TENTANG
Perlindungan Anak.
6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Pelayanan Darah.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang
Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2022
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 14 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan
Usaha Dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2020
tentang Pelayanan Radiologi Klinik.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
519/Menkes/Per/III/2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi Dan Terapi
Intensif Di Rumah Sakit.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 565/Menkes/
Per/III/2011 tentang Strategi Nasional Pengendalian
Tuberkulosis.
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
755/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik Rumah Sakit.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 Menkes/
Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien.
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
5025/Menkes/Per/IV/2011 tentang Registrasi dan
-3-
Perijinan Praktek.
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/Menkes/
Per/III/2010 tentang Laboratorium Klinik.
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519 /Menkes/
Per/III/2010 tentang Pelayanan Anestesiologi.
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/
Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran.
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/
Per/III/2008 tentang Rekam Medis.
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/ Menkes/
Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1419/Menkes/
Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter
dan Dokter Gigi
26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
104/Menkes/Per/II/1999 tentang Rehabilitasi Medik.
27. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/1128/2022 tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit.
28. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087 Tahun
2010 tentang Standar kesehatan dan Kesehatan Kerja
di Rumah Sakit.
29. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/ Menkes/
SK/V/2009 tentang Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis.
30. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/ Menkes/
SK/IX/2009 tentang Standar Unit Gawat Darurat
Rumah Sakit.
31. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1226/Menkes/SK/XIII/2009 tentang Pedoman
Penatalaksanaan Pelayanan Terpadu Korban
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Rumah
Sakit.
32. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/
SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
-4-
Rumah Sakit.
33. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan/Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam Di Rumah
Sakit.
34. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 370/Menkes/
SK/III/2007 tentang Standar Profesi Teknologi
Laboratorium Kesehatan.
35. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 377/Menkes/
SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis
dan Informasi Kesehatan.
36. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 812 Tahun 2007
tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.
37. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1462/Menkes/
SK/XII/2006 tentang Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
38. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 496/ Menkes/
SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis.
39. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 631/Menkes/
SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf
Medis di Rumah Sakit.
40. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 875/
Menkes/SK/Per/VII/2004 tentang Penyusunan Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
41. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876 / Menkes /
SK/Per/VII/2004 tentang Pedoman Teknis Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan.
42. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/
Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi Di Rumah Sakit.
43. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/
SK/Per/XI/2004 Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
44. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1439 Tahun
2002 tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana
-5-
Pelayanan Kesehatan.
2005.
16. Materi Teknis Medis Standar (ABCDE), Departemen
Kesehatan, 2005.
MEMUTUSKAN
Menetapka :
n
PERTAMA : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Ibu
Fatmawati Soekarno Kota Surakarta tentang
Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Ibu
Fatmawati Soekarno Kota Surakarta.
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Ibu
Fatmawati Soekarno Kota Surakarta sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Direktur ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apa
bila di kemudian hari ternyata diperlukan perbaikan maka
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Surakarta
pada tanggal April 2022
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
IBU FATMAWATI SOEKARNO
KOTA SURAKARTA
NOMOR : 54/KS.03.03/I/2022
TANGGAL : 10 Januari 2022
KEBIJAKAN PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH IBU FATMAWATI SOEKARNO
KOTA SURAKARTA
1. Pelayanan Unit :
a. Pelayanan Unit Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif,
Laboratorium dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan
Rawat Jalan sesuai dengan jadwal praktik dokter. Pelayanan Kamar
Operasi dilaksanakan dalam jam kerja, dan dilanjutkan dengan
sistem on call.
b. Pelayanan pasien di rumah sakit merupakan sistem pelayanan yang
terintegrasi dengan para Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dan
membangun suatu kesinambungan pelayanan, meliputi: skrining
pasien di rumah sakit; registrasi dan admisi di rumah sakit;
pelayanan berkesinambungan; transfer pasien internal dalam
rumah sakit; pemulangan, rujukan dan tindak lanjut; dan
transportasi.
c. Pelayanan pasien Unit Gawat Darurat harus diutamakan dengan
waktu pelayanan yang lebih cepat.
d. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan
pasien.
e. Seluruh staf Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, pedoman/panduan dan standar prosedur opersional yang
berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, etika Rumah Sakit dan
etiket Rumah Sakit yang berlaku.
2. Skrining Dan Triase :
a. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan
apakah pasien dapat dilayani oleh Rumah Sakit.
-8-
b. Yang bisa diterima di unit rawat jalan adalah selain 144 penyakit
yang tidak boleh dirujuk (wajib dilayani pada pelayanan primer)
sesuai ketentuan BPJS.
c. Skrining di dalam Rumah Sakit dilaksanakan menggunakan metode
IAR (Identifikasi, Assesmen/Analisa dan rekomendasi).
d. Skrining di luar rumah sakit belum belum bisa dilaksanakan.
e. Triase dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik
imaging sebelumnya.
f. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan
proses triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan
kebutuhan emergensi.
3. Pelayanan Pasien :
a. Pemberian pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan kepada
semua pasien dilaksanakan secara seragam.
b. Profesional Pemberi Asuhan pasien harus menuliskan perintah di
dalam Dokumen Rekam Medis pasien di Catatan Pasien Terintegrasi
dan memberikan informasi rencana asuhan kepada pasien/keluarga.
c. Pemberian pelayanan pasien risiko tinggi dan penyediaan pelayanan
risiko tinggi.
d. Asuhan Pasien Risiko Tinggi dan pemberian pelayanan risiko tinggi di
berikan berdasarkan panduan praktik klinis dan peraturan
perundang-undangan, meliputi deteksi perubahan kondisi pasien
dengan Early Warning Sistem (EWS); pemberian pelayanan resusitasi;
penanganan dan pemberian produk darah; pelayanan pasien koma
dan yang menggunakan alat Bantu Hidup Dasar(BHD); asuhan
pasien dengan penyakit menular dan penurunan daya tahan
(Immunosupressed); asuhan pasien dialisis; mengarahkan pasien
risiko tinggi dengan restrain; asuhan pasien usia lanjut, orang cacat,
anak-anak dan populasi yang berisiko kekerasan serta pasien risiko
tinggi lainnya seperti pasien yang berisiko bunuh diri.
e. Semua pelayanan resusitasi yang diberikan kepada pasien harus
dilakukan dengan prosedur yang seragam yang ditetapkan oleh
Rumah Sakit.
f. Pemenuhan kebutuhan dasar hidup sehari-hari pasien koma
sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
-9-
f. Setiap pasien yang berasal dari praktek dokter atau dari luar rumah
sakit masih diberlakukan assesmen awal yang berasal dari rujukan
sebelumnya bila kurang dari 30 hari, tetapi bila lebih dari 30 hari
maka harus dilakukan assesmen awal. Untuk pasien yang
kondisinya berubah secara signifikan walaupun kurang Dari 30 hari
harus dilakukan assesmen awal dan dicatat dalam rekam medis.
g. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana
pemulangan pasien(discharge).
h. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas
dasar kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap
pengobatan dan untuk merencanakan pengobatan atau untuk
pemulangan pasien.
i. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.
j. Isi minimal dari asesmen pasien rawat inap adalah :
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit
3) Riwayat penggunaan obat
4) Riwayat penyakit keluarga
5) Pemeriksaan fisik
6) Pemeriksaan penunjang
7) Diagnosa
8) Discharge Planning
k. Isi minimal dari asesmen pasien rawat jalan adalah:
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit
3) Riwayat penggunaan obat
4) Riwayat penyakit keluarga
5) Pemeriksaan fisik
6) Diagnosa
14. Manajemen Obat :
a. Semua obat-obat yang perlu diwaspadai dikelola dengan prosedur
khusus yang telah ditetapkan rumah sakit.
b. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali
jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja di area tersebut,bila diperkenankan
kebijakan.
-14-
Semua staf harus mampu melakukan cuci tangan sesuai panduan yang
berlaku.
19. Risiko Jatuh :
a. Semua pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
Ibu Fatmawati Soekarno Kota Surakarta harus dilakukan asesmen
awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang terhadap
pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.
b. Semua pasien yang dianggap berisiko jatuh harus diterapkan
langkah-langkah untuk mengurangi risiko jatuh.
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan
secara tidak disengaja.
20. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) :
a. Penetapan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sepenuhnya
hak pasien.
b. Pelayanan ICU menggunakan sistem semiclose dimana DPJP utama
adalah dokter anestesi.
c. DPJP bertanggung jawab terhadap semua pelayanan kepada pasien.
d. DPJP wajib melengkapi berkas rekam medis pasien.
e. DPJP wajib memenuhi hak pasien.
f. DPJP pada kasus pasien operasi adalah dokter operator.
g. Apabila ada dua/lebih DPJP pada satu pasien dalam satu masa
perawatan maka harus ditentukan DPJP utama, dimana DPJP
utama ditentukan berdasarkandominannya kondisi penyakit atau
berdasarkan kesepakatan antar DPJP yang merawat pasien.
h. Pada saat hari libur atau DPJP berhalangan hadir, DPJP dapat
melimpahkan wewenang berupa mandat kepada dokter umum.
21. Komunikasi Efektif :
a. Komunikasi antar petugas kesehatan dilakukan dengan metode
SBAR.
b. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.
c. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara
lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.
-16-