiperbilirubinemia tanpa ensefalopati: ad bonam
9. Prognosis
Hiperbilirubinemia dengan ensefalopati: dubia ad malam
10. Tingkat Evidens I/II/III/IV
11. Tingkat Rekomendasi A/B/C
Keputusan untuk melakukan fototerapi harusmempertimbangkan
12. Penelaan Kritis usia gestasi, usia pascalahir, dan ada tidaknya faktor risiko pada
bayi.
Tanda penyulit bilirubin ensefalopati:
- Manifestasi klinis akut: fase awal bayi dengan ikterus berat
akan tampak letargis, hipotonik, dan refleks isap buruk. Fase
13. Indikator Medis
intermediat ditandai dengan moderat stupor, iritabilitas, dan
hipertoni. Fase selanjutnya bayi mengalami demam, high
pitched cry, drowsiness, dan hipotoni
- Glasgow LA. Jaundice and hyperbilirubinemia. Dalam:
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson
textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders;
14. Kepustakaan
2004, h.501-4.
- Garna H. Nataprawira HM, penyunting. Pedoman diagnosis
dan terapi ilmu kesehatan anak. Edisi ke-4. Bandung:Dept.
IKA FKUP/RSUP dr. Hasan Sadikin; 2012, h.649-57.
- Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, dkk.,
penyunting. Pedoman Pelayanan Medis IDAI. Jilid I. Jakarta:
IDAI; 2010, h.114-22.
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
Diagnosis confirmed:
Kasus probable ditambah tes IgM anti
dengue (+)
4. Kriteria Diagnosis
Diagnosis DBD: semua dari berikut ini:
- Demam akut dengan durasi 2-7 hari
- Manifestasi perdarahan, dengan tanda: tes
bendung (+), ptekie, ekimosis, atau purpura,
atau perdarahan mukosa, saluran cerna,
tempat penyuntikan, atau tempat lain.
- Trombosit 100.000/ul
- Terdapat tanda kebocoran plasma yang
ditandai dengan: peningkatan
hematokrit/hemokonsentrasi 20% dari
baseline atau penurunan pada konvalesens,
atau terdapat kebocoran plasma seperti
efusi pleura, asites, hipoproteinemia,
hipoalbuminemia
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
KEJANG DEMAM
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenakan suhu tubuh (diatas 38 C Rektal) tanpa adanya infeksi
1. Pengertian
susunan saraf pusat, gangguan elektrolit atau metabolik
lainnya. Kejang yang terjadi pada bayi dibawah umur 1 bulan
tidak termasuk dalam kejang demam.
1. Meningitis
6. Diagnosis Banding
2. Ensefalitis
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
BEDAH SESAR
SECTIO CAESARIA / SC
3. Indikasi A. Ibu
- Panggul sempit atau panggul picak
- Obstruksi jalan lahir
- DKP/Disproporsi kepala panggul
- Ruptura uteri iminen
- Malpresentasi atau malposisi (kelainan letak
atau posisi)
- Inkoordinasia uteri
- Plasenta previa atau plasenta letak rendah
- Solusio plasenta
- Obstructed labor atau plasenta letak rendah
58
secara tumpul
12. Reperetonealisasi
7. Prosedur Pasca Operasi 1. Pemantauan klinis dan laboratoris pasca operasi oleh
DPJP hingga pasien pulang
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
PERSALINAN NORMAL
o Pengertian Partus normal adalah partus dimana keadaan ibu dan bayi
dilahirkan dalam keadaan baik dan persalinan terjadi spontan.
o Diagnosis Banding -
Kala II :
a. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu :
- Merupakan langkah penting dalam asuhan ibu
- Dalam penyusunan rencana asuhan harus
berdasarkan diagnose masalah baik aktual maupun
potensial
b. Mempertahankan kebersihan ibu
c. Mempersiapkan kelahiran bayi
d. Membimbing meneran pada waktu his
e. Melakukan pemantauan keadaan ibu dan denyut jantung
janin terus menerus
f. Melakukan amniotomi bila diperlukan
g. Melakukan episiotomy bila diperlukan
h. Melahirkan kepala dengan benar
i. Melonggarkan atau melepaskan bila ada lilitan tali pusat
pada kepala dan badan bayi.
j. Melahirkan bahu dan diikuti badan bayi
k. Nilai tanda-tanda kehidupan minimal 3 aspek yaitu :
adakah usaha bernafas, denyut jantung, warna kulit
l. Menjaga kehangatan bayi
m. Merangsang pernapasan bayi bila diperlukan.
Kala III :
Melaksanakan menejemen aktif kala III ;
a. Melakukan masase uterus untuk meyakinkan tidak ada
bayi lain.
b. Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
c. Memberikan suntikan oksitosin 10 U im
- Dapat diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi,
jika petugas lebih dari satu dan hanya ada bayi
tunggal
- Dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran
bayi jika hanya ada seorang petugas dan hanya da
bayi tunggal
- Oksitosin 10 U IM dapat diulang setelah 15 menit
jika plasenta belum lahir
- Jika oksitosin tidak tersedia, rangsangan putting
payudara ibu atau berikan ASI pada bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah.
65
Kala IV
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
d. Mata kabur
f. Mual muntah
b. TD ≥ 140/ 90 mm Hg
f. Peningkatan SGOT/SGPT
1. Hipertensi gestasional
6. Diagnosis Banding
2. Hipertensi kronis superimposed preeklampsia
1. DL
2. UL
4.CTG
USG
1. Perawatan Konservatif
2. Impending eklampsia
3. Hellps Syndrome
5. FWB jelek
a. Perawatan Aktif
ii. SM terapi :
Blitar,
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
ABORTUS
1. Abortus imminens
Riwayat terlambat haid dengan hasil B HCG (+)
dengan usia kehamilan dibawah 20 minggu
Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak,
2. ANAMNESIS
berwarna kecoklatan dan bercampur lendir
Tidak disertai nyeri atau kram
2. Abortus insipiens
73
a. Abortus iminens
b. Abortus insipiens
c. Abortus inkomplit
Perdarahan aktif
d. Abortus komplit
Perdarahan sedikit
5. DIAGNOSIS KERJA
Unspecified abortion, incomplete,without complication
Mola hidatidosa
Missed abortion
1. Abortus imminens:
a. Pertahankan kehamilan
2. Abortus insipiens
3. Abortus inkomplit
a. Lakukan konseling.
4. Abortus komplit
Blitar,
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
1. Pengertian (Definisi) Mual dan muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 16 minggu. Mual dan muntah
yang berlebihan dapat mengakibatkan dehidrasi,
gangguan asam-basa dan elektrolit dan ketosis
keadaan ini disebut sebagai keadaan hiperemesis.
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Mual dan muntah
ini terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida. Mual dan muntah mempengaruhi
hingga >50% kehamilan. Keluhan muntah kadang-
kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan
dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi kedaan umum dan mengganggu
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi
dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala
penyakit appendisitis, pielitis, dan sebagainya.
Derajat I
Muntah terus menerus ( >3-4x sehari, dan
mencegah msuknya makanan atau minuman
selama 24 jam ) yang menyebabkan ibu
menjadi lemah, tidak nafsu makan, berat badan
turun (2-3 kg dalam 1minggu), nyeri ulu hati,
nadi meningkat sampai 100x/menit, tekanan
darah sistolik menurun, turgor menurun dan
mata cekung.
Derajat II
Pasien menjadi lebih lemah dan apatis, nadi
kecil dan cepat, suhu bisa meningkat,mata
cekung dan sedikit kuning, berat badan
semakin menurun, pengentalan darah, urin
berkurang, nafas tercium bau aseton
Derajat III
Kedaan umum pasien semakin parah, muntah
berhenti, kesadaran menurun sampai koma,
nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan
tekanan darah menurun.
berbau lemak
d. Istirahat cukup dan hindari kelelahan
b. Medikamentosa
Tatalaksana Umum
a. Dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau
supositoria, 4-6 kali sehari atau Prometazin 5-
10 mg 3-4 kali sehari per oral atau supositoria
b. Bila masih belum teratasi tapi tidak terjadi
dehidrasi berikan salah satu obat dibawah ini :
Klorpromazin 10-25 mg peroral atau 50-
100 mg IM tiap 4-6 jam
Prometazin 12,5-25 mg peroral atau IM
tiap 4-6 jam
Metoklopramid 5-1- mg peroral atau IM
tiap 8jam
Ondancentron 8mg peroral tiap 12 jam
c. Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi
pasang kanula intravena dan berikan cairan
sesuai dengan derajat dehidrasi ibu dan
kebutuhan cairannya
Berikan suplemen multi vitamin IV
Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml
NaCL 0,9% IV selama 20 menit, setiap 4-6
jam sekali
Bila perlu, tambahkan salah satu obat
berikut ini :
Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6
jam
Prometazin 12-25 mg IV tiapm 4-6 jam
Metoklopramid 5-10 mg tiap 8jam
peroral
Bila perlu, tambahkan Metilprednisolon 15-
20 mg IV tiap 8jam atau ondasentron 8mg
selam 15 menit IV tiap 12 jam atau
1mg/jam terus-menerus selama 24 jam
8. Prognosis Bonam
9. Indikator Medis Keluar Rumah - Di temukan perbaikan klinis yang nyata pada pasien
Sakit dan didapatkan keadaan pasien stabil.
10. Kepustakaan 1. Kementrian kesehatan RI danWHO. Buku
saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan. Jakarta:
kementrian kesehatan RI.2013(kementrian
kesehatan Republik Indonesia, 2013)
2. Woeld Health Organization, kementrian
Kesehatan, Perhimpunan Obstetri dan
Ginekologi, Ikatan Bidan Indonesia.
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan dasar dan Rujukan. Edisi I. Jakarta
2013. Hal 82-83 (Kementrian Kesehatan
Republik Indoneisa, 2013)
3. Prawirohardjo, S. Saifudin.
A.B.Raschimhadhi. T.Wiknjosastro, G.H,
2010. Ilmu kebidanan.ED 4 Cetakan
ketig.Jakarta: PT bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo.2010; Hal 814-
818.( Prawirohardjo, et al,2010)
4. Wiknjosastro, H.Hiperemis Gravidarum dalam
ilmu kebidanan jakrta:balai penerbit
FKUI.2005:Hal 275-280. (Prawirohardjo, et
al. 2010)
5. Ronardy, D.H. 0Ed. Obstetri Williams. Ed 18.
Jakarta: penerbit buku kedokteran
EGC.2006:9,996 (Ronardy,2006)
84
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
APENDISITIS AKUT
Penyebab :
Gejalan Klinis :
c. Palpasi
5) Distensi
9) Rosving sign
88
Anoreksia : 1
90
Nausea, muntah : 1
Nyeri lepas : 1
Peningkatan temperatur : 1
Laboratorium : Leukositosis : 2
Farmakologis :
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
ILEUS OBSTRUKTIF
1. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi,
yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut
dan lidah kering.
2. Palpasi dan perkusi
PEMERIKSAAN FISIK Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi
tympani yang menandakan adanya obstruksi.
3. Auskultasi
Terdengar kehadiran episodik gemerincing logam
bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang.
4. Rectal Toucher
Isi rektum menyemprot: Hirschprung disease Adanya
darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
Feses yang mengeras: skibala Feses negatif: obstruksi
usus letak tinggi.
Adhesi,
hernia inkarserata
KRITERIA DIAGNOSIS
keganasan usus besar
94
massa cacing
1. Vital sign
2. Pemasangan nasogastric tube bertujuan untuk
mengosongkan lambung, mengurangi resiko terjadinya
aspirasi pulmonal karena muntah dan meminimalkan
terjadinya distensi abdomen.
TATA LAKSANA 3. Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami
dehidrasi dan kekurangan Natrium, Khlorida dan Kalium
yang membutuhkan penggantian cairan intravena dengan
cairan salin isotonic seperti Ringer Laktat.
4. Urin harus di monitor dengan pemasangan Foley Kateter.
Operatif
1. Koreksi sederhana (simple correction).
Tindakan bedah sederhana untuk membebaskan
usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus
baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal,
Crohn disease, dan sebagainya.
95
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
HERNIA INGUINALIS
9. Pengertian (Definisi) Penonjolan sebagian dari organ maupun jaringan
melewati
3. Mual
4. Muntah
b. EKG
2. Limfadenopati inguinal
3. Lipoma
2. Keluhan berkurang
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
COBUTIO
Suatu luka baik yang berupa kerusakan parsial maupun komplit
PENGERTIAN pada kulit yang diakibatkan oleh suatu bentuk energi, yang
paling sering yaitu energi panas
KRITERIA DIAGNOSIS
103
epitelisasi spontan.
3. Laboratorium
Hb, hematokrit, elektrolit, ureum, kreatinin,
SGOT/SGPT, protein total, albumin
BGA
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
Hari Pertama :
Kebutuhan cairan :
Hari kedua
Ad sanationam = ad bonam
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
STROKE
Pembagian stroke :
B. STROKE HEMORAGIK
- Migren 2-8%
4. Migren hemiplegik
7. Trauma kepala
8. Ensefalopati hipertensif
9. Sklerosis multipel
EKG
8. Terapi Penatalaksanaan
1. Umum
2. Khusus
Rehabilitasi
sekunder
Penatalaksanaan khusus
Neuproprotektan
Konservatif
o Neuroprotektan
Perdarahan serebellum
GCS >7
Terapi komplikasi
KOMPLIKASI
Fase akut
Neurologis
Stroke susulan
Edema otak
Infark berdarah
Hidrosefalus
Non Neurologis
Edema paru
Gangguan Jantung
Infeksi
Fase Lanjut
Non Neurologis
Kontraktur
Dekubitus
Infeksi
Depresi
9. Kompetensi
SMF SARAF
10. Edukasi
Rawat Inap
11. Prognosis Ad vitam
Ad functionam
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
EPILEPSI
6. Tics
7. Sindrom neurologis periodic tanpa gangguan
kesadaran
8. Terapi Penatalaksanaan :
Epilepsi Grand mal :
Dipenilhidantoin dengan dosis :
3 x 20 mg/h—dibawah 1 tahun
2 x 30 – 60 mg/h -----kurang dari 6
tahun
2 x 60 – 200 mg/h----- diatas 6 tahun.
Barbiturat dengan dosis :
2 x 15 mg/h ---- dibawah 1 tahun
2 x 30 mg/h ---- kurang dari 6 tahun
2 x 60 – 100 mg/h ------ diatas 6 tahun
Primidon ( misolin ) dengan dosis :
2 – 4 x 50 mg/h ------dibawah 1 tahun
2 – 4 x 50 – 100 mg/h ----- kurang dari
6 tahun
2 – 4 x 100 – 250 mg/h------ diatas 6
tahun
Karbamazepin dengan dosis :
50 – 100 mg/h ------dibawah 1 tahun
2 – 3 x 50 – 100 mg/h ----- kurang dari
6 tahun
2 – 4 x 100 – 200 mg/h------ diatas 6
tahun
E. Petit Mal :
Asetasolamid ( Diamox ) dengan
dosis :
1 – 2 x 125 mg/h ----- dibawah 1 tahun
1 – 2 x 125 – 250 mg/h------ kurang
dari 6 tahun.
3 x 250 mg/h------ diatas 6 tahun.
E. Lobus temporalis :
Clonazepam
Carbamazepin
Dipenilhidantoin
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
VERTIGO
1. Pengertian (Definisi) Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak
dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain
yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh
berbagai keadaan atau penyakit.
Klasifikasi:
Vestibulogenik:
A. Pemeriksaan fisik
- Kesadaran
- Fungsi vestibuler/serebelar
- Fungsi pendengaran
o Tes Garputala
o Audiometri
Gejala subjektif
- Mual
Gejala objektif
- Keringat dingin
- Pucat
120
- Muntah
- Nistagmus
- Kelainan TNT
- Kelainan Mata
- Kelainan Saraf
- Kelainan Kardiovaskular
- Kelainan Psikis
Terapi simptomatik:
Terapi rehabilitasi
Penyulit
Dehidrasi
Gangguan elektrolit
9. Kompetensi
SMF Neurologis
10. Edukasi
Rawat Inap
11. Prognosis
Tergantung penyebab
12. Tingkat Evidens
A
13. Indikator Medis
Vertigo dengan kecurigaan kelainan central
122
(Cerebrovaskular).
14. Kepustakaan Pedoman Pelayanan Minimal SMF Saraf.
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
TB PARU
1.Pengertian Suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri batang/
mycobacterium tuberculosis yang sering menginfeksi
perenkim paru,namun juga mempunyai kemampuan
menginfeksi organ lain
12 Tingkat Rekomendasi C
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
PNEUMONIA
1. Pengertian (Definisi) Infeksi akut pada saluran nafas parenkim paru
2. Anamnesis 1. Demam
2. Batuk
3. Sesak
4. Nyeri dada
5. Pada bayi, gejala tidak khas dapat berupa kesulitan minum
(feeding difficulty) dan gelisah
6. Terkadang dapat disertai nyeri perut atau kekakuan belakang
leher
Direktur
RSU Ananda Srengat Blitar
COVID - 19
DIAGNOSIS
1. ISPA
BANDING
2. Pneumonia bakteri
2. Non-farmakologis
• Pasien
• Lingkungan/kamar
• Keluarga
3. Farmakologi
KRITERIA SELESAI
ISOLASI, SEMBUH Kriteria Selesai Isolasi
DAN PEMULANGAN
1. Tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR, kecuali
untuk pasien perusahaan dapat dilakukan follow up RT-
PCR tergantung kebijakan perusahaan dan dokter hiperkes
perusahaan
2. Sudah menjalani isolasi mandiri selama 10 hari sejak
pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.
Kriteria Sembuh
Catatan:
Bagi daerah dengan fasilitas pemriksaan PCR yang memadai dan fakt
pembiayan yang memungkinkan, kriteria sembuh menurut WHO ber
hasil PCR Coronavirus SARS-CoV-2 dari swab hidung/tenggorok/aspir
saluran napas 2 kali berturut-turut dan selang waktu >24 jam
berdasarkan penilaian dokter di rumah sakit tempat
dilakukan pemantauan atau oleh DPJP
Kriteria Pemulangan
PENGERTIAN Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau
tanpa hipoksia
-Demam
-Batuk,
-Kelelahan
-Anoreksia,
-Napas pendek,
-Mialgia.
-Sakit tenggorokan,
-Kongesti hidung
-Sakit kepala
136
-Diare
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran kompos mentis
KRITERIA DIAGNOSIS
Kasus Covid-19 ringan apabila:
DIAGNOSIS BANDING
4. ISPA
5. Pneumonia bakteri
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks.
PENUNJANG
2. Pemeriksaan swab tenggorok dan aspirat saluran napas
bawah seperti sputum, untuk RT-PCR virus (COVID-
19).
PENATALAKSANAAN
• Isolasi dan dan Pemantauan
2. Non-farmakologis
• Pasien
• Lingkungan/kamar
• Keluarga
3. Farmakologi
ATAU
- Favipiravir (Avigan) 600 mg/12 jam/oral selama 5
hari
Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari)
ATAU Hidroksiklorokuin (sediaan yang ada 200 mg)
dosis 400 mg/24 jam/oral (untuk 5-7 hari) dapat
dipertimbangkan apabila pasien dirawat inap di RS dan
tidak ada kontraindikasi.
• Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demam.
• Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka)
maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang
teregistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan untuk
diberikan namun dengan tetap memperhatikan
perkembangan kondisi klinis pasien.
• Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
KRITERIA SELESAI
ISOLASI, SEMBUH DAN Kriteria Selesai Isolasi
PEMULANGAN
1. Tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR,
kecuali untuk pasien perusahaan dapat dilakukan
follow up RT-PCR tergantung kebijakan perusahaan
dan dokter hiperkes perusahaan
2. Sudah menjalani isolasi mandiri dihitung 10 hari
sejak tanggal onset dengan ditambah minimal 3 hari
setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan
gangguan pernapasan.
Kriteria Sembuh
Catatan:
Kriteria Pemulangan
Mengetahui,
Nama :
CLINICAL PATHWAY
RSU ANANDA KABUPATEN BLITAR
SPESIALIS PENYAKIT DALAM No RM :
KASUS : DIABETES MELITUS
TTL :
Aktifitas R. Rawat Tgl Masuk : Tgl Keluar Lama rawat Kelas Tarif : Biaya:
Pelayanan
HR 1 HR 2 HR 3 HR :4
HS... HS... HS... HS...
Diagnosis
Penyakit DIABETES MELITUS
Utama
Penyakit
Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis
Pemeriksaan
Dokter
Konsultasi
Pemeriksaan Penunjang
DL
Kimia Klinik
GDS
GD2PP
RO. Thorax
Terapi
Inf. RL/NS 20
tpm
Insulin
….………..
…x….
Cairan Infus
144
RL/NS….tpm
Obat Oral :
Metformin
3x500
Glimepirid
4mg 1x1 tab
Acarbose
100mg 1x1
Nutrisi
Diet Lunak
Rendah Gula
Mobilisasi : Bedrest Mobilisasi Mobilisasi Mobilisasi
latihan jasmani terbatas terbatas Terbatas
teratur
Hasil (outcome)
KU
Gula Darah
mencapai
Target
Makan/minum
Pendidikan 1. Istirahat
rencana 2. Kontrol ke poli Interna 3 hari post KRS
pemulangan 3. Diet rendah Gula
4. Minum obat teratur
5. Obat pulang :
Insulin ........................... x…
Obat Oral :
Metformin 3x500
Glimepirid 4mg 1x1 tab
Acarbose 100mg 1x1
Varians : Bila disertai muntah diberikan domperidone tab 3x1
Nama :
CLINICAL PATHWAY
No RM :
RSU ANANDA KABUPATEN BLITAR
SPESIALIS PENYAKIT DALAM
KASUS : HEART FAILURE
TTL :
Aktifitas Pelayanan R. Tgl Masuk : Tgl Keluar Lama rawat Kelas Tarif : Biaya:
Rawat
HR 1 HR 2 HR 3
HS... HS... HS...
Diagnosis
Penyakit Utama HEART FAILURE
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis
Pemeriksaan
Dokter
Konsultasi
Pemeriksaan Penunjang
DL
Ureum/Creatinin
SGOT/PT
EKG
UL
RO Thorax (dgn
Indikasi)
Terapi
Furosemid ........
ACE .................
Digoxin.............
...........................
Nutrisi
Diet TKTP rendah
146
Natrium
Mobilisasi
Hasil (outcome)
Vital sign stabil
Sesak menghilang
JVP meningkat
Wheezing
menghilang
Galop berkurang
Edema tungkai
berkurang
Pendidikan rencana pemulangan
Bedrest
Hindari pencetus
Diet rendah
natrium
Varians :
Jumlah biaya (Rp)
Perawat (DPJP) Diagnosa Akhir Kode ICD 10 Jenis Tindakan Kode ICD-9
..........................
DPJP : Utama .................. ....................... .................................... ......................
Penyer .................. ....................... .................................... .....................
ta .................. ........................ .................................... ......................
............................ .................. .................................... ......................
Kompli .................. ....................... .................................... .....................
kasi .................. ....................... .................................... .....................
Verifikator .................. ....................... .................................... .....................
.................. ....................... .................................... ......................
............................ .................. ....................... .................................... ......................
147
Nama :
CLINICAL PATHWAY
No RM :
RSU ANANDA KABUPATEN BLITAR
SPESIALIS PENYAKIT DALAM
KASUS : THYPOID FEVER
TTL :
Aktifitas Pelayanan R. Tgl Masuk : Tgl Keluar Lama rawat Kelas Tarif : Biaya:
Rawat
HR 1 HR 2 HR 3
HS... HS... HS...
Diagnosis
Penyakit Utama THYPOID FEVER
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis
Pemeriksaan
Dokter
Konsultasi
Pemeriksaan Penunjang
DL
Serologi : Widal
Terapi
Ceftriaxon/Cefotax
ime 2x1 gr
Metamizole 3x500
mg (K/P)
Ranitidin 2x1 Amp
Ondancentron 3x1
Amp K/P
Nutrisi
Diet TKTP rendah
Natrium
Mobilisasi
Hasil (outcome)
148
Nama :
CLINICAL PATHWAY
No RM :
RSU ANANDA KABUPATEN BLITAR
SPESIALIS PENYAKIT DALAM
KASUS : ANEMIA
TTL :
Aktifitas Pelayanan R. Rawat Tgl Tgl Keluar Lama rawat Kelas Tarif : Biaya:
Masuk :
HR 1 HR 2 HR 3
HS... HS... HS...
Diagnosis
Penyakit Utama ANEMIA
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis
Pemeriksaan
Dokter
Pucat
Lemas
Tidak Nafsu makan
Konsultasi
Pemeriksaan Penunjang
DL
Terapi
Tranfusi PRC
Nutrisi
Diet TKTP rendah
Natrium
Mobilisasi
Hasil (outcome)
Peningkatan HB
150
Nama :
CLINICAL PATHWAY
No RM :
RSU ANANDA KABUPATEN BLITAR
SPESIALIS PENYAKIT DALAM
KASUS : DENGUE HEMORAGIC FEVER
TTL :
Aktifitas R. Rawat Tgl Masuk : Tgl Keluar Lama rawat Kelas Tarif : Biaya:
Pelayanan
HR 1 HR 2 HR 3 HR :4
HS... HS... HS... HS...
Diagnosis
Penyakit DENGUE HEMORAGIC FEVER
Utama
Penyakit
Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis
Pemeriksaan
Dokter
Konsultasi
Pemeriksaan Penunjang
DL
SGOT/PT
Tes Widal
Terapi
Inf. RL
Inj. Ranitidin
2x1 Amp
Inf.
Paracetamol
3x1 amp K/P
Ondancentron
3x1 Amp K/P
Nutrisi
Bubur saring
152
rendah serat
Mobilisasi :
latihan jasmani
teratur
Hasil (outcome)
TD Normal
Tempratur
Normal
Trombosit
Meningkat
Pendidikan
rencana
pemulangan
Jaga
Lingkungan
Varians :
Nama :
CLINICAL PATHWAY
No RM :
RSU ANANDA KABUPATEN BLITAR
SPESIALIS PENYAKIT DALAM
KASUS : HIPERTENSI
TTL :
Aktifitas Pelayanan R. Tgl Masuk : Tgl Keluar Lama rawat Kelas Tarif : Biaya:
Rawat
HR 1 HR 2 HR 3
HS... HS... HS...
Diagnosis
Penyakit Utama HIPERTENSI
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis
Pemeriksaan
Dokter
Konsultasi
Pemeriksaan Penunjang
DL
Ur, Cr
UL
RO. Thorax (bila
diperlukan)
EKG
Terapi
Anti Hipertensi
(IV)
Anti Hipertensi
Oral (PO)
Paracetamol
500mg 3x1
Nutrisi
154
Diet rendah
Natrium
Mobilisasi
Hasil (outcome)
Tanda vital dalam
batas normal
Index Outout
Seimbang
Tekanan Darah
Dalam batas
normal
Tidak ada keluhan
Pendidikan rencana pemulangan
Diet rendah serat
Kontrol 3 hari
setelah KRS
Varians :
Jumlah biaya (Rp)
Perawat (DPJP) Diagnosa Akhir Kode ICD 10 Jenis Tindakan Kode ICD-9
..........................
DPJP : Utama .................. ....................... .................................... ......................
Penyer .................. ....................... .................................... .....................
ta .................. ........................ .................................... ......................
............................ .................. .................................... ......................
Kompli .................. ....................... .................................... .....................
kasi .................. ....................... .................................... .....................
Verifikator .................. ....................... .................................... .....................
.................. ....................... .................................... ......................
............................ .................. ....................... .................................... ......................
155
Nama :
CLINICAL PATHWAY
No RM :
RSU ANANDA KABUPATEN BLITAR
SPESIALIS ANAK
KASUS : THYPOID FEVER
TTL :
Aktifitas R. Rawat Tgl Masuk : Tgl Keluar Lama rawat Kelas Tarif : Biaya:
Pelayanan
HR 1 HR 2 HR 3 HR :4
HS... HS... HS... HS...
Diagnosis
Penyakit THYPOID FEVER
Utama
Penyakit
Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis
Pemeriksaan
Dokter
Konsultasi
Pemeriksaan Penunjang
DL
Widal
Terapi
Cefotaxime
50mg/kgBB
per 12 jam (IV)
Paracetamol 15
mg/kgBB per 6
jam (IV)
Ondancentron
0,1 mg/kgBB
3x1 K/P
Nutrisi
Bubur halus
156
rendah serat
Hasil (outcome)
Tempratur
Normal
Tidak Nyeri
Perut
Mual
berkurang
Pendidikan
rencana
pemulangan
Bed Rest
Obat Pulang :
Paracetamol
tab 10
mg/kgBB 3x1
Cefixime tab
10-15
mg/kgBB 2x1
Domperidon
tab 0,2-0,4
mg/kgBB/Hari
terbagi dl 3
dosis
Varians :
Nama :
CLINICAL PATHWAY
No RM :
RSU ANANDA KABUPATEN BLITAR
SPESIALIS ANAK
KASUS : DENGUE FEVER
TTL :
Aktifitas Pelayanan R. Tgl Masuk : Tgl Keluar Lama rawat Kelas Tarif : Biaya:
Rawat
HR 1 HR 2 HR 3
HS... HS... HS...
Diagnosis
Penyakit Utama DENGUE FEVER
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis
Pemeriksaan
Dokter
Konsultasi
Pemeriksaan Penunjang
DL
Terapi
Cairan Infus
Kristaloid atau
NaCl 0,9 %
Paracetamol
3x500mg atau
Paracetamol 3x10-
15kg/BB (PO)
Omeprazol
1x40mg I.V
(sesuai Indikasi)
Paracetamol
500mg 3x1
Nutrisi
158
Diet TKTP
Mobilisasi
Hasil (outcome)
Hemodinamik
stabil
Demam Turun
Peningkatan
Trombosit
Pendidikan rencana pemulangan
Banyak minum
Waspada tanda
Perdarahan
Varians :
Jumlah biaya (Rp)
Perawat (DPJP) Diagnosa Akhir Kode ICD 10 Jenis Tindakan Kode ICD-9
..........................
DPJP : Utama .................. ....................... .................................... ......................
Penyer .................. ....................... .................................... .....................
ta .................. ........................ .................................... ......................
............................ .................. .................................... ......................
Kompli .................. ....................... .................................... .....................
kasi .................. ....................... .................................... .....................
Verifikator .................. ....................... .................................... .....................
.................. ....................... .................................... ......................
............................ .................. ....................... .................................... ......................
159
Nama :
CLINICAL PATHWAY
No RM :
RSU ANANDA KABUPATEN BLITAR
SPESIALIS KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
KASUS : TINDAKAN SECTIO CAESARIA
TTL :
Aktifitas Pelayanan R. Tgl Masuk : Tgl Keluar Lama rawat Kelas Tarif : Biaya:
Rawat
HR 1 HR 2 HR 3
HS... HS... HS...
Diagnosis
Penyakit Utama
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis
Pemeriksaan Dokter
Konsultasi
Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM
DL
BT/CT
GDS
HBsAg
USG
CTG
Terapi
Pemberian
Antibiotik
profilaksis : Inj.
Cefazoline 2gr/IV
30 menit sebelum
insisi kulit di
berikan oleh Dokter
Anesthesi
Analgetika :
160
Ketorolac 3x30mg
(IV)
Uterotonika pasca
oprasi (ata Indikasi):
Oksitosin 20
IU/500cc RL dalam
8 jam pertama
Nutrisi
Mempuasakan
pasien dari makanan
padat 6 jam pra
oprasi
Diet TKTP 2000
kalori
Mobilisasi :
Mobilisasi
Tirah baring
Miring Kanan
Miring kiri
Jalan
Hasil (outcome)
Kondisi ibu stabil
Tanda Vital stabil
Kontraksi baik
Tidak ada
perdarahan
Bebas nyeri
Pendidikan rencana pemulangan
Vulva Hygien
Diet TKTP
Kontrol 3 hari Post
KRS
Obat Pulang :
Cefadroxil
2x500mg
Asam Mefenamat
3x500 mg
Varians :
Jumlah biaya (Rp)
Perawat (DPJP) Diagnosa Akhir Kode ICD 10 Jenis Tindakan Kode ICD-9
..........................
DPJP : Utam .................. ....................... .................................... ......................
a
Peny .................. ....................... .................................... .....................
............................ erta .................. ........................ .................................... ......................
.................. .................................... ......................
Kompl .................. ....................... .................................... .....................
161
Nama :
CLINICAL PATHWAY
No RM :
RSU ANANDA KABUPATEN BLITAR
SPESIALIS BEDAH
KASUS : APPENDICITIS ACUTE
TTL :
Aktifitas Pelayanan R. Tgl Masuk : Tgl Keluar Lama rawat Kelas Tarif : Biaya:
Rawat
HR 1 HR 2 HR 3
HS... HS... HS...
Diagnosis
Penyakit Utama APPENDICITIS ACUTE
Penyakit Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis
Pemeriksaan Dokter
Konsultasi
PENYAKIT
DALAM
ANESTHESI
Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM
DL
BT/CT
RO. THORAX AP
Terapi
Inf. RL
Inj. Ceftriaxone
2x1gr Intravena
Paracetamol 10-15
mg/kgBB/
Intravena
Obat Oral :
Paracetamol 10-15
mg/KgBB/Kali/Oral
TINDAKAN
163
APENDEKTOMI
Nutrisi
Diet
cair/saring/lunak
bisa secara bertahap
Diet TETP (tinggi
Energi, Tinggi
protein)
Mobilisasi :
Mobilisasi
Tirah baring
Miring Kanan
Miring kiri
Jalan
Hasil (outcome)
Tidak Demam
Tidak Nyeri Perut
Pendidikan rencana pemulangan
Vulva Hygien
Diet TKTP
Kontrol 3 hari Post
KRS
Obat Pulang :
Cefadroxil
2x500mg
Asam Mefenamat
3x500 mg
Varians :
Jumlah biaya (Rp)
Perawat (DPJP) Diagnosa Akhir Kode ICD 10 Jenis Tindakan Kode ICD-9
..........................
DPJP : Utam .................. ....................... .................................... ......................
a
Peny .................. ....................... .................................... .....................
............................ erta .................. ........................ .................................... ......................
.................. .................................... ......................
Kompl .................. ....................... .................................... .....................
ikasi .................. ....................... .................................... .....................
Verifikator .................. ....................... .................................... .....................
.................. ....................... .................................... ......................
............................ .................. ....................... .................................... ......................
164
Nama :
CLINICAL PATHWAY
RSU ANANDA KABUPATEN BLITAR
SPESIALIS BEDAH No RM :
KASUS : STROKE INFARK
TTL :
Aktivitas Pelayanan : R. Rawat Tgl. Masuk : Tgl Lama Kelas : Tarif : Biaya :
Keluar : Rawat :
Diagmosis
Penyakit Utama
Komplikasi
Asesment Klinis
Pemeriksaan Dokter
Konsultasi
Penyekit Dalam
Anesthesi
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
165
DL
GD I/II
Ureum/Creatinin :
Elektrolit (atas
indikasi)
Asam Urat
Profil Lipd
(Kholesterol,
HDl/LDL, Trigliserid)
Fungsi Hepar
(SGOT/PT)
RO. Thorax
EKG
Terapi :
Anti agregasi
platelet : aspirin,
tiklopidin,
klopidogrel,
dipiridamol,
cilostazol
CLOPIDOGREL
Neuproprotektan
CITICHOLIN
Anti Hipertensi
(dengan Indikasi)
Nutrisi :
Mobilisasi
Fisiotherapi
166
Tekanan Darah
Mencapai Target
Hemodinamik
Stabil
Pendidikan Rencana
Pemulangan :
Diet Rendah
Garam
Kontrol 3 hari
Post KRS
Obat Pulang :
CPG
Anti Hipertensi
Varians :
Perawat DPJP: Diagnosa Akhir : Kode ICD 10 Jenis Tindakan Kode ICD 9 :
….…………………
Nama :
CLINICAL PATHWAY
No RM :
RSU ANANDA KABUPATEN BLITAR
SPESIALIS ANAK
KASUS : TB PARU
TTL :
Aktifitas R. Rawat Tgl Masuk : Tgl Keluar Lama rawat Kelas Tarif : Biaya:
Pelayanan
HR 1 HR 2 HR 3 HR :4
HS... HS... HS... HS...
Diagnosis
Penyakit TB PARU
Utama
Penyakit
Penyerta
Komplikasi
Asessmen Klinis
Pemeriksaan
Dokter
Konsultasi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
BTA
DL
Pemeriksaan
TCM
Rapid tes HIV
RO. Thoraks
Terapi
Inf. RL
Obat Oral :
OAT dengan
strategi DOTS
Antitusif/ekspecto
ran
168
Vit B Complex
Paracetamol
500mg 3x1
Nutrisi
Diet Tinggi
Energy dan Tinggi
Protein, cukup
lemak dan
Karbohidrat,
makanan mudah
dicerna
Hasil (outcome)
Batuk
berkurang
Tidak ada
reaksi alergi
Demam Turun
Pendidikan
rencana
pemulangan
Bed Rest
Obat Pulang :
Lanjutkan OAT
Varians :