Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN PEMULANGAN PASIEN

RUMAH SAKIT SANTA MARIA


Jl. Jend. Ahmad Yani No. 68 Pekanbaru
Telp (0761) 22213 Fax (0761) 26071
Email : cs@rssantamariapekanbaru.com,
www.rssantamariapekanbaru.com
LEMBAR PENGESAHAN

Diverifikasi oleh, Disusun oleh,


Tim Pengendali Dokumen Pelayanan Medik

Jeanny Susana Magretta, Skep dr. Yuliarni


Ketua Manajer
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii


PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA MARIA 1
PEKANBARU ....................................................................................................
BAB I KETENTUAN UMUM ................................................................ 2
BAB II PEMULANGAN PASIEN............................................................. 2
BAB III PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN.............................. 3
BAB IV PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI TANPA 4
PEMBERITAHUAN.......................................................................
BAB V KETENTUAN PERALIHAN......................................................... 4
BAB VI PENUTUP....................................................................................... 4
Lampiran
I. PENDAHULUAN................................................................................. 5
A. Latar Belakang............................................................................ 5
B. Pengertian................................................................................... 5
II. RUANG LINGKUP.............................................................................. 6
III. KEBIJAKAN......................................................................................... 6
IV TATALAKSANA................................................................................. 6
A. Pemulangan Pasien.......................................................................... 6
B. Kesinambungan Asuhan.................................................................. 6
C. Perencanaan Pemulangan Pasien.................................................... 7
V. DOKUMEN.......................................................................................... 13
RUJUKAN.........................................................................................................

iii
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA MARIA PEKANBARU
NOMOR : 242/Per-RSSM/IX/2021

TENTANG

PANDUAN PEMULANGAN PASIEN

DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA MARIA PEKANBARU

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah


Sakit Santa Maria, maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan yang bermutu tinggi;

b. Bahwa untuk kesinambungan pelayanan dan asuhan pasien


salah satu hal penting yang harus disiapkan adalah panduan
pemulangan pasien;

Bahwa dengan adanya Corona Virus Disease 2019 (COVID-


c. 19) perlu juga ditetapkan mengenai panduan untuk
pemulangan pasien COVID-19;

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam a, b dan c,perlu ditetapkan dengan surat Keputusan
d. Direktur Rumah Sakit Santa Maria.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
pasal 32 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2009
tentang praktek kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran;

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.


01.07/MENKES/1128/2022 tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit;

6. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK


02.02/I/1130/2022 tentang Pedoman Survei Akreditasi Rumah

i
Sakit;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.


01.07/MENKES/5671/2021 tentang Manajemen Klinis
Tatalaksana Corona Virus Diasease 2019 (COVID-19) di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

8. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Salus Infirmorum Nomor


054/Kpts-PYSI/II/2018 tentang Pelayanan Rumah Sakit Santa
Maria Pekanbaru.

MEMUTUSKAN;
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA MARIA
PEKANBARU TENTANG PANDUAN PEMULANGAN
PASIEN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Pemulangan pasien adalah proses dalam kesenambungan pelayanan/asuhan pasien setelah


rawat inap

2. Perencanaan Pemulangan Pasien, disingkat sebagai P3 adalah suatu proses sitematik


untuk perkiraan, persiapan, dan koordinasi yang dilakukan petugas kesehatan untuk
memfasilitasi perbekalan perawatan kesehatan pasien sebelum dan setelah pemulangan.

3. Fasilitas pelayananan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan


upaya pelayanan kesehatan baik preventif, kuratif, maupun rehabilitatif

4. Rujukan adalah pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain,untuk
memenuhi kebutuhan asuhan berkesambungan dan sesuai dengan kemampuan fasilitas
kesehatan penerima untuk memenuhi kebutuhan pasien.

ii
5. Pasien adalah orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk menentukan
pelayanan kesehatan yang diperlukannya baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada Dokter atau Dokter gigi

BAB II
PEMULANGAN PASIEN
Pasal 2
1. Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses pemulangan pasien dari rumah sakit
berdasarkan kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan kesinambungan asuhan atau
tindakan.
2. Merujuk atau mengirim pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan, maupun perorangan di
luar rumah sakit didasarkan atas kondisi kesehatan pasien dan kebutuhannya untuk
memperoleh kesinambungan asuhan.
3. Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) dan profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya
yang bertanggung jawab atas asuhan pasien berkoordinasi menentukan kesiapan pasien
untuk pulang dari rumah sakit berdasarkan kriteria atau indikasi rujukan yang ditetapkan
rumah sakit.
4. Rujukan ke dokter spesialis, rehabilitasi fisik atau kebutuhan upaya preventif di rumah
dikoordinasikan dengan keluarga pasien.
5. Diperlukan proses yang terorganisir untuk memastikan bahwa kesinambungan asuhan
dikelola oleh tenaga kesehatan atau oleh sebuah fasilitas pelayanan kesehatan di luar
rumah sakit.
6. Kriteria pemulangan pasien
1. Pasien pulang dalam kondisi membaik
2. Pasien dianggap telah siap untuk dipulangkan dari rumah sakit setelah
jelas terlihat ada perbaikan kondisi klinis.
3. proses pengobatan sudah bisa dilanjutkan dirumah
5. Kriteria pasien yang memerlukan kesinambungan asuhan
a. Pasien yang dirujuk ke dokter spesialis
b. Pasien yang memerlukan rehabilitasi fisik

c. Pasien dengan kebutuhan upaya preventif dirumah, praktisi kesehatan


atau organisasi di luar rumah sakit.

6. Pasien rawat inap yang masih dalam proses rencana pengobatan, tidak diizinkan untuk

iii
keluar meninggalkan Rumah Sakit dalam jangka waktu tertentu untuk keperluan
penting.

BAB III
PERENCANAN PEMULANGAN PASIEN
Pasal 3

1. Pasien yang memerlukan perencanaan pemulangan pasien (discharge planning) maka


rumah sakit mulai merencanakan hal tersebut sejak awal dan mencatatnya di pengkajian
awal pasien. Untuk menjaga kesinambungan asuhan dilakukan secara terintegrasi
melibatkan semua profesional pemberi asuhan (PPA) terkait difasilitasi oleh manajer
pelayanan pasien (MPP).
2. Pada tindak lanjut pemulangan pasien bila diperlukan dapat ditujukan kepada fasilitas
kesehatan baik perorangan ataupun institusi yang berada di komunitas dimana pasien
berada yang bertujuan untuk memberikan bantuan pelayanan.
3. Kriteria pasien yang memerlukan perencanaan pemulangan pasien (P3) adalah :
a) Pasien dengan rencana pemulangan kritis,
b) Pasien dengan kesulitan mobilitas/gerak
c) Pasien usia lanjut
d) Pasien dengan kebutuhan pelayanan medis dan keperawatan berkelanjutan
e) Kebutuhan bantuan dalam aktivitas hidup sehari hari.
4. DPJP dan PPA lainnya yang bertanggung jawab atas asuhan pasien menentukan kesiapan
pasien keluar dari rumah sakit.
5. Dalam pemulangan pasien diperlukan proses yang terorganisir dengan baik untuk
memastikan bahwa kesinambungan asuhan dikelola oleh praktisi kesehatan atau oleh
sebuah organisasi di luar rumah sakit
6. Proses P3 dan pelaksanaannya dicatat di Rekam Medis

BAB IV
PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI
TANPA PEMBERITAHUAN
Pasal 4
1. Pengelolaan pasien rawat jalan, IGD dan rawat inap yang menolak rencana asuhan medis
yang melarikan diri/kabur, Perawat penanggung jawab asuhan (PPJA) melakukan

iv
asesmen untuk mengidentifikasi pasien menderita penyakit yang membahayakan dirinya
sendiri atau lingkungan.

2. Rumah sakit menghubungi pasien/keluarga untuk memberitahu tahu tentang risiko


bahaya yang ada

3. Rumah Sakit melaporkan kepada pihak yang berwenang bila ada indikasi kondisi pasien
yang membahayakan dirinya sendiri atau lingkungan.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP

1. Pada saat Peraturan Direktur Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru ini mulai berlaku,
Peraturan Direktur Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru Nomor : 106/Per-RSSM/VII/2020
Tentang Panduan Pemulangan Pasien, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
2. Peraturan Direktur Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Ditetapkan di : Pekanbaru

Pada tanggal : 19 Agustus 2021

Direktur Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru

dr. Arifin, M. A. R. S.

v
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA MARIA
PEKANBARU
NOMOR : 242/Per-RSSM/IX/2021
TENTANG : PEMULANGAN PASIEN

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memulangkan pasien kerumah atau keluarga, dirujuk atau dikirim
ke praktisi kesehatan di luar rumah sakit didasarkan atas kondisi kesehatan
pasien dan kebutuhannya untuk memperoleh kesinambungan asuhan. DPJP
dan PPA lainnya yang bertanggung jawab atas asuhan pasien menentukan
kesiapan pasien keluar dari rumah sakit. Dalam pemulangan pasien
diperlukan proses yang terorganisir dengan baik untuk memastikan bahwa
kesinambungan asuhan dikelola oleh praktisi kesehatan atau oleh sebuah
organisasi di luar rumah sakit.

Perencanaan Pemulangan Pasien harus didasarkan pada :

1. Kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan


seberapa jauh tingkat ketergantungan pada orang lain.
2. Keterampilan, pengetahuan dan adanya anggota keluarga atau teman.
3. Bimbingan perawat yang diperlukan untuk memperbaiki dan
mempertahankan kesehatan, pendidikan, dan pengobatan.

Discharge planning memberikan efek yang penting dalam


menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. Manajer Palayanan Pasien
(MPP) mempunyai peran lebih terdepan dalam proses perencanaan
pemulangan pasien (P3)

Menurut WHO, pada 1 Juli 2021 lebih dari 182 juta orang di seluruh
dunia telah didiagnosis dengan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
dan telah merenggut lebih dari 3,9 juta jiwa. Meskipun beberapa wilayah di
dunia mengalami penurunan jumlah kasus, daerah lain masih mengalami
lonjakan kasus yang salah satu kemungkinannya adalah ditemukan varian

6
baru khususnya varian Delta yang tingkat penularannya lebih tinggi
dibandingkan dengan varian sebelumnya termasuk di Indonesia.

Di Indonesia, kasus konfirmasi COVID-19 belum mengalami


penurunan yang signifikan, tetapi cenderung terjadi peningkatan yang
sangat drastis pada pertengahan tahun 2021, khususnya di beberapa
provinsi tertinggi seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten,
dan Jawa Timur.

Terkait adanya kasus COVID-19 perlu adanya acuan yang akan


digunakan rumah sakit dalam menentukan kriteria pulang untuk pasien
COVID-19 yang dirawat inap.

B. Pengertian

1. Pemulangan pasien adalah proses dalam kesenambungan


pelayanan/asuhan pasien setelah rawat inap.
2. Perencanaan pemulangan pasien(P3) atau discharge planning
adalah kegiatan yang merencanakan dan memfasilitasi perpindahan
pasien ke pelayanan kesehatan lain atau kerumah dengan lancar dan
aman. Perencanaan pemulangan pasien adalah suatu proses
sitematik untuk perkiraan, persiapan, dan koordinasi yang dilakukan
petugas kesehatan untuk memfasilitasi perbekalan perawatan
kesehatan pasien sebelum dan setelah pemulangan.

BAB II. RUANG LINGKUP

1. Pemulangan pasien

2. Kesenambungan asuhan

3. Perencanaan pemulangan pasien

4. Pasien pulang atas permintaan sendiri

5. Pasien cuti

BAB III. KEBIJAKAN

7
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK. 01.07/Menkes/1128/2022 tentang
Standar Akreditasi Rumah Sakit.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
Nomor HK, 02.02/I/1130/2022 tentang Pedoman
Survei Akreditasi Rumah Sakit.
3. Komisi akreditasi rumah sakit. Instrumen Survey
Standar Nasional Akreditasi Kementrian Kesehatan.
2022.

BAB IV. TATALAKSANA

A. Pemulangan pasien
Melaksanakan proses pemulangan pasien dari rumah sakit berdasarkan
kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan kesinambungan asuhan atau tindakan.
Merujuk atau mengirim pasien ke fasilitas pelayanan Kesehatan, maupun
perorangan di luar rumah sakit didasarkan atas kondisi kesehatan pasien dan
kebutuhannya untuk memperoleh kesinambungan asuhan. Dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP) dan profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya yang
bertanggung jawab atas asuhan pasien berkordinasi menentukan kesiapan
pasien untuk pulang dari rumah sakit berdasarkan kriteria atau indikasi
rujukan yang ditetapkan rumah sakit. Diperlukan proses yang terorganisir
untuk memastikan bahwa kesinambungan asuhan dikelola oleh tenaga
kesehatan atau oleh sebuah fasilitas pelayanan kesehatan di luar rumah sakit.

Kriteria pemulangan pasien

1. Pasien pulang dalam kondisi membaik


2. Pasien dianggap telah siap untuk dipulangkan dari rumah sakit
setelah jelas terlihat ada perbaikan kondisi klinis.
3. Proses pengobatan sudah bisa dilanjutkan dirumah
4. Pada pasien dengan COVID- 19, kriteria pemulangannya adalah:
1. Selesai isolasi
Kriteria pasien konfirmasi yang dinyatakan selesai isolaso sebagai
berikut:

8
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) Pasien
konfirmasi asimptomatik tidak dilakukan pemeriksaan
follow up NAAT. Dinyatakan selesai isolasi apabila sudah
menjalani isolasi mandiri selama 10 hari sejak pengambilan
spesimen diagnosis konfirmasi.
b. Kasus konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang
Pasien konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang
tidak dilakukan pemeriksaan follow up NAAT. Dinyatakan
selesai isolasi harus dihitung 10 hari sejak tanggal onset
dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi
menunjukkan gejala/tanda klinis COVID-19 yang dialami
oleh pasien.
c. Kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang dirawat di
rumah sakit
- Kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang
dirawat di rumah sakit dinyatakan selesai isolasi
apabila telah mendapatkan hasil pemeriksaan follow
up NAAT 1 kali negatif ditambah minimal 3 hari
tidak lagi menunjukkan gejala/tanda klinis COVID-
19 yang dialami oleh pasien.
- Dalam hal pemeriksaan follow up NAAT tidak dapat
dilakukan, maka pasien kasus konfirmasi dengan
gejala berat/kritis yang dirawat di rumah sakit yang
sudah menjalani isolasi selama 10 hari sejak onset
dengan ditambah minimal 3 hari tidak lagi
menunjukkan gejala/tanda klinis COVID-19 yang
dialami oleh pasien, dinyatakan selesai isolasi, dan
dapat dialihrawat non isolasi atau dipulangkan
2. Alih rawat non isolasi

Proses alih rawat ke ruangan non isolasi diperuntukkan untuk pasien


yang sudah memenuhi kriteria selesai isolasi tetapi masih memerlukan
perawatan lanjutan untuk kondisi tertentu yang terkait dengan
komorbid, co-insiden, dan komplikasi. Proses alih rawat diputuskan
berdasarkan hasil assessmen klinis yang dilakukan oleh DPJP sesuai

9
standar pelayanan dan/atau standar prosedur operasional. Pasien
tersebut sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19.

3. Sembuh
Pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, dan
gejala berat/kritis dinyatakan sembuh apabila telah memenuhi
kriteria selesai isolasi dan dikeluarkan surat pernyataan selesai
pemantauan, berdasarkan penilaian dokter di fasyankes tempat
dilakukan pemantauan atau oleh DPJP. Pasien konfirmasi dengan
gejala berat/kritis dimungkinkan memiliki hasil pemeriksaan
follow up NAAT persisten positif, karena pemeriksaan NAAT
masih dapat mendeteksi bagian tubuh virus COVID-19 walaupun
virus sudah tidak aktif lagi (tidak menularkan lagi). Terhadap
pasien tersebut, maka penentuan sembuh berdasarkan hasil
assessmen yang dilakukan oleh DPJP.
4. Pemulangan pasien
Pasien dapat dipulangkan dari perawatan di rumah sakit, bila
memenuhi kriteria selesai isolasi dan memenuhi kriteria klinis
sebagai berikut:
a. Hasil assesmen klinis menyeluruh termasuk diantaranya gambaran
radiologis menunjukkan perbaikan, pemeriksaan darah menunjukan
perbaikan, yang dilakukan oleh DPJP menyatakan pasien
diperbolehkan untuk pulang.
b. Tidak ada tindakan/perawatan yang dibutuhkan oleh pasien, baik
terkait sakit COVID-19 ataupun masalah kesehatan lain yang dialami
pasien. DPJP perlu mempertimbangkan waktu kunjungan kembali
pasien dalam rangka masa pemulihan. Khusus pasien konfirmasi
dengan gejala berat/kritis yang sudah dipulangkan tetap melakukan
isolasi mandiri minimal 7 hari dalam rangka pemulihan dan
kewaspadaan terhadap munculnya gejala COVID-19, dan secara
konsisten menerapkan protokol kesehatan.
5. Pindah ke Rumah Sakit Rujukan Pindah ke Rumah Sakit Rujukan
apabila pasien memerlukan rujukan ke Rumah Sakit lain dengan
alasan yang terkait dengan tatalaksana COVID-19. Pelaporan hasil
akhir status pasien selesai isolasi, sembuh, meninggal, dilaporkan

10
ke dinas Kesehatan daerah kabupaten/kota setempat oleh RS
pertama yang merawat
6. Meninggal
a. Meninggal di rumah sakit selama perawatan COVID-19
pasien konfirmasi atau probable maka pemulasaraan jenazah
diberlakukan tatalaksana COVID-19
b. Meninggal di luar rumah sakit/Death on Arrival (DOA) Bila
pasien memiliki riwayat kontak erat dengan orang/pasien
terkonfirmasi COVID-19 maka pemulasaraan jenazah
diberlakukan tatalaksana COVID-19.

B. Kesinambungan asuhan

Merujuk atau mengirim pasien ke praktisi kesehatan diluar Rumah Sakit,


unit pelayanan lain, rumah, atau keluarga, didasarkan atas kondisi
kesehatan pasien dan kebutuhannya untuk memperoleh kesinambungan
asuhan. DPJP Dan PPA lainnya yang bertangg-jawab atas asuhan pasien
menentukan kesiapan pasien keluar RS berdasar kebijakan, kriteria dan
indikasi rujukan yang ditetapkan Rumah Sakit.

Kriteria pasien yang membutuhkan kesinambungan asuhan :


1. Pasien yang memerlukan rujukan ke dokter spesialis
2. Pasien yang memerlukan rujukan ke rehabilitasi medik.
3. Kebutuhan upaya preventif di rumah yang dikoordinasikan oleh
keluarga pasien. Sebagai contoh, adalah pasien yang baru didiagnosis
tipe 1 diabetes melitus akan membutuhkan pendidikan yang terkait
diet dan nutrisi, termasuk cara memberikan suntikan insulin. Pasien
yang dirawat inap karena infark miokardium membutuhkan
rehabilitasi sesudah keluar rumah sakit pulang, termasuk mengatur
makanan.
Diperlukan proses yang terorganisir dengan baik untuk memastikan bahwa
kesinambungan asuhan dikelola oleh praktisi kesehatan atau oleh sebuah
organisasi di luar Rumah Sakit.

C. Perencanaan pemulangan pasien (P3)


Dibutuhkan perencanaan untuk mengatur tindak lanjut pemulangan pasien
ke praktisi kesehatan atau organisasi lain yang dapat memenuhi kebutuhan
11
kesinambungan asuhan pasien. Rumah Sakit yang berada di komunitas
dimana praktisi kesehatan juga berada didalamnya membuat kerjasama
formal dan informal. Jika pasien berasal dari komunitas/daerah lain, Rumah
Sakit akan merujuk pasien ke praktisi kesehatan yang berasal dari komuitas
dimana pasien tinggal.

Mungkin juga, pasien membutuhkan pelayanan dukungan dan pelayanan


kesehatan pada waktu pasien keluar dari Rumah Sakit (discharge).
Misalnya, pasien mungkin membutuhkan bantuan sosial, nutrisi, keuangan,
psikologi, atau bantuan lain pada waktu pasien keluar RS. Proses
perencanaan pemulangan pasien (discharge planning) dilakukan secara
terintegrasi melibatkan semua PPA terkait serta difasilitasi oleh MPP dan
melibatkan pasien dan keluarga, memuat bentuk bantuan pelayanan yang
dibutuhkan dan ketersediaannya bantuan yang dimaksud.

Kriteria pasien yang memerlukan perencanaan pemulangan pasien (P3) adalah

1. Pasien dengan rencana pemulangan kritis,


2. Pasien dengan kesulitan mobilitas/gerak
3. Pasien usia lanjut
4. Pasien dengan kebutuhan pelayanan medis dan keperawatan
berkelanjutan
5. Kebutuhan bantuan dalam aktivitas hidup sehari hari.

Tahap tahap perencanaan pemulangan pasien

1. Pengkajian

Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data


tentang pasien. Ketika melakukan pengkajian kepada pasien,
keluarga merupakan bagian dari unit perawatan, pasien dan
keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses perencanaan, agar
transisi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif. Elemen penting
dari pengkajian discharge planning adalah:

a) Data Kesehatan
b) Data Pribadi
c) Pemberi Perawatan
12
d) Lingkungan
e) Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian
discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan
pasien dan keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan memberi
dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan perawatan.
Adalah penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual
atau potensial.

3. Perencanaaan:

Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi


kebutuhan spesifik pasien. Kelompok perawat berfokus pada
kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang
pasien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:

a) Medication (obat), Pasien sebaiknya mengetahui obat yang


harus dilanjutkan setelah pulang.
b) Environment (Lingkungan), Lingkungan tempat pasien akan
pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga
sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan
untuk kontinuitas perawatannya.

c) Treatrment (pengobatan), Perawat harus memastikan bahwa


pengobatan dapat berlanjut setelah pasien pulang, yang
dilakukan oleh pasien atau anggota keluarga. Jika hal ini
tidak memungkinkan, perencanaan harus dibuat sehingga
seseorang dapat berkunjung ke rumah (home care) untuk
memberikan keterampilan perawatan.
d) Health Teaching (Pengajaran Kesehatan), pasien yang akan
pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan, termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan
kebutuhan pearwatan kesehatan tambahan.

13
e) Outpatient referral, pasien sebaiknya mengenal pelayanan
dari rumah sakit atau agen komunitas lain yang dapat
meningkatan perawatan yang kontinui
f) Diet, pasien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada
dietnya. Pasien sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai
untuk dirinya.
4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral.


Seluruh pengajaran yang diberikan harus di dokumentasikan pada
catatan perawat dan ringkasan pulang (Discharge summary).
Instruksi tertulis diberikan kepada pasien. Demonstrasi ulang
menjadi harus memuaskan. pasien dan pemberi perawatan harus
memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan
digunakan di rumah.

Informasi tentang pasien dan perawatannya diberikan kepada


penanggung jawab home care sebelum pasien pulang. Seperti
informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan (termasuk
kebutuhan terapi cairan intravena di rumah), status fisik dan mental
pasien, faktor sosial yang penting (misalnya kurangnya pemberi
perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan kebutuhan yang
diharapkan oleh pasien. Transportasi harus tersedia pada saat ini.

5. Evaluasi

Evaluasi terhadap perencanaan pasien pulang adalah penting dalam


membuat kerja proses rencana pasien pulang. Perencanaan dan
penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan
pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-menerus dan
membutuhkan revisi dan juga perubahan.Evaluasi lanjut dari proses
pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah pasien berada di
rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan
rumah (home visit).

Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:

1. Derajat penyakit
2. Hasil yang diharapkan dari perawatan
14
3. Durasi perawatan yang dibutuhkan
4. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
5. Komplikasi tambahan
6. Ketersediaan sumber-sumber

Perencanaan pasien pulang dimulai dari:

1. Saat awal pasien di rawat inap

Dokter melakukan pengkajian awal terhadap kondisi kesehatan pasien


rawat inap. Selain diagnosa dan pengobatan yang diberikan, dokter
mempunyai kewajiban untuk membuat rencana pelayanan dan
menentukan tujuan pengobatan sehubungan dengan rencana
pemulangan. Pada awal pelayanan sehubungan dengan rencana
pemulangan atau discharge planning, dokter harus menjelaskan
mengenai diagnosa penyakit pasien, rencana pengobatan dan tindakan,
prakiraan lama rawat, risiko/komplokasi dan tindak lanjut rawatan,
prognosis dengan atau tanpa tindakan, alternative tindakan kedokteran
lainnya. Sehingga pasien dan atau keluarga mengetahui kondisi
kesehatan secara detail dan perkiraan lama rawatan bisa ditetapkan.

2. Selama pasien di rawat di rumah sakit

15

Anda mungkin juga menyukai