Anda di halaman 1dari 30

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBUNDA

PANDUAN PEMULANGAN PASIEN ATAU DISCHARGE


PLANNING RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBUNDA
TAHUN 2022

JL. A. SYAIRANI RT.004 RW.002 KEL. SARANG HALANG


KABUPATEN TANAH LAUT

i
KALIMANTAN SELATAN

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT kami sampaikan, karena berkat Rahmat-Nya,
maka buku panduan ini dapat terselesaikan dengan baik dan tanpa suatu halangan
apapun. Kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua unit terkait yang juga
telah ikut membantu dalam penyelesaian buku panduan Pemulangan Pasien atau
Discharge Planning ini.
Pemulangan Pasien adalah menyerahkan pasien kembali kepada keluarga
setelah keluar dari rumah sakit dimana pasien itu dirawat. Discharge Planning adalah
sekelompok profesional kesehatan dan tenaga pendukung yang bekerja sama untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada individu yang memerlukannya saat
dipulangkan dari rumah sakit.
Diharapkan dengan adanya buku panduan Pemulangan Pasien atau Discharge
Planning dapat meningkatkan mutu dan pelayanan pasien di lingkungan rumah sakit.
Demikian buku panduan Pemulangan Pasien atau Discharge Planning ini kami susun,
saran dan kritik tentunya sangat kami harapkan, agar dapat melengkapi kekurangan
dalam susunan dalam buku panduan ini. Demikian kami sampaikan terima kasi

Tim Penyusun

ii
Rumah Sakit Ibu dan Anak “IBUNDA”
Jl. A. Syairani RT.004 RW.002 Kelurahan Sarang Halang Kecamatan Pelaihari
Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan
Telp. 0853 4948 3703

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBUNDA
NOMOR: 117/SK-DIR/RSIA IBUNDA/I/2020

Tentang :

PEDOMAN PEMULANGAN PASIEN ATAU DISCHARGE PLANNING


DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBUNDA

Menimbang : Bahwa untuk memenuhi kebutuhan pelayanan ibu dan anak di RSIA
Ibunda dan upaya menghadapi tuntutan akan pelayanan RSIA Ibunda
yang berkualitas serta mendapatkan akses pelayanan dan kontuinitas
pedoman pemulangan pasien

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan


2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 13333/Menkes/SK
XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik
kedokteran
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Tenaga
Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 13333/Menkes/SK
XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/PerIV/2007
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;

iii
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis;

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008


tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1144/Menkes/SK/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan;

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

Kesatu : Keputusan Direktur Ibu dan Anak Ibunda Tentang Pedoman


Pemulangan Pasien atau Discharge Planning di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Ibunda
Kedua : Pedoman Pemulangan Pasien atau Discharge Planning di Rumah Sakit
Sebagaimana dimaksud Diktum kesatu tercantum dalam lampiran
Keputusan ini
Ketiga : Pedoman sebagaimana dimaksud Diktum kedua agar digunakan
sebagai acuan bagi rumah sakit dan tenaga kesehatan dalam
menyelenggarakan pelayanan Pemulangan Pasien atau Discharge
Planning
Keempat : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota bersama organisasi
profesi terkait melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan keputusan ini.
Kelima : Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1203/Menkes/SK.XII/2008 tentang Standar
Pelayanan Pemulangan Pasien atau Discharge Planning dinyatakan
tidak berlaku
Keenam : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Dikeluarkan di : Pelaihari
Pada tanggal : 01 Januari 2022
Ditetapkan oleh :
Direktur
Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
KEPUTUSAN DIREKTUR NO 117 /SK-DIR/RSIA IBUNDA/I/2020........... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Pengertian.................................................................................................. 1
1.2 Kondisi Klinis Pemulangan Pasien........................................................... 2
1.3 Kriteria Pemulangan Pasien yang Membutuhkan Dukungan Kompleks. . 2
1.4 Jenis Pasien Pulang.................................................................................... 3
1.5 Prinsip Discharge Planning...................................................................... 4
1.6 Masalah Yang Sering Timbul Mengenai Pemulangan Pasien ................. 4
1.7 Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II RUANG LINGKUP............................................................................... 7
2.1 Panduan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)................................. 7
2.2 Kewajiban dan Tanggung Jawab .............................................................. 9
BAB III TATA LAKSANA................................................................................. 10
3.1 Kriteria Pasien yang memerlukan Rencana Pemulangan Pasien ( Discharge
Planning ) Yang Dicatat Di Pengkajian Awal.......................................... 10
3.2 Kriteria Pemulangan Pasien Sesuai Dengan Kondisi Kesehatan Dan
Kebutuhan Pelayanan Pasien Beserta Edukasinya ................................... 16
BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................. 22
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 23
SOP....................................................................................................................... 24

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian
Pemulangan pasien adalah menyerahkan pasien kembali kepada keluarga
setelah keluar dari rumah sakit dimana pasien itu dirawat. Menurut para ahli
rencana pemulangan atau Discharge Planning adalah :
a. Doenges & Moorhouse (94-95) menyatakan bahwa discharge planning
merupakan komponen sistem pelayanan kesehatan yang diperlukan klien
secara berkelanjutan dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan
masalah dengan baik, saat yang tepat dan sumber yang tepat dengan harga
yang terjangkau.
b. Kuzier (2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kesehatan
kepada unit yang laindidalam atau diluar suatu agen pelayanan umum.
c. Jackson dalam The Royal Marden Hospital (2004) menyatakan bahwa
discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
perencanaannya diajukan untuk memfasilitasi kelanjutan suatu pelayanan
kesehatan dari lingkungan ke lingkungan kita.
d. Rodhianto (2008) mendefinisikan discharge planning adalah suatu bentuk
kegiatan untuk merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi
kepada pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
dilakukan sehubungan dengan kondisi/ penyakitnya disaat yang tepat dan
sumber daya tepat dengan harga yang terjangkau.

Discharge Planning adalah sekelompok profesional kesehatan dan tenaga


pendukung yang bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
individu yang memerlukannya saat dipulangkan dari rumah sakit.
a) Dokter, perawat, fisioterapis, petugas farmasi dan tenaga kesehatan lainnya
disebut profesional kesehatan.
1
b) Carer adalah seseorang yang bersedia merawat pasien dengan bantuan
keluarga atau teman laki atau juga mendapat uang jasa penjaga pasien
c) Perawat adalah salah satu anggota Tim Discharge Planning dan berperan
penting dalam proses perawatan pasien, bertugas :
1) Mengkaji setiap pasien pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan
data yang relevan untuk mengidentifikasi masalah aktual dan potensial.
2) Menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga.
3) Memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara
individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien
secara optimal.
4) Mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
5) Perawat berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk merencanakan
indikasi tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi total care dan juga
membantu pasien memperoleh rincian utama dalam meningkatkan derajat
kesehatannya.

1.2 Kondisi Klinis Pemulangan Pasien


a) Tanda-tanda vital stabil
b) Hemodinamik stabil
c) Hasil laboratorium masih dalam batas yang dapat ditoleransi
d) Nyeri dapat terkontrol dengan baik
e) Fungsi eliminasi (BAK dan BAB) adekuat
f) Terapi medikamentosa saat dirumah tersedia
g) Asuhan 24 jam keperawatan tidak diperlukan lagi
h) Visite dan konsultasi dokter spesialis on site tidak diperlukan lagi
i) Selesai pengobatan

1.3 Kriteria Pemulangan Pasien yang Membutuhkan Dukungan Kompleks


a) Pasien yang berusia ≥ 65 tahun
b) Tinggal sendirian tanpa dukungan social secara langsung

2
c) Stroke, serangan jantung, PPOK, gagal jantung kongestif, empisema,
demensia, alzeimer, AIDS, atau penyakit yang berpotensi mengancam nyawa
lainnya
d) Pasien yang berasal dari panti jompo
e) Tunawisma
f) Dirawat kembali dalam 30 hari
g) Percobaan bunuh diri
h) Pasien tidak dikenal/ tidak ada identitas
i) Korban dari kasus kriminal
j) Trauma multiple
k) Tidak bekerja/ tidak ada asuransi

1.4 Jenis Pasien Pulang


Chesea (1982) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai berikut :
1. Pemulangan sementara atau cuti (Conditioning Discharge). Keadaan pulang
ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi.
Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari
pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2. Pulang mutlak atau selamanya (Absolut Discharge). Cara ini merupakan akhir
dari hubungan pasien denga rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat
kembali, maka prosedur perawatan dengan dilakukan.
3. Pulang paksa (Judical Discharge). Kondisi ini pasien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak meningkatkan untuk pulang karena atas
keinginannya sendiri, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan
kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat.
Pulang sembuh yaitu penghentian layanan kesehatan yang diberikan rumah
sakit karena pasien telah dinyatakan sembuh oleh dokter, sehingga pasien berhak
dipulangkan. Pulang paksa adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan
pasien yang menolak perawatan yang diajukan oleh pihak rumah sakit dengan
berbagai alasan. Alasan yang paling sering dikemukakan adalah karena tidak ada
biaya dan ketidak puasan dengan pelayanan. Pulang meninggal adalah
3
penghentian layanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit dikarenakan
pasien telah meninggal. Pulang karena dirujuk, peralihan tanggung jawab secara
vertikal (unit yang lebih tinggi) atau secara horizontal (antar unit yang setingkat
kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana kemana
seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.
1.5 Prinsip Discharge Planning
a) Hindari terjadinya rawat inap pasien yang tidak perlu tindakan atau
pengobatan.
b) Dilakukan saat skrining pasien.
c) Gunakan pendekatan secara menyeluruh untuk menyusun rencana
pemulangan pasien.
d) Keterlibatan dan partisipasi aktif pasien dan keluarganya penting dalam
mengontrol pemulangan pasien yang efektif dan sukses.
e) Rencana Pemulangan Pasien harus sudah dimulai sejak awal pasien masuk
rumah sakit.
f) Tim Kesehatan yang terlibat harus bekerjasama didalam suatu kerangka
konsep yang sering digunakan untuk mengelola semua aspek yang relevan
dengan proses pemulangan pasien.
g) Asesmen dan rencana pemulangan pasien sebaiknya terorganisir sehingga
setiap pasien memahami akan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
mengetahui hak mereka, menerima saran dan informasi yang memungkinkan
mereka untuk membuat keputusan mengenai perawatan mereka di masa
mendatang.

1.6 Masalah Yang Sering Timbul Mengenai Pemulangan Pasien


Beberapa masalah yang sering timbul mengenai pemulangan pasien adalah :
a) Pasien dipulangkan terlalu cepat atau sebelum waktunya.
b) Pemulangan pasien terlambat atau tertunda.
c) Pemulangan pasien kurang terorganisir dari sudut pandang pasien dan
keluarga.

4
d) Lingkungan tempat perawatan pasien selanjutnya dianggap kurang aman
atau kurang lengkap.
Penyebab keterlambatan pemulangan pasien antara lain :
1. Internal rumah sakit
a. Waktu menunggu visite oleh dokter atau dokter spesialis.
b. Menunggu keluarnya hasil pemeriksaan laboratoratorium atau radiologi.
c. Menunggu obat yang akan di bawa pulang.
d. Ketersediaan alat transportasi yang akan dipakai.
2. Faktor Eksternal Rumah Sakit
a. Kurangnya kerjasama antara pasien dan keluarganya dalam pengambilan
keputusan mengenai perawatan pasien.
b. Terbatasnya ketersediaan pilihan jenis perawatan diluar rumah sakit
pilihan pasien.
c. Keterlambatan dalam memutuskan perawatan di rumah bagi pasien
d. Ketersediaan jasa perawat yang diinginkan pasien untuk di rumah

1.7 Tujuan
1.7.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran akan peraturan dari regulasi yang menyusun dan
mendasar proses pembuatan dan pendokumentasian perencanaan pasien
pulang atau discharge planning.
1.7.2 Tujuan Khusus
a) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada
pasien yang dimulai dari rumah sakit.
b) Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawat pasien.
c) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan
baru.

5
d) Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan
dirumah.

6
BAB II
RUANG LINGKUP

2.1 Panduan Pemulangan Pasien ( discharge planning )


Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning) adalah suatu proses
dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan
kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam
mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali
ke lingkungannya. Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal
yang melibatkan tim atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan
sekelompok orang ke kelompok lainnya (RCP, 2001).
Dasar Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda menyusun panduan ini karena
berpusat kepada aspek kesehatan pasien yang mencakup pelayanan berbasis
rumah sakit dan digunakan secara personal untuk setiap pasien secara langsung
dan spesifik. Ruang lingkup panduan ini mencakup (perawat, dokter, terapis, ahli
gizi dan farmasi) diharapkan ikut dan terlibat secara langsung dengan pasien dan
keluarganya untuk melaksanakan discharge planning ini.
Pendekatan secara menyeluruh saat memulangkan pasien sangat diperlukan
untuk upaya optimalisasi pelaksanaan prosedur. Hal yang perlu diperhatikan pada
saat pendekatan pada sistem ini adalah :
1) Pendekatan yang berpusat kepada pasien dan disesuaikan dengan kebutuhan
pasien.
2) Dalam menyusun rencana pemulangan, haruslah mempertimbangkan rencana
untuk memfasilitasi transfer pasien dari rumah sakit menuju tempat perawatan
selanjutnya.
3) Pasien dan keluarga harus terlibat dalam setiap tahapan perencanaan dan
selalu di beritahukan mengenai perkembangan terbaru rencana perawatan
mereka.

7
Terdapat tiga area utama yang terintegrasi dalam sistem ini, yaitu :
1) Perencanaan Layanan Lanjutan
Kerjasama antara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda dengan layanan
yang lain untuk memastikan bahwa terdapat optimalisasi perawatan atau
layanan setelah pasien pulang, yaitu :
a. Rumah sakit swasta atau pemerintah atau PUSKESMAS
b. Layanan kesehatan individu atau panti rehabilitasi.
c. Jasa atau layanan transportasi.
d. Perawatan di rumah.
e. Perawatan jenazah
Bertujuan untuk mengurangi terjadinya rawat inap pasien yang tidak
perlu dan mendukung pemulangan pasien lebih lancar dan terorganisir.
2) Peninjauan kemampuan petugas
a. Target minimal adalah mengurangi penundaan atau keterlambatan transfer
perawat pasien.
b. Lakukan kajian mengenai performa kerja dokter atau petugas lain yang
terlibat dalam perawatan pasien, dan pendapat pasien dari sudut
pandanganya. Berhubungan dengan ketentuan rumah sakit tentang
kredensial petugas.
3) Kebijakan mengenai Pemulangan Pasien dari Rumah Sakit dan Penerapannya.
a. Kerjasama antara layanan kesehatan adalah penting dalam meminimalkan
terciptanya discharge planning yang efektif.
b. Didalam kebijakan tercakup mengenai Standar Prosedur Operasional
sebagai langkahlangkah yang harus diambil untuk proses discharge
planning serta hubungan kontinuitas perawatan lanjutan setelah pasien
dipulangkan.
c. Didalam kebijakan tercakup koordinator rencana pemulangan pasien dan
petugas yang mendokumentasikan perencanaan pasien pulang (discharge
planning).

8
d. Dilakukan peninjauan sebagai evaluasi dan bila diperlukan perbaikan
untuk peningkatan kualitas pelayanan.

2.2 Kewajiban dan Tanggung Jawab


1) Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) Sebagai koordinator discharge
planning bertugas merencanakan, mengkoordinasi semua tindakan, dan
melaksanakan kelanjutan perawatan pasien.
2) Perawat bertugas melengkapi dokumentasi discharge planning dalam rekam
medis yang disetujui oleh kepala ruang perawat atau perawat shift.

9
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Kriteria Pasien Yang Memerlukan Rencana Pemulangan Pasien ( Discharge


Planning )
Koordinator pemulangan pasien adalah DPJP atau dokter atau dokter
spesialis. Koordinator discharge planning bertugas merencanakan,
mengkoordinasi semua tindakan, dan melaksanakan kelanjutan perawatan pasien.
Perawat melengkapi dokumentasi discharge planning dan disetujui oleh perawat
kepala ruang perawat atau perawat shift. Perencanaan pulang atau discharge
planning merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan harus sudah
direncanakan sejak pasien masuk ke rumah sakit. Langkah-langkah melakukan
discharge planning adalah sebagai berikut :
1. Lakukan asesmen atau pengkajian.
2. Lengkapi asesmen awal medis pasien (pengkajian awal) pada RM 7.3
3. Lakukan perencanaan pasien pulang (discharge planning) pada assesmen
keperawatan pasien rawat inap RM 23 ( Discharge planning ) yang diisi
maksimal 48 jam setelah pasien MRS meliputi :
a. Perlu adanya home care.
b. Perlu pemasangan implant.
c. Penggunaan alat bantu.
d. Telah dilakukan pemesanan alat.
e. Di rujuk ke komunitas tertentu.
f. Di rujuk ke tim terapis.
g. Di rujuk ke ahli gizi, dan lain-lain.
4. Libatkanlah pasien dan keluarga dalam perencanaan discharge planning
(karena pasien yang paling tahu mengenai apa yang dirasakannya dan ingin
dirawat oleh siapa).

10
5. Gunakanlah bahasa awam yang dimengerti oleh pasien dan keluarganya.
6. Kaji apakah pasien termasuk risiko tinggi sehingga membutuhkan discharge
planning kritis. Kriteria pasien risiko tinggi atau kondisi kritis.
a. Usia ≥ 65 tahun (geriatri) atau bayi premature (neonatus).
b. Kesulitan mobilitas sehingga membutuhkan bantuan aktifitas hidup sehari-
hari, seperti stroke, trauma multiple.
c. Membutuhkan pelayanan medis, misalnya serangan jantung, gagal jantung
kongestif, atau penyakit dengan potensi mengancam nyawa lainnya.
1) Dirawat kembali dalam tujuh hari dengan diagnosa yang sama.
2) Mengalami dementia atau amnesia.
3) Membutuhkan pelayanan dan pemantauan keperawatan berkelanjutan
4) Pasien berasal dari panti jompo.
5) Pasien yang membutuhkan pelayanan di panti rehabilitasi.
6) Pasien dengan percobaan bunuh diri.
7) Pasien tidak dikenal atau tidak ada identitas.
8) Korban dari kasus kriminal atau kekerasan dalam rumah tangga.
7. Diskusikan pilihan perawatan apa yang tersedia untuk pasien.
8. Verifikasi kelayakan tempat perawatan apa yang tersedia untuk pasien
9. Memberi informasi dan edukasi yang dibutuhkan pasien atau keluarga atau
penjaga pasien pada RM 3 (formulir pemberian informasi dan edukasi
terintegrasi).
10. Perhatikan hal-hal yang perlu diketahui saat pasien di ruang rawat inap.
11. Tetapkan prioritas mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan
keluarga.
12. Gunakan pendekatan dengan tim multidisiplin yang terlibat perencanaan dan
tata laksana pasien.
13. Lakukan persiapan saat pasien akan dipulangkan dari rumah sakit :
a. Selagi pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit, pasien
sebaiknya dipulangkan dan memperoleh discharge planning yang sesuai.

11
b. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam perencanaan
dan pelaksanaan pemulangan pasien.
c. Lakukan penilaian pasien (tanda-tanda vital, nutrisi, eliminasi, dan keadaan
pasca melahirkan, keadaan luka operasi)
d. Pertimbangkan aspek budaya, etnis, dan financial pasien (lihat pada
asesmen awal) jika ternyata akan berpengaruh pada proses discharge
planning.
e. Tentukan tempat perawatan selanjutnya (setelah pasien dipulangkan dari
rumah sakit) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Penentuan tempat ini dilakukan oleh tim Discharge Planners dan disetujui
pasien atau keluarganya. Berikut adalah beberapa contoh tempat perawatan
dan kebutuhan yang diperlukan:
1) Perawatan di rumah dengan penggunaan peralatan tambahan untuk
menunjang perawatan pasien.
2) Pemulangan pasien ke rumah tanpa perlu perawatan khusus.
3) Perawatan di rumah dengan didampingi oleh perawat atau penjaga
pasien.
4) Rumah sakit atau fasilitas perawatan lain.
5) Rumah perawatan umum, seperti panti jompo, dan sebagainya.
f. Identifikasi kebutuhan pasien yang memerlukan perawatan khusus atau
ekstra seperti kebutuhan perawatan kebersihan diri, sosial, dan sebagainya.
Usahakan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan berikan dukungan
tambahan.
g. Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses proses pemulangan
pasien.
h. Pastikan rencana keperawatan dan aturlah proses pemulangan pasien.
i. Hak pasien sebelum dipulangkan :
1) Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, asesmen
medis, rencana perawatan, detail kontak detail yang dapat dihubungi,

12
dan informasi relevan lainnya mengenai rencana perawatan dan
tatalaksana selanjutnya.
2) Terlibat sepenuhnya dalam discharge planning dirinya, bersama dengan
keluarga atau penjaga pasien.
3) Memperoleh informasi lengkap mengenai fasilitas perawatan jangka,
termasuk dampak finansialnya.
4) Diberikan surat pemulangan yang resmi, dan berisi detail layanan yang
diperoleh (RM 45).
5) Menghubungi tim discharge planner yang bersedia membantu dan
memberikan saran untuk pasien serta informasi tentang kapan dan
bagaimana mendapatkan pelayanan mendesak.
j. Dokumentasi perencanaan pasien pulang di rekam medis.
Dokumentasi resume pasien pulang rawat inap ada dua (2), yaitu :
1) RM 22 (Ringkasan Keluar/ Resume medis)
a) Dilengkapi sebelum pasien pulang dari rumah sakit oleh
DPJP/dokter/ dokter spesialis.
b) Berisi :
• Anamnesa.
• Riwayat penyakit dahulu.
• Pemeriksaan saat MRS.
• Diagnosa.
• Masalah yang di hadapi.
• Konsultasi.
• Pengobatan.
• Perjalanan penyakit.
• Keadaan waktu KRS.
• Prognosis.
• Sebab meninggal.
• Tindak lanjut.
c) Disimpan dalam berkas rekam medis pasien

13
2) RM 23 (lembar discharge planning)
a) Diisi saat akan memulangkan pasien oleh perawat/ bidan dan
legalisasi oleh kepala ruang/ Perawat PJ Shift/ Perawat Ketua Tim.
b) Dibuat rangkap 2 (dua)
c) Gunakan bahasa awam yang mudah dimengerti oleh pasien dan
keluarganya pada saat memberikan informasi/ penjelasan/ instruksi
dan edukasi.
d) Berisi :
• Diagnose keperawatan.
• Aturan diet.
• Obat – obatan yang di minum, dosis, warna dan efek samping
obat.
• Aktivitas dan istirahat.
• Tempat, tanggal kontrol.
• Pemeriksaan penunjang yang di bawa pulang : laboratorium, ekg
• Kondisi saat pasien pulang, sembuh, pulang paksa
• Lain lain ( surat keterangan istirahat ).

Koordinator perawatan di ruangan harus memastikan pasien memperoleh


perawatan yang sesuai dan adekuat serta proses discharge planning berjalan
lancar. Koordinator perawatan haruslah seseorang yang berpegalaman, terlatih,
dan memahami mengenai discharge planning. Biasanya adalah seorang kepala
ruang, perawat penanggung jawab shift. Tugas Koordinator perawatan pada
proses discharge planning :
1. Mengkoordinasi semua aspek perawatan pasien termasuk discharge planning
asesmen awal, dan pengkajian ulang atau re asesmen.
2. Memastikan semua rencana berjalan dengan lancar dan terkoordinir.
3. Mengambil tindakan apabila ada masalah.

14
4. Identifikasi, melibatkan, dan menginformasikan pasien mengenai rencana
keperawatan, pastikan bahwa kebutuhan- kebutuhan khusus pasien dapat
terpenuhi.
5. Mencatat semua perkembangan ke dalam rekam medis pasien (RM 8).
6. Konfirmasi pada pasien dan keluarga atau penjaga pasien

Penjelasan tentang kebutuhan yang diperlukan pasien saat pulang dari rumah sakit :
1. Peralatan yang portabel dan sederhana, mudah digunakan, instruksi
penggunaan minimal. Contoh : tongkat, toilet duduk, kasur dekubitus, walker,
kursi roda dan lain-lain.
2. Peralatan yang membutuhkan pelatihan mengenai cara menggunakannya.
Contoh : tempat tidur khusus, oksigen nebuliser, glucotest, dan lain-lain.
3. Obat-obatan : Injeksi insulin (cara penyimpanan, cara penggunaan, dan lain-
lain), Obat untuk nebulizer.
4. Pilihan transportasi yang dapat digunakan saat pemulangan : ambulan, mobil
pribadi atau sepeda motor pribadi, dan taksi atau angkutan umum.

Jika pasien menolak keterlibatan keluarga dalam diskusi discharge planning,


perawat harus memberitahukan pada keluarga dan menghargai keinginan pasien.
Kebanyakan pasien akan memilih dirawat oleh anggota keluarganya. Apabila
yang diinginkan adalah penjaga pasien atau profesional kesehatan, maka
sampaikan kepada keluarganya mengenai kesediaan mereka untuk merawat
pasien. Identifikasi dan latihan penjaga pasien atau profesional kesehatan yang
akan merawat pasien. Pastikan penjaga pasien atau pofesional kesehatan
mendapat informasi mengenai kondisi pasien, yaitu :
1. Rencana pemulangan pasien (tertulis atau lisan) dan pemberitahuan mengenai
kapan pasien akan dipulangkan.
2. Kondisi pasien.
3. Penjelasan mengenai seperti apa terlibat dalam perawatan pasien.
4. Keuntungan yang didapat atau dampak finansial yang diperoleh.

15
5. Akses penerjemah untuk memungkinkan komunikasi dan pemahaman yang
efektif dengan pasien.
6. Pengaturan transportasi
7. Cara menggunakan peralatan tertentu sebelum pasien dipulangkan.
8. Jadwal dan cara pemberian obat.
9. Jadwal kontrol kesehatan pasien.
10. Kapan dan bagaimana mendapatkan pelayanan mendesak.

3.2 Kriteria Pemulangan Pasien Sesuai Dengan Kondisi Kesehatan Dan


Kebutuhan Pelayanan Pasien Beserta Edukasinya, Meliputi :
a. Kriteria pemulangan pasien sesuai kondisi kesehatan
1) Discharge Planning Untuk Pasien One Day Care (ODC) Tindakan Medis
Rawat Jalan
a) Program bedah rawat jalan yang sukses tergantung pada pemulangan
pasien yang tepat waktu setelah anastesi.
b)Kriteria yang telah dibuat untuk menentukan kesiapan pasien untuk
ditransfer atau dipulangkan setelah anastesi menggunakan Aldrete
score (dewasa), Steward score (anak – anak), Bromage score (spinal
anastesi) yang telah dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda merupakan suatu sistem skoring
yang secara obyektif menilai kondisi pasien yang siap untuk
dipulangkan setelah mendapatkan general consent.
c) Tuntutan bahwa pasien harus kencing/ voiding memperlambat
pemulangan pasien. Pasien bedah yang tidak berisiko terhadap retensi
urin aman untuk dipulangkan sebelum mereka mampu untuk kencing.
Yang termasuk faktor risiko terjadinya retensi urin adalah :
1) Riwayat retensi urin pasca bedah.
2) Anastesi spinal/ epidural
3) Urologi
4) Kateterisasi perioperatif

16
d) Menunggu pasien untuk bisa minum tanpa terjadi muntah juga
memperlambat pemulangan pasien. Penelitian mengenai masalah ini
membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap kejadian PONV (Post Operative Nausea and Vomiting)
pada pasien yang telah memiliki toleransi untuk minum dengan yang
tidak sebelum pasien dipulangkan.
e) Pemulangan pasien setelah anastesi regional
1) Sejumlah teknik anastesi regional dapat dipakai untuk bedah rawat
jalan, mulai anastesi spinal sampai ke blok ekstremitas. Pasien yang
dilakukan anastesi regional mempunyai kriteria pemulangan yang
sama dengan pasien yang di anastesi umum.
2) Anatesi regional memiliki keuntungan pada bedah rawat jalan.
Pemulangan pasien dengan regional anastesi lebih cepat daripada
anastesi umum.
3) Anastesi spinal merupakan teknik yang simpel dan reliable
dipergunakan secara luas saat ini. Karena short-acting lidokain
sering pada bedah rawat jalan untuk anastesi spinal.
4) Sebelum pemulangan pasien bedah rawat jalan dengan anastesi
spinal harus yakin bahwa blok sensorik, motorik, dan simpatik telah
mengalami pemulihan. Kriteria yang dapat dipakai untuk menilai
hal tersebut termasuk: sensasi normal perianal fleksi plantar,
propriosepsi pada ibu jari kaki.
f) Faktor yang memperlambat pemulangan pasien bedah rawat jalan :
1) Usia. Meningkatnya usia banyak sekali dihubungkan dengan
lambatnya pemulihan kondisi umum.
2) Penyakit penyerta yang kronis merupakan prediktor prabedah yang
penting sehingga menjadi proses lambatnya pemulangan.
3) Perawat pada ruang pemulihan, merupakan faktor pulang penting
dalam menentukan waktu pemulangan setelah bedah rawat jalan
dengan jenis anastesi apapun. Pelatihan perawat yang adekuat,

17
standarisasi tugas perawat, akan membawa pengaruh besar dalam
menurunkan waktu pemulangan pasien.
4) Ketersediaan dan kemampuan keluarga untuk mendampingi saat
pasien bedah pulang.
5) Pengaruh anastesi termasuk pengelolaan nyeri, mual dan muntah
serta rasa mengantuk.
6) Pemilihan teknik dan obat-obatan anastesi juga mempunyai
pengaruh besar dalam menurunkan waktu pemulangan yang
disebabkan dengan jenis operasi dan jenis kelamin pasien.
g) Koordinator discharge planning pasien ODC tindakan bedah dengan
bius umum (general anastesi) atau regional adalah dokter anastesi.
Pada pasien dengan bius lokal koordinator pemulangan pasien adalah
dokter bedah.
h) Dokumentasi pasien ODC tindakan bedah :
1) RM 19.10 (cek list keselamatan pembedahan) diisi oleh perawat
yang bertugas di kamar operasi, Form ini digunakan juga sebagai
dokumentasi skrining pasien ODC tindakan bedah.
2) RM 19.11 a ( daftar tilik bedah )
3) RM 19.6 (Laporan anastesi) Diisi oleh dokter anastesi.
4) RM 19.7 (skor pemulihan anastesi) diisi oleh perawat anastesi.
5) RM 19.12 ( laporan operasi ) diisi oleh dokter bedah.
i) Ceklist discharge planning diisi oleh perawat dan ditandatangani
oleh perawat kamar operasi.
j) Informasi kesehatan saat pemulangan pasien diberikan oleh tenaga
kesehatan yaitu : dokter bedah, dokter anastesi, perawat anastesi,
perawat kamar operasi.

2) Discharge Planning Pasien ODC Tindakan Curretage


a) Koordinator discharge planning pasien ODC tindakan curretage di ruang
kebidanan adalah dokter spesialis kandungan atau dokter anastesi.

18
b) Resume/ ringkasan keluar diisi oleh dokter spesialis kandungan. Rekam
medis pemulangan pasien (discharge planning) dilengkapi oleh bidan.
c) Informasi kesehatan saat memulangkan pasien diberikan oleh tenaga
kesehatan yaitu: dokter spesialis kandungan dan bidan.
d) Kriteria memulangkan pasien ODC curretage dengan bius sama seperti
ODC bedah.
e) Dokumentasi :
1) RM 19.6 ( laporan anastesi )
2) RM 19.12 ( laporan operasi )
3) RM 19.7 ( skor pemulihan anastesi )

3) Discharge Planning Pasien Rawat Jalan


a) Setelah melalui screening akan diputuskan pasien akan dirujuk, masuk
rumah sakit atau dipulangkan. Keputusan tersebut dilakukan oleh dokter/
dokter spesialis yang memeriksa pasien.
b) Edukasi tentang penyakit, pengobatan dan kapan kembali untuk kontrol
yang diberikan oleh dokter yang memeriksa pasien.
c) Dokumentasi resume pasien rawat jalan diisi oleh dokter/ dokter spesialis/
perawat.
d) Resume pasien rawat jalan diisi pada setiap kali kunjungan di poliklinik.
e) Dokumen resume pasien : Pengkajian awal keperawatan rawat jalan (
general )

4) Evaluasi dan Tindak Lanjut


Dilakukan sebagai monitor kelayakan rencana pemulangan pasien,
dilakukan dengan cara:
a) Peninjauan ulang rekam medis atau catatan pasien pulang.
b) Gunakan checklist untuk menilai perkembangan dan kemajuan discharge
planning.
c) Lakukan perencanaan ulang, jika diperlukan

19
b. Kriteria Pasien Yang Memerlukan Kesinambungan Asuhan Dirumah Beserta
Edukasinya
Kriteria atau indikasi pasien yang siap dipulangkan adalah :
1. Pasien dinyatakan sembuh dari sakitnya.
2. Pasien bisa melanjutkan pelayanan dengan rawat jalan. Umumnya pada kasus
bedah hal ini sering dilakukan karena memerlukan perawatan luka.
3. Tidak ada keadaan yang mengkhawatirkan dan tidak diperlukan alat-alat
khusus yang hanya ada di rumah sakit.
4. Faktor resiko sudah dapat dikendalikan
5. Kondisi fisik/ klinis penderita secara umum telah membaik. Ini menyangkut
fungsi pernafasan, keadaan system peredaran darah dan suhu tubuh kearah
yang lebih baik (tanda vital stabil).
6. Tidak ada komplikasi yang mengancam dan tidak terdapat keluhan yang
mengganggu pasien.
7. Pemeriksaan Penunjang (laboratorium, radiologis, EKG dan lain-lain)
menunjukkan nilai normal atau perbaikan sesuai dengan kasus/ diagnose
medis.
Kondisi lain sehingga pasien boleh keluar rumah sakit atau dinyatakan keluar
dari rumah sakit adalah :
1. Pasien yang pulang dengan keinginannya sendiri atau pulang paksa atau
menolak tindakan medis (dimana bertentangan dengan saran dan kondisi
medisnya). Pasien yang termasuk kelompok ini adalah :
a. Pasien memahami risiko yang dapat timbul akibat pulang paksa
b. Pasien tidak memahami risiko pulang paksa, dikarenakan kondisi medis
atau gangguan jiwa
Apabila pasien mempunyai keluarga tenaga medis (dokter, perawat,
bidan) atau petugas kesehatan lain, maka akan lebih mudah Informasi dan
Edukasi dilakukan. Tetapi dalam pelaksanaannya Rumah Sakit Ibu dan Anak
Ibunda harus mengikuti sesuai peraturan dan hukum yang berlaku sesuai

20
panduan HPK tentang hak pasien dan keluarga/ privasi pasien. Alasan pasien
pulang paksa antara lain :
a. Tidak punya biaya (paling banyak)
b. Belum atau tidak setuju dilakukan tindakan medis setelah mendapat
penjelasan yang cukup
c. Ingin dirawat di tempat lain
d. Merasa sudah sembuh
e. Tidak puas dengan dokter atau pelayan.

Evaluasi dan tindak lanjut pada pasien pulang paksa :


a. Lakukan pencatatan sebagai indikator mutu Unit Rawat Inap rumah sakit
tentang kejadian pulang paksa.
b. Berikan pengulangan edukasi sampai pasien atau keluarganya memahami
maksud dan tujuan perawatan atau tindakan medis yang diberikan. Bila
keputusan yang diambil pasien/keluarga tetap menolak perawatan atau
tindakan medis, dokumentasikan pada lembar persetujuan atau perawatan
atau konsultasi dan penolakan tindakan kedokteran (RM 10 dan RM 10.1)
dan surat pernyataan pulang paksa.
c. Sarankan untuk tetap menjalankan program terapi/ kontrol pada dokter/
rumah sakit yang telah disepakati.
2. Pasien meninggal
3. Pasien harus ditransfer ke rumah sakit lain/ rujuk
4. Pasien ijin pulang Sementara :
a. Beberapa alasan akan membuat pasien minta diberikan ijin keluar rumah
sakit untuk sementara waktu. Untuk itu Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda
menyusun prosedur pemberian ijin pulang sementara.
b. Didokumentasikan pada form Surat Keterangan Ijin Pulang (SKIP).
c. SKIP dibuat rangkap 2 (dua), lembar pertama disimpan, salinan kedua
diberikan kepada pasien/ keluarga.
d. Saat pasien keluar dari rumah sakit, maka perawat diharuskan memberi
gelang identitas, salinan kedua diberikan pada pasien/ keluarga.
21
BAB IV
DOKUMENTASI

Perencanaan pasien pulang didokumentasikan pada status list pasien, yaitu :


1) RM 7.3, yaitu assesmen awal medis.
2) RM 7, yaitu assesmen keperawatan pasien rawat inap.
3) RM 8, yaitu perkembangan terintegrasi pasien.
4) RM 19.11 a yaitu form penandaan lokasi operasi
5) RM 19 yaitu timbang terima pasien di kamar operasi
6) RM 19.6 yaitu laporan anestesi.
7) RM 19.12 yaitu lembar laporan operasi.
8) RM 19.7 yaitu evaluasi nyeri pasca anastesi.
9) RM 22 yaitu resume medis
10) RM 23 yaitu lembar discharge planning.
11) Formulir kematian, yaitu dibuat rangkap 2. Lembar pertama (asli) untuk
diserahkan pada keluarga, salinan ke 2 untuk arsip rumah sakit.
12) Formulir rujukan pasien.
13) Form surat keterangan ijin pulang ( SKIP ) atau surat ijin pulang sementara.

22
BAB V
PENUTUP

Panduan untuk menjadi acuan pelaksanaan memulangkan pasien sesuai prosedur


Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda. Tentunya masih banyak kekurangan dari
kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi.
Tim Penyusun banyak berharap pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di kesempatan
berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi tim Akses ke Pelayanan dan
Kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.

23
SPO PEMULANGAN PASIEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

179/SPO/RSIA 1/1
RS IBU DAN ANAK IBUNDA/I/2020
IBUNDA
Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Direktur
Rumah Sakit Ibu dan Anak Ibunda
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) Tanggal Revisi :

PENGERTIAN Pemulangan pasien adalah menyerahkan pasien kembali kepada


keluarga setelah keluar dari rumah sakit di mana pasien itu
dirawat.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam memulangkan


pasien dari Rumah Sakit
KEBIJAKAN Pasien yang siap untuk dipulangkan dijelaskan tentang aturan
diet, penggunaan obat lanjutan di rumah, aktifitas yang boleh
dilakukan, jadwal kontrol, hasil lab yang dibawakan (Lembar
Discharge Planning). (Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan
Anak Ibunda Nomor : 013/ SK-DIR/RSIA IBUNDA/I/2020
tentang Pemberlakuan Buku Panduan Pemulangan Pasien)

PROSEDUR 1. Pasien dipulangkan


a. Dokter mengijinkan pasien untuk di pulangkan.
b. Dokter atau perawat menginformasikan kepada keluarga
pasien.
c. Bagian administrasi perawat menyiapkan perincian
pembiayaan dan surat-surat rujukan dan berkas lainnya.
d. Pasien dipulangkan dengan keluarga yang menemani.
e. Keluarga pasien membereskan administrasi dan
memberikan surat tanda pembayaran ke petugas ruangan.
2. Pasien pulang atas permintaan sendiri
a. Keluarga atau pasien mengajukan permintaan pulang

24
kepada dokter dan perawat di ruangan.
b. Dokter menyetujui dan membuatkan surat pernyataan
pulang paksa dengan tandatangan bermaterai.
c. Bagian administrasi perawat membuatkan perincian biaya
dan menyiapkan surat pengantar.
d. Keluarga pasien dipersilakan untuk membereskan
administrasi ke bagian keuangan.
e. Surat bukti pembayaran disertahkan ke petugas ruangan
oleh keluarga pasien.
f. Petugas ruangan mengantar pasien sampai ke keluar dari
rumah sakit.
UNIT TERKAIT 1. Unit Rawat Inap

25

Anda mungkin juga menyukai