KATA PENGANTAR
OM SWASTIASTU,
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena atas Asung Kerta WaranugrahaNya sampai saat
ini kita diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga dapat melaksanakan
tugas dengan baik.
2
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BULELENG
N
NOMOR : 445/184.604/2018
TENTANG
PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BULELENG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Buleleng tentang Pedoman Komunikasi Efektif
pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng;
KEDUA : Pedoman Komunikasi Efektif sebagaimana dimaksud
diktum KESATU, tercantum dalam Lampiran Keputusan
ini;
KETIGA : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya keputusan
ini dibebankan pada anggaran yang relevan pada Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng;
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Singaraja
Pada tanggal 26 April 2018
4
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN BULELENG
NOMOR : 445/184.604/2018
TANGGAL : 26 APRIL 2018
TENTANG : PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF PADA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
BULELENG
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................... i
Keputusan Direktur RSUD Kab. Buleleng............................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................... iii
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tercapainya komunikasi yang efektif dalam rangka
meningkatkan akses masyarakat ke Rumah Sakit, meningkatkan
komunikas yang efektif dengan pasien dan keluarga, antar staf klinis,
dan antar tingkat di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tata laksana komunikasi dengan masyarakat;
b. Mengetahui tata laksana komunikasi kepada pasien dan
keluarga;
c. Mengetahui tata laksana komunikasi antar staf klinis;
6
d. Mengatahui tata laksana komunikasi antar tingkat di rumah
sakit
7
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien;
19. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2004
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah;
20. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1193/Menkes/SK/X/2004
tentang Kebijakan nasional Promosi Kesehatan;
21. Konsil Kedokteran Indonesia, 2016, Komunikasi Efektif Dokter-
Pasien;
22. Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik Nomor YM.01.04.3.5.2504
tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien.
8
BAB II
KOMUNIKASI EFEKTIF
2.1 Pengertian
Komunikasi berasal dan bahasa Latin communis yang artinya
bersama. Secara terminologis, komunikasi diartikan sebagai suatu proses
penyampaian pikiran atau informasi (pesan) dari satu pihak ke pihak lain
dengan menggunakan suatu media. Menurut ahli kamus bahasa,
komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai
kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama
terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan
oleh keduanya. Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara
lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran
informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda
atau tingkah laku. Secara umum, komunikasi efektif adalah penerimaan
pesan oleh penerima pesan, sesuai dengan yang dikirimkan oleh pemberi
pesan, kemudian penerima pesan memberikan respon yang positif sesuai
dengan yang diharapkan.
9
6. Komunikasi Massa
Komunikasi ini melibatkan sejumlah besar komunikan heterogen yang
tersebar di suatu wilayah geografis yang luas dan berkepentingan pada
pesan komunikan yang sama.
1. Komunikasi Tertulis
Merupakan komunikasi yang penyampaian pesan secara tertulis baik
manual maupun melalui media seperti email, surat, media cetak
lainnya. Prinsip-prinsip komunikasi tertulis, yaitu: lengkap, ringkas,
konkrit, jelas, sopan, dan benar .
Dalam Rumah Sakit, komunikasi tertulis dapat berupa catatan
perkembangan pasien, catatan medis, laporan perawat dan catatan
lainnya yang memiliki fungsi sebagai berikut:
Sebagai tanda bukti tertulis otentik, misalnya persetujuan operasi.
Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang
telah diarsipkan.
Dokumentasi historis, misalnya rekam medis pasien.
Jaminan keamanan, misalnya surat keterangan jalan.
Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat
perintah, surat pengangkatan, Standar Prosedur Operasional (SPO).
Keuntungan komunikasi tertulis;
Adanya dokumen tertulis
Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
Dapat menyampaikan ide yang rumit
Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
Menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan
Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
Untuk penelitian dan bukti di pengadilan
2. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang disampaikan secara
lisan. Kormunikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana
komunikasi seperti telepon. Kelebihan dan komunikasi ini terletak pada
keberlangsungannya, yakni dilakukan secara tatap muka sehingga
umpan balik dapat diperoleh secara langsung dalam bentuk respon dari
pihak komunikan.
Komunikasi verbal ini harus rnernperhatikan arti denotative dan
konotatif, kosa kata, tempo bicara, intonasi, kejelasan dan keringkasan
serta waktu dan kesesuaian. Jenis komunikasi ini sering digunakan
dalam pelayanan di Rumah Sakit dalam hal pertukaran informasi secara
verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi ini
biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kelebihan dari komunikasi ini
adalah memungkinkan setiap individu untuk merespon secara langsung.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi verbal:
a. Memahami arti denotative dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama dengan kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan
atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Contohnya adalah kata
10
kritis. Secara denotatif, kritis berarti cerdas, tetapi perawat
menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang
mendekati kematian.
Ketika berkomunikasi dengan pasien, tenaga medis harus berhati-
hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalahartikan
terutama saat menjelaskan pasien mengenai kondisi kesehatannya
dan saat terapi.
b. Kosa kata mudah dipahami
Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Kemampuan dalam pengetahuan
kosa kata, khususnya yang berhubungan dengan dunia medis,
berperan penting dalam komumkasi verbal. Banyak istilah teknis
yang digunakan oleh tenaga medis di rumah sakit, misalnya istilah
auskultasi, akan lebih mudah dipahami oleh pasien bila diucapkan
dengan meuggunakan kosa kata “mendengarkan”.
c. Intonasi
Pembicaraan seseorang dapat diartikan berdasarkan pada intonasi
atau nada. Seseorang yang berbicara dengan nada yang tinggi
menunjukkan bahwa orang tersebut sedang marah. Sebaliknya
seseorang yang berbicara dengan nada riang menunjukkan bahwa
orang tersebut sedang bergembira. Petugas dan tenaga medis
rumah sakit hendaknya menjaga intonasi yang menunjukkan
perhatian dan ketulusan kepada pasien.
d. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, ringkas dan maksudnya
dapat diterima dengan jelas. Semakin sedikit kata-kata yang
digunakan semakin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan.
Komunikasi dapat diterima dengan jelas apabila penyampaiannya
dengan berbicara secara lambat dan pengucapan vokalnya dengan
jelas. Selain itu, komunikator harus tetap memperhatikan tingkat
pengetahuan komunikan.
e. Selaan dan tempo bicara
Kecepatan atau tempo bicara yang tepat dapat menentukan
keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan
yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan
menimbulkan kesan bahwa komunikator sedang menyembunyikan
sesuatu. Hal ini harus diperhatikan oleh petugas dan tenaga medis
di rumah sakit, jangan sampai pasien menjadi curiga karena selaan
yang lama dan pengalihan yang cepat. Selaan dapat dilakukan
untuk menekankan pada hal tertentu, misalnya memberi waktu
kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata.
Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang
akan dikatakan sebelum mengucapkannya.
f. Ketepatan waktu dan relevansi
Komunikasi yang dilakukan pada waktu yang tepat akan membawa
hasil sesuai dengan yang diharapkan misalnya, bila pasien sedang
menangis kesakitan, bukan waktunya untuk tenaga medis
menjelaskan resiko operasi. Oleh karena itu petugas dan tenaga
medis harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi.
Relevansi atau kesesuaian materi kornunikasi juga merupakan
faktor penting untuk diperhatikan. Komunikasi akan efektif apabila
topik pembicaraan berkenaan dengan masalah yang dihadapi oleh
komunikan. Komunikasi verbal akan lebih bermanfaat jika pesan
yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
11
g. Humor
Dugan (1989) danPurba (2003) mengatakan bahwa tertawa dapat
mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stress
dan dapat meningkatkan keberhasilan tenaga medis dalam
memberikan dukungan emosional terhadap pasien. Sullivan dan
Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan bahwa humor
merangsang produksi catecholainines dan hormone yang
menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap
rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernafasan
dan humor dapat digunakan untuk menutupi rasa takut dan tidak
enak atau ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan
pasien.
13
b. Mendengar
Komunikator harus mendengarkan dengan baik umpan balik
dan Penerima pesan tanpa memotong pembicaraannya.
c. Cara mengamati
Komunikator harus bisa mengamati cara berbicara komunikan
inisalnya bahasa non verbal yang digunakan di balik ungkapan
kataatau kaliniatnya, gerakan tubuhnya.
d. Menjaga sikap
Komunikator harus menjaga sikap selaina berkomunikasi
dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak mengganggu
komunikasi dan untuk rnenghindari kesalahpaham dalam
mengartikan gerak tubuh yang dilakukan oleh komunikator.
6. Gangguan
Gangguan adalah segala sesuatu yang menghambat atau
mengurangi kemampuan kita untuk mengirim dan menerima
pesan.
Gangguan komunikasi ini meliputi:
a. Pengacau indra, misalnya suara terlalu keras atau lemah, bau
menyengat, udara panas dan lain-lain;
b. Faktor-faktor pribadi, antara lain prasangka, lamunan, dan lain-
lain.
14
3. Hambatan Fisikologis
Hambatan psikologis merupakan hambatan-hambatan karena
adanya unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia.
4. Hambatan dari Proses Komunikasi
a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan
disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal
ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
b. Hambatan dalam penyandian/simbol
Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak
jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang
dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau
bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan
media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik
sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam
menafsirkan sandi oleh si penerima
e. Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian
pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka
tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
f. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan
tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan
interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
15
5. Edukasi tentang Gizi
Pemberian edukasi dan informasi diberikan oleh semua Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) Edukasi dapat diberikan kepada siapa saja yang
berada di lingkungan Rumah Sakit yaitu pasien dan keluarga, serta
pengunjung. Dalam pemberian materi atau pesan yang akan diberikan
kepada sasaran harus disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan pasien
keluarga dan masyarakat, sehingga dapat dirasakan langsung
manfaatnya.
16
siapa pun dia, berapa pun umurnya, tanpa memerhatikan status
sosialekonominya. Bersikap adil dalam memberikan pelayanan medis
adalah dasar pengembangan komunikasi efektif dan menghindarkan diri
dari perlakuan diskriminatif terhadap pasien.
17
BAB III
TATA LAKSANA KOMUNIKASI EFEKTIF
c. Banner
Banner himbauan kesehatan
d. Baliho
Baliho tentang pelayanan rumah sakit
e. Neon box
Pelayanan UGD 24 jam
Jenis pelayanan rumah sakit
f. Iklan Radio
Iklan radio mengenai pelayanan rumah sakit maupun talkshow
dokter
g. Leaflet
Leaflet mengenai pelayanan rumah sakit
Leaflet informasi asuhan pelayanan kesehatan
Leaflet pedoman bagi pasien dan pengunjung
Leaflet edukasi kesehatan dll
18
edukasi, pasien dan keluarga diharapkan dapat meningkatkan
pengetahun dan keterampilan untuk berpartisipasi dalam proses dan
pengambilan keputusan asuhan pasien.
19
Sedangkan kewajiban pasien antar lain:
1) Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2) Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggungjawab;
3) Menghormati hak-hak Pasien lain, pengunjung dan hak tenaga
kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit;
4) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah
kesehatannya;
5) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan
jaminan kesehatan yang dimilikinya;
6) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit dan disetujui oleh Pasien yang
bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
7) Menerima segala konsekuansi atas keputusan pribadinya untuk
menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan
oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau
masalah kesehatannya; dan
8) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
20
sesuai dengan tarif pelayanan yang telah ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan.
Informasi tersebut diberikan di bagian admisi oleh petugas admisi.
Dan ditandatangani oleh Pasien/keluarga/penanggungjawab
2. Orientasi Pasien Baru Rawat Inap
Apabila pasien telah diputuskan untuk mendapat pelayanan rawat
inap, ketika pertama kali masuk ke ruang rawat inap, perawat
memberikan beberapa informasi kepada pasien dan keluarga antara
lain:
a. Peraturan RS
b. Hak dan Kewajiban Pasien
c. Perawat dan Dokter Penanggungjawab
d. Jam visite dokter
e. Waktu berkunjung
f. Layanan Obat
g. Jadwal Pemberian Makanan Pasien
h. Administrasi dan Pembayaran
i. Penjelasan Pengunaan Gelang identitas pasien antara lain:
Gelang biru: untuk pasien berjenis kelamin laki-laki
Gelang pink: untuk pasien berjenis kelamin wanita
Gelang merah: untuk pasien yang memiliki alergi terhadap
obat
Gelang kuning: untuk pasien beresiko jatuh
Gelang ungu: untuk pasien yang menolak resusitasi (DNR)
21
n. Larangan merokok bagi pengunjung pasien
22
mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi edukator
yang berkaitan dengan informasi dan edukasi diperlukan
11) Jika pasien memerlukan penerjemah, keluarga dilibatkan
dalam pemberian informasi. Untuk pasien berbahasa asing,
rumah sakit juga menyediakan penerjemah sesuai dengan
kebutuhan pasien. Penerjemah berasal dari intern rumah sakit
maupun kerjasama dengan pihak terkait.
12) Informasi verbal diperkuat dengan materi tertulis.
d. Materi Edukasi
Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan
asuhan yang diberikan meliputi:
1) Penggunaan obat-obatan secara efektif dan aman, potensi efek
samping obat, potensi interaksi obat antar obat konvensional,
obat bebas, suplemen atau makanan
2) Keamanan dan efektivitas penggunaan peralatan medis;
3) Diet dan nutrisi yang memadai;
4) Manajemen nyeri;
5) Teknik rehabilitasi;
6) Cara cuci tangan yang aman.
23
informasi kepada pasien dan keluarga tercatat dalam berkas rekam
medis pasien.
Bukti edukasi tercatat dalam Catatan Edukasi Terintegrasi dalam
berkas rekam medis pasien. Pada berkas lengkapi dengan tanggal
diberikan edukasi, metode, durasi, dan lengkapi paraf/nama
edukator serta paraf/nama pasien/keluarga pada saat diberikan
edukasi.
e. Tahap Verifikasi
Pada tahap ini petugas melakukan verifikasi untuk memastikan
pasien dan keluarga dapat memahami materi edukasi yang
diberikan.
1) Apabila pasien dalam kondisi baik dan dapat menerima
informasi dan edukasi, maka verifikasi yang dilakukan adalah
menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan
2) Apabila pasien mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya
adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang
sama “
3) Apabila pasien merupakan difabel (orang dengan kemampuan
yang berbeda), maka verifikasinya dengan pendamping pasien
4) Apabila pasien dan atau keluarga belum memahami materi
edukasi yang diberikan, maka pemberian edukasi dapat
dilakukan kembali sambil mengkaji hambatan yang ada
Bukti verifikasi juga dicatat pada Catatan Edukasi Terintegrasi
pada kolom keterangan dan evaluasi respon.
4. Informed Consent
Bila dilakukan tindakan medik yang memerlukan persetujuan
tindakan kedokteran (informed consent), pasien dan keluarga belajar
tentang resiko dan komplikasi yang dapat terjadi untuk dapat
memberikan persetujuan. Daftar tindakan yang memerlukan informed
consent antara lain:
24
a. Operasi Urologi:
ESWL
Litotripsi
URS
BPH
b. Operasi Bedah Digestuf:
Colonostomy
Repair perforasi gaster
c. Operasi Bedah Umum:
Plate & wire fraktur tulang wajah
Tiroidektomi
Apendiktomy
Herniotomy
Explorasi
Debridement + jahit luka
Open biopsi
Vesikolitotomi
Sirkumsisi
Excisi soft tisue tumor
Pasang thorax drain
Haemoroidectomy
d. Operasi mata:
Katarak extrasi
Evisiasi
Insisi hordiolum / kalezim
Exsisi gramiolma
Explorasi corpus alenium
Exsisi ptherygium
Exsisi tumor palpebra
Rekontruksi palpebra
Heacting conjutiva, kornea, sclera
e. THT:
Evakuasi serumen
Tonsilekctomy
Polipectomy
f. Anestesia:
General anastesi
Anastesi regional dengan spinal block
Anastesi regional dengan epidural
Anastesi lokal dengan block perifer
Pemasangan infuse vena dalam
Pemasangan vena sentral
Pemasangan alat bantu napas
g. Bedah orthopedia:
Orif
Pemasangan gips dan reposisi
Debridement
Pemasangan eksternal fiksasi
Operasi ganti sendi
Operasi rekontruksi tulang
Operasi amputasi
Pelepasan inplant orif
Pelepasan implant eksternal fiksasi
25
h. Bedah pediatrik:
Operasi bibir sumbing
Luka bakar
Tumor jinak pada kulit
Hemangioma
Hipospadia
Trasnfusi darah
i. Kebidanan:
Sectio caesaria
Histerectomi
Operasi cysta ovarium
Operasi kontrasepsi wanita
Kuretase
Operasi cysta bartoli
Tindakan drip oksitosin
Operasi KET
j. Radiologi:
Uretro cystografi
Ct-scan otak dengan kontras
Ct-scan abdomen dengan kontras
Ct-scan thorax dengan kontras
Ct scan sinus paranasal dengan kontras
Ct-scan vertebra dengan kontras
Cholesistografi
BNO + IVP
Colon in loop
Topografi
k. Endoskopi:
Esofage-gastro-duodenoskopi
Colonoskopi
l. Neuro:
Lumbal pungsi
Intervensi nyeri
Restrain
m. Cardio:
Pericardiosintesis
Treadmil
Cardioversi
Pemasangan cvc
Pemberian obat trombolitic
n. Gigi dan mulut:
Drainase abses dan / incisi abses
Odontektomi / odontotomi
Alveolektomi
Ginggivektomi
Operkulektomi
Kuretase ginggivia
Tindakan prostodonsi
Pencabutan gigi dengan komplikasi
Tindakan estetika gigi
o. Penyakit dalam:
Aspirasi cairan sendi /atrosentesis
Peritoneal dialisis akut
26
Peritoneal dialisis mandiri
Pleurodesis / pungsi cairan pleura
p. Rehabilitasi medik:
Injeksi botolium toxin /phenol (khusus untuk kondisi
spastisitas)
Injeksi intraartikular
Spray & streth
Taping & straping
6. Audio Central
Audio central terpasang tersebar dan dapat didengar di hampir
seluruh tempat di Rumah Sakit. Informasi yang disampaikan adalah
informasi umum seperti: hak dan kewajiban pasien; tata tertib
penunggu pasien; visi dan misi rumah sakit; dan himbauan penting
lainnya.
27
Teknik komunikasi lewat telepon menggunakan teknik komunikasi
TBK (Tulis, Baca, Konfirmasi). Tujuan menggunakan teknik agar tidak
ada kesalahan dalam menerima pesan/instruksi.
a. T : Tulis pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan pada lembar
catatan perkembangan pasien terintegrasi
b. B : Bacakan kembali pesan yang telah ditulis kepada pemberi
pesan. Untuk instruksi pemberian obat yang termasuk NORUM
(Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)/LASA (Look Alike Sound Alike)
dilakukan pengejaan dengan alphabeth yang telah ditentukan.
Selesai membacakan pesan, penerima mengingatkan pemberi pesan
untuk melakukan konfirmasi.
c. K : Konfrmasi instruksi atau hasil kritis oleh pemberi instruksi/
yang menyampaikan hasil pemeriksaan. Catat tanggal dan jam
instruksi diberikan, kemudian ditandatangani oleh pemberi dan
penerima instruksi dalam waktu 1 x 24 jam. Pemberi instruksi
memverifikasi instruksi yang sudah diberikan dengan memberikan
stampel dan tanda tangannya pada form Catatan Perkembangan
Pasein terintegrasi (CPPT). Pengejaan yang dilakukan sesuai dengan
alphabeth internasional yang telah ditentukan antara lain:
Karakter Kode Alfabet Karakter Kode Alfabet
A Alfa N November
B Bravo 0 Oscar
C Charlie P Papa
D Delta Q Quebec
E Echo R Romeo
F Foxtrot S Sierra
G Golf T Tango
H Hotel U Uniform
I India V Victor
J Juliet W Whiskey
K Kilo X Xray
L Lima Y Yankee
M Mike Z Zulu
28
memerlukan asuhan dari Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lainnya,
PPA tersebut juga menulis perkembangan pasien pada tepi tenaga
kesehatan lainnya.
3. Transfer Pasien
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan
keruang perawatan / ruang tindakan lain didalam rumah sakit (intra
rumah sakit) atau memindahkan pasien pasien dari satu rumah sakit
ke rumah sakit lain (antar rumah sakit). Transfer pasien dilakukan
secara aman dengan menggutamakan keselamatan pasien. Petugas
yang melakukan transfer disesuaikan dengan status/derajat
kesehatan pasien. Ketika melakukan transfer, informasi yang
disampaikan adalah informasi klinis meliputi Situation, Background,
Assesment, dan recomendation. Informasi ditulis dalam blangko rekam
medis serah terima antar ruangan yang kemudian ditandatangai
bersama ketika pasien sudah sampai di ruangan yang dituju.
29
g. Timbang terima tercatat pada Catatan Perkembangan Terintegrasi
untuk setiap sift dengan ditandatangani oleh dua petugas dengan
sift yang berbeda.
30
Skor/Param 3 2 1 0 1 2 3
eter
(menit)
Frekuensi <40 40-50 51- 101- 111- ≥130
nadi (menit) 100 110 129
Tekanan <70 71- 81-100 101- 160- 200- >220
Darah 80 159 199 220
(mmHg)
Tingkat Com Stup Samnol Comp Apati Acutc
kesadaran a or en os s onfus
mentis iAcut
state
s/
deliri
um
Suhu (°C) <35° 35,05- 36,05- 38,05 >38,5
C 36°C 38°C - °C
38,5°
C
31
1) Petugas laboratorium menghubungi perawat penangungjawab
pasien melalui telepon dan memberitahukan hasil
pemeriksaan pasien yang menunjukkan nilai kritis segera
setelah hasil kritis diketahui
2) Setiap Proses pelaporan menggunakan teknik komunikasi
SBAR. Dan proses penyampaian hasil lewat telepon dilakukan
dengan TBK.
3) Petugas laboratorium yang melapor menulis laporan hasil nilai
kritis di buku pelaporan nilai kritis. Petugas laboratorium juga
mencatat nama perawat penerima telepon, tanggal dan waktu
menelpon.
4) Hasil pemeriksaan laboratorium nilai kritis segera diambil di
instalasi laboratorium oleh perawat. Hasil nilai kritis
ditandatangani oleg dokter penanggung jawab dalam waktu
1x24 jam.
32
1. Media Komunikasi
Media komunikasi yang digunakan untuk berkoordinasi antar tingkat
di rumah sakit antara lain:
a. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Dalam Sistem Infomasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) juga
dapat diperoleh informasi antara lain:
E-Library
Peraturan perundang-undangan
Regulasi RS
Pelaporan Indikator Mutu
Surveilans infeksi
Tarif RS
Website PMKP
b. Surat Edaran
Surat edaran adalah surat resmi yang ditandatangani oleh Direktur
Rumah sakit yang berisi mengenai himbauan atau pemberitahuan,
atau permintaan/permohonan.
c. Telp/PABX
Untuk melaksanakan komunikasi yang efektif di rumah sakit maka
rumah sakit menggunakan perangkat switching berupa sentral
telepon otomatis yang mempunyai fungsi menghubungkan antara
beberapa tempat. Perangkat ini di sebut PABX (Private Automatic
Branch Exchange).
1) PABX memberikan dua layanan yaitu :
Komunikasi Internal adalah komunikasi yang dilakukan
dengan ruang lingkup PABX saja tanpa bantuan pihak lain,
atau biasa disebut interkom.
Komunikasi Eksternal adalah komunikasi yang dilakukan
extention
2) PABX dengan menggunakan bantuan pihak lain seperti atau
operator telekomunikasi lain, contohnya adalah proses
penerimaan telepon (incoming call) dan melakukan panggilan
keluar (outgoing call)
3) Secara umum PABX berfungsi untuk menyediakan sambungan
telepon internal dan sebagai by pass jika akan melakukan
telepon keluar (outgoing call) dan by pass jika datang panggilan
masuk (incoming call). Penggunaan telepon intern di rumah sakit
bertujuan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antar
bagian yang digunakan untuk kepentingan pelayanan kepada
pasien maupun antar petugas pelayanan di rumah sakit. Di
rumah sakit memiliki 187 jaringan telepon intern yang
terpasang dan dapat digunakan sebagai alat komunikasi intern
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng.
2. Informasi Urgent
Informasi yang urgent, yang harus disampaikan tepat waktu dan
akurat ke seluruh RS diinformasikan melalui audio central. Audio
central terpasang tersebar dan dapat didengar di hampir seluruh
tempat di Rumah Sakit. Informasi yang disampaikan termasuk
komunikasi keadaan urgent seperti code blue, code red, code black,
dan perintah evakuasi.
33
a. Code red, code black dan perintah evaluasi
Apabila pada unit pelayanan/unit kerja ditemui adanya
kebakaran, perkelahian, dan diperlukan adanya perintah
evakuasi, unit pelayanan/unit kerja tersebut menghubungi
petugas informasi di pesawat telepon 183 untuk segera
menginformasikannya lewat audio central. Informasi yang
disampaikan adalah: kebakaran dengan menginformasikan code
red; perkelahian dengan code black; dan perintah evakuasi.
Informasi disampaikan lengkap dengan tempat kejadian.
b. Code blue
Apabila ada pasien yang memerlukan resusitasi, petugas
menghubungi nomor pesawat telepon 515 untuk segera
menginformasikannya lewat audio central, dengan dengan
mengaktifkan code blue. Untuk informasi code blue juga
menyertakan jenis kelamin, umur pasien, serta unit pelayanan
pasien dirawat.
c. Informasi lainnya yang akan diumumkan melalui audio central
harus dengan persetujuan Kasubag SIMRS, Pemasaran dan
Humas
3. Rapat/Pertemuan
Dalam mengembangkan komunikasi dan koordinasi yang baik, rumah
sakit melaksanakan pertemuan di setiap tingkat rumah sakit.
a. Rapat Manajemen Struktural
1) Rapat yang dipimpin oleh direktur atau yang berwenang yang
mewakili direktur yaitu wakil direktur dan/atau kepala bagian
terkait;
2) Setiap hari Kamis, Pkl. 09.00 Wita Sampai dengan Pkl. 12.00
Wita;
3) Dihadiri oleh Direktur, Para Wakil Direktur, Para Kepala Bagian,
Para Kepala Sub Bagian, Ka. IPSRS, Ka. PMKP, Ka, ULP, Ka.
HPS, Ka. SPI dan peserta lain yang ditunjuk;
4) Tempat Rapat koordinasi adalah ruang pertemuan (aula) Wijaya
Kusuma I RSUD Kabupaten Buleleng;
5) Materi meliputi pelaksanaan serta pembahasan yang terjadi di
lingkup Manajemen.
b. Rapat Koordinasi Bagian Manajemen dengan Bagian Pelayanan dan
Bagian Keuangan
1) Rapat yang dipimpin oleh direktur atau yang berwenang yang
mewakili direktur yaitu wakil direktur terkait;
2) Jadwal Pelaksanaan pada setiap bulan minggu pertama Pkl.
09.00 Wita sampai dengan Pkl. 12.00 Wita.
3) Dihadiri oleh seluruh direktur, para wakil direktur, para kabag,
para kasubag, Para Ka. Instalasi, Ka. PPHP, Ka. PMKP, Ka. ULP,
Ka. HPS, Ka. SPI, dan peserta lain yang ditunjuk;
4) Tempat rapat-rapat koordinasi adalah ruang pertemuan (aula)
Wijaya Kusuma I RSUD Kabupaten Buleleng;
5) Materi meliputi Pelaksanaan masing-masing koordinator, serta
membahas permasalahan yang terjadi di masing-masing wadir
terkait.
c. Rapat Unit
1) Rapat yang dipimpin oleh direktur atau yang berwenang yang
mewakili direktur yaitu wakil direktur dan/atau kepala bagian
terkait;
34
2) Jadwal pelaksanaannya pada setiap bulan minggu pertama Pkl.
09.00 Wita sampai dengan Pkl. 12.00 Wita.
3) Dihadiri oleh direktur atau yang berwenang yang mewakili
direktur;
4) Tempat rapat-rapat Unit adalah ruang pertemuan (aula) Wijaya
Kusuma I RSUD Kabupaten Buleleng;
5) Materi meliputi Pelaksanaan masing-masing koordinator, serta
membahas permasalahan yang terjadi di masing-masing unit.
d. Rapat Kepala Ruang Pelayanan
1) Rapat yang dipimpin oleh direktur atau yang berwenang yang
mewakili direktur yaitu wakil direktur dan/atau kepala bagian
terkait;
2) Jadwal pelaksanaannya pada setiap bulan minggu kedua Pkl.
09.00 Wita sampai dengan Pkl. 12.00 Wita;
3) Dihadiri oleh direktur atau yang berwenang yang mewakili
direktur seluruh dan seluruh kepala ruang pelayanan;
4) Tempat rapat-rapat Unit adalah ruang pertemuan (aula) Wijaya
Kusuma I RSUD Kabupaten Buleleng;
5) Materi meliputi Pelaksanaan masing-masing ruang pelayanan,
serta membahas permasalahan yang terjadi di masing-masing
ruang pelayanan.
e. Rapat Instalasi
1) Rapat yang dipimpin oleh direktur atau yang berwenang yang
mewakili direktur yaitu wakil direktur dan/atau kepala instalasi
terkait;
2) Jadwal pelaksanaannya pada setiap bulan minggu kedua Pkl.
09.00 Wita sampai dengan Pkl. 12.00 Wita;
3) Dihadiri oleh direktur atau yang berwenang yang mewakili
direktur dan seluruh instalasi;
4) Tempat rapat-rapat Unit adalah ruang pertemuan (aula) Wijaya
Kusuma I RSUD Kabupaten Buleleng;
5) Materi meliputi Pelaksanaan masing-masing instalasi, serta
membahas permasalahan yang terjadi di masing-masing
instalasi.
f. Rapat Bagian Pelayanan Keperawatan dan Komite Keperawatan
1) Rapat yang dipimpin oleh ketua komite keperawatan/Kabag
Pelayanan Keperawatan dan atau yang ditunjuk mewakilinya;
2) Jadwal pelaksanaannya pada setiap bulan pada minggu ketiga
Pkl. 08.00 Wita sampai dengan Pkl. 11.00 Wita.
3) Dihadiri oleh direktur atau yang berwenang yang mewakili
direktur dan kepala bagian keperawatan;
4) Tempat rapat-rapat Unit adalah ruang pertemuan (aula) Wijaya
Kusuma I RSUD Kabupaten Buleleng;
5) Materi meliputi Pelaksanaan masing-masing ruang pelayanan
keperawatan, serta membahas permasalahan yang terjadi di
masing-masing ruang pelayanan keperawatan.
g. Rapat Bagian Pelayanan Medik dan Komite Medik (morning report)
1) Rapat yang dipimpin oleh direktur atau yang berwenang yang
mewakili direktur yaitu wakil direktur dan/atau ketua komdik;
2) Jadwal pelaksanaannya pada setiap hari Rabu Pkl. 07.30 Wita
sampai dengan Pkl. 09.00 Wita;
3) Dihadiri oleh direktur atau yang berwenang yang mewakili
direktur dan/atau ketua komite medik;
4) Tempat rapat-rapat Unit adalah ruang pertemuan (aula) Wijaya
Kusuma I RSUD Kabupaten Buleleng;
35
5) Materi meliputi pelaksanaan pelayanan medik, serta membahas
permasalahan yang terjadi di masing-masing pelayanan medik.
h. Rapat/Pertemuan dengan Peserta dari Luar RSUD Kab. Buleleng:
1) Rapat yang dipimpin oleh direktur atau yang berwenang yang
mewakili direktur yaitu wakil direktur dan/atau petugas yang
ditunjuk oleh pimpinan;
2) Jadwal pelaksanaannya sesuai waktu kesepakatan;
3) Dihadiri oleh direktur atau yang berwenang yang mewakili
direktur dan/atau petugas yang ditunjuk oleh pimpinan;
4) Tempat rapat adalah ruang pertemuan (aula) Wijaya Kusuma
I/II dan atau aula Seruni RSUD Kabupaten Buleleng;
5) Materi sesuai dengan topik undangan.
36
BAB IV
PENUTUP
37