i
KALIMANTAN SELATAN
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT kami sampaikan, karena berkat Rahmat-Nya,
maka buku panduan ini dapat terselesaikan dengan baik dan tanpa suatu halangan
apapun. Kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua unit terkait yang juga
telah ikut membantu dalam penyelesaian buku panduan Pemulangan Pasien atau
Discharge Planning ini.
Pemulangan Pasien adalah menyerahkan pasien kembali kepada keluarga
setelah keluar dari rumah sakit dimana pasien itu dirawat. Discharge Planning adalah
sekelompok profesional kesehatan dan tenaga pendukung yang bekerja sama untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada individu yang memerlukannya saat
dipulangkan dari rumah sakit.
Diharapkan dengan adanya buku panduan Pemulangan Pasien atau Discharge
Planning dapat meningkatkan mutu dan pelayanan pasien di lingkungan rumah sakit.
Demikian buku panduan Pemulangan Pasien atau Discharge Planning ini kami susun,
saran dan kritik tentunya sangat kami harapkan, agar dapat melengkapi kekurangan
dalam susunan dalam buku panduan ini. Demikian kami sampaikan terima kasi
Tim Penyusun
ii
Rumah Sakit Ibu dan Anak “IBUNDA”
Jl. A. Syairani RT.004 RW.002 Kelurahan Sarang Halang Kecamatan Pelaihari
Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan
Telp. 0853 4948 3703
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBUNDA
NOMOR: 117/SK-DIR/RSIA IBUNDA/I/2020
Tentang :
Menimbang : Bahwa untuk memenuhi kebutuhan pelayanan ibu dan anak di RSIA
Ibunda dan upaya menghadapi tuntutan akan pelayanan RSIA Ibunda
yang berkualitas serta mendapatkan akses pelayanan dan kontuinitas
pedoman pemulangan pasien
iii
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
KEPUTUSAN DIREKTUR NO 117 /SK-DIR/RSIA IBUNDA/I/2020........... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Pengertian.................................................................................................. 1
1.2 Kondisi Klinis Pemulangan Pasien........................................................... 2
1.3 Kriteria Pemulangan Pasien yang Membutuhkan Dukungan Kompleks. . 2
1.4 Jenis Pasien Pulang.................................................................................... 3
1.5 Prinsip Discharge Planning...................................................................... 4
1.6 Masalah Yang Sering Timbul Mengenai Pemulangan Pasien ................. 4
1.7 Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II RUANG LINGKUP............................................................................... 7
2.1 Panduan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)................................. 7
2.2 Kewajiban dan Tanggung Jawab .............................................................. 9
BAB III TATA LAKSANA................................................................................. 10
3.1 Kriteria Pasien yang memerlukan Rencana Pemulangan Pasien ( Discharge
Planning ) Yang Dicatat Di Pengkajian Awal.......................................... 10
3.2 Kriteria Pemulangan Pasien Sesuai Dengan Kondisi Kesehatan Dan
Kebutuhan Pelayanan Pasien Beserta Edukasinya ................................... 16
BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................. 22
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 23
SOP....................................................................................................................... 24
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Pemulangan pasien adalah menyerahkan pasien kembali kepada keluarga
setelah keluar dari rumah sakit dimana pasien itu dirawat. Menurut para ahli
rencana pemulangan atau Discharge Planning adalah :
a. Doenges & Moorhouse (94-95) menyatakan bahwa discharge planning
merupakan komponen sistem pelayanan kesehatan yang diperlukan klien
secara berkelanjutan dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan
masalah dengan baik, saat yang tepat dan sumber yang tepat dengan harga
yang terjangkau.
b. Kuzier (2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kesehatan
kepada unit yang laindidalam atau diluar suatu agen pelayanan umum.
c. Jackson dalam The Royal Marden Hospital (2004) menyatakan bahwa
discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
perencanaannya diajukan untuk memfasilitasi kelanjutan suatu pelayanan
kesehatan dari lingkungan ke lingkungan kita.
d. Rodhianto (2008) mendefinisikan discharge planning adalah suatu bentuk
kegiatan untuk merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi
kepada pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
dilakukan sehubungan dengan kondisi/ penyakitnya disaat yang tepat dan
sumber daya tepat dengan harga yang terjangkau.
2
c) Stroke, serangan jantung, PPOK, gagal jantung kongestif, empisema,
demensia, alzeimer, AIDS, atau penyakit yang berpotensi mengancam nyawa
lainnya
d) Pasien yang berasal dari panti jompo
e) Tunawisma
f) Dirawat kembali dalam 30 hari
g) Percobaan bunuh diri
h) Pasien tidak dikenal/ tidak ada identitas
i) Korban dari kasus kriminal
j) Trauma multiple
k) Tidak bekerja/ tidak ada asuransi
4
d) Lingkungan tempat perawatan pasien selanjutnya dianggap kurang aman
atau kurang lengkap.
Penyebab keterlambatan pemulangan pasien antara lain :
1. Internal rumah sakit
a. Waktu menunggu visite oleh dokter atau dokter spesialis.
b. Menunggu keluarnya hasil pemeriksaan laboratoratorium atau radiologi.
c. Menunggu obat yang akan di bawa pulang.
d. Ketersediaan alat transportasi yang akan dipakai.
2. Faktor Eksternal Rumah Sakit
a. Kurangnya kerjasama antara pasien dan keluarganya dalam pengambilan
keputusan mengenai perawatan pasien.
b. Terbatasnya ketersediaan pilihan jenis perawatan diluar rumah sakit
pilihan pasien.
c. Keterlambatan dalam memutuskan perawatan di rumah bagi pasien
d. Ketersediaan jasa perawat yang diinginkan pasien untuk di rumah
1.7 Tujuan
1.7.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran akan peraturan dari regulasi yang menyusun dan
mendasar proses pembuatan dan pendokumentasian perencanaan pasien
pulang atau discharge planning.
1.7.2 Tujuan Khusus
a) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada
pasien yang dimulai dari rumah sakit.
b) Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawat pasien.
c) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan
baru.
5
d) Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan
dirumah.
6
BAB II
RUANG LINGKUP
7
Terdapat tiga area utama yang terintegrasi dalam sistem ini, yaitu :
1) Perencanaan Layanan Lanjutan
Kerjasama antara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda dengan layanan
yang lain untuk memastikan bahwa terdapat optimalisasi perawatan atau
layanan setelah pasien pulang, yaitu :
a. Rumah sakit swasta atau pemerintah atau PUSKESMAS
b. Layanan kesehatan individu atau panti rehabilitasi.
c. Jasa atau layanan transportasi.
d. Perawatan di rumah.
e. Perawatan jenazah
Bertujuan untuk mengurangi terjadinya rawat inap pasien yang tidak
perlu dan mendukung pemulangan pasien lebih lancar dan terorganisir.
2) Peninjauan kemampuan petugas
a. Target minimal adalah mengurangi penundaan atau keterlambatan transfer
perawat pasien.
b. Lakukan kajian mengenai performa kerja dokter atau petugas lain yang
terlibat dalam perawatan pasien, dan pendapat pasien dari sudut
pandanganya. Berhubungan dengan ketentuan rumah sakit tentang
kredensial petugas.
3) Kebijakan mengenai Pemulangan Pasien dari Rumah Sakit dan Penerapannya.
a. Kerjasama antara layanan kesehatan adalah penting dalam meminimalkan
terciptanya discharge planning yang efektif.
b. Didalam kebijakan tercakup mengenai Standar Prosedur Operasional
sebagai langkahlangkah yang harus diambil untuk proses discharge
planning serta hubungan kontinuitas perawatan lanjutan setelah pasien
dipulangkan.
c. Didalam kebijakan tercakup koordinator rencana pemulangan pasien dan
petugas yang mendokumentasikan perencanaan pasien pulang (discharge
planning).
8
d. Dilakukan peninjauan sebagai evaluasi dan bila diperlukan perbaikan
untuk peningkatan kualitas pelayanan.
9
BAB III
TATA LAKSANA
10
5. Gunakanlah bahasa awam yang dimengerti oleh pasien dan keluarganya.
6. Kaji apakah pasien termasuk risiko tinggi sehingga membutuhkan discharge
planning kritis. Kriteria pasien risiko tinggi atau kondisi kritis.
a. Usia ≥ 65 tahun (geriatri) atau bayi premature (neonatus).
b. Kesulitan mobilitas sehingga membutuhkan bantuan aktifitas hidup sehari-
hari, seperti stroke, trauma multiple.
c. Membutuhkan pelayanan medis, misalnya serangan jantung, gagal jantung
kongestif, atau penyakit dengan potensi mengancam nyawa lainnya.
1) Dirawat kembali dalam tujuh hari dengan diagnosa yang sama.
2) Mengalami dementia atau amnesia.
3) Membutuhkan pelayanan dan pemantauan keperawatan berkelanjutan
4) Pasien berasal dari panti jompo.
5) Pasien yang membutuhkan pelayanan di panti rehabilitasi.
6) Pasien dengan percobaan bunuh diri.
7) Pasien tidak dikenal atau tidak ada identitas.
8) Korban dari kasus kriminal atau kekerasan dalam rumah tangga.
7. Diskusikan pilihan perawatan apa yang tersedia untuk pasien.
8. Verifikasi kelayakan tempat perawatan apa yang tersedia untuk pasien
9. Memberi informasi dan edukasi yang dibutuhkan pasien atau keluarga atau
penjaga pasien pada RM 3 (formulir pemberian informasi dan edukasi
terintegrasi).
10. Perhatikan hal-hal yang perlu diketahui saat pasien di ruang rawat inap.
11. Tetapkan prioritas mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan
keluarga.
12. Gunakan pendekatan dengan tim multidisiplin yang terlibat perencanaan dan
tata laksana pasien.
13. Lakukan persiapan saat pasien akan dipulangkan dari rumah sakit :
a. Selagi pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit, pasien
sebaiknya dipulangkan dan memperoleh discharge planning yang sesuai.
11
b. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam perencanaan
dan pelaksanaan pemulangan pasien.
c. Lakukan penilaian pasien (tanda-tanda vital, nutrisi, eliminasi, dan keadaan
pasca melahirkan, keadaan luka operasi)
d. Pertimbangkan aspek budaya, etnis, dan financial pasien (lihat pada
asesmen awal) jika ternyata akan berpengaruh pada proses discharge
planning.
e. Tentukan tempat perawatan selanjutnya (setelah pasien dipulangkan dari
rumah sakit) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Penentuan tempat ini dilakukan oleh tim Discharge Planners dan disetujui
pasien atau keluarganya. Berikut adalah beberapa contoh tempat perawatan
dan kebutuhan yang diperlukan:
1) Perawatan di rumah dengan penggunaan peralatan tambahan untuk
menunjang perawatan pasien.
2) Pemulangan pasien ke rumah tanpa perlu perawatan khusus.
3) Perawatan di rumah dengan didampingi oleh perawat atau penjaga
pasien.
4) Rumah sakit atau fasilitas perawatan lain.
5) Rumah perawatan umum, seperti panti jompo, dan sebagainya.
f. Identifikasi kebutuhan pasien yang memerlukan perawatan khusus atau
ekstra seperti kebutuhan perawatan kebersihan diri, sosial, dan sebagainya.
Usahakan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan berikan dukungan
tambahan.
g. Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses proses pemulangan
pasien.
h. Pastikan rencana keperawatan dan aturlah proses pemulangan pasien.
i. Hak pasien sebelum dipulangkan :
1) Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, asesmen
medis, rencana perawatan, detail kontak detail yang dapat dihubungi,
12
dan informasi relevan lainnya mengenai rencana perawatan dan
tatalaksana selanjutnya.
2) Terlibat sepenuhnya dalam discharge planning dirinya, bersama dengan
keluarga atau penjaga pasien.
3) Memperoleh informasi lengkap mengenai fasilitas perawatan jangka,
termasuk dampak finansialnya.
4) Diberikan surat pemulangan yang resmi, dan berisi detail layanan yang
diperoleh (RM 45).
5) Menghubungi tim discharge planner yang bersedia membantu dan
memberikan saran untuk pasien serta informasi tentang kapan dan
bagaimana mendapatkan pelayanan mendesak.
j. Dokumentasi perencanaan pasien pulang di rekam medis.
Dokumentasi resume pasien pulang rawat inap ada dua (2), yaitu :
1) RM 22 (Ringkasan Keluar/ Resume medis)
a) Dilengkapi sebelum pasien pulang dari rumah sakit oleh
DPJP/dokter/ dokter spesialis.
b) Berisi :
• Anamnesa.
• Riwayat penyakit dahulu.
• Pemeriksaan saat MRS.
• Diagnosa.
• Masalah yang di hadapi.
• Konsultasi.
• Pengobatan.
• Perjalanan penyakit.
• Keadaan waktu KRS.
• Prognosis.
• Sebab meninggal.
• Tindak lanjut.
c) Disimpan dalam berkas rekam medis pasien
13
2) RM 23 (lembar discharge planning)
a) Diisi saat akan memulangkan pasien oleh perawat/ bidan dan
legalisasi oleh kepala ruang/ Perawat PJ Shift/ Perawat Ketua Tim.
b) Dibuat rangkap 2 (dua)
c) Gunakan bahasa awam yang mudah dimengerti oleh pasien dan
keluarganya pada saat memberikan informasi/ penjelasan/ instruksi
dan edukasi.
d) Berisi :
• Diagnose keperawatan.
• Aturan diet.
• Obat – obatan yang di minum, dosis, warna dan efek samping
obat.
• Aktivitas dan istirahat.
• Tempat, tanggal kontrol.
• Pemeriksaan penunjang yang di bawa pulang : laboratorium, ekg
• Kondisi saat pasien pulang, sembuh, pulang paksa
• Lain lain ( surat keterangan istirahat ).
14
4. Identifikasi, melibatkan, dan menginformasikan pasien mengenai rencana
keperawatan, pastikan bahwa kebutuhan- kebutuhan khusus pasien dapat
terpenuhi.
5. Mencatat semua perkembangan ke dalam rekam medis pasien (RM 8).
6. Konfirmasi pada pasien dan keluarga atau penjaga pasien
Penjelasan tentang kebutuhan yang diperlukan pasien saat pulang dari rumah sakit :
1. Peralatan yang portabel dan sederhana, mudah digunakan, instruksi
penggunaan minimal. Contoh : tongkat, toilet duduk, kasur dekubitus, walker,
kursi roda dan lain-lain.
2. Peralatan yang membutuhkan pelatihan mengenai cara menggunakannya.
Contoh : tempat tidur khusus, oksigen nebuliser, glucotest, dan lain-lain.
3. Obat-obatan : Injeksi insulin (cara penyimpanan, cara penggunaan, dan lain-
lain), Obat untuk nebulizer.
4. Pilihan transportasi yang dapat digunakan saat pemulangan : ambulan, mobil
pribadi atau sepeda motor pribadi, dan taksi atau angkutan umum.
15
5. Akses penerjemah untuk memungkinkan komunikasi dan pemahaman yang
efektif dengan pasien.
6. Pengaturan transportasi
7. Cara menggunakan peralatan tertentu sebelum pasien dipulangkan.
8. Jadwal dan cara pemberian obat.
9. Jadwal kontrol kesehatan pasien.
10. Kapan dan bagaimana mendapatkan pelayanan mendesak.
16
d) Menunggu pasien untuk bisa minum tanpa terjadi muntah juga
memperlambat pemulangan pasien. Penelitian mengenai masalah ini
membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap kejadian PONV (Post Operative Nausea and Vomiting)
pada pasien yang telah memiliki toleransi untuk minum dengan yang
tidak sebelum pasien dipulangkan.
e) Pemulangan pasien setelah anastesi regional
1) Sejumlah teknik anastesi regional dapat dipakai untuk bedah rawat
jalan, mulai anastesi spinal sampai ke blok ekstremitas. Pasien yang
dilakukan anastesi regional mempunyai kriteria pemulangan yang
sama dengan pasien yang di anastesi umum.
2) Anatesi regional memiliki keuntungan pada bedah rawat jalan.
Pemulangan pasien dengan regional anastesi lebih cepat daripada
anastesi umum.
3) Anastesi spinal merupakan teknik yang simpel dan reliable
dipergunakan secara luas saat ini. Karena short-acting lidokain
sering pada bedah rawat jalan untuk anastesi spinal.
4) Sebelum pemulangan pasien bedah rawat jalan dengan anastesi
spinal harus yakin bahwa blok sensorik, motorik, dan simpatik telah
mengalami pemulihan. Kriteria yang dapat dipakai untuk menilai
hal tersebut termasuk: sensasi normal perianal fleksi plantar,
propriosepsi pada ibu jari kaki.
f) Faktor yang memperlambat pemulangan pasien bedah rawat jalan :
1) Usia. Meningkatnya usia banyak sekali dihubungkan dengan
lambatnya pemulihan kondisi umum.
2) Penyakit penyerta yang kronis merupakan prediktor prabedah yang
penting sehingga menjadi proses lambatnya pemulangan.
3) Perawat pada ruang pemulihan, merupakan faktor pulang penting
dalam menentukan waktu pemulangan setelah bedah rawat jalan
dengan jenis anastesi apapun. Pelatihan perawat yang adekuat,
17
standarisasi tugas perawat, akan membawa pengaruh besar dalam
menurunkan waktu pemulangan pasien.
4) Ketersediaan dan kemampuan keluarga untuk mendampingi saat
pasien bedah pulang.
5) Pengaruh anastesi termasuk pengelolaan nyeri, mual dan muntah
serta rasa mengantuk.
6) Pemilihan teknik dan obat-obatan anastesi juga mempunyai
pengaruh besar dalam menurunkan waktu pemulangan yang
disebabkan dengan jenis operasi dan jenis kelamin pasien.
g) Koordinator discharge planning pasien ODC tindakan bedah dengan
bius umum (general anastesi) atau regional adalah dokter anastesi.
Pada pasien dengan bius lokal koordinator pemulangan pasien adalah
dokter bedah.
h) Dokumentasi pasien ODC tindakan bedah :
1) RM 19.10 (cek list keselamatan pembedahan) diisi oleh perawat
yang bertugas di kamar operasi, Form ini digunakan juga sebagai
dokumentasi skrining pasien ODC tindakan bedah.
2) RM 19.11 a ( daftar tilik bedah )
3) RM 19.6 (Laporan anastesi) Diisi oleh dokter anastesi.
4) RM 19.7 (skor pemulihan anastesi) diisi oleh perawat anastesi.
5) RM 19.12 ( laporan operasi ) diisi oleh dokter bedah.
i) Ceklist discharge planning diisi oleh perawat dan ditandatangani
oleh perawat kamar operasi.
j) Informasi kesehatan saat pemulangan pasien diberikan oleh tenaga
kesehatan yaitu : dokter bedah, dokter anastesi, perawat anastesi,
perawat kamar operasi.
18
b) Resume/ ringkasan keluar diisi oleh dokter spesialis kandungan. Rekam
medis pemulangan pasien (discharge planning) dilengkapi oleh bidan.
c) Informasi kesehatan saat memulangkan pasien diberikan oleh tenaga
kesehatan yaitu: dokter spesialis kandungan dan bidan.
d) Kriteria memulangkan pasien ODC curretage dengan bius sama seperti
ODC bedah.
e) Dokumentasi :
1) RM 19.6 ( laporan anastesi )
2) RM 19.12 ( laporan operasi )
3) RM 19.7 ( skor pemulihan anastesi )
19
b. Kriteria Pasien Yang Memerlukan Kesinambungan Asuhan Dirumah Beserta
Edukasinya
Kriteria atau indikasi pasien yang siap dipulangkan adalah :
1. Pasien dinyatakan sembuh dari sakitnya.
2. Pasien bisa melanjutkan pelayanan dengan rawat jalan. Umumnya pada kasus
bedah hal ini sering dilakukan karena memerlukan perawatan luka.
3. Tidak ada keadaan yang mengkhawatirkan dan tidak diperlukan alat-alat
khusus yang hanya ada di rumah sakit.
4. Faktor resiko sudah dapat dikendalikan
5. Kondisi fisik/ klinis penderita secara umum telah membaik. Ini menyangkut
fungsi pernafasan, keadaan system peredaran darah dan suhu tubuh kearah
yang lebih baik (tanda vital stabil).
6. Tidak ada komplikasi yang mengancam dan tidak terdapat keluhan yang
mengganggu pasien.
7. Pemeriksaan Penunjang (laboratorium, radiologis, EKG dan lain-lain)
menunjukkan nilai normal atau perbaikan sesuai dengan kasus/ diagnose
medis.
Kondisi lain sehingga pasien boleh keluar rumah sakit atau dinyatakan keluar
dari rumah sakit adalah :
1. Pasien yang pulang dengan keinginannya sendiri atau pulang paksa atau
menolak tindakan medis (dimana bertentangan dengan saran dan kondisi
medisnya). Pasien yang termasuk kelompok ini adalah :
a. Pasien memahami risiko yang dapat timbul akibat pulang paksa
b. Pasien tidak memahami risiko pulang paksa, dikarenakan kondisi medis
atau gangguan jiwa
Apabila pasien mempunyai keluarga tenaga medis (dokter, perawat,
bidan) atau petugas kesehatan lain, maka akan lebih mudah Informasi dan
Edukasi dilakukan. Tetapi dalam pelaksanaannya Rumah Sakit Ibu dan Anak
Ibunda harus mengikuti sesuai peraturan dan hukum yang berlaku sesuai
20
panduan HPK tentang hak pasien dan keluarga/ privasi pasien. Alasan pasien
pulang paksa antara lain :
a. Tidak punya biaya (paling banyak)
b. Belum atau tidak setuju dilakukan tindakan medis setelah mendapat
penjelasan yang cukup
c. Ingin dirawat di tempat lain
d. Merasa sudah sembuh
e. Tidak puas dengan dokter atau pelayan.
22
BAB V
PENUTUP
23
SPO PEMULANGAN PASIEN
179/SPO/RSIA 1/1
RS IBU DAN ANAK IBUNDA/I/2020
IBUNDA
Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Direktur
Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) Tanggal Revisi :
24
kepada dokter dan perawat di ruangan.
b. Dokter menyetujui dan membuatkan surat pernyataan
pulang paksa dengan tandatangan bermaterai.
c. Bagian administrasi perawat membuatkan perincian biaya
dan menyiapkan surat pengantar.
d. Keluarga pasien dipersilakan untuk membereskan
administrasi ke bagian keuangan.
e. Surat bukti pembayaran disertahkan ke petugas ruangan
oleh keluarga pasien.
f. Petugas ruangan mengantar pasien sampai ke keluar dari
rumah sakit.
UNIT TERKAIT 1. Unit Rawat Inap
25