BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Case management merupakan sebuah strategi intervensi yang digunakan oleh penyedia
dan sistem layanan kesehatan untuk menyokong klien, mengkoordinasikan layanan kesehatan, dan
memfasilitasi hasil, baik dalam harga maupun kualitas (Huber, 2010). Case management
merupakan prosedur untuk merencanakan, mencari, mengevaluasi, dan memonitor layanan yang
didapatkan pasien dari beberapa profesi kesehatan (Sunaringtyas, & Sulisno, 2015). Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya merupakan rumah sakit rujukan di Indonesia
wilayah timur. RSUD Dr. Soetomo Surabaya ini memiliki visi Menjadi Rumah Sakit Tersier Yang
Terpercaya, Aman, Bermutu Tinggi Dan Mandiri. Untuk mencapai visi tersebut RSUD Dr.
Soetomo Surabaya menyelenggarakan pelayanan dan jejaring pelayanan sebagai RS rujukan
tersier yang aman, bermutu tinggi dan terjangkau. Dalam upaya peningkatan mutu rumah sakit,
RSUD Dr. Soetomo Surabaya melaksanakan akreditasi versi KARS dan JCI pada tahun 2017.
Penilaian akreditasi versi KARS penilaian pada APK 2, dibutuhkan case manager yang
bertanggungjawab dalam kontinuitas pelayanan selama pasien dirawat di rumah sakit. Dalam
upaya pencapaian akreditasi tersebut, maka Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya mengangkat
case manager melalui SK Nomor : 188.8/557/301/2017 tentang Case manager/Champion
Akreditasi KARS dan JCI RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Adapun case manager yang diangkat
adalah kepala ruangan yang ada di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pada ruang Bedah Cempaka
RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pelaksanaan case management belum maksimal. Perbedaan peran
antara kepala ruangan dan sebagai case manager menjadi kurang jelas. Pengetahuan perawat
terkait case management masih kurang. Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa perawat
terkait case manager dan perannya, dapat diketahui bahwa dari 10 perawat, terdapat satu perawat
yang mengetahui case management, peran, dan dampak case management pada pelayanan pasien.
Empat perawat mengatakan peran case manager sama dengan kepala ruangan. Sebagian besar
perawat mengatakan 2 bahwa belum ada sosialisasi tentang case management. Adapun
pelaksanaan case management di ruang bedah Cempaka belum dapat dijelaskan. Tenaga yang
dapat melakukan case management adalah case manager.
Case manager bertanggung jawab secara umum terhadap koordinasi dan kesinambungan
pelayanan pasien atau pada fase pelayanan tertentu teridentifikasi dengan jelas sangat dekat
dengan pasien sehingga model case management yang dipimpin oleh case manager mampu
mewujudkan layanan kesehatan berbasis patient centered care (Aeni, 2014). Studi panel ekspert
menyepakati sebuah model keperawatan case management sebagai upaya yang mampu
memujudkan preference ataupun hak pasien untuk menentukan pilihan perawatan sesuai
kebutuhan dan harapan (Morales-Asencio et all, 2010). Case management dipimpin oleh seorang
case manager yang bekerja secara bersama-sama membuat perencanaan perawatan agar sesuai
dengan yang diinginkan dan dibutuhkan pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan masalah prioritas yang diambil yaitu
pelaksanaan case management yang belum maksimal dan didukung dengan hasil wawancara
dengan perawat di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Oleh karena itu, kami
memberikan sebuah inovasi unggulan untuk meningkatkan pelaksanaan case management di ruang
Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Inovasi case management yang akan dilakukan
berdasarkan pada research and development dan mendukung misi RSUD Dr. Soetomo Surabaya
menyelengarakan pendidikan penelitian tenaga kesehatan yang berintegritas tinggi, profesional,
inovatif, dan melakukan jejaring pendidikan penelitian yang terintegritas (Akademic Heath Care).
Kegiatan ini akan di laksanakan melalui tahap sosialisasi case management, Focus group
discussion (FGD) 1, overview rencana kegiatan, uji coba inovasi unggulan, FGD 2, uji coba
kegiatan, evaluasi kegiatan, finishing modul. Dengan adanya program inovasi ini, diharapkan
dapat meningkatkan mutu ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan mendukung
suksesnya akreditasi KARS dan JCI yang dilakukan oleh RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi aplikasi pengembangan case management berdasarkan metode research and
development di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi permasalahan (analisis kebutuhan case management, studi literatur, dan
diskusi pakar) terkait pelaksanaan case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
2. Menggali kembali permasalahan yang ditemukan melalui Focus group discussion 1 di
ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya
3. 3. Menyusun perencanaan pengembangan instrument case management berdasarkan
research and development di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya
4. 4. Melakukan ujicoba lapangan awal terkait instrumen case management di ruang Bedah
Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya
5. 5. Mengembangkan instrumen dokumentasi case management melalui Focus group
discussion 2 di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya
6. 6. Menganalisis validitas & reliabilitas instrumen dokumentasi case management di ruang
Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya
7. 7. Melakukan implementasi instrument case management dengan metode SECI di ruang
Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya
8. 8. Melakukan desiminasi dan memberikan rekomendasi instrumen case management di
ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pasien dan keluarga
1. Mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas
2. Tercapainya kepuasan pasien dan keluarga di ruang Bedah Cempaka
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
1.4.2 Bagi perawat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
2. Terbinanya hubungan atau komunikasi yang adekuat antara perawat,
tenaga kesehatan yang lain, serta pasien dan keluarga
3. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit
1.4.3 Bagi rumah sakit
Mendukung tercapainya akreditasi KARS dan JCI di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya tahun 2017.
1.4.4 Bagi Mahasiswa
Mengembangkan kemampuan kritis dalam memberikan inovasi terkait
permasalahan yang ditemukan di rumah sakit berbasis research dan
development.
1.4.5 Bagi institusi pendidikan
Memberikan masukan pada institusi pendidikan terkait pengembangan
mata kuliah manajemen keperawatan dengan memasukkan aspek
akreditasi rumah sakit.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Case Management dan Case Manager
2.1.1 Definisi Case Management
Case management didefinisikan sebagai suatu proses perencanaan, koordinasi, pengelolaan, dan
penelaahan asuhan seorang pasien. Tujuan umum adalah untuk mengembangkan cara-cara yang
efisien dengan biaya efektif dalam mengkoordinasikan pelayanan-pelayanan yang meningkatkan
kualitas hidup (Ross, Curry, dan Goodwin, 2011). Suatu model klinis untuk manajemen strategi
kendali mutu dan biaya, dibuat untuk memfasilitasi hasil pasien yang diharapkan dalam lama
perawatan yang layak/ patut dan dengan manajemen sumber daya yang sesuai (Cesta, 2009).
2.1.2 Definisi Case Manager/Manajer Pelayanan Pasien (MPP)
Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/Case manager adalah profesional di RS yang melaksanakan
manajemen pelayanan pasien. Manajemen Pelayanan Pasien adalah suatu proses kolaboratif
mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi untuk opsi
dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif, melalui
komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga memberi hasil asuhan pasien yang bermutu
dengan biaya-efektif (CMSA, 2010). Case manager adalah seseorang yang membantu pasien
sebagai penghubung antara pasien, keluarga dan para dokter. Seorang case manager harus
mengerti kondisi pasien dan pengobatannya agar dapat membantu pasien memahaminya pula.
2.2 Kualifikasi Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager
Kualifikasi yang harus ada pada seorang case manager berdasarkan KARS (2012) yaitu:
1. Kualifikasi
1) Dokter umum atau perawat dengan pendidikan S1
2) Pengalaman minimal 3-5 tahun dalam pelayanan klinis
6
a. Dokter : sebagai dokter ruangan
b. Perawat : sebagai kepala ruangan
2. Pelatihan Tambahan
1) Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan klinis terkait dengan penyusunan dan penerapan
SPO Pelayanan Kedokteran yang terdiri dari Panduan Praktik Klinis, Alur Klinis (Clinical
Pathway), Algoritme, Protokol, Standing Order.
2) Pelatihan Pelayanan Fokus pada Pasien (PFP) / PCC
3) Pelatihan tentang perasuransian, jaminan kesehatan nasional, INA-
CBG’s
4) Pelatihan tentang Perencanaan Pulang (Discharge Planning) untuk
kontinuitas pelayanan
5) Pelatihan Manajemen Risiko
6) Pelatihan untuk meningkatkan soft skill (pengetahuan aspek psiko-
sosial, hubungan interpersonal, komunikasi, dan sebagainya).
2.3 Peran Case Manager
Adapun peran dari case manager menurut CMSA (2010) antara lain:
1. Melakukan pengkajian komprehensif pada kesehatan pasien dan kebutuhan psikologis pasien,
dan mengembangkan perencanaan case management dengan berkolaborasi dengan pasien dan
keluarga
2. Membuat perencanaan dengan pasien, keluarga, DPJP, atau pemberi pelayaan yang lain,
penanggung biaya, untuk meningkatkan respon perawatan, kualitas, cost effective
3. Memfasilitasi proses komunikasi dan koordinasi antara tenaga kesehatan, termasuk pasien
dalam proses pengambilan keputusan
4. Memberikan edukasi ke pasien, keluarga, dan tim pemberi pelayanan kesehatan terkait pilihan
terapi, manfaat asuransi, case management, sehingga keputusan dapat diambil pada saat itu
5. Memberdayakan pasien untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dengan mengeksplorasi
pilihan perawatan yang akan dilakukan, rencana alternative terkait kondisi kesehatan pasien
6. Mendorong penggunaan layanan keperawatan kesehatan yang tepat untuk meningkatkan
kualitas perawatan dan mempertahankan cost effective pada tiap-tiap kasus
7. Membantu pasien dalam masa transisi untuk menuju tahap selanjutnya
8. Memperjuangkan untuk melakukan advokasi ke pasien
9. Melakukan advokasi antar pasien dan pemberi pembayaran, dan tim
kesehatan
2.4 Fungsi Manajer Pelayanan Pasien (MPP) / Case Manager
1. Asesmen utilitas
2. Perencanaan
3. Fasilitasi & Advokasi
4. Koordinasi Pelayanan
5. Evaluasi
6. Tindak Lanjut Pasca Discharge
Adapun uraian fungsi case manager berdasarkan KARS (2012) dijelaskan
pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Fungsi case manager
Fungsi Case manager
Uraian Tugas
1. Asesmen utilitas
Mampu mengakses semua informasi dan data untuk mengevaluasi manfaat/utilisasi, untuk
kebutuhan manajemen pelayanan pasien
1. Melakukan asesmen diperluas dan lengkap terhadap pasien dan keluarga yang diperlukan pada
saat admisi. Asesmen psikososial lengkap
2. Perencanaan
Disusun rencana untuk pelaksanaan manajemen pelayanan pasien. Perencanaan tersebut
mencerminkan kelayakan/kepatutan, mutu & efektivitas-biaya dari pengobatan klinis serta
kebutuhan pasien utk mengambil keputusan
1. Perencanaan proses asuhan pasien (yang “personalized”/unik) selama rawat inap sampai
kembali ke komunitas/rumah dgn outcome yg terbaik.
2. Rencana pemulangan (Discharge Planning) pasien adalah salah satu fungsi manajemen kasus
(case management)
3. Fasilitasi & Advokasi
Fungsi ini mencakup interaksi antara MPP dan para anggota PPA, perwakilan pembayar, serta
pasien/keluarga untuk menjaga kontinuitas pelayanan. Mewakili
1. Memastikan bahwa pemeriksaan-pemeriksaan pasien adalah tepat dan perlu serta dilakukan
dalam kerangka waktu yang sudah ditetapkan kepentingan pasien adalah inti dari peran MPP,
namun peran ini juga menjangkau pemangku kepentingan lain. MPP melakukan advokasi untuk
opsi pengobatan yang dapat diterima setelah berkonsultasi dengan DPJP, termasuk rencana
pemulangan yang aman
2. Berkomunikasi dengan dokter-dokter secara berkala selama hospitalisasi dan mengembangkan
suatu hubungan kerja yang efektif. Membantu para dokter utk menjaga biaya, kasus, dan hasil
pasien yang diharapkan
3. Mempromosikan utilisasi sumber-sumber klinis agar efektif dan efisien
4. Menawarkan bentuk-bentuk asuhan alternatif kepada pasien sesuai kebutuhannya, baik karena
pasien sudah mau dipulangkan atau membutuhkan asuhan jangka-panjang yang rentan terhadap
peraturan keuangan Rumah Sakit (RS).
5. Memberikan advokasi kepada pasien. Meningkatkan hubungan kolaboratif untuk
memaksimalkan kemampuan pasien dan keluarga untuk membuat keputusan-keputusan medis
6. Bekerja dengan para administrator RS dan para dokter, memberikan advokasi atas nama pasien
untuk menentukan pelaksanaan layanan terbaik bagi pasien sambil mengkomunikasikan kepada
pasien sarana bermutu yg tersedia
7. Memberikan informasi klinis kepada para pembayar, mencarikan otorisasi asuhan yang perlu
8. Membantu pasien dan keluarga mengembangkan suatu discharge planning, termasuk koordinasi
dengan pelayanan medis di komunitas dan, bila perlu, admisi ke fasilitas pelayanan kesehatan
asuhan pasca rawat inap, antara lain pelayanan rehabilitasi, atau fasilitas perawatan trampil.
4. Koordinasi pelayanan
1. Melakukan koordinasi dan integrasi pelayanan sosial/fungsi case management ke dalam asuhan
pasien, proses discharge maupun planning dirumah
2. Mengkoordinasikan pemberian
pelayanan sosial kepada pasien, keluarga, dan orang2 lain yang penting untuk memampukan
mereka menghadapi dampak penyakit terhadap fungsi terhadap keluarga pasien dan untuk
memperoleh manfaat maksimum dari pelayanan kesehatan
5. Evaluasi
1. Melakukan telaah utilisasi (utilization review), melalui tugas evaluasi Clinical Parthway (CP).
Telaah utilisasi adalah mekanisme kendali biaya, dan ketepatan, kebutuhan dan mutu pelayanan
kesehatan yang dimonitor oleh para pembayar dan provider.
2. Melaksanakan telaah atas utilisasi pelayanan secara tepat sejak admisi sampai discharge.
Mengevaluasi kepuasan pasien dan mutu layanan yg diberikan
3. Memantau Length of Stay (LOS)
6. Tindak Lanjut Pasca Discharge
1. Tindak lanjut, pemantauan, pelayanan dan asuhan pasca discharge
2. Reimbursement
2.5 Jenis Case Management
Menurut Kasim (2008), jenis case management antara lain:
1. Acute care case management (unit based, disease based, continuity of care, primary nursing) –
Di Indonesia
2. Large case management
3. Disease management
4. Insurance case management
5. Hospice case management
6. Home health care case management
7. Community based cased management
Perkembangan case manager mengikuti perkembangan “landscape” pada tempat bekerjanya,
antara lain :
1. Perawat kepala ruangan difungsikan sebagai case manager
2. Nurse case manager
3. Case manager dari profesi social worker
4. Case manager dengan kualifikasi dari profesi kesehatan lainnya
5. Bidang case management
6. Direktur case management
10
2.6 Ruang Lingkup Case Management
Adapun lingkup dari case management berdasarkan KARS (2012)
yaitu:
a. Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care)
Inti konsep PFP terdiri dari 4 elemen : Martabat dan Respek, Berbagi
Informasi, Partisipasi, Kolaborasi/kerjasama.
b. Tujuan
Tujuan MPP adalah untuk melibatkan pasien dalam asuhan yang dialaminya, menjaga kontinuitas
pelayanan.
c. Hubungan Profesional
Para MPP harus mempunyai hubungan kerja profesional dengan para dokter dan staf klinis.
d. Hubungan dengan Pasien
Penting bagi para MPP untuk memiliki relasi yang kondusif dengan pasien dan keluarga.
e. Kelompok Pasien
MPP melakukan skrining pasien, kelompok : anak-anak, usia lanjut, dan yang dengan penyakit
kronis.
f. Fungsi Manajer Pelayanan Pasien (MPP)
Asesmen utilitas, Perencanaan, Fasilitasi, Advokasi.
g. Tanggung jawab
MPP bertanggungjawab ke Direktur Medis.
2.7 Proses Nurse Case Manager
Adapun proses Nurse Case Manager menurut CMSA (2010) adalah sebagai berikut:
1. Melakukan skrining awal tentang pasien yang mempunyai masalah-
masalah beresiko tinggi
11
2. Melakukan asesment utilitas dengan mengumpulkan berbagai informasi klinis, psiko-sosial,
sosioekonomi, maupun sistem pembayaran yang dimiliki pasien
3. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaborasi dengan Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) serta anggota tim klinis
4. Implementasi case management dan koordinasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP) serta anggota tim klinis lainnya
5. Melakukan evaluasi pada pelaksanaan case management dan rencana tindak lanjut
6. Terminasi proses case management
Tatalaksana dari case management berdasarkan KARS (2012)
yaitu:
1. Penetapan dan Pengangkatan MPP oleh Direktur
2. Melakukan skrining pasien yang membutuhkan MPP, pada waktu
admisi, atau bila dibutuhkan pada waktu di ruang rawat inap,
berdasarkan pasien yang meliputi :
a. Risiko tinggi
b. Biaya tinggi
c. Potensi komplain tinggi
d. Kasus dengan penyakit kronis
e. Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek
f. Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat
g. Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya kritis atau yang membutuhkan kontinuitas
pelayanan
h. Kasus komplek/rumit
3. Setelah pasien ditentukan sebagai klien MPP, maka dilakukan asesmen utilitas dengan
mengumpulkan berbagai informasi klinis, psiko-sosial, sosio-ekonomi, maupun sistem
pembayaran yang dimiliki pasien. 4. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut,
berkolaborasi dengan DPJP serta para anggota tim klinis lainnya, yang mencerminkan
kelayakan/kepatutan dan efektivitas biaya dari pengobatan medis dan klinis serta kebutuhan pasien
untuk mengambil keputusan.
12
5. Melakukan fasilitasi yang mencakup interaksi antara MPP dan DPJP serta para anggota tim PPA
lainnya, berbagai unit pelayanan, pelayanan administrasi, perwakilan pembayar. Menfasilitasi
untuk koordinasi, komunikasi dan kolaborasi antara pasien dan pemangku kepentingan, serta
menjaga kontinuitas pelayanan.
6. Memfasilitasi untuk kemungkinan pembebasan dari hambatan yang tidak mempengaruhi
kinerja/hasil.
7. Memfasilitasi dan memberikan advokasi agar pasien memperoleh pelayanan yang optimal
sesuai dengan sistem pembiayaan dan kemampuan finansial dengan berkonsultasi dengan DPJP,
memperoleh edukasi yang adekuat, termasuk rencana pemulangan yang memperhatikan
kontinuitas pelayanan yang aman.
8. Melakukan monitoring dan evaluasi proses-proses pelayanan dan asuhan pasien.
9. Ada bukti dokumentasi kegiatan MPP antara lain termasuk dalam rekam medis seperti
pencatatan dalam antara lain formulir tersendiri, edukasi-informasi.
13
BAB 3
METODE DAN PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam pengembangan instrumen case management berdasarkan pada
research and development antara lain:
1. Mengidentifikasi permasalahan (analisis kebutuhan case management, studi literatur, dan
diskusi pakar) terkait pelaksanaan case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Identifikasi permasalahan berdasarkan pada analisis kebutuhan case
management, studi literatur, dan diskusi pakar terkait pelaksanaan case management di
ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. Case management adalah proses kolaboratif melalui pengkajian, perencanaan, koordinasi,
monitoring, dan evaluasi pelayanan untuk menemukan kebutuhan kesehatan pasien melalui
komunikasi dan sumber daya yang tersedia untuk mempromosikan cost effective (CMSA,
2010). Case manager akan mengatur pelayanan pasien selama seluruh waktu rawat inap,
meningkatkan kontinuitas pelayanan, koordinasi, kepuasan pasien, kualitas pelayanan dan
hasil yang diharapkan, yang diperlukan bagi pasien tertentu yang kompleks dan pasien lain
yang ditentukan rumah sakit (Kemenkes, 2011). Dalam standar akreditasi KARS,
pencapaian kontinuitas pelayanan di rumah sakit dan koordinasi antar para tenaga medis,
rumah sakit menetapkan individu yang bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan
pelayanan. Individu tersebut dapat mengkoordinasikan seluruh pelayanan pasien (seperti
antar departemen) atau dapat bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan pelayanan
pasien secara individual (case manager) (Kemenkes, 2011). Dalam menghadapi akreditasi
versi KARS dan JCI tahun 2017, maka RSUD Dr. Soetomo Surabaya menunjuk case
manager berdasarkan SK Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya Nomor :
188.8/557/301/2017 tentang Case manager/Champion Akreditasi KARS dan JCI RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. Pada akreditasi KARS, terdapat 3 poin dalam 14 penilaian
akreditasi KARS yang belum lulus, yaitu pokja PPI, PPK, dan APK. Case management
merupakan salah satu poin penilaian dalam pokja APK (Akses Pelayanan dan Kontinuitas
pelayanan). Case manager yang tercantum dalam SK Direktur adalah semua kepala
ruangan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan, pada ruang Bedah Cempaka, yang menjadi case manager adalah Ibu Sri Rahayu,
S.Kep. Ns selaku kepala ruangan. Pelaksanaan case management di ruang Bedah Cempaka
RSUD Dr. Soetomo Surabaya belum maksimal dan masih belum jelas batasan deskripsi
pekerjaan antara kepala ruangan dan case manager. Disamping itu, pengetahuan perawat
terkait case management masih kurang. Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa
perawat terkait case manager dan perannya, dapat diketahui bahwa dari 10 perawat,
terdapat satu perawat yang mengetahui case management, peran, dan dampak case
management pada pelayanan pasien. Empat perawat mengatakan peran case manager sama
dengan kepala ruangan. Sebagian besar perawat mengatakan bahwa belum ada sosialisasi
tentang case management. Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu dilakukan kegiatan
yang bertujuan untuk mengaplikasikan case management sesuai dengan standar. Adapun
beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait case management yang menggunakan
pendekatan PICOT.
Pendampingan case manajer (dokter umum) Tidak ada Pendampingan case manajer (dokter
umum) Terdapat perbedaan antara kepuasan pasien yang didampingi dokter umum dengan yang
tidak di dampingi dokter umum. Pasien yang didampingi dokter umum di bangsal mempunyai
tingkat kepuasan lebih tinggi Data dikumpulkan selama november sampai desember 1997 ubungan
penempatan dokter umum sebagai case manager dan kepuasn pasien diruang rawat inap RS. ST.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, kami tim aplikasi klinik di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr.
Soetomo Surabaya akan mengembangkan instrumen pendokumentasian case management
menggunakan metode research and development dengan tujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan di ruang Bedah Cempaka dan untuk mendukung akreditasi KARS dan JCI yang akan
dilaksanakan oleh RSUD Dr. Soetomo Surabaya, terutama pada penilaian elemen APK 2. 23
2. Menggali kembali permasalahan yang ditemukan melalui Focus group discussion 1 di ruang
Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya Kegiatan FGD 1 dilakukan bertujuan untuk
menggali permasalahan yang ditemukan terkait case management di Ruang bedah Cempaka.
Focus group discussion 1 telah dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2017 yang diikuti oleh 13 Peserta
yang terdiri dari:
1. kepala ruangan
2. wakil kepala ruangan
3. Perawat ruangan
4. Pegawai administrasi
5. Pekarya Rumah Tangga
6. Pekarya kesehatan
Peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk menghomogenkan peserta FGD. Kelompok 1 terdiri
dari kepala ruangan dan wakil kepala ruangan, sementara pada kelompok 2 terdiri dari perawat,
petugas administrasi, pekarya rumah tangga, dan pekarya kesehatan. Adapun hasil dari kegiatan
FGD 1 antara lain:
1. Pengkajian masalah di Ruang Bedah Cempaka
1) Masalah yang sering ditemukan di bedah Cempaka adalah menunggu acara operasi, menunggu
antrian kamar, pemberian kemoterapi yang terlalu malam
2) Terdapat beberapa kasus sulit dan langka yang menyebabkan ALOS panjang, akan tetapi sangat
jarang terjadi
3) Apabila menunggu acara operasi sangat lama, maka akan dikonsultasikan dengan DPJP, apabila
DPJP menyetujui, maka pasien dapat dipulangkan.
2. Pelaksanaan case management di Ruang Bedah Cempaka 1) Case management sudah
dilaksanakan di Ruang Bedah Cempaka, akan belum tersistematis dan terdokumentasi 24
BAB 5
PENUTUP
Demikianlah rencana pelaksanaan case management di ruang bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Semoga kegiatan yang akan kami laksanakan dapat membantu mengatasi permasalahan
yang muncul di tatanan pelayanan rumah sakit. Kami yakin rencana pelaksanaan case management
ini masih dalam proses penyempurnaan yang lebih lanjut. Besar harapan kami dari beberapa pihak
yang ahli di bidang manajemen untuk menyempurnakan kegiatan aplikasi case management ini.