04
RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.02 LAHAT
1
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.04
RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.02 LAHAT
KEPUTUSAN
KEPALA RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.02 LAHAT
NOMOR : Kep /107 / I / 2019
tentang
2
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan
dr.Fauzi Mustakman,Sp.B
3
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A.Latar Belakang ......................................................................................3
B.Tujuan ....................................................................................................4
C.Ruang Lingkup Pelayanan ....................................................................4
DBatasan Operasional ..............................................................................6
E.Landasan Hukum ..................................................................................6
BAB V Logistik
A.Prosedur Perencanaan Perbekalan Farmasi ........................................35
4
B.Prosedur Pengadaan Perbekalan Farmasi ...........................................35
C.Prosedur Permintaan Barang Kelogistik ...............................................35
BAB VI Keselamatan Pasien
A.Pengertian ............................................................................................. 36
B.Tujuan .................................................................................................... 37
5
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.04
Lampiran Kep. Karumkit Tk. IV Lahat
RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.02 LAHAT
Nomor Kep / / I / 2019
Tanggal Januari 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
rneningkatkan kesehatan. bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman
dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk Rumah
sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu sarana kesehatan,
merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan bagi pasien.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di
rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal
tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit. yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan Farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (Drug
Oriented) ke paradigma baru (Patient Oriented) dengan filosofi “
Pharmaceutical Care’’ (Pelayanan Kefarmasian). Praktek pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan.
Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia
belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan.
mengingat beberapa kendala antara lain: kemampuan tenaga farmasi,
terbatasnya kemampuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah
sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-
pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit . Akibat kondisi ini maka
pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang hanya
berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian.
6
Mengingat Pedornan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit sebagaimana
tercantum dalam Pedoman Pelayanan Rumah Sakit masih bersifat umum,
maka untuk membantu pihak rurnah sakit dalam mengimplementasikan
Pedoman Pelayanan Rumah Sakit tersebut perlu dibuat Pedoman Pelayanan
Farmasi di Rurnah Sakit. Sehubungan dengan berbagai kendala
sebagaimana tersebut diatas, maka sudah saatnya Farmasi Rumah Sakit
menginventarisasi semua kegiatan farmasi yang harus dijalankan dan
berusaha mengimplementasikan secara prioritas dan simultan sesuai kondisi
rumah sakit.
Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang digunakan rumah
sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien.
B. Tujuan.
1. Umum
2. Khusus
7
4. Perencanaan memuat tentang proes penentuan jumlah dan pilihan
item perbekalan farmasi yang akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan setiap bulannya di Rumah Sakit Tk IV
02.07.02 Lahat
5. Pengadaan memuat tentang proses pengadaan perbekalan farmasi
baik melalui pengadaan di Rumah Sakit Tk. IV 02.07.02 Lahat
6. Penerimaan memuat tentang proses verifikasi dan kebenaran data
perbekalan farmasi yang dikirim oleh distributor ke Rumah Sakit Tk.
IV 02.07.02 Lahat
7. Penyimpanan memuat tentang proses dan persyaratan penyimpanan
perbekalan farmasi di Rumah Sakit Tk. IV 02.07.02 Lahat, baik di
Instalasi Farmasi atau penyimpanan obat pasien di rawat inap.
Persyaratan penyimpanan meliputi suhu penyimpanan, kondisi atau
tempat penyimpanan, metode penyimpanan naik FEFO(first expired
first our) dan FIFO (first in first out) dan penyimpanan perbekalan
faramasi khusus.
8. Pendistribusian memuat tentang proses dan persyaratan yang harus
dipenuhi dalam rangka penyalran perbekalan farmasi baik obat
maupun alat kesehatan dari instalasi farmasi Rumah Sakit Tk. IV
02.07.02 Lahat ke bagian lain.
9. Peresepan memuat tentang proses aturan penulisan resep baik
tentang pemenuhan kelengkapan administratif, farmasetis dan klinis.
Peresepan jga memuat dan mengatur tentang persyaratan dokter
yang boleh menuliskan resep di Rumah Sakit Tk. IV 02.07.02 Lahat
10. Pengkajian resep memuat tentang proses review aspek legalitas
serta kejelasan instruksi pengobatan dalam resep obat pasien.
11. Pemberian memuat tentang prosedur dan tata cara dalam
memberikan obat baik untuk pasien rawat alan maupun rawat inap.
Pengaturan pemberian obat juga mengatur tentang prosedur tenaga
kesehatan diberikan Privilege dalam memberikan obat kepada
pasien di Rumah Sakit Tk. IV 02.07.02 Lahat
12. Pengkajian penggunaan obat tentang pengaturan proses review
pengobatan pasien baik rawat jalan maupun rawat inap. Proses
review memuat tentang verifikasi 7 benar.
13. Pengelolaan memuat tentang proses penyusunan laporan dan pokok
kegiatan yang dilaporkan dalam pengelolaan dan perbeklan farmasi
di Rumah Sakit Tk. IV 02.07.02 Lahat, serta tentang pelaporan
temuan kejadian medication error dan kejadian efek samping obat
(ESO).
D. Batasan Operasional.
E. Landasan Hukum
8
Pedoman ini disusun berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
yaitu:
BAB II
9
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan.
C. Pengaturan Jaga.
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan.
6 5
7
13
8
11
12
9 10
14
16
15
11
Ket :
12
B. Standar Fasilitas.
Peralatan Kantor :
a. Furniture ( meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan lain-lain
b. Komputer/mesin printer.
c. Alat tulis kantor.
d. Telepon .
1. Peralatan Dispensing.
Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan, pembuatan
obat non steril. Peralatan harus dapat menunjang persyaratan
keamanan cara pembuatan obat yang baik
2. Peralatan Penyimpanan.
Peralatan penyimpanan kondisi umum :
a. Lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan
cahaya yang berlebihan
b. Lantai dilengkapi dengan palet
13
c. Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan
pembuangan obat berbahaya harus dibuat secara khusus untuk
menjamin keamanan petugas, pasien dan penunjang medis
lainnya.
3. Fasilitas Pendistribusian.
14
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
15
B. Pemilihan Perbekalan Farmasi.
1. Definisi PFT.
2. Tujuan PFT.
Komposisi Formularium:
a. Halaman judul
b. Daftar nama anggota panitia farmasi dan terapi
c. Halaman pengesahan
d. Daftar isi
e. Produk obat yang digunakan di Rumah Sakit.
4. Penggunaan Formularium
16
1. Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama
generik dan nama branded.
2. Membatasi jumlah produk obat secara rutin di Instalasi
Farmasi.
3. Apoteker bertanggung jawab untuk memenuhi jenis obat
generik untuk pelayanan pasien jaminan kesehatan dari
pemerintah.
4. Apoteker bertanggung jawab untuk memenuhi jenis obat
yang disalurkan di rumah sakit sesuai dengan kebiakan
rumaha sakit.
5. Dokter dapat mempunyai pilihan obat branded dengan
pertimbangan farmakologi dan terapi.
6. Dokter dapat mengajukan obat baru yang belum tersedia di
formularium dengan pertimbangan farmakologi dan terapi.
7. Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas
dan sumber obat dari kimia, biologi dan sediaan farmasi
yang digunakan oleh dokter untuk mendiagnosa dan
mengobati pasien.
17
f. Yang harus diperhatikan/ kriteria dalam penambahan obat baru
dalam daftar obat atau formularium rumah sakit antara lain :
g. Penambahan obat baru dalam daftar obat rumah sakit dapat diikuti
dengan dikeluarnya suatu obat dalam daftar obat rumah sakit.
Tujuanya adalah efisiensi obat-obatan yang dipakai untuk
pelayanan di rumah sakit.
h. Sesuai dengan uraian tugas PFT , maka PFT dirumah sakit
berfungsi untuk mengawasi penggunaan obat rumah sakit.
Pengawasan obat di rumah sakit meliputi :
18
D. Penerimaan Perbekalan Farmasi.
1. Persyaratan Penyimpanan.
19
persyaratan lemari mempunyai 2 pintu. Lemari narkotika dan
psikotropika selalu dalam keadaan terkunci dan kunci dibawa
oleh apoteker atau asisten apoteker yang diserahi tugas dan
tanggungjawab untuk mengelola kunci lemari narkotika dan
psikotropika. Hal ini dilakukan untuk menghindari
penyalahgunaan dari obat-obat psikotropika dan narkotika.
2. Pencatatan penyimpanan.
20
7) Ada atau tidaknya serangga pengerat, semut, rayap dan
lainya.
d. Sediaan nutrisi yang terbuat dari asam amino dan lipid cair
serta sediaan nutrisi lainnya, maka penyimpanan sediaan
tersebut dilakukan pada suhu ruangan dengan kelembaban
normal dan terhindar dari matahari secara langsung.
21
k. Untuk menjamin keamanan obat dari kehilangan di IFRS rumah
sakit dr. Noesmir Baturaja, dilakukan pendelegasian wewenang
dari apoteker ke asisten apoteker.
22
3. Pemesanan dilakukan oleh kepala ruangan atau petugas
yang ditunjuk.
23
d. Petugas farmasi merencanakan peusnahan perbekalan
farmasi yang sudah kadaluarsa sesuai prosedur yang
berlaku.
24
c. Tanda R/ sebagai tanda pembuka penulisan resep.
g. Alamat pasien
a. apabila resep yang diterima tidak jelas atau sulit dibaca maka
petugas farmasi melakukan konfirmasi kepada penulis resep
sesuai prosedur yang berlaku.
25
cantumkan nama lengkap, SIP dan indikasi
penggunaannya).
1. Penelahan resep.
26
alergi, hamil dan menyusui, anak-anak, lanjut usia, interaksi
antar obat, kontraindikasi, penggunaan atau aturan pakai yang
rumit.
1. Penyaluran obat.
27
a. Nomor resep
b. Tanggal pelyanan
c. Nama pasien
d. Aturan pakai
e. No resep
f. No rekam medis
a. Nama obat.
b. Dosis obat.
c. Aturan pemakaianya.
d. Tanggal penyiapanya.
e. Tanggal ED nya.
h. Obat didistribusikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
28
J. Pemberian Perbekalan Farmasi.
29
a. Enteral (sublingual,rectal).
b. Parenteral (iv,im,subkutan).
c. Lainya (inhalasi,intra nasal, intra tekal,topical dan
transdermal).
a. Benar obat
b. Benar waktu dan frekuensi pemberian
c. Benar dosis
d. Benar rute pemberian
e. Benar identitas pasien (nama,no RM, umur, alamat, dan
dokter DPJP)
f. Benar informasi
g. Benar dokumentasi.
30
selama menjalankan perwatan di Rumah Sakit. Beberapa ketentuan terkait
dengan obat bawaan pasien antara lain:
Obat high alert adalah obat yang secara khusus terdaftar pada Rumah
Sakit Tk. IV 02.07.02 Lahat dalam kategori obat mempunyai resiko tinggi
yang dapat menyebabkan kerusakan secara serius apabila terjadi kesalahan
dalam penanganan dan penggunaanya.
31
alert. Metode penyimpanan menggunakan metode FIFO dan
FEFO.
c. Obat high alert hanya boleh disimpan pada instalasi farmasi dan
disimpan dalam jumlah terbatas di UGD,OK,ICU, dan ruang
kebidanan.
32
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
a. menjawab pertanyaan.
b. menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.
c. menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi
sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah
Sakit.
d. bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat
jalan dan rawat inap.
e. melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya; dan
f. melakukan penelitian penggunaan obat.
g. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO antara lain
SDM, tempat dan perlengkapan baik sarana maupun
pustaka.
h. Pendokumentasian sangat penting karena dapat membantu
menelusuri kembali data informasi yang dibutuhkan dalam
waktu yang relative singkat.
O. Konseling.
33
h. mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
34
b. Interaksi obat yang tidak diantisipasi.
Tujuan:
Kegiatan :
35
2. Ketersediaan formulir monitoring ESO.
Medication errors(me).
36
2. Mengelompokkan kejadian ME seperti : KTD, KNC, KPC.
8. Panitia melakukan :
37
BAB V
LOGISTIK
38
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian.
39
2. Karena ‘pencegahan’, misalnya obat yang salah belum diberikan
kepada pasien dicegah oleh petugas lain yang mengetahuinya.
3. Karena “peringatan”, misalnya obat yang overdosis, sudah diketahui
sehingga tidak diberikan.
B. TUJUAN.
a. Tujuan umum.
Menurunkan KTD dan KNC dan meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien.
b. Tujuan khusus.
1. Adanya suatu pelaporan dan pendataan keselamatan pasien di rumah
sakit.
40
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1. Karakteristik pekerjaan.
a. Kompleksifitas pekerjaan
41
b. Lamanya kegiatan yang dilakukan
c. Level kegiatan
2. Pengorganisasian dan managemen perusahaan.
42
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Tujuan umum :
Tujuan khusus :
43
6. menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait ruang
lingkup.
Metoda evaluasi.
a. Audit (pengawasan).
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai
standar.
b. Review (penilaian).
44
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya,
penulisan resep.
c. Survei.
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket
atau wawancara langsung.
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan penyiapan resep obat jadi tidak
lebih dari 15 menit, kecepatan penyerahan obat racikan tidak lebih dari
30 Menit.
1. Nama generik
2. Daftar nama resmi, meliputi nama kimia dan produksi obat
3. Nama dagang
4. Daftar nama dagang yang umum dari suatu produk obat
5. Sumber pengadaan :
a. Mengidentifikasi sales farmasi dari produk obat yang
dipakai.
b. Khusus obat generik, dilakukan identifikasi proses
pembuatan terhadap obat yang digunakan dan mengidentifikasi
pendistribusian produk tersebut.
6. Klasifikasi farmakologi
a. Daftar kelas farmakologi
Membandingkan obat-obat yang sudah dipakai dengan obat
baru
b. Daftar mekanisme kerja
Membandingkan mekanisme kerja obat satu dengan obat lain
dari kelas yang sama.
45
6. Berpartisipasi dalam program pendidikan lanjutan.
Pengendalian mutu
46
Aplikasi program pengendalian mutu :
47
BAB IX
PENUTUP
Ditetapkan di Lahat
dr.Fauzi Mustakman,Sp.B
48
49