Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN

MANAGER PELAYANAN PASIEN

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG


2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberian pelayanan di RSUP Dr M Djamil Padang merupakan bagian
dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional dibidang
pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu
kontinuitas pelayanan, yang bertujuan menyelaraskan kebutuhan pasien
dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit,
mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan
tindakan selanjutnya.
Manager Pelayanan Pasien bukanlah PPA, namun kehadiran Manager
Pelayanan Pasien di rumah sakit penting sebagai bagian dari penerapan
pelayanan berfokus pada pasien (patient centered care) dan berperan dalam
membantu meningkatkan kolaborasi interprofesional. Selain itu, Manager
Pelayanan Pasien memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien, termasuk
keluarga dan pendamping/ pemberi asuhannya. Manager Pelayanan Pasien juga
berperan meningkatkan keterlibatan dan pemberdayaan pasien serta keluarga
dalam asuhan pasien, sehingga dapat menghasilkan outcome asuhan yang lebih
baik dan meningkatkan kepuasan pasien.
B. PENGERTIAN
Berdasarkan CSMA tahun 2010, Manager Pelayanan Pasien adalah :
Suatu proses kolaboratif mengenai asesmen, koordinasi asuhan, evaluasi,
dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan
keluarganya yang komprehensif melalui komunikasi, sumber daya yang tersedia
sehingga memberikan hasil yang bermutu dan biaya efektif.
Berdasarkan Cesta tahun 2009, Manager Pelayanan Pasien adalah suatu
model untuk manajemen strategik mutu dan biaya pelayanan dibuat memfasilitasi
hasil pasien yang diharapkan dalam lama perawatan yang layak /patut dengan
manajemen sumber daya yang sesuai.
Manager Pelayanan Pasien adalah profesional dalam rumah sakit yang
bekerja secara kolaboratif dengan PPA, memastikan bahwa pasien dirawat serta
ditransisikan ke tingkat asuhan yang tepat, dalam perencananaan asuhan yang
efektif dan menerima pengobatan yang ditentukan, serta didukung pelayanan
dan perencanaan yang dibutuhkan selama maupun sesudah perawatan rumah
sakit. Untuk mempertahankan kontinuitas pelayanan selama pasien tinggal di
rumah sakit, staf yang bertanggung jawab secara umum terhadap koordinasi dan
kesinambungan pelayanan pasien atau pada fase pelayanan tertentu
teridentifikasi dengan jelas.
BAB II
RUANG LINGKUP

Manager Pelayanan Pasien tidak hanya bagaimana mencari solusi bagi


penggunaan biaya atau bagaimana memanfaatkan sumber daya pelayanan
dengan sebaik-baiknya, tetapi juga bagaimana mengupayakan agar nilai dari
manfaat layanan dapat dirasakan pasien dan keluarganya.
Pemberian pelayanan kesehatan selalu memperhatikan mutu, keselamatan,
dan biaya baik oleh pemberi pelayanan, pembayar (asuransi) apalagi pasien
sebagai pengguna. Berbagai strategi dikembangkan untuk mengoptimalkan hal
tersebut apalagi era Jaminan Kesehatan Nasional.
Ruang lingkup Manager Pelayanan Pasien terdiri dari:
a. Kontinuitas pelayanan. Menjaga kontinuitas pelayanan dalam pola
asuhan terintegrasi dan pelayanan berfokus pada pasien.
b. Koordinasi dan kolaborasi. Manager Pelayanan Pasien berkoordinasi dan
kolaborasi dengan dokter penanggung jawab pasien (DPJP) dan PPA
lainnya, serta manajemen rumah sakit.
c. Hubungan dengan pasien. Penting bagi Manager Pelayanan Pasien
untuk membangun dan memiliki relasi yang kondusif dengan pasien –
keluarga agar proses pelayanan dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Manager Pelayanan Pasien merupakan “laison” pasien-keluarga dengan
PPA, manajemen rumah sakit, pembayar.
d. Skrining pasien rawat inap. Untuk penanganan pasien, Manager
Pelayanan Pasien melakukan skrining pasien berdasarkan kelompok
anak, usia lanjut, pasien dengan penyakit kronis, risiko tinggi, kasus
kompleks dengan hasil asuhan yang tidak mudah
Fungsi Manager Pelayanan Pasien:
Manajer Pelayanan Pasien menjalankan fungsi asesmen, perencanaan,
fasilitasi dan advokasi, melalui kolaborasi dengan pasien, keluarga, professional
pemberi asuhan, sehingga menghasilkan outcome / hasil asuhan yang
diharapkan.
1. Melakukan asesmen tentang kebutuhan kesehatan dan aspek psiko-sosio
kultural-nya, termasuk status health literacy (kurang pengetahuan tentang
kesehatan)
2. Menyusun perencanaan manajemen pelayanan pasien (case management
plan) berkolaborasi dengan pasien, keluarga dan pemberi asuhan di rumah
sakit, pembayar, PPA di fasilitas pelayanan primer, untuk
memaksimalkan hasil asuhan yang berkualitas, aman, dan efektif-biaya.
Perencanaan termasuk discharge planning terintegrasi dengan PPA.
3. Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antar PPA dalam konteks
keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan, sehingga meminimalkan
fragmentasi pelayanan.
4. Memberikan edukasi dan advokasi kepada pasien dan keluarga atau pemberi
asuhan untuk memaksimalkan kemampuan pasien dan keluarga dalam
pengambilan keputusan terkait pelayanan yang diterimanya. Memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga atau pemberi asuhan, PPA, terkait
alternatif pelayanan, sumber daya di komunitas / lingkungan rumahnya,
manfaat asuransi, aspek psikososio-kultural sehingga keputusan tepat
waktu dengan dasar informasi lengkap
5. Memberikan advokasi sehingga meningkatkan kemampuan pasien dan
keluarga mengatasi masalah dengan mencari opsi pelayanan yang tersedia,
rencana alternatif sesuai kebutuhan, agar tercapai hasil asuhan yang
diharapkan.
6. Mendorong pemberian pelayanan yang memadai untuk kendali mutu dan
biaya dengan basis kasus per kasus.
7. Membantu pasien untuk transisi pelayanan yang aman ke tingkat pelayanan
berikutnya yang memadai.
8. Berusaha meningkatkan kemandirian advokasi dan kemandirian pengambilan
keputusan pasien.
9. Memberikan advokasi kepada pasien dan pembayar untuk memfasilitasi
hasil yang positif bagi pasien, bagi PPA dan pembayar. Namun bila ada
perbedaan kepentingan maka kebutuhan pasien lebih menjadi prioritas.
Aktivitas MPP secara umum adalah:
1. Mengidentifikasi pasien untuk intervensi manajemen pelayanan pasien
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan pasien untuk mengidentifikasi
hasil yang diharapkan dan mengembangkan suatu rencana manajemen
pelayanan pasien
3. Memonitor intervensi yang ada relevansinya bagi rencana manajemen
pelayanan pasien
4. Memonitor kemajuan pasien kearah hasil yang diharapkan
5. Menyarankan alternatif intervensi praktis yang efisien biaya
6. Mengamankan sumber-sumber klinis untuk mencapai hasil yang
diharapkan
7. Membakukan jalur-jalur komunikasi dengan manajer departemen / bagian
8. Bagi pasien dan keluarganya, MPP adalah analog dengan pemandu wisata
/ tour guide dalam berbagai perjalanan kegiatan pelayanan di rumah sakit
dari pasien masuk sampai pasien pulang ke rumah, atau kembali ke
fasilitas kesehatan sebelumnya.
Manfaat Manager Pelayanan Pasien:
1. Biaya pelayanan menjadi efektif.
2. Orientasi pelayanan yang holistik.
3. kontinuitas pelayanan diseluruh tatanan pelayanan kesehatan.
4. Klien mengetahui siapa yang harus dihubungi saat mereka
membutuhkan bantuan.
Kualifikasi Manager Pelayanan Pasien:
Seorang MPP ditetapkan berdasarkan kualifikasi sebagai berikut :
1. Perawat
a. Pendidikan minimal S1 Ners
b. Memiliki pengalaman klinis sebagai professional pemberi asuhan
minimal 3 tahun
c. Memiliki pengalaman sebagai kepala ruang rawat minimal 2 tahun
2. Dokter (Umum)
a. Memiliki pengalaman minimal 3 tahun dalam pelayanan
klinis di rumah sakit
b. Memiliki pengalaman sebagai dokter ruangan minimal 1
tahun
BAB III
TATALAKSANA

1. Identifikasi, Seleksi/ Skrining Pasien untuk Manajemen Pelayanan


Pasien
Kriteria yang, namun tidak terbatas, antara lain :
a. Usia
b. Pasien dengan fungsi kognitif rendah
c. Pasien komplain tinggi
d. Kasus dengan penyakit kronis, katastropik, terminal
e. Status fungsional rendah, kebutuhan bantuan ADL (Activity Daily
Living) yang tinggi
f. Pasien dengan riwayat penggunaan peralatan medis di masa lalu
g. Riwayat gangguan mental, upaya bunuh diri, krisis keluarga , isu sosial
seperti terlantar, tinggal sendiri, narkoba
h. Sering masuk IGD, readmisi rumah sakit
i. Perkiraan asuhan dengan biaya tinggi
j. Kemungkinan sistem pembiayaan yang kompleks, adanya masalah
finansial
k. Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat
l. Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya penting/berisiko
atau yang membutuhkan kontinuitas pelayanan
Masing – masing kriteria diatas didefinisikan tersendiri berdasarkan kebutuhan
dan kesesuaian jumlah tenaga MPP di RSUP M. Djamil Padang, sebagai
berikut :
a. Kriteria Mayor :
1. Pasien dengan Discharge Planning : skor 1
2. Isu Sosial seperti terlantar, napi, tinggal sendiri, narkoba,
krisis keluarga : skor 1
3. Upaya bunuh diri : skor 1
4. Potensi komplain tinggi : skor 1
b. Kriteria Minor :
No Kriteria Minor Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3

1 Usia Usia<60 Usia>60 dan Usia <1 Usia>70 Usia>80

Bulan

2 Fungsi kognitif Tamat SMA Tamat SMP Tamat SD Tidak sekolah/ Tidak

tamat SD

3 Penyakit kronis, satu DPJP Dua DPJP Tiga DPJP Lebih dari 3

katastroik, terminal,

multiple DPJP,

malnutrisi berat

4 Status fungsional Bartel indeks (BI) BI Ketergantungan BI Ketergantungan BI Ketergantungan Total

rendah, kebutuhan Ketergantungan ringan sedang Berat

ADL (Activity daily (mandiri)

living) yang tinggi

5 Riwayat Tanpa Alat bantu Lama : < 1 tahun Lama : > 1 tahun Alat bantu terinfeksi

penggunaan

peralatan masa lalu

6 Riwayat gangguan Tanpa gangguan Gangguan manik Gangguan Depresi gangguan gaduh gelisah

mental

7 Sering masuk IGD, Pasien baru Masuk IGD 2x/bulan Masuk IGD 3x/bulan Masuk IGD 4x/bulan

readmisi RS

8 Perkiraan asuhan Pasien sesuai Hak Pasien umum rawatan Pasien umum dengan Pasien umum dengan

dengan biaya tinggi biasa tindakan Bedah/ rawatan intensif

Jantung

9 Kemungkinan tidak ada masalah Pasien dengan IKS Pasien IKS/ BPJS naik Pasien dengan fraud/

sistem pembiayaan dengan flafon terbatas kelas double claim

yang kompleks,

adanya masalah

finansial

10 Kasus yang Lama rawatan sesuai Lama rawatan tidak - -

melebihi rata-rata PPK sesuai PPK

lama rawat
Apabila memenuhi 1 Kriteria Mayor atau 15 kriteria minor pasien akan
dilakukan Manajemen pelayanan oleh MPP
2. Asesmen untuk Manajemen Pelayanan Pasien
Komponen asesmen, namun tidak terbatas, pada :
a. Fisik, fungsional, kognitif, kekuatan/kemampuan kemandirian
b. Riwayat kesehatan
c. Perilaku psiko-spiritual-sosio-kultural
d. Kesehatan mental dan kognitif
e. Lingkungan dan tempat tinggal
f. Tersedianya dukungan keluarga, kemampuan merawat dari pemberi
asuhan
g. Finansial
h. Status asuransi
i. Riwayat penggunaan obat alternatif
j. Riwayat trauma, kekerasan
k. Pemahaman tentang kesehatan (health literacy)
l. Harapan terhadap hasil asuhan, kemampuan untuk menerima
perubahan
m. Discharge plan
n. Perencanaan lanjutan
o. Aspek legal
Data asesmen diperoleh melalui, antara lain :
a. Wawancara pasien, keluarga, pemberi asuhan
b. Asesmen awal saat admisi rawat inap, asesmen secara intermiten
“ongoing” selama dirawat
c. Komunikasi dengan dokter, PPA lainnya
d. Rekam medis
e. Data klaim asuransi
3. Identifikasi Masalah dan Kesempatan
Lakukan kegiatan identifikasi masalah dan kesempatan antara lain :
a. Tingkat asuhan yang tidak sesuai panduan, norma yang digunakan
b. Overlunder utilization pelayanan dengan dasar panduan norma yang
digunakan
c. Ketidak patuhan pasien
d. Edukasi kurang memadai atau pemahamannya yang belum memadai
tentang proses penyakit, kondisi terkini, daftar obat (Pahami dan
pastikan diagnosis pasien, prognosis, kebutuhan asuhan, sasaran hasil
asuhan)
e. Kurangnya dukungan keluarga
f. Penurunan determinasi pasien (ketika tingkat keparahan/komplikasi
meningkat)
g. Kendala keuangan ketika keparahan/komplikasi meningkat
h. Pemulangan/ rujukan yang belum memenuhi kriteria, atau sebaliknya,
pemulangan/ rujukan yang ditunda.

4. Perencanaan Manajemen Pelayanan Pasien


MPP harus segera mengidentifikasi kebutuhan jagka pendek, jangka panjang,
maupun kebutuhan berjalan/ongoing, sehingga dapat menyusun strategi
dan sasaran manajemen pelayanan pasien untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tersebut. Untuk itu :
a. Pahami dan pastikan diagnosis pasien, prognosis, kebutuhan asuhan,
sasaran hasil asuhan
b. Validasi sasaran terukur dan indikator dalam kerangka waktu yang
spesifik, antara lain dalam akses ke pelayanan, asuhan dengan biaya
efektif, mutu asuhan
c. Tentukan/rencanakan pemberian informasi kepada pasien dan
keluarga untuk pengambilan keputusan
d. Tentukan/rencanakan juga partisipasi pasien dan keluarga dalam
asuhan, termasuk persetujuan akan kemungkinan perubahan rencana
e. Siapkan fasilitas untuk mengatasi masalah dan konflik
f. Perhatikan harapan pembayar, frekuensi komunikasi, reevaluasi
perkembangan pasien, revisi sasaran jangka pendek dan atau panjang
(Gunakan mediasi dan negosiasi untuk meningkatkan komunikasi,
koordinasi, dan kolaborasi, termasuk mangatasi perbedaan
pandangan)
5. Monitoring
MPP melakukan asesmen untuk menilai respons pasien terhadap
pemberian/pelaksanaan rencana asuhan
a. Mencatat perjalanan/perkembangan kolaborasi dengan pasien,
keluarga, pemberi asuhan, tim PPA, dan pemangku kepentingan lain
yang terkait, sehingga dapat dinilai respons pasien terhadap intervensi
yang diberikan
b. Verifikasi kelangsungan pelaksanaan rencana asuhan yang memadai,
dipahami dan diterima pasien serta keluarga
c. Pahami dan sadari akan kebutuhan revisi rencana asuhan, termasuk
preferensi perubahan, transisi pelayanan, kendala pelayanan
d. Lakukan kolaborasi dalam rangka perubahan rencana dan
pelaksanaannya
6. Fasilitas, Koordinasi, Komunikasi, dan Kolaborasi
MPP perlu memfasilitas koordinasi, komunikasi dan kolaborasi antara pasien
dengan pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai sasaran dan
memaksimalkan hasil positif asuhan pasien
a. Pastikan peran MPP sesuai kebijakan yang ada dan memadai baik
terhadap pelayanan pasien maupun terhadap pemangku kepentingan
lain dalam rumah sakit
b. Kembangkan dan pelihara secara proaktif pelayanan berfokus pada
pasien, membantu asuhan terintegrasi oleh PPA ( MPP harus
memahami berbagai informasi tentang keberagaman budaya,
berkomunikasi secara efektif, bermartabat, dan sensitif dalam konteks
budaya yang bersangkutan)
c. Transisi pelayanan yang memadai sesuai kebutuhan pasien
d. Jaga privasi pasien dalam kolaborasi
e. Gunakan mediasi dan negosiasi untuk meningkatkan komunikasi,
koordinasi, dan kolaborasi, termasuk mengatasi perbedaan pandangan
f. Koordinasi juga rencana pemulangan pasien dengan pelayanan pasca
rawat
7. Advokasi
MPP memberikan advokasi pada pelaksanaan pelayanan, manfaat administrasi,
pengambilan keputusan. Untuk itu :
a. MPP menyampaikan, mendiskusikan dengan PPA dan staf lain tentang
kebutuhan pasien, kemampuannya dan sasaran pasien
b. Memfasilitasi akses ke pelayanan sesuai kebutuhan pasien melalui
koordinasi dengan PPA atau pemangku kepentingan terkait
c. Meningkatkan kemandirian menentukan pilihan dan pengambilan
keputusan
d. Mengenali, mencegah dan menghindari disparitas untuk mengakses
mutu dan hasil pelayanan terkait dengan ras, etnik, agama, gender,
latar belakang budaya, status pernikahan, umur, pandangan politik,
disabilitas fisik-mental-kognitif
e. Melakukan advokasi untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan yang
berkembang/bertambah karena perubahan kondisi
8. Hasil Pelayanan
MPP perlu memaksimalkan kesehatan, wellness pasien safety, adaptasi
terhadap perubahan self-care, kepuasan dan efesiensi biaya
a. Lakukan pendokumentasian pencapaian sasaran
b. Catat keberhasilan, kualitas, kendala biaya efektif dari intervensi MPP
dalam mencapai sasaran asuhan pasien
c. Nilai dan buat laporan tentang dampak pelaksanaan rencana asuhan
pasien
d. Catat utilitasi sesuai panduan/norma yang digunakan
e. Catat kepuasan pasien, keluarga dengan manajemen pelayanan
pasien
9. Kompetisi Budaya-Cultural Competence MPP
MPP perlu memahami dan tanggap terhadap beragam budaya populasi di mana
pasien berasal dan kekhasan profilnya
a. MPP harus memahami berbagai informasi tentang keberagaman
budaya, berkomunikasi secara efektif, bermartabat, dan sensitif dalam
konteks budaya yang bersangkutan
b. Lakukan asesmen kebutuhan linguistiknya dan lakukan komunikasi
yang memadai
c. Bila diperlukan, jalani edukasi/pelatihan untuk kompetensi/pemahaman
budaya guna meningkatkan efektivitas dalam melayani populasi yang
multikultural
10. Manajemen Sumber daya
MPP harus mengintegrasikan faktor-faktor terkait mutu, keselamatan, akses, dan
efektivitas biaya dalam proses asesmen, monitoring, dan evaluasi sumber
daya untuk asuhan pasien. Untuk itu :
a. Catat pemeriksaan/pelayanan yang akan dilakukan sesuai kebutuhan
pasien dan rencana pelayanan. Berikan informasi berkenaan waktu
yang diperlukan, antisipasi hasil, dan beban biaya
b. Catat komunikasi pasien dengan PPA dalam proses
transisi/perpindahan secara internal maupun eksternal, juga pada
perubahan kondisi (penting) pasien
c. Kumpulkan keterangan pelaksanaan pelayanan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pasien, termasuk pemeriksaan keluar/outsource,
bandingkan dengan panduan/norma
d. Pencatat agar dilakukan dengan memperlihatkan bahwa intensitas
pelayanan dari MPP memang sesuai kebutuhan pasien
11. Terminasi Manajemen Pelayanan Pasien
MPP mengakhiri pelaksanaan manajemen pelayanan pasien sesuai dengan
regulasi rumah sakit yang berlaku
a. Identifikasi alasan pengakhiran pelaksanaan manajemen pelayanan
pasien antara lain:
(a) Telah tercapainya sasaran manajemen pelayanan pasien
(b) Telah terlaksananya transisi ke fasilitas pelayanan lain
(c) Pasien menolak manajemen pelayanan pasien
b. Tercapai persetujuan pengakhiran pelaksanaan manajemen
pelayanan pasien dengan pasien maupun pemangku kepentingan
lain
c. Dokumentasikan proses pengakhiran tersebut.
12. Peran MPP dalam Perencanaan Pemulangan Pasien ( Discharge
Planning).
Pengertian Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) atau Discharge
planning : Adalah kegiatan yang merencanakan dan memfasilitasi perpindahan
pasien ke fasyankes lain atau ke rumah dengan lancar dan aman. Merupakan
suatu proses multidisiplin melibatkan PPA dan MPP. Sasarannya adalah
meningkatkan / menjaga kontinuitas pelayanan. Proses dimulai saat admisi rawat
inap. Memastikan keselamatan pasien keluar dari rumah sakit dan memperoleh
asuhan yang tepat pada fase berikutnya di fasyankes lain atau dirumah. Dasar
atau filosofi P3 adalah keberhasilan asuhan pasien di rawat inap agar berlanjut
juga di rumah.
Prinsip Proses Perencanaan Pemulangan Pasien MPP mempunyai peran
lebih terdepan dalam proses perencanaan pemulangan pasien. Dibawah ini
dideskripsikan prinsip P3.
1) Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) dimulai saat admisi rawat
inap dan dilanjutkan pada hari berikutnya sesuai kebutuhan. Identifikasi pasien
dengan potensi masalah yang mungkin dihadapi waktu pasien dipulangkan
sehingga dapat disusun rencana mengatasi masalah, sehingga proses
pemulangan nantinya aman dan lancar
2) Identifikasi apakah pasien memerlukan kebutuhan yang sederhana
atau kompleks untuk pemulangan atau transfernya. Tidak membutuhkan
pelayanan khusus dirumah, juga tidak membutuhkan pelayanan sosial. Atau
sebaliknya tingkat ketergantungan untuk ADL (Activity Daily Living) tinggi.
3) Susun rencana klinis asuhan pasien (oleh PPA) dalam waktu 24 jam
setelah masuk rawat inap. Setelah asesmen lengkap, dengan metode IAR
(Informasi, Analisis, Rencana) tetapkan sasaran. Asesmen dilakukan secara
multi disiplin dan terintegrasi. Perencanaan termasuk tentang kemungkinan
edukasi / pelatihan bagi pasien / keluarga / pemberi asuhan dirumah.
4) Koordinasikan proses pemulangan / transfer melalui kepemimpinan
dan tanggung-jawab pengoperan tugas pada tingkat ruangan. Perencanaan
harus terintegrasi secara multidisiplin. Ada keterkaitan dengan pertukaran shift.
Dokumentasi harus selalu di update dengan penyimpanan yang jelas. Peranan
MPP pentingdalam koordinasi ini
5) Tetapkan tanggal yang diharapkan untuk pemulangan / transfer 24
– 48 jam setelah admisi (EDD = expected discharge date) oleh PPA. MPP
mendiskusikannya dengan PPA,pasien dan keluarga/pemberi asuhan. Umumnya
pasien ingin mendapatkan informasi tentang sampai kapan dirawat. Pasien,
keluarga akan membuat sasaran untuk itu. Pengecualian adalah bila pasien
menjalani perawatan intensif, EDD ditetapkan bila telah kembali ke ruang rawat
biasa.
6) Setiap hari dilakukan review atas rencana klinis asuhan dan juga
update EDD. PPA melakukan updating EDD bersama pasien dan MPP.
Pendokumentasiannya harus jelas dan konsisten. Pasien dan keluarga harus
jelas tentang apa yang diharapkan selama dirawat, menghindari kebingungan
yang dapat menunda proses pemulangannya
7) Libatkan pasien, keluarga, pemberi asuhan dirumah untuk
keputusan dan pilihan pelayanan. Pasien, keluarga diedukasi / dilatih untuk
memberdayakan pelayanan individual sehingga memaksimalkan
kemandiriannya. Bila masuk dalam rencana, follow-up dapat dilakukan oleh staf
rumah sakit 1 – 3 hari pertama dirumah.
8) Rencanakan pelayanan sampai tujuh hari. P3 mencakup juga
kontinuitas pelayanan sampai dengan tujuh hari dirumah.
9) Gunakan daftar tilik (check list) 24 – 48 jam sebelum proses
pemulangan
10) Biasakan mempertimbangkan keputusan tentang rencana pemulangan pasien
setiap hari.

BAB IV
DOKUMENTASI
Asesmen pasien oleh PPA (Profesional Pemberi Asuhan) terdiri dari
Asesmen awal dan Asesmen Ulang sesuai dengan standar AP (Asesmen
Pasien), Standar Akreditasi Rumah Sakit (v.2012). Asesmen pasien terdiri
dari 3 proses utama dengan metode IAR (Informasi, Analisis, rencana) :
a. Mengumpulkan data dan informasi tentang status fisik, psikologik, sosial
pasien dan riwayat kesehatan pasien
b. Analisis data dan informasi, termasuk hasil tes laboratorium dan
diagnostik imaging, untuk identifikasi kebutuhan asuhan pasien
c. Menyusun rencana untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah
teridentifikasi Asesmen pasien menggunakan metode IAR
Dengan basis IAR maka informasi dari MPP dibutuhkan oleh PPA dalam
rangka mengumpulkan informasi tersebut di atas. Dengan demikian
dokumentasi MPP harus berada dalam rekam medis pasien untuk akses bagi
PPA.

Prinsip dan Manfaat Pendokumentasian MPP


MPP mendokumentasikan kegiatan manajemen pelayanan pasien dalam
rekam medis pasien secara benar dan tepat waktu. Dokumentasi praktik
MPP yang jelas, singkat memudahkan komunikasi dengan para PPA dan staf
lain, meningkatkan kolaborasi serta meningkatkan kesinambungan
pelayanan. Selain itu mencerminkan keterlibatan pasien dan keluarganya.

Pendokumentasian MPP harus mencerminkan elemen-elemen antara lain


sebagai berikut (NASW Standars for Social Work Case Management, 2013):
▪ Informasi dari proses identifikasi/ skrining pasien.
▪ Tanggal, waktu dan uraian/ deskripsi saat kontak dengan pasien,
sistem pendukung pasien seperti keluarga, teman dan sebagainya.
▪ Evaluasi awal, rencana dan prosedur untuk memonitor kemjuan
terhadap pencapaian sasaran/ goal pasien.
▪ Pelayanan yang diberikan dan informasi lain tentang implementasi
rencana, tindak lanjut pelaksanaan manajemen pelayanan pasien.
▪ Hasil dari pelayanan.
▪ Informasi sekitar rujukan, termasuk alasan rujukan, transfer/
pemindahan atau penghentian pelayanan dan kolaborasi lain.
▪ Supervisi atau konsultasi yang dicari atau diberikan untuk
meningkatkan pelayanan MPP.
▪ Setiap tambahan catatan harus diberi tanggal dan ditanda tangani
oleh MPP.
▪ MPP harus memegang seluruh informasi pasien sebagai konfidensial.
Pelepasan informasi harus rinci tentang informasi apa saja yang boleh
dibuka, kepada siapa dan dalam jangka waktu yang bagaimana.
Form MPP
Form MPP terdiri dari dua macam:
1. Form A Evaluasi awal MPP
Dicatat antara lain Identifikasi/ skrining pasien, Assesmen untuk
manajemen pelayanan pasien, Identifikasi masalah- risiko- kesempatan.
2. Form B catatan implementasi MPP
Dicatat antara lain Pelaksanaan rencana manajemen pelayanan pasien,
monitoring, fasilitasi, koordinasi, komunikasi dan kolaborasi, advokasi,
hasil pelayanan, terminasi manajemen pelayanan pasien.

Anda mungkin juga menyukai