Anda di halaman 1dari 6

SPO JALUR FAST TRACK

Pengertian : 
Proses pengidentifikasian kebutuhan pasien rawat jalan dan memprioritaskan pasien untuk
mendapatkan pelayanan.
Tujuan : 
Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk proses pengidentifikasian kebutuhan pasien
rawat jalan dan memprioritaskan pasien untuk mendapatkan pelayanan.
Kebijakan :
Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses :
 Untuk pasien Instalasi Gawat Darurat dilakukan dengan triage PAC (Patient Acuity
Category) modifikasi untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.
 Untuk pasien Instalasi Rawat Jalan dilakukan pemilahan dengan metode cepat ( fast
track ) disesuaikan dengan indikasi medis.
 Untuk pasien yang dijemput dengan ambulan, maka skrining dilakukan melalui
telephon dan di rumah/ tempat pasien dijemput ( yang harus diperiksa meliputi :
keadaan umum, tanda – tanda vital,GDS ( Gula Darah Sewaktu ).
 Petugas medis harus memastikan bahwa RS mampu melayani pasien tersebut dan
adanya ketersediaan tempat. Apabila tempat tidak tersedia, maka petugas harus
mengirim pasien ke rumah sakit lain terdekat yang mampu memberikan pelayanan
sesuai dengan kondisi pasien.
 

PROSEDUR :

1. Pasien rawat jalan tiba di droop zone diterima oleh Case Manager.
2. Case Manager melakukan pemeriksaan awal untuk menentukan kebutuhan pasien.
3. Case manager mengarahkan keluarga pasien atau pasien untuk mengambil nomor
antrian pendaftaran rawat jalan.
4. Case manager memberi kartu fast track pada keluarga pasien atau pasien yang
memenuhi kriteria fast track yaitu:
A. Indikasi non medis
Pasien usia diatas 65 tahun.
Pasien yang menggunakan kursi roda, brankart.
Pasien dengan prioritas.
B.  Indikasi Medis
1) Batuk hebat tidak berhenti – henti
2) Pernafasan> 24x/menit dewasa, > 30 x/menit anak, >40 x/menit bayi,
3) Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
4) Nadi> 120x/menit
5) Anak – anak rewel dengan suhu>38 C
6) Pasien dari Unit Layanan Terpadu – Perlindungan Sosial Anak
Integratif Tulungagung (PSAI)
5. Dalam keadaan tertentu PORTIR(security) dapat mengantarkan pasien yang
mendapat kartu fast track ke poliklinik yang dituju dan keluarga pasien menuju loket
pendaftaran fast track rawat jalan.
6. Petugas pendaftaran melakukan entry data pasien fast track ke dalam Sistem
Informasi Managemen Rumah Sakit (SIMRS).
7. Petugas rekam medis mendahulukan mencarikan berkas pasien yang ada bertanda
fast track.
8. Petugas rekam medis memberi tanda fast track yang ditempel pada berkas rekam
medis pasien dan mendistribusikan ke pelayanan rawat jalan yang dituju.
9. Petugas Instalasi Rawat Jalan mendahulukan pemeriksaan dan pelayanan medis yang
dibutuhkan, dan tetap memberi tanda fast track yang ditempel pada formulir
permintaan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan sesuai dengan perintah dokter.
10. Petugas di pelayanan penunjang mendahulukan pemeriksaan pasien yang membawa
label fast track pada lembar permintaan pemeriksaan.
11. Dokter menyimpulkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan, serta menentukan tindakan selanjutnya, yakni:
a. Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan
b. Rawat inap ruang biasa
c. Rawat inap ruang khusus atau intensive
d. Konsultasi atau alih rawat ke spesialis lain
e. Di rujuk ke rumah sakit lain
Unit Terkait :
1. Intalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. InstalasiRekamMedis
4. InstalasiLaboratorium
5. InstalasiFarmasi
6. InstalasiRadiologi
7. InstalasiParaklinik

Hospital Case Manager – Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien Rumah Sakit.
Bab 1 – Definisi.
– Apakah Manajemen Pelayanan Pasien ?
 Suatu proses kolaboratif mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi
asuhan, evaluasi dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan
pasien dan keluarganya yang komprehensif, melalui komunikasi dan sumber daya
yang tersedia sehingga memberi hasil (outcome) yang bermutu dengan biaya-efektif.
(Sumber : CSMA – Case Management Society of America, 2010)
 Suatu model klinis untuk manajemen stratejik mutu dan biaya pelayanan, dibuat
untuk memfasilitasi hasil pasien yang diharapkan dalam lama perawatan yang layak /
patut dan dengan manajemen sumber daya yang sesuai. (Cesta, 2009)
– Manajer Pelayanan Pasien – MPP (Case Manager) adalah professional di rumah sakit yang
melaksanakan manajemen pelayanan pasien.
– Asesmen utilitas : kegiatan mengevaluasi utilisasi / pemanfaatan sumber daya.
 

Bab 2 – Ruang Lingkup.


– PELAYANAN FOKUS PADA PASIEN (PATIENT CENTERED CARE).
Manajemen pelayanan pasien bersumber dari konsep pelayanan fokus pada pasien (PFP).
Inti konsep PFP terdiri dari 4 elemen :
 1. Martabat dan Respek.
– Pemberi pelayanan kesehatan mendengarkan, menghormati dan menghargai
pandangan dan pilihan pasien serta keluarga.
– Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien dan keluarga
dimasukkan dalam perencanaan pelayanan dan pemberian pelayanan kesehatan
 2. Berbagi informasi.
– Pemberi pelayanan kesehatan mengkomunikasikan dan berbagi informasi secara
lengkap dengan pasien dan keluarga
– Pasien dan keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap, dan akurat
 3. Partisipasi.
Pasien dan keluarga didorong dan didukung untuk berpartisipasi dalam asuhan dan
pengambilan keputusan serta pilihan mereka
 4. Kolaborasi / kerjasama.
Pasien dan keluarga adalah mitra pemberi pelayanan kesehatan. Pemberi pelayanan
kesehatan bekerjasama dengan pasien dan keluarga dalam pengembangan,
implementasi dan evaluasi kebijakan dan program.
– TUJUAN.
Tujuan MPP adalah untuk melibatkan pasien dalam asuhan yang dialaminya. Bilamana pasien
merasa menjadi bagian dalam keputusan pengobatan dan rencana asuhan, maka mereka akan
memperoleh manfaat. Hal yang sama juga berlaku bagi keluarganya. Bila keluarga yang
mempunyai relasi erat, suatu kemitraan dengan rumah sakit yang melayani orang yang mereka
kasihi, mereka akan kurang merasa khawatir tentang logistik dan akan lebih banyak fokus
terhadap kesehatan pasien.
– HUBUNGAN PROFESIONAL.
Para MPP harus mempunyai hubungan kerja profesional dengan para dokter dan staf klinis.
Mereka juga harus terbiasa dengan pelayanan penagihan (billing), pelayanan bantuan finansial,
bantuan/dukungan dari komunitas serta pelayanan kerohanian.
– HUBUNGAN DENGAN PASIEN.
Penting bagi para MPP untuk memiliki relasi dengan pasien dan keluarga. MPP perlu
memelihara rasa saling percaya yang menunjukkan kepada pasien bahwa mereka terlibat untuk
manfaat dan kepentingan pasien. Untuk itu MPP perlu memperhatikan secara aktif kebutuhan
dan keinginan pasien.
– KELOMPOK PASIEN.
MPP sebaiknya memberikan perhatian lebih kepada pasien-pasien dalam kelompok : anak-anak,
usia lanjut, dan yang dengan penyakit kronis.
Dalam pelaksanaan manajemen pelayanan pasien, MPP dapat menangani 25 – 50 pasien,
tergantung kondisi kerumitan, sistem pelayanan klinis, budaya kerja rumah sakit.
– FUNGSI MANAJER PELAYANAN PASIEN.
 1. Asesmen utilitas. Mampu mengakses semua informasi dan data untuk
mengevaluasi manfaat/utilisasi, untuk kebutuhan manajemen pelayanan pasien.
(Semua informasi dan data akurat, lengkap yang mudah diakses tentang kebutuhan
klinis, finansial, serta sosial pasien).
 2. Perencanaan. Dengan asesmen yang lengkap, disusun perencanaan untuk
pelaksanaan manajemen pelayanan pasien. Perencanaan tsb mencerminkan
kelayakan/kepatutan dan efektivitas-biaya dari pengobatan medis dan klinis serta
kebutuhan pasien untuk mengambil keputusan.
 3. Fasilitasi. Tugas ini mencakup interaksi antara MPP dan para anggota tim pemberi
pelayanan kesehatan, perwakilan pembayar, serta pasien/keluarga yang
mencari/menginginkan pembebasan dari hambatan namun dapat mempengaruhi
kinerja/hasil, serta menjaga kontinuitas pelayanan.
 4. Advokasi. Mewakili kepentingan pasien adalah inti dari peran MPP. Tetapi peran
ini juga menjangkau pemangku kepentingan lain. MPP diharapkan melakukan
advokasi untuk opsi pengobatan yang dapat diterima setelah berkonsultasi dengan
DPJP, termasuk rencana pemulangan yang aman. Advokasi perlu
mempertimbangkan sistem nilai pasien, kemampuan finansial termasuk atas jaminan
pembiayaan, pilihan, serta kebutuhan pelayanan kesehatannya
– TANGGUNG JAWAB
MPP dapat bertanggung-jawab ke Direktur / Direktur Medis.
– DIAGRAM KOORDINASI – INTEGRASI – KONTINUITAS PELAYANAN.
1. Patient Centered Care (PCC) : Pasien adalah pusat pelayanan;
2. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) diposisikan disekitar pasien, kompetensi memadai, sama
pentingnya pada kontribusi profesinya, tugas mandiri, delegatif, kolaboratif. Pasien adalah
bagian dari Tim, merupakan bagian dari TIm Interdisiplin.
3. Peran & Fungsi DPJP : sebagai Team Leader, Koordinasi dan Revie, Mengintegrasikan
asuhan.
4. PCC merupakan pendekatan modern, inovatif, sudah menjadi trend global dalam pelayanan
RS.
 

Keterangan Diagram :  (silakan lihat Gambar Diagram).


 

BAB 3 – Kualifikasi Manajer Pelayanan Pasien.


– KUALIFIKASI :
1. Dokter Umum atau Perawat dengan pendidikan S 1
2. Pengalaman minimal 3 – 5 tahun dalam pelayanan klinis
a. Dokter : sebagai dokter ruangan
b. Perawat : sebagai kepala ruangan
– PELATIHAN TAMBAHAN
1. Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan klinis terkait dengan penyusunan dan penerapan
SPO Pelayanan Kedokteran yang terdiri dari Panduan Praktik Klinis, Alur Klinis (Clinical
Pathway), Algoritme, Protokol, Standing order.
2. Pelatihan Pelayanan Fokus pada Pasien (PFP) / Patient Centered Care (PCC).
3. Pelatihan tentang perasuransian, jaminan kesehatan nasional, INA-CBG’s.
4. Pelatihan tentang Perencanaan pulang (Discharge planning) untuk kontinuitas pelayanan.
5. Pelatihan Manajemen Risiko.
6. Pelatihan untuk meningkatkan soft skil ( pengetahuan aspek psiko-sosial, hubungan
interpersonal, komunikasi, dsb).
 
Bab 4 – Tata Laksana.
1. Penetapan dan Pengangkatan MPP oleh Direktur
2. Melakukan skrining pasien yang membutuhkan manajemen pelayanan pasien, pada waktu
admisi, atau bila dibutuhkan pada waktu di ruang rawat inap, berdasarkan pasien yang meliputi :
– Risiko tinggi,
– Biaya tinggi,
– Potensi komplain tinggi,
– Kasus dengan penyakit kronis,
– Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek,
– Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat,
– Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya kritis atau yang membutuhkan kontinuitas
pelayanan.
– Kasus komplek / rumit.
3. Setelah pasien ditentukan sebagai klien MPP, maka dilakukan asesmen utilitas dengan
mengumpulkan berbagai informasi klinis, psiko-sosial, sosio-ekonomis, maupun sistem
pembayaran yang dimiliki pasien
4. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaborasi dengan DPJP serta
para anggota tim klinis lainnya, yang mencerminkan kelayakan / kepatutan dan efektivitas-biaya
dari pengobatan medis dan klinis serta kebutuhan pasien untuk mengambil keputusan
5. Melakukan fasilitasi yang mencakup interaksi antara MPP dan DPJP serta para anggota tim
klinis lainnya, berbagai unit pelayanan, pelayanan administrasi, perwakilan pembayar. Fasilitasi
untuk koordinasi, komunikasi dan kolaborasi antara pasien dan pemangku kepentingan, serta
menjaga kontinuitas pelayanan.
6. Memfasilitasi untuk kemungkinan pembebasan dari hambatan yang tidak mempengaruhi
kinerja/hasil
7. Memfasilitasi dan memberikan advokasi agar pasien memperoleh pelayanan yang optimal
sesuai dengan sistem pembiayaan dan kemampuan finansial dengan berkonsultasi dengan DPJP,
memperoleh edukasi yang adekuat, termasuk rencana pemulangan yang memperhatikan
kontinuitas pelayanan dan yang aman
8. Melakukan monitoring dan evaluasi proses-proses pelayanan dan asuhan pasien
9. Ada bukti dokumentasi kegiatan MPP, a.l. termasuk dalam rekam medis seperti pencatatan
dalam formulir edukasi-informasi.
Sekian.

Anda mungkin juga menyukai