Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga
Rumah Sakit Ibu dan Anak Livasya dapat menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan Unit Rawat
Inap. Buku pedoman ini digunakan sebagai pegangan dalam memberikan pelayanan di Unit Rawat
Inap di Rumah Sakit Umum Medimas.
Buku pedoman ini dibuat sesuai dengan ruang lingkup di Unit Rawat Inap. Namun demikian tidak
tertutup kemungkinan masih adanya beberapa kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
masukan dari semua pihak selalu diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya.
Kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi demi terwujudnya Buku Pedoman Pelayanan Unit
Rawat Inap ini kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
BAB III 8
STANDAR FASILITAS...................................................................................
BAB IV 16
TATA LAKSANA PELAYANAN.....................................................................
BAB V 42
LOGISTIK............................................................................................
BAB VI 47
KESELAMATAN PASIEN..........................................................................
BAB VIII 69
PENINGKATAN MUTU PELAYANAN UNIT RAWAT INAP...............
BAB IX 73
PENUTUP..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi tema utama diseluruh dunia.
Dengan tema ini, pelayanan kesehatan dan kelompok profesional kesehatan sebagai
pemberi pelayanan harus menampilkan akuntabilitas sosial mereka dalam memberikan
pelayanan yang mutakhir kepada konsumen yang berdasarkan standar profesionalisme,
sehingga diharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat. Sebagai konsekuensinya
peningkatan kinerja memerlukan persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan
pekerjaan yang berdasarkan standar tertulis. Dalam pelayanan keperawatan di rawat Inap,
standar sangat membantu perawat untuk mencapai asuhan yang berkualitas, sehingga
harus berfikir realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap semua aspek asuhan
yang berkualitas tinggi namun keberhasilan dalam mengimplementasikan standar sangat
tergantung pada individu itu sendiri, usaha bersama dari semua staf serta partisipasi dari
seluruh anggota profesi.
Pelayanan rawat Inap di Rumah Sakit perlu di tingkatkan dan dikembangkan
secara berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan, pengobatan,
perawatan ke pasien baik dengan penyakit menular atau penyakit tidak menular. Standar
yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatif yang tepat seperti
yang tercantum dalam standar pelaksanaannya. Standar selalu berhubungan dengan mutu
karena standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan yang
akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai. Standar merupakan pernyataan-pernyataan
tertulis mengenai harapan-harapan singkat keterampilan dan kompetensi untuk
memastikan pencapaian suatu hasil tertentu.
B. TUJUAN
Umum :
Memberikan gambaran pelayanan kesehatan di rawat di Unit Rawat Inap yang bermutu dan
berorientasi pada keselamatan pasien.
Khusus :
1. Tersedianya acuan pedoman pelayanan rawat inap
2. Tesedianya acuan system penerimaan pasien
3. Tersedianya acuan dalam melakukan monitoring dan evalusi
4. Tersedianya acuan mutu pelayanan rawat inap
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik
Kedokteran
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 kesehatan
4. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 43 tahun 2016 tentang standar pelayanan
minimal kesehatan
B. Distribusi Ketenagaan
1. Tenaga keperawatan
Cara perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan (DepKes RI, 2005)
a. Pengelompokan unit kerja rumah sakit
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) harus memperhatikan
unit kerja yang ada di rumah sakit.
Loss day =
x jumlah perawat yang diperlukan
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar
Jumlah hari kerja efektif
C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan jaga perawat ruangan
Pengaturan jaga perawat diatur oleh peraturan rumah sakit yang di konversikan oleh
kepala ruangan masing-masing dengan system 3 shift yaitu :
A. Denah Unit Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak LivasyaCirebon
1. Denah Ruang Instalasi Rawat Inap lantai 2
Keterangan :
Instalasi rawat inap lantai 2 terdiri dari :
1. Isolasi : 201
2. Superior Dewasa/ BPJS Kelas 3 : 208A,208 B,209 A,209 B,210 A,210 B,211 A,211 B,212 A,
212 B,213A, 213B,214 A,214 B,215 A,215 B
3. Superior Anak/BPJS Kelas 3 : 216 A,216 B,217A,217 B,218 A,218 B,219 A, 219 B, 220 A,
220 B,221 A,221 B, 222A, 222B,223 A,233B
4. Duluxe 2 Dewasa/ BPJS Kelas 2 : 202 A.202 B,203 A,203 B, 204A, 204 B
5. Duluxe 2 Dewasa/ BPJS Kelas 2 : 205 A, 205 B,206 A,206 B, 207 A,207 B
Keterangan :
Instalasi rawat inap lantai 2 terdiri dari :
1. VIP Dewasa :305,306,307
2. VIP Anak : 301, 302, 303,304
3. Duluxe 1 Dewasa/ BPJS Kelas 1 : 311 A, 311B, 312 A, 312 B, 313 A, 313 B
4. Duluxe 1 Dewasa/ BPJS Kelas 1 : 314 A, 314 B, 315 A, 315 B, 316 A, 316 B
Pelayanan bedah
Pelayanan farmasi
DPJP, PPJP, Farklin, Dietsien Pelayanan ICU
Pelayanan Rehab Medik
Pelayanan terintegrasi Pelayanan Gizi
Kerohanian
Rujuk
Perbaikan Pulang
Meninggal
Admnistrasi
Pulang
Standar bangunan dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi persyaratan minimal
sesuai dengan tabel dibawah :
No Nama Ruang Luas Satuan
1. Ruang rawat inap :
VIp 18 M2
Kelas I 12 M2
Kelas II 10 M2
Kelas III 8 M2
2. Ruang pos perawat 20 M2
3. Ruang konsultasi 12 M2
4. Ruang tindakan 24 M2
5. Ruang administrasi 9 M2
6. Ruang dokter 20 M2
7. Ruang perawat 20 M2
8. Ruang ganti/loker 9 M2
9. Ruang kepala rawat inap 12 M2
10. Ruang linen bersih 18 M2
11. Ruang linen kotor 9 M2
12. Spoolhoek 9 M2
13. Kamar mandi/Toilet 2,5 M2
Persyaratan khusus
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK LIVASYA
14
1. Tipe ruang rawat inap, terdiri dari :
a) Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar disertai ruang yang berisi 1
tempat tidur untuk penunggu (VIP)
b) Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (kelas 1)
c) Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (kelas 2)
d) Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (kelas 3 )
2. Khusus untuk pasien- pasien tertentu haru dipisahkan (Ruang Isolasi), seperti :
a) Pasien yang menderita penyakit menular
b) Pasiendengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti penyakit
tumor,gangrein,diabetes dan sebagainya)
c) Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan).
Keseluruhan ruang-ruang ini harus terlihat jelas dalam kebutuhan jumlah dan
jenis pasien yang akan dirawat.
Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak LivasyaCirebon terdiri dari 2 lantai
meliputi ;
Lantai 1 meliputi 3 ruang VIP, 7 ruang kelas I
Lantai 2 meliputi 2 ruang kelas I, 6 ruang kelas II, 3 ruang kelas III dan 4 ruang isolasi
B. STANDAR FASILITAS
1. Standar alat yang ada di ruangan rawat inap masing-masing meliputi :
a. Tempat tidur khusus
b. Alat pengukur tekanan darah
c. Thermometer
d. Pulse oxymetri
e. EKG
f. Film viewer
g. Oksigen sentral
h. Lampu sorot
i. Emergency trolley yang berisi alat dan obat untuk keadaan emergency : Airway,
laringoskop, ambu bag, O 2, adrenalin, dll
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
c. Tata laksana
c. Tata laksana
c. Tata Laksana
1) Setelah mendapat informasi dari kamar UBS bahwa operasi telah selesai, perawat
ruangan menjemput pasien pasca operasi di kamar UBS.
2) Melakukan serah terima pasien dari perawat UBS kepada perawat ruangan
meliputi :
a. Kelengkapan rekam medis,laporan operasi,laporan anestesi,dan
instruksi post operasi.
b. Membacakan semua instruksi dokter Operator dan dokter Anestesi secara
detail.
c. Memberi arahan yang jelas tentang perawatan post operasi seperti :
cairan infus,Drain dan perawatan luka dll.
3) Perawat ruangan membawa kembali pasien ke ruang perawatan semula.
4) Bila pasien pasca bedah memerlukan perawatan intensif maka perawat kamar
UBS, penata anestesi dan dokter anestesi mengirim pasien ke ruang perawatan
intensif.
c. Tata laksana
3) Untuk pasien yang tidak bisa berjalan, evakuasi dilakukan dapat dengan
menggunakan kursi roda, digendong atau menggunakan bed yang dilakukan oleh
A. Latar Belakang
Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan factor-faktor antara
lain Man, Money, Machine, Methode dan Material. Pengelolaan yang seimbang dan baik dari
kelima factor tersebut akan memberikan kepuasan kepada kostumer baik kostumer internal
maupun eksternal.
Rumah sakit yang telah terakreditasi seharusnya telah memiliki pengelolaan yang baik dan
terstandar termasuk lima factor tersebut. Pada kesempatan ini, akan membahas secara khusus
tentang pengelolaan Material atau logistic keperawatan.
Keberhasilan pengelolaan logistik rumah sakit tergantung pada kompetensi dari manajer
logistik rumah sakit. Manajer berfungsi untuk mengelola logistik melalui fungsi antara lain
mengidentifikasi, merencanakan pengadaan, pendistribusian alat hingga mengembangkan
sistem pengelolaan logistik yang efektif dan efisien. Pengadaan alat yang tepat dan berfungsi
dengan baik akan memperlancar kegiatan pelayanan pasien sehingga berdampak bagi
peningkatanmutu pelayanan secara umum.
Manajer logistik juga harus mampu mengantisipasi kejadian darurat, membuat skala
prioritas serta melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan umum rumah
sakit. Manajemen logistik juga harus mencapai efisiensi dan efektifitas. Manajer logistik
memiliki kemampuan untuk mencegah atau meminimalkan pemborosan, kerusakan,
kadaluarsa, kehilangan alat tersebut yang akan memiliki dampak kepada pengeluaran ataupun
biaya operasional rumah sakit. Menurut pemanfaatannya, bahan atau alat yang harus
disediakan rumah sakit dikelompokkan menjadi persediaan farmasi (antara lain: obat, bahan
kimia, gas medik, peralatan kesehatan), persediaan makanan, persediaan logistik umum dan
teknik.
B. Tujuan
- Form ditandatangani oleh pemohon dan ditandatangani oleh setingkat ka. Unit.
b. Farmasi
Penyediaan farmasi di ruangan terbagi menjadi 2 permintaan , yang pertama
khususnya penyediaaan obat-obat emergency yang ada di ruangan, yang kedua
penyediaan bahan habis pakai selama 1 bulan. Adapun permintaan tersebut
disesuaikan menurut kebutuhan ruangan.S edangkan Obat-obat emergency yang ada
diruangan disediakan menurut permintaan ruangan.
1) Obat-obat emergency antara lain:
Aminophillin Inj 240 mg/10 ml
Atropin sulfate inj 0,25 mg/ml #
Cordarone inj 150 mg/3 ml #
Dexamethason inj 5 mg/ml
Dobutamin inj 250 mg/5 ml #
Dopac inj 200 mg/5ml #
Epinephrine inj 0,1%- 1 mg/ml #
Fargoxin Inj 0,5 mg/2ml #
Farsix inj 20 mg/2ml
Isorbid inj 10 mg/10 ml
Nicardipin inj 10 mg/10 ml
Phenytoin inj 100 mg/2ml #
Valisanbe inj 10mg/2ml #
A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD)
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada
bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti, amputasi
pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya
masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
E. PENCEGAHAN
IPSG (International Patient Safety Goal) adalah salah satu standar mengenai pelayanan
pasien yang dibuat oleh JCI (Joint Comitte International) yang merupakan badan akreditasi
Internasional.Program IPSG ini bertujuan untuk menggalakkan perbaikan dalam aspek keamanan
dan keselamatan pasien saat memperoleh layanan kesehatan di Rumah Sakit.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem di mana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko.Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.
Standar SKP ada 6 (enam) yaitu :
SKP.1 Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar
SKP.2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif
SKP.3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai
SKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan Pada
Pasien Yang Benar
SKP.5 Mengurangi Resiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
SKP.6 Mengurangi Resiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh
Pelaksanaan :
1. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan dengan tujuan identifikasi, lokasi,
penamaan, dan penyimpanan obat-obat risiko tinggi.
2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan.
3. Cairan elektolit terkonsentrasi tidak disediakan pada unit rawat kecuali dibutuhkan dan
dilakukan tindakan untuk mencegah penggunaan yang tidak benar.
4. Cairan elektrolit terkonsentrasi yang disimpan pada ruang rawat diberi label yang jelas
dan disimpan pada tempat dengan akses yang terbatas.
D. SKP.4 Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prodesur yang benar, pembedahan pada
pasien yang benar
Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi secara mengejutkan tidak jarang
terjadi dalam pelayanan kesehatan. Kesalahan ini adalah hasil dari ketidakefektifan atau
kekurangan komunikasi diantara anggota tim operasi, kurang terlibatnya pasien dalam
menandai lokasi operasi, dan kurangnya prosedur verifikasi lokasi operasi. Sebagai tambahan,
pemeriksaan pasien yang inadekuat, rekam medik yang inadekuat, budaya yang tidak
mendukung komunikasi terbuka diantara anggota tim operasi, masalah yang berkaitan
dengan tulisan tangan yang tidak terbaca, dan penggunaan singkatan adalah faktor-faktor
yang turut memiliki kontribusi.
Tujuan proses verifikasi preoperatif adalah untuk
1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang tepat
2. Memastikan seluruh dokumen, foto dan penelitian yang terkait tersedia, dilabel dengan
benar dan terjangkau
3. Verifikasi kebutuhan peralatan spesial dan/atau implant tersedia.
Pelaksanaan
1. Unit pengelola menanamkan proses penilaian risiko pasien jatuh dan peninjauan ulang
jika ada perubahan pada obat-obatan atau kondisi yang dapat memungkinkan pasien
untuk jatuh.
2. Pendataan dan implementasi proses pencegahan pasien yang memiliki risiko yang besar
untuk terjatuh.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1. Pengertian
a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya ditempat kerja,
promosi kesehatan,pengobatan dan rehabilitasi.
a. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Contoh: bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebab
Penyakit akibat kerja (PAK) umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman patogen
yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus
menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anastesi pada hati), faktor ergonomi (cara duduk
yang salah, cara mengangkat pasien salah), faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi
pada sistem reproduksi, radiasi pada sistim produksi sel darah), faktor psikologis
(ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa dll).
Sumber bahaya yang ada dirumah sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan
tingkat resiko,yang merupakan tolak ukur kemungkinan tejadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
a. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
b. Penilaian faktor risiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan penilaian
bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan.
Bahaya –bahaya potensial di rumah sakit berdasarkan lokasi dan pekerjaan diantaranya :
1 FISIK :
IPS-RS, laundri, dapur, CSSD, Karyawan yang bekerja di lokasi
Bising
gedung genset-boiler, IPAL tsb
ruang mesin-mesin dan peralatan
Getaran yangmenghasilkan getaran perawat, cleaning service dll
(ruang gigi dll)
genset, bengkel kerja,
Petugas sanitasi, teknisi gigi,
Debu laboratorium gigi, gudang rekam
petugas IPS dan rekam medis
medis, incinerator
pekerja dapur, pekerja
CSSD, dapur, laundri, incinerator,
Panas laundry,petugas sanitasi dan IP-
boiler, laboratorium.
RS, petugas laboratorium.
Ahli radiologi, radioterapist dan
X-Ray, OK yang menggunakan c-
Radiasi radiografer, ahli fisioterapi dan
arm, ruang fisioterapi, unit gigi
petugas roentgen gigi.
2 KIMIA :
Petugas kebersihan, perawat,
desinfektan Semua area
petugas laboratorium.
Farmasi, tempat pembuangan Pekerja farmasi, perawat,
Cytotoxics
limbah, bangsal petugas pengumpul sampah
Ethylene oxide Kamar operasi Dokter,perawat
Laboratorium, kamar mayat, Petugas kamar mayat, petugas
Formaldehyde
gudang farmasi laboratorium dan farmasi
Methyl :
Petugas/dokter gigi, dokter
Methacrylate, Hg Ruang pemeriksaan gigi
bedah, perawat
(amalgam)
4 ERGONOMIK
Pekerjaan yang
Area pasien dan tempat Petugas yang menangani pasien
dilakukan secara
penyimpanan barang (gudang) dan barang
manual
Postur yang salah
dalam melakukan Semua area Semua karyawan
pekerjaan
Dokter gigi, petugas pembersih,
Pekerjaan yang fisioterapis, sopir, operator
Semua area
berulang komputer, yang berhubungan
dengan pekerjaan juru tulis
5 PSIKOSOSIAL
Seringkontak
dengan pasien,
kerja bergilir, kerja Semua area Semua karyawan
berlebih, ancaman
secara fisik
4. Keselamatan Kerja
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana
dan peralatan kerja. Upaya pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan meliputi :
a. Penetapan tempat beresiko dan Penggunaaan Alat Pelindung Diri
Agar seluruh pegawai, pasien, keluarga pasien, pengunjung dapat mengetahui tempat
tempat berbahaya dilingkungan rumah sakit maka diberikan tanda – tanda atau
petunjuk yang ditempatkan di tempat yang telah ditentukan. Tempat yang dianggap
beresiko diantaranya :
1) Instalasi Radiologi
2) Instalasi Labolatorium
3) Instalasi Farmasi
4) Kamar Operasi
5) Genset
6) Kamar isolasi penyakit menular
7) Tempat dengan ketinggian lebih dari 1 Meter
Selain penetapan tempat beresiko salah satu pemberian rasa aman kepada pekerja,
juga diberlakukan kewajiban untuk menggunakan alat pelindung diri dalam
melakukan setiap kegiatan yang beresiko tinggi menimbulkan penyakit akibat kerja
dan kecelakaan akibat kerja.
2. Kalibrasi
a. Kalibrasi dilakukan secara periodik 1 (satu) tahun sekali pada atau
sesuai dengan kebutuhan yang ada.
b. Pelaksanaan kalibrasi dilakukan oleh pihak luar yang ditunjuk.
c. Pelaksanaan kalibrasi oleh pihak luar dilakukan mengikuti prosedur
Pembelian yang ada yaitu Bagian Logistik mendata alat ukur & monitor
yang harus dilakukan kalibrasi alat ukur & monitor dan mengajukannya
ke Ka. Bag. Perencanaan & Pengembangan untuk dilanjutkan ke Wadir
ADM Umum & Keuangan dalam Form permohonan kalibrasi alat ukur
& monitor untuk disetujui. Bagian Logistik menjadwalkan pelaksanaan
kalibrasi dan mengundang pihak luar yg ditunjuk.
d. Pada saat kalibrasi berlangsung Koordinator/ Ka. Unit/ Bidang unit
pengguna dan petugas PSRS mendampingi pihak luar yang melakukan
kalibrasi.
B. PENYEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan kerja rumah sakit meliputi semua ruangan dan area sekellilingnya yang merupakan
bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja yang dikelola secara komersial,
mempunyai resiko bahaya kesehatan, untuk itu diperlukan panduan untuk memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan sesuai dengan Kemenkes RI No. 261/Menkes/SK/II/1998
tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja.
1. Pengertian
Penyehatanlingkungan rumah sakit adalah segala upaya untuk menyehatkandan
memelihara lingkungan rumah sakit dan pengaruhnya terhadap manusia.
2. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak LivasyaCirebon
a. Penyehatan Air
1) Tersedianya air bersih dengan kapasitas minimal 40 liter/ orang/hari.
2) Limbah Cair
a) Setiap ruang/satuan kerja yang menghasilkan limbah cair (dilengkapi dengan
fasilitas sistem pembuangan limbah cair (perpipaan khusus).
b) Limbah cair diolah di sentral pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke
lingkungan.
c) Pemeriksaan kualitas disalurkan setiap bulan ke laboratorium Referensi
dengan parameter sesuai Kep.Me.LH No. 58 tahun 1995 Untuk keperluan
terbatas intern pemeriksaan kualitas dilakukan oleh IPSRS .
1. Kategori B3
a. Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel radioaktif yang
mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang
dilaluinya. Misalnya sinar x,sinar alfa,sinar beta, sinar gamma dll.
b. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengimbangan
kehilangan panas. Sehingga kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan tekanan
meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah meledak apabila
terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan ledakan.
c. Mudah menyala atau terbakar
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan pengimbangan
kehilanagn panas,sehingga tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan
mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala rendah 21°C.
B. UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK LIVASYACIREBON
1. Definisi Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak LivasyaCirebon
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integrative yang
menyangkut input,proses dan output secara objektif, sistematis dan berlanjut memantau
dan menilai mutu dan kewajaran pelayana terhadap pasien, dan memecahkan masalah-
massalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit Ibu dan
Anak LivasyaCirebon berdaya guna dan berhasil guna.