Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN

PELAKSANAAN EWS
(EARLY WARNING SYSTEM)

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2018

i
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF. DR. MARGONO
SOEKARJO

PROVINSI JAWA TENGAH


NOMOR : 445/02522b/III/2018

TENTANG
REVISI KEBIJAKAN PELAYANAN
RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PROVINSI JAWA TENGAH

DIREKTUR RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PROVINSI JAWA TENGAH,


Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Provinsi Jawa Tengah,
maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Umum Prof. Dr. Margono
Soekarjo Provinsi Jawa Tengah dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya Peraturan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan Rumah
Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Provinsi Jawa
Tengah, sebagai landasan bagi penyelenggaraan seluruh pelayanan di
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Provinsi
Jawa Tengah,
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Provinsi Jawa Tengah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang


Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang
Jaminan Kesehatan Nasional;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 1441 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);

ii
4. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008
Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010
Tentang Standar Pelayanan Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggaraan Komite Medik Di Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 Tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 Tentang
Penanggulangan HIV Dan AIDS;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2014 Tentang
Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 Tentang
Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 79 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri Di Rumah Sakit;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Komunikasi Data Dalam Sistem Informasi
Kesehatan Terintegrasi;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 Tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa hamil, Persalinan,
dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2015 Tentang
Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 tahun 2015 Tentang
Pengujian Dan Kalibrasi Alat Kesehatan;

iii
20. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara Dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2016 Tentang
Penggunaan Gas Medik Dan Vakum Medik Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu;
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit;
24. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2016 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja;
25. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit;
26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;
27. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit;
28. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
29. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien;
30. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2018 Tentang
Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit;
31. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/ SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit;
32. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
812/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif;
33. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;
34. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1014/Menkes/SK /XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Standar Pelayanan Kesehatan;

iv
35. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
604/Menkes/SK/ VII/2008 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal
Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B, Kelas C, Dan Kelas D;
36. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1203/Menkes/SK/ XII/2008 tentang Standar Pelayanan Intensif Care
Unit;
37. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
364/Menkes/SK/V/2009 Tentang Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis (TB);
38. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856 Tahun
2009 Tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit;
39. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
834/Menkes/SK/VII/2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan High Care Unit;
40. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1087/Menkes/SK/ VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
41. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
328/MENKES/ SK/VIII/2013 Tentang Formularium Nasional;
42. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/251/2015 Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Anestesiologi Dan Terapi Intensif;
43. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 29 Tahun 2012 Tentang
Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah;
44. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2008
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 nomor 8 seri D nomor 4,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 14);
45. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 95 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Provinsi Jawa Tengah;

v
MEMUTUSKAN

Menetapkan

PERTAMA : Revisi Kebijakan Pelayanan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo


Provinsi Jawa Tengah sebagaimana terlampir yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan surat keputusan ini.

KEDUA : Kebijakan Pelayanan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto


sebagaimana diktum pertama digunakan untuk pelayanan kepada pasien
dan pelaksanaan upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien

KETIGA : Semua Biaya yang ditimbulkan dengan adanya keputusan ini


dibebankan kepada RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

KEEMPAT : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan kepada yang
bersangkutan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan penuh
tanggung jawab.

Ditetapkan : di Purwokerto
Pada tanggal : 1 Maret 2018
Direktur RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto

( HARYADI IBNU JUNAEDI )

vi
PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI
Pasal 13

1. Rumah sakit melakukan identifikasi pasien dan pelayanan resiko tinggi


2. Rumah sakit melatih staf klinis untuk dapat mendeteksi / mengenali perubahan kondisi
pasien memburuk dan mampu melakukan tindakan (Early Warning System / EWS).
3. Rumah sakit memberikan pelayanan resusitasi selama 24 jam di seluruh unit, termasuk
tersedianya peralatan medis dan obat untuk bantuan hidup dasar terstandar sesuai dengan
kebutuhan.
4. Rumah sakit mengidentifikasi staf untuk dilatih memberikan resusitasi yaitu staf medis
dan non medis (sekuriti, sopir, petugas registrasi, kasir dan customer service).
5. Rumah sakit mengatur pelayanan darah dan produk darah, meliputi :
a. Pemberian persetujuan (Informed Consent)
b. Pengadaan darah
c. Identifikasi pasien
d. Pemberian darah
e. Monitoring pasien
f. Identifikasi dan respon terhadap reaksi transfuse
g. Staf kompeten dan berwenang melaksanakan pelayanan darah dan produk darah serta
melakukan monitoring dan evaluasi.
6. Rumah sakit mengatur asuhan pasien yang menggunakan alat bantu hidup dasar (life
support) atau pasien koma.
7. Rumah sakit mengatur asuhan pasien yang menderita penyakit menular dan penurunan
kekebalan tubuh (immunosuppressed) dengan ruang perawatan khusus.
8. Rumah sakit mengatur asuhan pasien yang menjalani dialisis.
9. Rumah sakit mengatur penggunaan alat penghalang (restraint) pada asuhan pasien yang
membutuhkan.
10. Rumah sakit mengatur pelayanan populasi khusus yaitu asuhan pada pasien usia lanjut,
pasien cacat, pasien anak, pasien berisiko disiksa, risiko bunuh diri, dan risiko tinggi
lainnya.
11. Rumah sakit mengatur pelayanan onkologi (radioterapi dan kemoterapi) atau pelayanan
lainnya yang berisiko tinggi (terapi hiperbarik dan radiologi intervensi) meliputi :
a. Perencanaan baik pada pasien dewasa dan anak-anak atau dengan keadaan khusus
b. Dokumentasi yang diperlukan dan berkomunikasi secara efektif
c. Pertimbangan persetujuan khusus bila diperlukan
d. Persyaratan pemantauan pasien
e. Standar kompetensi Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
f. Ketersediaan dan penggunaan peralatan khusus

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KEBIJAKAN RUMAH SAKIT ............................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................viii
I. DEFINISI.....................................................................................................1
II. RUANG LINGKUP......................................................................................2
III. TATA LAKSANA......................................................................................2
1. National Early Warning System..............................................................2
2. Pediatric Early Warning System (PEWS)...............................................5
3. Skor Down Neonatus..............................................................................8
4. Modified Early Obstetric Warning Score (MEOWS)...............................8
IV. DOKUMENTASI....................................................................................11

viii
I. DEFINISI
1. Early Warning System (EWS) adalah system peringatan dini
yang dapat diartikan sebagai rangkaian sistem komunikasi
informasi yang dimulai dari deteksi awal, dan pengambilan
keputusan selanjutnya. Diteksi dini merupakan gambaran dan
isyarat terjadinya gangguan fungsi tubuh yang buruk atau
ketidakstabilitas fisik pasien sehingga dapat menjadi kode dan atau
mempersiapkan kejadian buruk dan meminimalkan dampaknya,
penilaian untuk mengukur peringatan dini ini menggunakan Early
Warning Score.
2. National Early Warning Score (NEWS) adalah sebuah
pendekatan sistematis yang menggunakan skoring untuk
mengidentifikasi perubahan kondisi sesorang sekaligus
menentukan langkah selanjutnya yang harus dikerjakan. Penilaian
ini dilakukan pada orang dewasa (berusia lebih dari 16 tahun),
tidak untuk anak-anak dan ibu hamil. Sistem ini dikembangkan oleh
Royal College of Physicians, the Royal College of Nursing, the
National Outreach Forum and NHS Training for Innovatio, London
tahun 2012. Sistem skoring NEWS menggunakan pengkajian yang
menggunakan 7 (tujuh) parameter fisiologis yaitu tekanan darah
sistolik, nadi, suhu, saturasi oksigen, kebutuhan alat bantu O 2 dan
status kesadaran untuk mendeteksi terjadinya perburukan/
kegawatan kondisi pasien yang tujuannya adalah mencegah
hilanya nyawa seseorang dan mengurangi dampak yang lebih
parah dari sebelumnya.
3. Pediatric Early Warning System (PEWS) adalah penggunaan
skor peringatan dini dan penerapan perubahan kompleks yang
diperlukan untuk pengenalan dini terhadap pasien anak di rumah

1
sakit. Sistem skoring PEWS menggunakan pengkajian yang
menggunakan 10 (sepuluh) parameter fisiologis yaitu warna kulit,
upaya respirasi, penggunaan alat bantu O 2, denyut jantung, waktu
pengisian capillary refill, tekanan darah sistolik, tingkat kesadaran
dan suhu kesadaran untuk mendeteksi terjadinya perburukan/
kegawatan kondisi pasien yang tujuannya adalah mencegah
hilangnya nyawa seseorang dan mengurangi dampak yang lebih
parah dari sebelumnya.
4. Neonatus dikembangkan dari Skor Downs yang menilai kondisi
yang sesuai dengan neonate dari WoodDW, Downes JJ,Lock Hl. A
clinical score for the diagnosis of respiratory failure.
5. Skor maternal menggunakan Modified Obstetric Early Warning
Score (MEOWS) adalah penggunaan skor peringtan yang
mengalami perubahan pada pasien ibu hamil di mulai usia 20
minggu sampai kelahiran anak usia 6 minggu.

II. RUANG LINGKUP


Semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto di ruang Rawat inap, IGD, ICU, ICCU, HCU,
Maternal, Perinatal, dan Kemoterapi.

III. TATA LAKSANA


1. National Early Warning System
a. Melakukan skrining pasien
b. NEWS digunakan pada pasien dewasa (berusia 16 tahun atau lebih)
c. NEWS dapat digunakan untuk untuk mengasesmen pengakit akut,
mendeteksi penurunan klinis, dan menginisiasi respon klinis yang
tepat waktu dan sesuai.

2
d. NEWS tidak digunakan pada:
1) Pasien berusia kurang dari 16 tahun
2) Pasien hamil
3) Pasien dengan PPOK
e. NEWS juga dapat diimplementasikan untuk asesmen prehospital
pada kondisi akut oleh first responder seperti pelayanan ambulans,
pelayanan kesehatan primer, Puskesmas untuk mengoptimalkan
komunikasi kondisi pasien sebelum diterima rumah sakit tujuan.
f. National Early Warning Score (NEWS)
Parameter 3 2 1 0 1 2 3
Pernafasan ≤8 9-11 12-20 21-24 ≥25
Saturasi ≤91 92-93 94-95 96
Oksigen
Penggunaan Ya Tidak
Alat Bantu
O2
Suhu ≤35 35.1- 36.1- 38.1- ≥39.1
36.0 38.0 39.0
Tekanan ≤90 91- 101.110 111- ≥220
Darah 100 219
Sistolik
Denyut ≤40 41-50 51-90 91-110 111- ≥131
Jantung 130
Tingkat A V,P,
Kesadaran atau
U
TOTAL :

3
g. Skor NEWS dan Respon Klinis yang Diberikan
Skor Klasifikasi Respon Klinis Tindakan Frekuensi
Monitoring
0 Sangat Dilakukan Melanjutkan Min 12 jam
Rendah monitoring monitoring

1-4 Rendah Harus segera Perawat Min 4-6


dievaluasi oleh mengassesmen jam
perawat terdaftar perawat/
yang kompeten meningkatkan
harus memutuskan frekuensi
apakah perubahan monitoring
frekuensi
pemantauan klinis
atau wajib eskalasi
perawatan klinis.

5-6 Sedang Harus segera Perawat Min 1 jam


melakukan tinjauan berkolaborasi
mendesak oleh dengan tim/
klinisi yang terampil pemberian
dengan kompetensi assesmen
dalam penilaian kegawatan/
penyakit akut di meningkatkan
bangsal biasanya perawatan
oleh dokter atau dengan fasilitas
perawat dengan monitor yang
mempertimbangkan lengkap.
apakah eskalasi
perawatan ke tim
perawatan kritis
diperlukan (yaitu tim
penjangkauan
perawatan kritis)

≥7 Tinggi harus segera Berkolaborasi Bad set

4
memberikan dengan tim monitor/
penilaian darurat medis/ every time
secara klinis oleh pemberian
tim penjangkauan/ assesmen
critical care kegawatan/
outreach dengan pindah ruang
kompetensi ICU
penanganan pasien
kritis dan biasanya
terjadi transfer
pasien ke area
perawatan dengan
alat bantu.

2. Pediatric Early Warning System (PEWS)


a. Melakukan skrining pasien
b. PEWS digunakan pada pasien anak/ pediatrik ( berusia saat lahir-16
tahun)
c. PEWS dapat digunakan untuk untuk mengasesmen pengakit akut,
mendeteksi penurunan klinis, dan menginisiasi respon klinis yang
tepat waktu dan sesuai.
d. PEWS tidak digunakan pada:
1) pasien dewasa lebih dari 16 tahun
2) Pasien anak dengan TOF (Tetralogi of Fallot), sindrom VACTERL
e. PEWS juga dapat diimplementasikan untuk asesmen prehospital pada
kondisi akut oleh first responder seperti pelayanan ambulans,
pelayanan kesehatan primer, Puskesmas untuk mengoptimalkan
komunikasi kondisi pasien sebelum diterima rumah sakit tujuan.

Kompone 0 1 2 3

5
n
Perilaku Bermain/ Iritabel (masih Iritabel (tidak Latargi atau
Sesuai dapat dibujuk) dapat dibujuk) bingung

Kardio Merah jambu / Pucat atau Pucat atau Abu-abu atau

vaskular waktu waktu pengisian waktu pengisian mottled atau


pengisian kapiler 3 kapiler 4 detik waktu pengisian
kepiler 1-2 atau takikardi ≥ kapiler ≥ 5 detik
detik 20 laju normal atau takikardi ≥
30 laju normal
atau bradikardi
atau diaforesis

Respirasi Laju nafas dan ≥ 10 di atas ≥ 20 di atas Laju nafas


saturasi O2 normal atau normal atau melambat di
dalam batas penggunaan saturasi O2 5 bawah normal
normal dan otot bantu nafas poin di bawah atau
tidak ada ringan normal, peningakatan
peningkatan penggunaan usaha nafas
usaha nafas otot bantu nafas atau saturasi O2
sedang ≥ 5 poin normal
atau merintih
atau retraksi
berat

Early Warning System Pediatric


 Skor 2 tambahan untuk ¼ jam nebulasi (terus menerus) atau muntah
persisten setelah operasi
 Bila didapat skor 3 pada kategori apa saja atau total skor ≥ 4 segera
panggil Tim Kode Biru

6
 Tanda Vital Normal
  Nadi Respirasi
Bayi <1 Tahun 120-170 40
Anak 1-2 years 80-110 35
Pra sekolah 3-4 Tahun 70-110 31
Sekolah 5-11 Tahun 70-110 27
Remaja 12-16 Tahun 60-90 16

Keterangan :
 0-2 = Skor normal (putih), penialain setiap 4 jam.
 3 = Skor rendah (hijau), penilaian setiap 1-2 jam
 4 = Skor menengah (oranye) penilaian setiap 1 jam
 ≥ 5 = Skor tinggi (merah) penilaian setiap 30 menit.

f. Respon Klinis terhadap Pediatrik Early Warning System (PAWS).

Sk Monitoring Pet
ug Tindakan
or frekuensi
as
1 4 Peraw Semua perubahan
2 at kondisi
Harus pasien
meningkatkan
2 - frekuensi monitor untuk
4 tindakan klinis
yang tepat
M
in Perawat jaga dan Perawat jaga melakukan
3
1 dokter jaga monitoring ulang
ja
3 Perawat jaga, Melapor ke dokter
4-5 0 dokter jaga jaga
B Perawat jaga,
6 e Melapor ke DPJP
dokter jaga, DPJP
r
B
e Menghubungi Tim Kode
7+ Panggilan darurat
r Biru
l

7
3. Skor Down Neonatus

Komponen 0 1 2
Frekuensi nafas < 60 x/ menit 60-80 / >80 x/ menit
menit
Retraksi Tidak ada Retrsksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tidak ada Sianosis hilang Sianosis menetap
sianosis dengan O2 walaupun diberi O2
Air Entry Udara masuk Penurunan Tidak ada udara
bilateral baik ringan udara masuk
masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didingar
dengan denagn alat bantu
stetoskop
Interpretasi Hasil :
Skor < 4 Tidak ada gawat nafas atau Gawat Nafas Ringan
Skor 4-7 Gawat Nafas Sedang
Skor > 7 Ancaman Gagal Nafas atau Gawat Nafas Berat (Pemeriksaan
Gas Darah harus dilakukan)

4. Modified Early Obstetric Warning Score (MEOWS)


a. MEOWS digunakan pada pasien ibu hamil dengan usia kandungan 20
minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan.
b. MEOWS dapat digunakan untuk untuk mengasesmen pengakit akut,
mendeteksi penurunan klinis, dan menginisiasi respon klinis yang tepat
waktu dan sesuai.
c. MEOWS tidak digunakan selama proses pembukaan sampai
selesai melahirkan.

8
1) Tabel Parameter Modified Early Obstertic Warning System
(MEOWS)

Skor 3 2 1 0 1 2 3

Suhu <35°C 35-37°C 37.5-39°C ≥39°C

Tekanan
≤70 71-79 81-89 90-139 140-149 150-159 ≥160
Sistolik

Tekanan
≤45 46-89 90-99 100-109 ≥110
Diastolik

Nadi ≤40 40-50 51-100 101-110 111-129 ≥130

Respirasi ≤8 14 15-20 21-29 ≥30

Respon
Respon
AVPU Alert ds to Unconscious
to Pain
Voice

Urine
Tidak
Output ≤10 <30
terukur
mL/hr

Keterangan :
0 – 4 : Rendah
5 – 6 : Sedang
≥7 : Tinggi

9
2) Respon Klinis terhadap MEOWS
S Monitoring Petug
k Tindakan
frekuensi as
o 1. Meningkatkanfrekuensi
monitoring jika ada perubahan
4 kondisi pasien
1 Perawat/ 2. Jika perlu menghubungi
- j Bidan jaga, dokter jaga
4 a Dokter jaga 3. Jika pasien mengalami pre
m eklampsia (sakit kepala,
pandangan kabur, nyeri perut)
tingkatkan pengawasan.

1. Lapor bidan/ perawat jaga


Bidan/ perawat segera monitoring
ulang pasien
2. Menghubung dokter spesialis
Bidan/
5 kandungan dan segera
Perawat
- 1 jam konsultasikan
jaga, Dokter
6 3. Meningkatkan frekuensi monitoring
Sp.OG
Jika pasien mengalami pre
eklampsia (sakit kepala,
pandangan kaburr, nyeri perut)
tingkatkan pengawasan

1. Menghubungi dokter Sp.OG


2. Menghubungi Tim Kode Biru
Pang
7 Berkelanjuta gilan 3. Melanjutkan TTV secara
+ n darur berkelanjutan
at 4. Mempertimbangan
pemindahan ke ruang HCU/
ICU

10
IV. DOKUMENTASI
1. Form EWS
2. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
3. Form Informasi
4. Form Edukasi

Ditetapkan : di Purwokerto
Pada tanggal : 1 Maret 2018
Direktur RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto

( HARYADI IBNU JUNAEDI )

11

Anda mungkin juga menyukai