iii
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA MARIA PEKANBARU
NOMOR : 242/Per-RSSM/IX/2021
TENTANG
i
Sakit;
MEMUTUSKAN;
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA MARIA
PEKANBARU TENTANG PANDUAN PEMULANGAN
PASIEN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
4. Rujukan adalah pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain,untuk
memenuhi kebutuhan asuhan berkesambungan dan sesuai dengan kemampuan fasilitas
kesehatan penerima untuk memenuhi kebutuhan pasien.
ii
5. Pasien adalah orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk menentukan
pelayanan kesehatan yang diperlukannya baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada Dokter atau Dokter gigi
BAB II
PEMULANGAN PASIEN
Pasal 2
1. Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses pemulangan pasien dari rumah sakit
berdasarkan kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan kesinambungan asuhan atau
tindakan.
2. Merujuk atau mengirim pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan, maupun perorangan di
luar rumah sakit didasarkan atas kondisi kesehatan pasien dan kebutuhannya untuk
memperoleh kesinambungan asuhan.
3. Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) dan profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya
yang bertanggung jawab atas asuhan pasien berkoordinasi menentukan kesiapan pasien
untuk pulang dari rumah sakit berdasarkan kriteria atau indikasi rujukan yang ditetapkan
rumah sakit.
4. Rujukan ke dokter spesialis, rehabilitasi fisik atau kebutuhan upaya preventif di rumah
dikoordinasikan dengan keluarga pasien.
5. Diperlukan proses yang terorganisir untuk memastikan bahwa kesinambungan asuhan
dikelola oleh tenaga kesehatan atau oleh sebuah fasilitas pelayanan kesehatan di luar
rumah sakit.
6. Kriteria pemulangan pasien
1. Pasien pulang dalam kondisi membaik
2. Pasien dianggap telah siap untuk dipulangkan dari rumah sakit setelah
jelas terlihat ada perbaikan kondisi klinis.
3. proses pengobatan sudah bisa dilanjutkan dirumah
5. Kriteria pasien yang memerlukan kesinambungan asuhan
a. Pasien yang dirujuk ke dokter spesialis
b. Pasien yang memerlukan rehabilitasi fisik
6. Pasien rawat inap yang masih dalam proses rencana pengobatan, tidak diizinkan untuk
iii
keluar meninggalkan Rumah Sakit dalam jangka waktu tertentu untuk keperluan
penting.
BAB III
PERENCANAN PEMULANGAN PASIEN
Pasal 3
BAB IV
PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI
TANPA PEMBERITAHUAN
Pasal 4
1. Pengelolaan pasien rawat jalan, IGD dan rawat inap yang menolak rencana asuhan medis
yang melarikan diri/kabur, Perawat penanggung jawab asuhan (PPJA) melakukan
iv
asesmen untuk mengidentifikasi pasien menderita penyakit yang membahayakan dirinya
sendiri atau lingkungan.
3. Rumah Sakit melaporkan kepada pihak yang berwenang bila ada indikasi kondisi pasien
yang membahayakan dirinya sendiri atau lingkungan.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
1. Pada saat Peraturan Direktur Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru ini mulai berlaku,
Peraturan Direktur Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru Nomor : 106/Per-RSSM/VII/2020
Tentang Panduan Pemulangan Pasien, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di : Pekanbaru
dr. Arifin, M. A. R. S.
v
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA MARIA
PEKANBARU
NOMOR : 242/Per-RSSM/IX/2021
TENTANG : PEMULANGAN PASIEN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memulangkan pasien kerumah atau keluarga, dirujuk atau dikirim
ke praktisi kesehatan di luar rumah sakit didasarkan atas kondisi kesehatan
pasien dan kebutuhannya untuk memperoleh kesinambungan asuhan. DPJP
dan PPA lainnya yang bertanggung jawab atas asuhan pasien menentukan
kesiapan pasien keluar dari rumah sakit. Dalam pemulangan pasien
diperlukan proses yang terorganisir dengan baik untuk memastikan bahwa
kesinambungan asuhan dikelola oleh praktisi kesehatan atau oleh sebuah
organisasi di luar rumah sakit.
Menurut WHO, pada 1 Juli 2021 lebih dari 182 juta orang di seluruh
dunia telah didiagnosis dengan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
dan telah merenggut lebih dari 3,9 juta jiwa. Meskipun beberapa wilayah di
dunia mengalami penurunan jumlah kasus, daerah lain masih mengalami
lonjakan kasus yang salah satu kemungkinannya adalah ditemukan varian
6
baru khususnya varian Delta yang tingkat penularannya lebih tinggi
dibandingkan dengan varian sebelumnya termasuk di Indonesia.
B. Pengertian
1. Pemulangan pasien
2. Kesenambungan asuhan
5. Pasien cuti
7
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK. 01.07/Menkes/1128/2022 tentang
Standar Akreditasi Rumah Sakit.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
Nomor HK, 02.02/I/1130/2022 tentang Pedoman
Survei Akreditasi Rumah Sakit.
3. Komisi akreditasi rumah sakit. Instrumen Survey
Standar Nasional Akreditasi Kementrian Kesehatan.
2022.
A. Pemulangan pasien
Melaksanakan proses pemulangan pasien dari rumah sakit berdasarkan
kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan kesinambungan asuhan atau tindakan.
Merujuk atau mengirim pasien ke fasilitas pelayanan Kesehatan, maupun
perorangan di luar rumah sakit didasarkan atas kondisi kesehatan pasien dan
kebutuhannya untuk memperoleh kesinambungan asuhan. Dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP) dan profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya yang
bertanggung jawab atas asuhan pasien berkordinasi menentukan kesiapan
pasien untuk pulang dari rumah sakit berdasarkan kriteria atau indikasi
rujukan yang ditetapkan rumah sakit. Diperlukan proses yang terorganisir
untuk memastikan bahwa kesinambungan asuhan dikelola oleh tenaga
kesehatan atau oleh sebuah fasilitas pelayanan kesehatan di luar rumah sakit.
8
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) Pasien
konfirmasi asimptomatik tidak dilakukan pemeriksaan
follow up NAAT. Dinyatakan selesai isolasi apabila sudah
menjalani isolasi mandiri selama 10 hari sejak pengambilan
spesimen diagnosis konfirmasi.
b. Kasus konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang
Pasien konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang
tidak dilakukan pemeriksaan follow up NAAT. Dinyatakan
selesai isolasi harus dihitung 10 hari sejak tanggal onset
dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi
menunjukkan gejala/tanda klinis COVID-19 yang dialami
oleh pasien.
c. Kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang dirawat di
rumah sakit
- Kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang
dirawat di rumah sakit dinyatakan selesai isolasi
apabila telah mendapatkan hasil pemeriksaan follow
up NAAT 1 kali negatif ditambah minimal 3 hari
tidak lagi menunjukkan gejala/tanda klinis COVID-
19 yang dialami oleh pasien.
- Dalam hal pemeriksaan follow up NAAT tidak dapat
dilakukan, maka pasien kasus konfirmasi dengan
gejala berat/kritis yang dirawat di rumah sakit yang
sudah menjalani isolasi selama 10 hari sejak onset
dengan ditambah minimal 3 hari tidak lagi
menunjukkan gejala/tanda klinis COVID-19 yang
dialami oleh pasien, dinyatakan selesai isolasi, dan
dapat dialihrawat non isolasi atau dipulangkan
2. Alih rawat non isolasi
9
standar pelayanan dan/atau standar prosedur operasional. Pasien
tersebut sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19.
3. Sembuh
Pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, dan
gejala berat/kritis dinyatakan sembuh apabila telah memenuhi
kriteria selesai isolasi dan dikeluarkan surat pernyataan selesai
pemantauan, berdasarkan penilaian dokter di fasyankes tempat
dilakukan pemantauan atau oleh DPJP. Pasien konfirmasi dengan
gejala berat/kritis dimungkinkan memiliki hasil pemeriksaan
follow up NAAT persisten positif, karena pemeriksaan NAAT
masih dapat mendeteksi bagian tubuh virus COVID-19 walaupun
virus sudah tidak aktif lagi (tidak menularkan lagi). Terhadap
pasien tersebut, maka penentuan sembuh berdasarkan hasil
assessmen yang dilakukan oleh DPJP.
4. Pemulangan pasien
Pasien dapat dipulangkan dari perawatan di rumah sakit, bila
memenuhi kriteria selesai isolasi dan memenuhi kriteria klinis
sebagai berikut:
a. Hasil assesmen klinis menyeluruh termasuk diantaranya gambaran
radiologis menunjukkan perbaikan, pemeriksaan darah menunjukan
perbaikan, yang dilakukan oleh DPJP menyatakan pasien
diperbolehkan untuk pulang.
b. Tidak ada tindakan/perawatan yang dibutuhkan oleh pasien, baik
terkait sakit COVID-19 ataupun masalah kesehatan lain yang dialami
pasien. DPJP perlu mempertimbangkan waktu kunjungan kembali
pasien dalam rangka masa pemulihan. Khusus pasien konfirmasi
dengan gejala berat/kritis yang sudah dipulangkan tetap melakukan
isolasi mandiri minimal 7 hari dalam rangka pemulihan dan
kewaspadaan terhadap munculnya gejala COVID-19, dan secara
konsisten menerapkan protokol kesehatan.
5. Pindah ke Rumah Sakit Rujukan Pindah ke Rumah Sakit Rujukan
apabila pasien memerlukan rujukan ke Rumah Sakit lain dengan
alasan yang terkait dengan tatalaksana COVID-19. Pelaporan hasil
akhir status pasien selesai isolasi, sembuh, meninggal, dilaporkan
10
ke dinas Kesehatan daerah kabupaten/kota setempat oleh RS
pertama yang merawat
6. Meninggal
a. Meninggal di rumah sakit selama perawatan COVID-19
pasien konfirmasi atau probable maka pemulasaraan jenazah
diberlakukan tatalaksana COVID-19
b. Meninggal di luar rumah sakit/Death on Arrival (DOA) Bila
pasien memiliki riwayat kontak erat dengan orang/pasien
terkonfirmasi COVID-19 maka pemulasaraan jenazah
diberlakukan tatalaksana COVID-19.
B. Kesinambungan asuhan
1. Pengkajian
a) Data Kesehatan
b) Data Pribadi
c) Pemberi Perawatan
12
d) Lingkungan
e) Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian
discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan
pasien dan keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan memberi
dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan perawatan.
Adalah penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual
atau potensial.
3. Perencanaaan:
13
e) Outpatient referral, pasien sebaiknya mengenal pelayanan
dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat
meningkatan perawatan yang kontinui
f) Diet, pasien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada
dietnya. Pasien sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai
untuk dirinya.
4. Implementasi
5. Evaluasi
1. Derajat penyakit
2. Hasil yang diharapkan dari perawatan
14
3. Durasi perawatan yang dibutuhkan
4. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
5. Komplikasi tambahan
6. Ketersediaan sumber-sumber
15