Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN KRITERIA MASUK DAN KELUAR

RUANG INTENSIF

RUMAH SAKIT AMALIA MEDIKA


LEMBAR PENGESAHAN

Diverifikasi oleh, Disusun oleh,


Tim Pengendali Dokumen

Ketua dr. ….
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii


PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AMALIA 1
MEDIKA ..............................................................................................................
..................
BAB I KETENTUAN UMUM ................................................................ 2
BAB II KRITERIA INTENSIF DAN SPESIALISTIK............................... 2
BAB III DOKUMEN..................................................................................... 3
BAB IV PENUTUP....................................................................................... 3
Lampiran
I. PENDAHULUAN................................................................................. 4
A. Latar Belakang............................................................................ 4
B. Pengertian................................................................................... 4
II. RUANG LINGKUP.............................................................................. 4
III. KEBIJAKAN............................................................................................ 5
IV TATALAKSANA................................................................................. 5
A. Penetapan Kriteria........................................................................... 5
B. Kriteria/Indikasi Pasien yang Dirawat di Ruang Intensif................ 6
C. Prioritas Masuk Ruang Rawat Intensif............................................ 6
D. Kriteria Untuk Dirawat di Ruang Intensif Berdasar Fungsi Sistem 8
Organ...............................................................................................
E. Kriteria untuk Keluar dari Ruang Intensif 9
F. Kriteria Indikasi Pasien yang Dirawat di Ruang Stroke Unit 12
V. DOKUMENTASI....................................................................................... 13
RUJUKAN......................................................................................................... 14

iii
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AMALIA MEDIKA
Nomor : 282A/RSAM-DIRUT/PD/V/2022
TENTANG
PANDUAN KRITERIA MASUK DAN KELUAR
RUANG INTENSIF

DIREKTUR RUMAH SAKIT AMALIA MEDIKA


Menimbang : a. Bahwa sarana dan prasarana ruang intensif terbatas maka perlu mekanisme
untuk membuat prioritas pasien yang memerlukan perawatan di ruang
intensif dan spesialistik
b. Bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien maka
perlu disusun panduan kriterian masuk dan keluar ruang intensif dan
spesialistik
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan b, perlu adanya peraturan direktur tentang panduan kriteria masuk dan
keluar ruang intensif dan spesialistik
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2094 tentang praktek
kedokteran
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentangKesehatan
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentangRumah
Sakit
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2012
tentang Rahasia Kedokteran
6. Permenkes RI nomor1778/MENKES/SK/XII 2010 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan intensive unit (ICU) dirumah sakit

7. Surat Keputusan direktur utama PT.Amalia Medika nomor,


012/PT.AM/DIRUT/PP/I/2022, tentang Pelayanan Rumah Sakit Amalia
Medika .
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Peraturan Direktur Rumah Sakit Amalia Medika Tentang Panduan Masuk dan
Keluar Ruang Intensif dan Spesialistik

1
BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Unit yang memberikan pelayanan intensif adalah ICU, HCU, PICU, NICU.
2. Kriteria masuk ruang rawat intensif dan spesialistik adalah ukuran yang menjadi dasar
penilaian atau penetapan kapan seorang pasien memerlukan perawatan diruang rawat
intensif dan spesialistik
3. Kriteria keluar adalah kapan seorang pasien layak keluar dari ruang rawat intensif dan
spesialistik
4. Pasien sakit kritis adalah Pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter,
perawat, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan berkelanjutan, serta memerlukan
perhatian yang teliti, agar dapat dilakukan pengawasan yang ketat dan terus menerus serta
terapititrasi.
5. Pasien yang dalam bahaya adalah mengalami dekompensasi fisiologis sehingga memerlukan
pemantauan ketat dan terus menerus serta dilakukan intenvensi segera untuk mencegah
timbulnya penyulit yang merugikan.
6. Perawatan paliatif adalah perawatan yang bisa didapatkan para pasien yang menderita
penyakit kronis dengan stadium lanjut, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Peningkatan hidup dilakukan dengan cara pendekatan dari sisi psikologis,
psikososial, mental serta spiritual pasien, sehingga membuat pasien lebih tenang, bahagia,
serta nyaman ketika menjalani pengobatan

BAB II

KRITERIA INTENSIF DAN SPESIALISTIK

Pasal 2

1. Kriteria masuk dan keluar ICU,HCU, PICU, NICU berdasarkan kriteria prioritas,
diagnostik, parameter obyektif, serta kriteria berbasis fisiologi dan kualitas hidup (quality of
life).
2. Rumah sakit Amalia Medika tidak melakukan riset
3. Staf medis yang kompeten dan berwenang dari unit intensif atau unit spesialistik dan unit
terkait terlibat dalam menentukan kriteria.
4. Staf terlatih untuk melaksanakan kriteria.
2
BAB III

DOKUMEN

Pasal 3

1. Kriteria masuk dan keluar ruang perawatan intensif atau spesialistik tercacat dalam rekam
medis pasien.
2. Catatan medik pasien yang diterima masuk di atau keluar dari unit intensif atau unit
spesialistik memuat bukti bahwa pasien memenuhi kriteria masuk atau keluar.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 4

Peraturan Direktur Rumah Sakit Amalia Medika ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Pangkalan Kerinci


Pada tanggal : 23 Mei 2022
Direktur Rumah Sakit Amalia Medika

dr. Mujaddid Abdi

3
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AMALIA MEDIKA
NOMOR : 282A/RSAM-DIRUT/PD/V/2022
TENTANG : PANDUAN KRITERIA MASUK DAN KELUAR
RUANG RAWAT INTENSIF

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Unit yang memberikan pelayanan intensif (ICU,HCU, PICU, NICU)) merupakan
unit yang mahal dan biasanya menempati ruangan dengan staf terbatas. Setiap
Rumah Sakit harus menetapkan kriteria untuk menentukan pasien yang
membutuhkan tingkat pelayanan yang tersedia di unit unit tersebut. 
Dangan mempertimbangkan bahwa pelayanan di unit spesialistik menghabiskan
banyak sumber daya, Rumah Sakit mungkin membatasi hanya pasien dengan
kondisi medik yang reversibel saja yang dapat diterima masuk dan pasien kondisi
khusus termasuk menjelang akhir kehidupan, sesuai dengan peraturan per
Undang Undangan. Agar konsisten, kriteria menggunakan prioritas atau
parameter diagnostik dan atau parameter obyektif termasuk kriteria berbasis
fisiologis.
B. Pengertian
Kriteria masuk ruang rawat intensif atau spesialistik adalah ukuran yang
menjadi dasar penilaian atau penetapan kapan seorang pasien memerlukan
perawatan diruang rawat intensif atau spesialistik dan kapan seorang pasien
layak keluar dari ruang rawat intensif atau spesialistik.
Ruang intensif atau spesesialistik mampu menggabungkan teknologi tinggi dan
keahlian khusus dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat.
Pelayanan ruang intensif diperuntukan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien
yang sakit kritis. Tujuan dari pelayanan adalah memberikan pelayanan medik
yang tertitrasi dan berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan .
II. RUANG LINGKUP
Ruang rawat intensif meliputi: ICU, PICU, NICU, HCU
III. KEBIJAKAN
1. Permenkes RI nomor 1778/MENKES/SK/XII 2010 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan intensive unit (ICU) dirumah sakit

4
2. Direktorat jendral pelayanan kesehatan kementrian kesehatan indonesia,
standatr ekreditasi rumah sakit tahun 2022.
IV. TATALAKSANA
A. Penetapan kriteria
1. Mereka yg berasal dari unit unit Gawat Darurat, intensif atau layanan
spesialistik berpartisipasi menentukan kriteria. Kriteria digunakan untuk
menentukan penerimaan langsung di unit, misalnya masuk dari unit
Gawat Darurat.
a. Dokter unit terkait
b. Perawat unit terkait
c. Kepala unit terkait
2. Kriteria juga digunakan untuk masuk dari unit-unit didalam atau dari luar
Rumah Sakit, seperti halnya pasien dipindah dari Rumah Sakitlain.
3. Pasien yang diterima masuk di unit intensif atau stroke unit memerlukan
asesmen dan evaluasi ulang untuk menentukan apakah kondisi pasien
berubah sehingga tidak memerlukan lagi pelayanan spesialistik.
Misalnya, jika status fisiologis sudah stabil dan monitoring intensif baik,
tindakan lain tidak diperlukan lagi.
4. Ataupun jika kondisi pasien menjadi buruk sampai pada titik pelayanan
intensif atau tindakan khusus tidak diperlukan lagi, pasien kemudian
dapat dipindah ke unit layanan lebih rendah seperti ruang perawatan
biasa.
5. Kriteria untuk memindahkan pasien dari unit khusus ke unit pelayanan
lebih rendah harus sama dengan kriteria yang dipakai untuk
memindahkan pasien ke unit pelayanan berikutnya. Misalnya, jika
keadaan pasien menjadi buruk sehingga pelayanan intensif dianggap tidak
dapat menolong lagi, maka pasien masuk ke ruang perawatan
biasa/paliatif dengan menggunakan kriteria.
Pasien sakit kritis meliputi :
1. Pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter,
perawat, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan berkelanjutan,
serta memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat dilakukan pengawasan
yang ketat dan terus menerus serta terapi titrasi
2. Pasien pasien yang dalam bahaya, mengalami dekompensasi fisiologis
sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta
5
dilakukan intenvensi segera untuk mencegah timbulnya penyulit yang
merugikan.

B. Kriteria atau indikasi pasien yang dirawat di ruang intensif


1. Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care
2. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi system organ tubuh secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan
yang konstan dan metode terapi titrasi
3. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontiniu dan tindakan
segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis sebelum
pasien dimasukan ke ruang rawat intensif, pasien dan/atau keluarga harus
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan
mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ruang rawat intensif,
serta tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien
dirawat diruang rawat intensif. Penjelasan tersebut diberikan oleh DPJP
atau dokter jaga. Atas penjelasan tersebut pasien dan/atau keluarganya
dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat diruang rawat
intensif.
Bila kebutuhan masuk ruang rawat intensif melebihi tempat tidur yang
tersedia, penentuan pasien mana yang didahulukan untuk rawat diruang
intensif berdasarkan prioritas kondisi medik. Ada tiga prioritas yaitu
prioritas 1, prioritas 2, dan prioritas 3, pasien yang memerlukan terapi
intensif (prioritas 1) didahulukan di bandingkan pasien yang memerlukan
pemantauan intensif (prioritas 3). Penilaian objektifitas beratnya penyakit
dan prognosis hendaknya digunakan untuk menentukan prioritas masuk
ruang rawat intensif.

C. Prioritas masuk ruang rawat intensif


1. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti : dukungan/bantuan
ventilasi dan alat bantu suportif organ/sistim yang lain, infuse obat obat
vasoaktif kontinyu, obat antiaritmia kontinyu, pengobatan kontinyu
tertitrasi, dan lain lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca
6
bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit yang mengancam nyawa. Terapi pada pasien prioritas
1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas
2. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ruang intensif,
sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera,
misalnya pamantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter.
Contoh pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit
dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami
pembedahan mayor. Terapi pada pasien prioritas 2 (dua) tidak
mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah
3. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis , yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit
akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau
manfaat terapi diruang intensif pada golongan ini sangat kecil. Contoh
pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit
infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan nafas, atau pasien penyakit
jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.
Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan
akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi
atau resusitasi jantung paru
4. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, indikasi masuk pada beberapa golongan
pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien pasien golongan
demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ruang intensif agar
fasilitas ruang intensif yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk
pasien prioritas 1, 2, 3 ( satu, dua, tiga ).
Pasien yang golongan demikian antara lain:
a. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi
tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang
aman” saja. Hal ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah
“DNR ( do not resuscitate)”. Sebenarnya pasien ini mungkin
mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ruang
intensif untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
7
b. Pasien dalam keadaan vegetative permanen
c. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien
pasien seperti ini dapat dimasukan ke ruang intensif untuk
menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor organ

D. Kriteria untuk dirawat di ruang intensif


1. Parameter diagnostik dan objektif
a. PPOK
b. Pnemonia berat
c. Asma
d. Retensi CO2
e. Gawat Nafas
f. Stroke
g. CKD
h. Epilepsi
i. KAD
j. DSS
k. Gangguan Elektrolit, Koma Hiperglikemi
l. Syok Sepsis
m. Malaria Cerebral
n. Syok (Hipovolemik, Anafilaktik, Neurogenik, Kardiogenik)
o. Gagal Jantung Akut
p. Post RJP
q. Aritmia Maligna (AF, SVT)
r. Pericardial Efusi dengan Tamponade Jantung
s. Trauma Elektrik
t. KET
u. Eklamsia
v. CKS, CKB
w. Cedera Tulang Leher/ Cidera Tulang Belakang
x. Post Operasi Pasca Bedah Syaraf (Kraniotomi, Kraniaktomi, EFD)
y. Epitaksis Provos
z. Perawatan Trakeostomi
2. Prioritas Masuk ICU
a. Prioritas 1 (Satu)
8
Pasien kritis tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi,
memerlukan ventilasi mekanik, obat vasoaktif kontinyu dan obat anti
aritmia
b. Prioritas 2 (Dua)
Pasien yang memerlukan observasi ketat dan kondisinya sewaktu-
waktu dapat berubah
c. Prioritas 3 (Tiga)
Pasien dengan penyakit primer berat atau terminal dengan komplikasi
penyakit akut, kritis yang memerlukan pertolongan untk penyakti
kritisnya tetapi tidak sampai intubasi dan RJP

E. Kriteria untuk keluar dari ruang intensif (ICU)


Bila indikasi untuk semua tindakan diruang intensif tidak dibutuhkan lagi
seperti pemantauan invasif, intervensi invasive, maka pasien layak keluar dari
ruang intensif. Prioritas pasien dipindahkan dari ruang intensif berdasarkan
pertimbangan medis oleh DPJP

Kriteria keluar dari ruang intensif didasarkan atas:


1. Parameter hemodinamik stabil
2. Status respirasi stabil (tanpa ETT, jalan nafas bebas, gas darah normal)
3. Kebutuhan suplementasi oksigen minimal (tidak melebihi standar yang
dapat dilakukan diluar ruang intensif pediatrik)
4. Tidak lagi dibutuhkan tunjangan inotropik, vasodilator, antiaritmia, atau
bila masih dibutuhkan, digunakan dalam dosis rendah dan dapat diberikan
dengan aman diluar ruang intensif
5. Disaritmia jantung terkontrol
6. Alat pemantau tekanan intrakranial invasif tidak terpasang lagi
7. Neurologi stabil kejang terkontol
8. Kateter pemantau hemodinamik telah dilepas
9. Pasien dengan trakeomalasia, tidak lagi membutuhkan pengisapan lendir
10. Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian bersama dan
menyepakati bahwa tidak lagi ada keuntungannya untuk tetap
mempertahankan pasien di ruang intensif
F. Kriteria untuk masuk dari ruang intensif (HCU)
1. Perdarahan saluran bagian atas tanpa hipotensi

9
2. DM pemebrian insulin yang konstan
3. Anemia dengan hemodinamik stabil
4. Pasca kemoterapi
5. Ketoasidosis metabolik
6. Gangguan elektrolit
7. CHF kelas I dan II
8. Hipertensi emergency tanpa ada gagal organ
9. Cidera sumsung tulang belakang bagian leher stabil
10. Trauma kepala dan peningkatan hemodinamik stabil
11. Pre eklamsi pasca persalinan
G. Kriteria untuk kelar dari ruang intensif (HCU)
1. Hemodinamik stabil
2. Tanpa ETT, jalan nafas bebas
3. Tidak menggunakan obat inotropik, vasodilator, anti aritmiaatau bila
dibutuhkan digunakan dalam dosis rendah dan dapat diberikan dengan
aman diluar ruang intensif
4. Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian bersama dan
menyepakati bahwa tidak lagi ada keuntungannya untuk tetap
mempertahankan pasien di ruang intensif
H. Kriteria untuk masuk dari ruang intensif (NICU)
1. Kelahiran preterm <34 minggu dan BB < 1800gr
2. Bayi prematur dengan penyakit jantung bawaan
3. Setelah dilakukan resusitasi berkepanjangan
4. Bayi yang memerlukan pembedahan
5. Hipoglikemi GDS <1mm/L
6. Hiperbilirubin yang membutuhkan transfusi tukar
7. Kelainan kongenital berat
8. BBL yang PH <7 tanpa melihat usia gestasi
9. ARDS, kelainan jantung
10. Bayi perlu pemantauan terus menerus
11. Bayi mengalami periode apnea dan sianotic
12. Obstruksi usus
13. Masalah pemberian nutrisi yang berat
I. Kriteria keluar dari ruang rawat NICU
1. Hemodinamik stabil
10
2. Minum aktif
3. Tidak memerlukan ventilasi mekanik
J. Kriteria untuk masuk dari ruang intensif (PICU)
1. Berdasarkan parameter diagnostik dan objektif
a. Asma, Gagal nafas
b. Obstruksi total
c. Memerlukan ventilasi mekanik
d. Syok
e. Pasca RJP
f. Kelainan jantung bawaan
g. Gangguan kesadaran
h. Kejang
i. Trauma spinal
j. Perawatan praoperasi bedah saraf
k. Gagal hati akut
l. Gangguan elektrolit
m. Ketoasidosis diabetik
n. Transfusi tukar
o. CKD
p. Anemia berat
q. Pasca endoskopi darurat
2. Berdasarkan prioritas
a. Prioritas 1 (satu)
Anak sakit kritis yang dengan terapi intensif dapat sembuh sempurna
dan dapat tumbuh dan berkembang sesuai potensi genetiknya
b. Prioritas 2 (dua)
Anak sakit kritis dengan penyakit dasar yang secara medis saat ini
belum dapat ditanggulangi namun dengan terapi intensif dapat
menanggulangi keadaan kritis sepenuhnya, sehingga anak kembali
pada keadaan sebelum dirawat di PICU
c. Prioritas 3 (tiga)
Anak sakit kritis dengan prognosis sangat buruk sehingga dengan
terapi intensif pun proses kematian tidak dapat dicegah.
K. Kriteria untuk keluar dari ruang intensif (PICU)
1. Hemodinamik stabil
11
2. Status respirasi stabil, tanpa ETT
3. Kebutuhan oksigen sudah minimal
4. Tidak diperlukan obat inotropik/vasodilator/antiaritmia
5. Neorologi stabil
L. Kriteria atau indikasi pasien yang dirawat di ruang stroke unit
1. Kriteria masuk
Penentuan indikasi masuk pasien di ruang unit stroke ditentukan
berdasarkan kriteria sebagai berikut
a. Pasien dengan keluhan anggota bagian tubuh lemah atau susah
digerakan, kesulitan berbicara dan atau pasien dengan diagnosa
stroke akut
b. Hasil Ct.Scan menunjukan ada iskemik dan atau perdarahan otak
c. Pasien dalam fase akut serangan yang terjadi lebih dari 1 jam s/d 7
hari )
d. Pasien yang membutuhkan pemantauan ketat
e. ROSIER Score > 0 kecurigaan akan stroke tinggi
f. TIA yang berulang
2. Kriteria keluar
a. Pasien sudah stabil, tidak membutuhkan pemantauan ketat lagi
b. Kondisi pasien memburuk dan memerlukan perawatan diruang
intensif
c. Pasien stroke dengan penyakit penyerta pada fase terminal seperti
kanker stadium akhir
d. Pasien/keluarga yang menolak dirawat di unit stroke

IV. DOKUMENTASI
1. Surat persetujuan dirawat dirumah sakit Amalia Medika: pernyataan
persetujuan dari keluarga untuk dirawat di ruang intensif berserta semua
tindakan yang menyertainya.
2. Surat persetujuan tindakan kedokteran (Informed consent)
3. Formulir transfer pasien didalam Rumah sakit

12
Ditetapkan di : Pangkalan Kerinci
Pada tanggal : 23 Mei 2022
Direktur Rumah Sakit Amalia Medika

Dr. Mujaddid Abdi

Rujukan

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Intensive
Care Unit (ICU) di Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan Kedokteran.

13
3. Direktorat jendral pelayanan kesehatan kementrian kesehatan indonesia,
standatr ekreditasi rumah sakit tahun 2022.

14

Anda mungkin juga menyukai