Disusun Oleh :
Dina Mulia Rahidian P2.06.37.0.18.016
Disusun Oleh :
Dina Mulia Rahidian NIM. P2.06.37.0.18.016
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Menyetujui
Pembimbing Praktik
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengesahkan,
Ketua
Jurusan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
E. KKPMT VII ................................................................................................. 74
1. Pencatatan Kematian ................................................................................................ 74
2. Penyebab Kematian .................................................................................................. 75
3. Sertifikat Kematian Umum ..................................................................................... 76
4. Sertifikat Kematian Perinatal ................................................................................. 90
BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 98
A. HASIL KEGIATAN .................................................................................... 98
1. Gambaran Umum Santosa Hospital Bandung Central.................................... 98
2. Manajemen Mutu dan Informasi Kesehatan (MMIK) III ............................ 100
3. Sistem Pembiayaan Sarana Pelayanan Kesehatan ......................................... 134
4. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, Masalah-masalah yang berkaitan
dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT) V ................................. 152
5. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, Masalah-masalah yang berkaitan
dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT) VI ............................... 154
6. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, Masalah-masalah yang Berkaitan
dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT) VII .............................. 158
B. PEMBAHASAN ........................................................................................ 162
1. Manajemen Mutu dan Informasi Kesehatan (MMIK) III ............................ 162
2. Sistem Pembiayaan Sarana Pelayanan Kesehatan ......................................... 178
3. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, Masalah-masalah yang berkaitan
dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT) V ................................. 181
4. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, Masalah-masalah yang berkaitan
dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT) VI ............................... 186
5. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, Masalah-masalah yang berkaitan
dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT) VII .............................. 200
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 207
A. SIMPULAN ............................................................................................... 207
B. SARAN ...................................................................................................... 210
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 211
LAMPIRAN ....................................................................................................... 213
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1
tentang Rumah Sakit menjabarkan bahwa rumah sakit merupakan institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat. Sejalan dengan peraturan perundang-undangan
tersebut, penyelenggaraan pelayanan kesehatan tak terlepas dari upaya-upaya
berbagai pihak baik dokter, dokter gigi, perawat, ahli gizi, tenaga kefarmasian
juga perekam medis. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekammedis
yang baik dan benar, tidak akan pula tercipta tertib administrasi rumahsakit
yang diharapkan (Depkes, 2006). Terselenggaranya manajemen informasi
kesehatan dimulai dengan dibuatnya rekam medis secara baik dan benar
oleh tenaga kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan yang kemudian
dikelola secara terencana (Hatta, 2010).
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan
kepada pasien, (UU Pasal 46 ayat (1) No 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran). Tujuan rekam medis adalah tercapainya tertib pelayanan
administrasi dalam rangka pelayanan kesehatan rumah sakit. Pengelolaan
rekam medis sudah sewajibnya dilakukan dengan tepat karena menyangkut
keamanan pasien / patient safety yang merupakan pemilik isi rekam medis.
Rumah sakit berkewajiban mengelola berkas rekam medis secara tepat
guna berdasarkan Permenkes No 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis yang
menyebutkan bahwa informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit,
riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga
kerahasiaanya oleh klinik, petugas pengelola dan pimpinan sarana kesehatan.
Selain itu berkas rekam medis dapat dimanfaatkan untuk pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan, alat bukti dalam proses penegakkan hukum,
1
2
7
8
diagnosa dari awal sampai akhir harus konsisten, 3 hal yang harus
konsisten yaitu catatan perkembangan, intruksi dokter, dan catatan
obat.
3) Review pencatatan hal-hal yg dilakukan saat perawatan dan
pengobatan
Rekam medis harus menjelaskan keadaan pasien selama
dirawat, dan harus menyimpan seluruh hasil pemeriksaan dan
mencatat tindakan yang telah dilakukan pada pasien
4) Review adanya informed consent yg seharusnya ada
Pada komponen ini menganalisa surat persetujuan dari pasien
apakah sudah diisi dengan benar dan lengkap sesuai dengan
prosedur dan peraturan yang dibuat secara konsisten
5) Review cara/praktek pencatatan
Pada komponen ini akan dilakukan review cara pencatatan, seperti:
a) Waktu pencatatan: harus ada, tidak ada waktu kosong antara 2
penulisan, khususnya pada saat emergency. Tidak ada
pencatatan pada suatu periode tidak hanya catatannya saja yang
tidak ada tetapi juga meningkatkan resiko kegagalan dalam
pengobatan, dan malpraktek penelitian dilakukan dengan hati-
hati dan lengkap
b) Mudah Dibaca, tulisan harus bagus, tinta yang digunakan harus
tahan lama, penulisan dilakukan dengan hati-hati dan lengkap
c) Menggunakan singkatan yang umum, perlu dibuatkan pedoman
untuk singkatansingkatan yang digunakan sehingga semua tahu
tentang arti singkatan tersebut
d) Tidak menulis komentar/hal-hal yang tidak ada kaitannya
dengan pengobatan pasien /kritikan/hinaan
e) Bila ada kesalahan lebih baik dibiarkan dan kemudian dikoreksi,
jangan di tipp-ex
6) Review hal-hal yg berpotensi menyebabkan tuntutan ganti rugi
10
a) Personal
Perusahaan asuransi akan memberikan perlindungan
kesehatan untuk personal dengan syarat orang tersebut
merupakan warganegara indonesia.
b) Kelompok
Pengertian dari kelompok dapat dari perusahaan, yaitu
perusahaan akan meminta data dari karyawannya atau dari
keluarga akan meminta jumlah keluarga yang ditanggung
asuransinya.
5) Dilihat dari cara penggantian
a) Cashless
Adalah cara penggantian ganti rugi dengan langsung
member kartu anggota asuransi pada rumah sakit rekanan
perusahaan asuransi tersebut.
b) Reimbursment
Adalah cara pengajuan ganti rugi dengan cara nasabah
membayar seluruh biaya perawatan dirumah sakit terlebih
dahulu, setelah dirawat pasien mengurus ke asuransi,
melengkapi dokumen yang diperlukan dan mengajukan ke
perusahaan asuransi untuk meminta ganti rugi pembayaran
rumah sakit.
c. Jenis-jenis Sistem Pembayaran
1) Sistem Pembayaran Retrospektif
Metode pembayaran retrospektif adalah metode
pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien berdasar pada setiap aktifitas layanan yang
diberikan, semakin banyak layanan kesehatan yang diberikan
semakin besar biaya yang harus dibayarkan. Contoh pola
pembayaran retrospektif adalah Fee For Services (FFS) / jasa per
pelayanan, sementara di Indonesia out of pocket / dari kantong
sendiri.
35
e) Global Budget
Merupakan cara pendanaan rumah sakit oleh
pemerintah atau suatu badan asuransi kesehatan nasional
dimana rumah sakit mendapat dana untuk membiayai
seluruh kegiatannya untuk masa satu tahun. Alokasi dan
ke rumah sakit tersebut diperhitungkan dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan tahun sebelumnya,
kegiatan lain yang diperkirakan akan dilaksanakan dan
kinerja rumah sakit tersebut. Manajemen rumah sakit
mempunyai keleluasaan mengatur dana anggaran global
tersebut untuk gaji dokter, belanja operasional,
pemeliharaan rumah sakit dan lain-lain
2. Biling System (Sistem Pembiayaan) Pelayanan Kesehatan
a. Pengertian Biling System
Billing sistem adalah sistem yang berfungsi mengatur
dan memproses semua tagihan yang berkaitan dengan item atau
jasa yang dijual. Khususnya di rumah sakit, item-item tersebut
lebih ditujukan kepada obat-obatan dan tindakan-tindakan medis.
Billing rumah sakit ini akan mencatat dan memproses semua kegiatan
dan charge yang akan dikenakan terhadap pasien, mulai dari
pendaftaran, tindakan di poliklinik, tindakan di penunjang
(laboratorium/radiologi, dll), pemberian dan pemakaian obat-obatan,
dan lain-lain.
b. Jenis Billing System
1) Manual / Stand Alone Bill System, yaitu billing system yang tidak
terintegrasi dengan sistem-sistem lainnya (aplikasi-aplikasi lain).
Pada Billing System jenis ini semua tindakan di poliklinik dan
penunjang dicatat secara manual, lalu diinputkan ke aplikasi oleh
petugas billing, lalu tagihan / invoice bisa dicetak.
41
c) Pada kasus tertentu, tim kendali mutu dan kendali biaya dapat
meminta informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat
penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan Peserta
dalam bentuk salinan/fotokopi rekam medis kepada Fasilitas
Kesehatan sesuai kebutuhan.
4) Verifikasi Klaim Berbasis INA-CBGs
a) Verifikasi Administrasi
Verifikasi administrasi meliputi berkas rawat jalan
dan rawat inap. Berkas klaim Rawat Jalan yang akan
dilakukan verifikasi meliputi Surat Eligibilitas Peserta (SEP),
Bukti pelayanan yang mencantumkan diagnosa dan prosedur
serta ditandatangani oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP), dan pada kasus tertentu bila ada pembayaran klaim
diluar INA CBG diperlukan tambahan bukti pendukung,
yaitu Protocol terapi dan regimen (jadwal pemberian) obat
khusus, Resep alat kesehatan, dan tanda terima alat bantu
kesehatan (kacamata, alat bantu dengar, alat bantu gerak dll).
Berkas klaim verifikasi Rawat Inap meliputi Surat
perintah rawat inap, Surat Eligibilitas Peserta (SEP), Resume
medis yang mencantumkan diagnosa dan prosedur serta
ditandatangani oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP), dan pada kasus tertentu bila ada pembayaran klaim
diluar INA CBG diperlukan tambahan bukti pendukung
protocol terapi dan regimen (jadual pemberian) obat khusus
untuk Onkologi, Resep alat bantu kesehatan (alat bantu
gerak, collar neck, corset, dll), dan tanda terima alat bantu
kesehatan. Tahap verifikasi administrasi klaim meliputi :
(1) Verifikasi administrasi kepesertaan adalah meneliti
kesesuaian berkas klaim yaitu antara Surat Eligibilitas
Peserta (SEP) dengan data kepesertaan yang diinput
dalam aplikasi INA-CBG‘s.
45
d. Terminologi
Salah satu terminologi yang paling umum adalah adanya suffix
yaitu –itis yang artinya radang, contohnya adalah Poli/o/myel/itis.
Namun tidak semua kondisi infeksi selalu ada suffix –itis di akhirnya.
Salah satu contoh penyakit / kondisi karena infeksi diantaranya
1) Cholera : diare akibat infeksi bakteri bernama Vibrio cholerae.
2) Thypus : penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Salmonella thypii.
3) Tuberculosis : penyakit akibat kuman Mycobacterium
tuberculosis.
4) Tetanus : penyakit yang disebavkan oleh infeksi bakteri
Clostridium tetani.
5) Sifilis : penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum.
e. Patofosiologi
Gonorrhea atau kencing nanah terjadi melalui penyebaran
bakteri Neisseria gonorrhoeae melalui penularan secara kontak
seksual atau melalui jalan lahir. Bakteri tersebut akan menyebabkan
infeksi purulen pada membran mukosa. Pada kehamilan, bakteri ini
dapat ditransmisikan kepada bayi pada saat persalinan, yang pada
umumnya menyebabkan inflamasi supuratif pada konjungtiva mata.
f. Koding Kondisi Infeksi
Berdasarkan ICD 10 Edisi tahun 2010 kondisi infeksi terdapat
pada Bab I (A00-B99) mengenai Penyakit terkait infeksi dan parasit
dan dapat terjadi oleh beberapa penyebab seperti bakteri, virus,
mikrobiologi, protozoa, helmintiasis, pediculosis, serta agen infeksi
lainnya yang masing-masing penyebab dikelompokkan pada blok
tertentu.
D. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, Masalah-Masalah yang Berkaitan
dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT) VI
1. Trauma dan Cidera
60
Gambar 2. 1
Formulir Sertifikat Penyebab Kematian Usia > 7 Tahun
2. Penyebab Kematian
Pada tahun 1967, World Health Assembly (WHA) XX
mendefinisikan penyebab kematian yang masuk ke dalam sertifikat
kematian sebagai ―semua penyakit, kondisi sakit, atau cedera yang
menyebabkan atau memudahkan kematian, dan kecelakaan atau kekerasan
yang menyebabkan cedera tersebut‖. Tujuan definisi ini adalah untuk
memastikan agar semua informasi yang relevan tercatat dan agar pembuat
sertifikat tidak memilih beberapa kondisi untuk entri dan menolak kondisi
lain. Definisi ini tidak mencakup gejala atau cara kematian, seperti
kegagalan jantung (heart failure) atau kegagalan pernafasan (Respiratory
Failure).
Konferensi Revisi Internasional 10 tahunan ke-6 menyetujui bahwa
penyebab kematian untuk tabulasi primer harus merupakan penyebab dasar
kematian. Dari sisi pencegahan kematian, perlu dilakukan pemutusan mata
rantai kejadian atau pengobatan pada suatu titik tertentu. Objektif
kesehatan masyarakat yang paling efektif adalah mencegah pencetus
kematian. Untuk itu, WHO mendefinisikan penyebab dasar kematian
(UcoD) sebagai:
76
Gambar 2. 2
Formulir Sertifikat Penyebab Kematian Usia > 7 Tahun
Kondisi yang tercatat pada baris terbawah Bagian I biasanya
merupakan penyebab dasar kematian yang digunakan untuk tabulasi.
Namun prosedur pemilihan (yang diuraikan pada bagian berikut) bisa
menyebabkan kondisi lain dipilih sebagai penyebab dasar. Untuk
membedakan kedua kemungkinan ini, penyebab pendahulu (penyebab
awal) digunakan untuk merujuk ke kondisi yang terletak pada baris
terakhir sertifikat, dan penyebab dasar kematian digunakan bagi
penyebab yang dipilih untuk tabulasi.
Dengan demikian, sertifikat yang lengkap berisi informasi
tentang:
I(a) Penyebab langsung
(b) Penyebab antara dari (a)
(c) Penyebab antara dari (b)
(d) Penyebab dasar dari (c)
78
Jika hanya ada satu langkah pada rantai kejadian, maka satu
entri pada baris I(a) sudah cukup. Kalau lebih dari satu langkah,
penyebab langsung dituliskan pada (a), penyebab pendahulu dituliskan
pada baris terakhir, dan penyebab antara dituliskan pada baris (b) atau
pada baris (b) dan (c). Contoh sertifikat kematian empat langkah
misalnya:
(a) Embolisme paru
(b) Fraktur patologis
(c) Karsinoma sekunder femur
(d) Karsinoma mammae
Bagian II adalah untuk setiap kejadian penting yang membantu
terjadinya kematian, tapi tidak berhubungan dengan penyakit atau
kondisi yang secara langsung menyebabkan kematian.
Setelah kata-kata ―akibat (atau konsekuensi dari)‖ pada
sertifikat, yang dimasukkan bukan saja penyebab langsung atau proses
patologis, tapi juga penyebab tidak langsung seperti kondisi pendahulu
yang menimbulkan kerusakan jaringan atau kegagalan fungsi dan
memudahkan terjadinya penyebab langsung, walau pun intervalnya
telah lama.
Pencatatan perkiraan interval (menit, jam, hari, minggu. bulan
atau tahun) antara awal timbulnya setiap kondisi dengan tanggal
kematian dapat membantu dokter menuliskan rantai kejadian yang
menyebabkan kematian, dan juga berguna untuk membimbing
pengkode untuk memilih kode yang sesuai.
Untuk kasus cedera, ada dua cara pengelompokan yaitu:
1) Menurut jenis cedera (Bab XIX)
2) Menurut penyebab luar cedera (Bab XX)
b. Menentukan Penyebab Dasar Kematian (UCOD)
Kalau hanya satu penyebab kematian yang dilaporkan, maka
penyebab ini yang digunakan untuk tabulasi. Kalau lebih daripada satu
penyebab yang tercatat, langkah pertama dalam memilih penyebab
79
b) Rule 2
Rule 2 berlaku jika tidak ada urutan yang berakhir pada
kondisi yang diisikan pertama pada sertifikat, maka pilihlah
kondisi yang diisikan pertama tersebut.
Contoh: I (a) Pernicious anaemia dan gangrene of foot
(b) Atherosclerosis
Pilihlah pernicious anaemia (D51.0), mengingat tidak
ada urutan yang berakhir dengan pernicious anaemia, sebagai
kondisi yang disebutkan pertama. Contoh lain :
I (a) Fybrocystic disease of the pancreas
(b) Atherosclerosis
Pilihlah Fybrocystic disease of the pancreas (E84.9),
karena tidak ada urutan yang berakhir di kondisi yang
disebutkan pertama.
Pada sejumlah kasus, terdapat kondisi yang dilaporkan
pada Bagian I atau Bagian II yang belum diseleksi
menggunakan Prinsp Umum atau Rule 1 atau Rule 2, tetapi
dengan nyata mengakibatkan kondisi lainnya pada sertifikat.
Dalam hal ini Rule 3 diterapkan.
c) Rule 3
Jika kondisi yang dipilih oleh Prinsip Umum atau oleh
Rule 1 atau Rule 2 jelas merupakan akibat langsung dari
kondisi lain yang dilaporkan pada Bagian I atau II, maka pilih
kondisi lain tersebut. Rule 3 digunakan hanya ketika tidak ada
keraguan tentang hubungan penyebab antara dua kondisi.
Contoh: I (a) Bronchopneumonia
II Secondary anaemia dan chronic lymphatic leukaemia
Pilih chronic lymphatic leukaemia (C91.1).
Bronchopneumonia yang dipilih dengan prinsip umum, dan
Secondary anaemia keduanya dapat dipertimbangkan sebagai
akibat langsung dari chronic lymphatic leukaemia.
82
(c) Penyakit/ kondisi utama ibu yang mempengaruhi janin atau bayi
(d) Penyakit/ kondisi lain ibu yang mempengaruhi janin atau bayi
(e) Keadaan-keadaan relevan lain.
Berikut formulir internasional sertifikat penyebab kematian yang
direkomendasikan WHO.
Gambar 2. 3
Formulir internasional sertifikat medis penyebab kematian perinatal
Sumber : (WHO, International Statistical Classification of Disease and
Related Health Problems, 2010 : 118)
Sertifikat harus mencberisi informasi tentnag kondisi bayi ketika
dilahirkan apakah lahir hidup atau lahir mati (stillbirth), serta tanggal
92
penting di bagian (a) dan sisanya jika ada di bagian (b). Yang
dimaksudkan dengan ‗yang paling penting‘ adalah kondisi patologis,
yang menurut pembuat sertifikat merupakan penyebab kematian yang
utama bayi atau janin. Cara kematian, misalnya heart failure, asphyxia
atau anoxia, tidak boleh dimasukkan pada bagian (a) kecuali kalau itu
satu-satunya kondisi bayi atau janin yang diketahui. Hal ini berlaku
juga untuk bayi prematur.
Pada bagian (c) dan (d) harus dimasukkan semua penyakit atau
kondisi ibu yang menurut pendapat pembuat sertifikat memiliki efek
merugikan (adverse effect) terhadap bayi atau janin. Seperti yang
dijabarkan sebelumnya, yang paling penting dari kondisi ini harus
dimasukkan di bagian (c) dan yang lain kalau ada, di bagian (d). Bagian
(e) adalah untuk melaporkan kondisi lain yang mempunyai pengaruh
terhadap kematian, tetapi tidak dapat menggambarkan satu penyakit
atau kondisi pada bsyi atau ibu. Contohnya adalah ‗melahirkan tanpa
penolong persalinan‘.
Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan penyebab kematian.
Seorang wanita dengan riwayat kegugurna (abortus spontan)
pada usia kehamilan 12 dan 18 minggu, masuk rumah sakit pada
kehamilan 24 minggu karena persalinan prematur. Persalinan spontan
dengan berat bayi 700 gram yang meninggak pada hari pertama
kehidupannya. Hasil autopsi menunjukkan pulmonary immaturity.
Maka penyebab kematian perinatal dituliskan sebagai berikut:
(a) Pulmonary immaturity
(b) ---
(c) Premature labour, cause unknown
(d) Recurrent aborter
(e) ---
c. Aturan Pengkodean Sebab Kematian Perinatal
Setiap kondisi yang dimasukkan ke dalam bagian (a), (b), (c) dan
(d) harus diberikan kode yang terpisah. Kondisi ibu yang
94
mempengaruhi anak atau janin, yaitu pada bagian (c) dan (d), harus
dikode menurut kategori P00-P04 dan kode ini tidak boleh digunakan
untuk bagian (a) atau (b). Kondisi pada janin atau bayi, yang
dimasukkan dalam bagian (a), bisa dikode menurut kategori P05-P96
(Kondisi perinatal) atau Q00-Q99 (kelainan kongenital). Hanya satu
kode yang boleh dimasukkan untuk bagian (a) dan (c), tapi untuk
bagian (b) dan (d) bisa dimasukkan kode sebanyak mungkin tergantung
kondisi yang dilaporkan.
Bagian (e) adalah untuk review kematian perinatal tersendiri dan
biasanya tidak perlu dikode. Namun, seandainya suatu analisis statistik
membutuhkan kondisi yang terdapat dalam bagian (e), maka beberapa
kategori yang sesuai bisa terdapat pada Bab XX dan XXI pada ICD-10;
dan jika tidak ada disini maka pemakai sebaiknya menciptakan sistem
pengkodeannya sendiri.
Selection Rules untuk kematian umum tidak bisa dipergunakan
untuk sertifikat kematian perinatal. Namun, sertifikat kematian yang
diterima bisa tidak berisi sebab kematian yang sesuai dengan pedoman
di atas. Sedapat mungkin, sertifikat ini harus diperbaiki oleh
pembuatnya, tapi kalau tidak maka Rule berikut harus dipedomani.
1) Rule P1 - Cara kematian atau prematuritas ditulis di bagian (a)
Bilamana heart/cardiac failure, asphyxia atau anoxia (setiap
kondisi pada P20.-, P21.-) atau prematuritas (setiap kondisi pada
P07.-) dituliskan pada bagian (a), dan kondisi lain pada janin atau
bayi dituliskan pada bagian (a) atau bagian (b), maka kodelah
kondisi lain yang disebutkan terlebih dahulu, seolah-olah ia telah
dituliskan pada bagian (a), dan kodelah kondisi yang dituliskan
pada bagian (a) seolah-olah ia telah dituliskan pada bagian
(b).Contoh 1 : Lahir hidup; meninggal pada usia 4 hari
(a) Prematurity Q05.9
(b) Spina Bifida P07.3
(c) Placental insufficiency P02.2
95
(d) ---
Prematurity dikode pada (b), dan Spina Bifida pada (a)
Contoh 2 : Lahir hidup, meninggal dalam 50 menit
(a) Severe birth asphyxia Q03.9
Hydrocephalus
(b) --- P21.0
(c) Obstructed labour (persalinan terlambat) P03.1
(d) Severe pre-eclampsia P00.0
Severe birth asphyxia dikode pada (b), dan Hydrocephalus
pada (a).
2) Rule P2 - Dua kondisi atau lebih ditulis pada bagian (a) atau (c)
Jika dua kondisi atau lebih ditulis pada (a) atau (c), kodelah
kondisi yang terlebih dahulu ditulis seolah-olah ia telah ditulis
sendirian pada (a) atau (c), dan kodelah kondisi yang lain seolah-
olah ia telah ditulis pada (b) atau (d).
Contoh 1 : Lahir mati, kematian sebelum persalinan dimulai.
(a) Severe fetal malnutrition P05.0
Light for dates
Antepartum anoxia
(b) --- P20.9
(c) Severe pre-eclampsia P00.0
Placenta praevia
(d) --- P02.0
Disini berat badan rendah dan malnutrisi ditulis pada (a)
sedangkan anoksia antepartum ditulis pada (b); begitu pula pre-
eklampsia berat ditulis pada (c) sedangkan plasenta previa ditulis
pada (d).
Contoh 2 :Lahir hidup, meninggal pada usia dua hari
(a) Traumatic subdural haemorrhage P10.0
Massive inhalation of meconium
Intrauterine anoxia
96
BAB III
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL KEGIATAN
1. Gambaran Umum Santosa Hospital Bandung Central
a. Profil Rumah Sakit
Santosa Hospital Bandung Central hadir sebagai rumah sakit
swasta pertama di kota Bandung yang bertaraf Internasional sebagai
upaya memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya dan
masyarakat Bandung pada khususnya dalam menyediakan pelayanan
kesehatan bertaraf internasional. Pada awalnya Santosa Hospital
Bandung Central melakukan soft opening pada tanggal 1 Juli 2006 dan
setelah 4 bulan bergulir dari Soft Opening pada hari Sabtu 04 November
2006, Santosa Hospital Bandung Central melakukan Grand Opening
dengan Menteri Kesehatan dr. Fadilah Supari, Sp.JP (K) bertindak
sebagai penandatangan prasasti.
Santosa Hospital Bandung Central terletak di jalan Kebon Jati
nomor 38 kota Bandung. Santosa Hospital Bandung Central menjadi
rumah sakit pertama di Jawa Barat dan kedua di Indonesia yang
mendapatkan akreditasi dari Joint Committee International (JCI) yang
berpusat di Amerika Serikat. Dengan mendapatkan penghargaan
prestisius ini, Santosa Hospital Bandung Central telah menempatkan
dirinya dalam kelompok rumah sakit terbaik di dunia. Profesionalisme,
kerja keras, disiplin dan kerjasama yang baik membuahkan
keberhasilan memenuhi standar internasional untuk peningkatan mutu
layanan kesehatan dan keselamatan pasien.
Santosa Hospital Bandung Central mulai beroperasi pada tanggal
16 Juli 2006. Santosa Hospital Bandung Central mempunyai luas area
sebesar 1,3 Ha dengan luas bangunan 36.000 m2 terdiri atas 8 lantai, 2
basement ditambah dengan landasan helikopter dan taman
penyembuhan di lantai 9 serta area parkir yang luas. Santosa Hospital
99
Bandung Central adalah sebuah rumah sakit yang terdiri dari 400
kapasitas tempat tidur berstandar internasional dan didukung dengan
fasilitas pelayanan kesehatan dengan peralatan yang mutakhir, juga
menempatkan tenaga medis lebih dari 210 dokter yang diantarnaya 60
dokter full time, tenaga medis dan paramedis yang terlatih dan
profesinonal.. Sebagai rumah sakit yang memberikan jasa pelayanan
professional, Santosa Hospital Bandung Central memandang penting
sumber daya manusia sebagai sumber daya utama dalam pelayanan.
Oleh karena itu, Santosa Hospital Bandung Central mempunyai
komitmen yang kuat untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan
dan profesionalisme melalui pendidikan dan pelatihan yang
berkesinambungan baik di dalam maupun luar negeri.
b. Visi dan Misi
1) Visi
―Menjadi rumah sakit bertaraf internasional unggulan di
Indonesia‖ (To be the leading internasional Hospital in Indonesia).
2) Misi
Berikut misi dari Santosa Hospital Bandung Central:
a) Memberikan pelayanan medis dan keperawatan dengan standar
professional setinggi mungkin yang mengacu pada peningkatan
mutu pelayanan dan keselamatan pasien (To render the highest
professional standard of medical and nursing services as well as
service excellence towards quality, improvement and patient
safety)
b) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan
baik tenaga medis maupun non medis (Improving the quality of
human resources through education both medical and non
medical).
c) Memberikan suasana pelayanan rumah sakit yang nyaman,
ramah, efisien dan efektif (To render a comfortable, friendly,
efficient and effective Hospital)
100
c. Motto
―Friendly and Carring ‖
d. Tujuan
1) Rumah Sakit Unggulan dalam pelayanan medis, khususnya bidang
Jantung dan Saraf.
2) Rumah Sakit Unggulan dalam bidang Service Excellence.
3) Rumah Sakit dengan tingkat okupansi dan utilisasi yang tinggi.
4) BOR rata – rata 80% dan Kunjungan Rawat Jalan 1000 per hari
dalam jangka waktu 5 tahun.
5) Rumah Sakit memiliki sumber daya manusia yang kompeten melalui
pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan.
2. Manajemen Mutu dan Informasi Kesehatan (MMIK) III
a. Analisis Kualitatif
Kegiatan analisis kualitatif di Santosa Hospital Bandung Central
belum dilaksanakan secara berkala. Hal ini dikarenakan keterbatasan
waktu dan belum tersedianya sumber daya manusia. Namun meskipun
analisis kualitatif tidak dilaksanakan, tetapi Santosa Hospital Bandung
Central rutin melaksanakan analisis kuantitatif khusus untuk setiap
pasien yang sudah pulang dari rawat inap. Kegiatan tersebut rutin
dilaksanakan untuk menganalisa kelengkapan pengisian berkas rekam
medis setiap hari kecuali pada hari Minggu dan hari libur.
Pada Praktik Klinik IV ini penyusun melakukan analisis
kualitatif dengan salah satu contoh kasus yaitu Acute Appendicitis yang
bersumber dari data primer Santosa Hospital Bandung Central. Berikut
merupakan hasil analisis kulaitatif yang telah dilakukan.
a. Analisis Kualitatif Menurut Gemala Hatta
a) Analisis Kualitatif Administratif (AKLA)
Menurut Gemala Hatta, hasil Analisis Kualitatif
Administratif (AKLA) pada sampel 1 (satu) dokumen rawat
inap dengan diagnosis Acute Appendicitis. Berikut merupakan
hasil AKLA yang telah dilakukan.
101
Tabel 3. 1
Tabel AKLA Kasus Acute Appendicitis
Pemanfaatan Kelengkapan
Analisis Kelengkapan Informasi
Informasi (Analisis Kualitatif Medis)
Kolom kiri Kolom kanan
1. Kejelasan masalah &
kondisi/diagnosis
Yaitu adanya hubungan yang
jelas antara informasi dari
pasien dengan tindakan yang
dilakukan. Contoh :
(a) Pasien mengeluh (nyeri
perut pada bagian kanan
bawah, sakit pinggang
menjalar ke perut bagian Apakah dalam RM Acute
kanan bawah, mual, Appendicitis ada kejelasan
muntah, demam, BAK antara masalah dan
sering tidak tertahankan, kondisi/diagnosis pasien ?
dll ) ada data di RM Acute 1 = tidak
Appendicitis tentang 2 = ya
pemberian obat Jawab : 2
(pengurang rasa sakit,
antibiotik, suplemen,
vitamin, dll)
(b) Pasien ke RS dengan
alasan sakit tertentu di RM
Acute Appendicitis ada
tindakan pertolongan/
pengobatan untuk sakit
102
tertentu itu
2. Masukan Konsisten:
Adanya hubungan antara data
dalam RM Acute Appendicitis Apakah dalam RM Acute
dengan informasi tentang Appendicitis terdapat
kondisi pasien. Contoh : masukan yang konsisten?
Bila dikatakan menderita Acute 1 = tidak
Appendicitis bila dikatakan 2 = ya
nyeri tekan mc burney harus Jawab : 2
ditemukan nyeri tekan pada
perut bagian bawah
3. Alasan pelayanan: Apakah dalam RM Acute
Setiap pelayanan yang Appendicitis ada kejelasan
diberikan harus jelas alasan alasan pelayanan pasien?
yang mendasarinya. Contoh : 1 = tidak
dilakukan Laparoscopic 2 = ya
appendectomy untuk Jawab : 2
mengetahui keadaan appendix
4.a Informed consent :
Diberikan bila ada tindakan 4.b Bila jawaban ―ya‖,
medis khusus yang apakah dalam RM Acute
memerlukan alternatif lainnya Appendicitis ada informed
yang tersedia serta dijelaskan consent dan alternatif yang
secara tertulis. Alternatif yang memenuhi kriteria dan
diambil ditandatangani ditanda tangani pasien (atau
pasien/keluarga. wali) ?
Apakah pasien memerlukan 1 = tidak
tindakan medis khusus ? 2 = ya
1 = tidak (lanjut ke no. 5.1) Jawab : 2
2 = ya
103
Jawab : 2
Telaah rekaman : dilakukan untuk menjamin bahwa rekaman
yang dihasilkan mempunyai kondisi yang baik :
1.1 Mutakhir
1.2 Tulisan terbaca
1.3 Singkatan Baku
1.4 Menghindari sindiran
1.5 Penigisian tidak senjang
1.6 Tinta
1.7 Catatan jelas
1.8 Informasi ganti rugi
5.1 Mutakhir: 5.2. Tulisan terbaca :
Informasi dalam RM Acute Dapat terbacanya masukan
Appendicitis dicatat segera, informasi berupa abjad dan
tidak ditunda sampai hari angka yang ditulis dalam RM
berikutnya. Bila ada Acute Appendicitis.
korespondensi medis untuk Apakah dalam RM Acute
pihak luar dikerjakan dalam Appendicitis tulisan tenaga
waktu kurang dari 7 hari. kesehatan terbaca ?
Apakah dalam RM Acute 1 = tidak
Appendicitis informasi bersifat 2 = ya
mutakhir ? Jawab : 2
1 = tidak
2 = ya
Jawab : 2
5.3. Singkatan baku: 5.4. Hindari sindiran:
Penggunaan peristilahan Tulisan medis di RM Acute
medis yang sudah disepakati Appendicitis tidak saling
dalam dunia kesehatan menjatuhkan sesama rekan.
dan/atau di sarana pelayanan Apakah dalam RM Acute
104
Tabel 3. 2
Tavel AKMed Kasus Acute Appendicits
1a. Usia 1b. RT Usia beresiko
Hidup, nyawa. Lama waktu Bila pasien Acute
hidup atau ada (sejak Appendicitis usia <15 tahun.
dilahirkan atau diadakan) Apakah dalam RM Acute
Apakah dalam rekam Appendicitis ada informasi
kesehatan Acute Appendicitis “ekstra”?
(RM Acute Appendicitis) ada 0 = bukan kasus ini
keterangan tentang usia 1 = tidak
pasien? 2 = ya
1= tidak 9 = tidak ada keterangan
2= ya Jawab : 0
Jawab : 2
2a. Keluhan 2b. RT Keluhan
Gejala pada pasien Acute Bila pasien Acute
Appendicitis yaitu nyeri perut Appendicitis mengalami nyeri
pada bagian kanan bawah, perut pada bagian kanan
sakit pinggang menjalar ke bawah. Apakah ada informasi
perut bagian kanan bawah, ―ekstra?‖
mual, muntah, demam dan 0 = bukan kasus ini
BAK sering tidak tertahankan. 1 = tidak
Apakah dalam RM Acute 2 = ya
Appendicitis terdapat laporan 9 = tidak ada keterangan
gejala yang dirasakan pasien? Jawab : 2
1= tidak
2= ya
Jawab : 2
3a. Riwayat Perawatan 3b. RT Riwayat Perawatan
Cerita perawatan yang pernah Bila pasien pernah
107
1= tidak 2 = ya
Jawab : 1 Jawab : 9
2= ya 1 = Tidak
Jawab : 2 2 = Ya
9 = Tidak ada keterangan
Jawab : 2
Sumber: Data Primer Santosa Hospital Bandung Central,
November 2020
b. Analisis Kualitatif Menurut Huffman
Hasil Analisis Kualitatif pada sampel 1 (satu) dokumen
rawat inap Acute Appendicitis. Berikut merupakan hasil analisis
kualitatif menurut Huffman yang telah dilakukan penyusun.
Tabel 3. 3
Tavel AKLA Menurut HUffman
Pemanfaatan
Komponen Analisis
Komponen Analisis Keterangan
Kualitatif
Kualitatif
1. Review for complete Apakah dalam RM Review kelengkapan
and consistent diagnostic Acute Appendicitis ada dan kekonsistenan
Review kelengkapan dan Review kelengkapan pencatatan diagnosa
kekonsistenan pencatatan dan kekonsistenan terdapat di RM Acute
diagnosa. pencatatan diagnosa Appendicitis pada CM
Pernyataan diagnosa pasien ? 4.1.1, CM 4.1.2, CM
dibuat dalam Rekam 1 = tidak 4.1.3, CM 4.1.8, CM
Medis yang 2 = ya 4.2.9, CM 4.2.17.1, CM
mencerminkan tingkat 4.2.17.2, CM 4.2.17.4,
pengertian mengenai CM 4.2.18, CM
kondisi medis pasien saat 4.2.19.1, CM 4.3.1.1,
direkam. CM 4.3.4, CM 5.2.
Dibuktikan dari adanya
keterangan:
1. Diagnosa masuk dan
119
explorasi
appendectomy.
3. Review for description Apakah dalam RM Review pencatatan hal-
& justification of course Acute Appendicitis ada hal yang dilakukan saat
of treatment Review pencatatan hal- perawatan dan
Review pencatatan hal- hal yang dilakukan saat pengobatan di RM
hal yang dilakukan saat perawatan dan Acute Appendicitis
perawatan dan pengobatan pasien ? terdapat pada CM 4.2.1,
pengobatan. 1 = tidak CM 4.2.7, CM 4.2.8,
Rekam Medis 2 = ya CM 4.2.17.1, CM
menjelaskan keadaan 4.2.17.2, CM 4.2.17.4
pasien selama dirawat, Dibuktikan dari adanya
dan harus menyimpan keterangan monitor
seluruh hasil tanda-tanda vital karena
pemeriksaan dan ada tekanan darah,
mencatat tindakan yang operasi appendectomy,
telah dilakukan kepada observasi tanda-tanda
pasien vital, memberikan
terapi obat, pernafasan
nadi, suhu dan GCS,
pemberian obat Folamil
genio, Genostein,
Prolacta DHA,
Dexketoprofen, Cefila,
Collagen
4. Review for recording Apakah dalam RM Review informed
informed consent Acute Appendicitis ada consent di RM Acute
Review informed consent Review informed Appendicitis terdapat
yang seharusnya ada. consent yang pada CM 5.2.1 yaitu
Pasien menulis surat seharusnya ada ? Formulir Persetujuan
121
(2) Antasida
(3) Histamin H2-reseptor antagonis : cimetidin 2X400mg,
ranitidine 2X150mg
(4) Sucralfate (3-4 X 500mg)
(5) Sedatif / tranquilizer (jika perlu)
h) Edukasi
(1) Hindari makan-makanan pedas, kopi, dan rokok
(2) Makan teratur
i) Prognosis : -
Selain Dyspepsia, panduan praktik klinis diagnosa non
bedah untuk Gastroesophagial Reflux Disease (GERD) adalah
sebagai berikut :
a) Pengertian
Gastroesophagial Reflux Disease (GERD) merupakan suatu
keadaan patologis sebai akibat refluks kandungan lambung ke
dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat
keterlibatan esophagus, laring, dan saluran napas akibat
kelemahan oto sfingter esofagus bagian bawah (LES / Lower
Esophageal Sfingter). Refluks dapat terjadi melalui 3
mekanisme yaitu refluks spontan pada saat relaksasi LES,
aliran balik sebelum kembalinya tonus LES setelah menelan,
meningkatnya tekanan dalam abdomen.
Terdapat dua kelompok pasien GERD yaitu pasien dengan
esofagitis erosit yang ditandai dengan adanya musocal break di
esofagus pada pemeriksaan endoskopi (GERD), dan pasien
GERD yang pada pemeriksaan endoskopi tidak ditemukan
musocal break (non-erosive reflux disease / NERD)
b) Anamnesis
Pada anamnesis, ditemukan keluhan seperti :
(1) Non Cardiac Chest Pain (NCCP), makanan yang
mnyumbat di dada, nyeri seperti rasa terbakar di dada
131
Gambar 3. 1
Sumber: Struktur Organisasi dan Tata Kerja Direktorat
Operasional dan Keuangan Santosa Hospital Bandung Central
Nomor: 300.000-001/PER/DIR/SHBC/I/2019
Ada pun untuk tugas dan fungsi dari ke-4 manajer tersebut
adalah:
(1) Finance Manajer
Terdiri dari empat bagian yaitu inflow and fundings
supervisor (3 seorang staff), outflow supervisor (3 orang
staff), account payable supervisor (5 orang staff) dan hondok
supervisor (3 orang staff).
(2) Accounting Manajer
Terdiri dari asisten accounting manager dengan staff
cost accounting (1 orang) yang membawahi 2 bagian yaitu
pelaporan keuangan dan perpajakan (4 orang staff), dan
pelaporan persediaan dan pengelolaan aset supervisor (1
orang staff).
(3) Billing dan AR Manajer
Billing & AR manager membawahi asisten billing dan
AR manager yang kemudian dibagi kembali menjadi dua
140
Gambar 3. 2
Sumber: Struktur Organisasi Direktorat Santosa Hospital
Bandung Central Nomor: 400.000-001/PER/DIR/SHBC/I/2019
141
Gambar 3. 3
Sumber: Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis Santosa
Hospital Bandung Central Nomor: 200.000-030/PER/DIR/
SHBC/X/2019
Berdasarkan bagan pada gambar diatas, di Santosa Hospital
Bandung Central bagian Instalasi Rekam Medis terdiri dari 4 sub
Instalasi yaitu :
142
Gambar 3. 4
Tampilan Aplikasi Xampp
143
b) Log in ke E-Klaim
Buka Internet Browser dan cari ―http://localhost/E-klaim/‖
di search engine. Log in ke E-Klaim INA-CBGs dengan
memasukan username dan password yang sudah tersedia pada
pada saat instalasi aplikasi.
Gambar 3. 5
Tampilan Aplikasi INA-CBG‘s
c) Masuk INA-CBG‘s.
Gambar 3. 6
Tampillan INA-CBG‘s Setelah Log In
144
Gambar 3. 7
Tampilan Aplikasi INA-CBG‘s
Gambar 3. 8
Tampilan Aplikasi INA-CBG‘s
145
Gambar 3. 9
Tampilan Institusi – Aplikasi INA-CBG‘s
Gambar 3. 10
Tampilan Aplikasi INA-CBG‘s – Administrasi Klaim
Gambar 3. 11
Tampilan Input Pasien Baru – Aplikasi INA-CBG‘s
Gambar 3. 12
Tampilan Input Data Pasien Baru
Gambar 3. 13
Tampilan Klaim Baru
Gambar 3. 14
Tampilan Input Data untuk Klaim Baru
Gambar 3. 15
Tampilan Input Tarif Pelayanan yang Didapatkan Pasien
Gambar 3. 16
Tampilan Hasil Grouper
149
Gambar 3. 17
Tampilan Hasil Final Klaim
Di gambar di atas ada bagian yang di beri kotak, di bagian
tersebut tertulis ―Klaim belum terkirim Ke Pusat Data
Kementerian Kesehatan‖ dan untuk melakukannya maka harus
dikirim secara online seperti tertulis di bagian bawah ―Kirim
Klaim Online‖.
m) Cetak klaim
Kemudian pilih ―Cetak Klaim‖ untuk mencetak Berkas
Klaim Individual Pasien (sebagai hasil output INA-CBGs).
Setelah ―Cetak Klaim‖ dipilih maka akan muncul file pdf.
150
Gambar 3. 18
Tampilan File PDF Final Klaim
n) Klaim telah selesai. Jika ingin melihat status klaim maka pilih di
bagian elemen atas yaitu ―Coding / Grouping‖.
2) Interpretasi Alur Prosedur Klaim INA-CBG‘s
Penerapan sistem pembayaran INA-CBG‘s di Santosa
Hospital Bandung Central pasti ada keuntungan dan kerugiannya.
Namun untuk menutupi biaya pembayaran yang kurang maka
terdapatBerdasarkan hasil klaim pada sistem INA-CBG‘s untuk
kasus rawat jalan Haemodialisa didapatkan hasil sebagai berikut:
a) Rumah Sakit
(1) Kode rumah sakit : 3273486
(2) Nama rumah sakit : Santosa Hospital Bandung Central
(3) Alamat rumah sakit : Jln. Kebon Jati No. 38
151
a.Multiple Organ
a. Penyakit atau keadaan Failure
yang langsung Penyakit tsb. Dalam ........................
mengakibatkan ruang a disebabkan
kematian oleh (atau akibat
b. c. Penyakit-penyakit dari):
(bila ada) yang b. Syok septik, MODS 6
menjadi lantaran Organ, Penumonia
........................
timbulnya sebab Penyakit tersebut
kematian tersebut dalam ruang b
pada a. Dengan disebabkan oleh (atau
menyebutkan penyakit akibat dari): ........................
yang menjadi pokok c. ....................................
pangkal akhir
II
Penyakit-penyakit lain Disamping penyakit-
yang penyakit
berarti dan tersebut
mempengaruhi pula diatas terdapat pula
kematian itu, tetapi tidak penyakit :
ada
Adenoca colon post
hubungannya dengan
therapy
penyakit-penyakit
tersebut I.a.b.c
162
(11) Tinta
Telaah rekaman dengan pernyataan tinta bernilai ―ya‖.
Hal ini menunjukkan bahwa dokumen rekam medis
telah menggunakan tinta sesuai dengan aturan
pengunaan tinta yang sesuai dengan teori Hatta (2013)
yaitu menggunakan tinta warna biru atau hitam untuk
penulisan, sedangkan khusus untuk suhu, nadi
pernafasan (grafik) bisa menggunakan warna merah
atau hijau. Adapun pengunaan tinta yang berlaku di
Santosa Hospital Bandung Central sendiri adalah warna
hitam dan biru dan yang paling dianjurkan di rumah
skait terseut adalah tinta berwarna hitam.
(12) Catatan jelas
Telaah rekaman dengan pernyataan catatan jelas
bernilai ―ya‖. Hal ini menunjukkan bahwa sudah
berurutannya catatatan kronologis pasien secara jelas.
(13) Informasi ganti rugi
Telaah rekaman dengan pernyataan informasi ganti rugi
bernilai ―ya‖. Hal ini menunjukkan bahwa sudah
terdapat catatan yang menunjukkan bahwa pasien
adalah pegawai/buruh sebagai informasi ganti rugi bila
kondisi/penyakit memerlukan ganti rugi termasuk
misalnya akibat risiko kerja yang merugikan pasien atau
bila keadaan sekarang akan mendapat penggantian
biaya berobat.
(14) Gambaran Informasi Penanggung Biaya
Telaah rekaman dengan pernyataan informasi
penanggung biaya bernilai ―ya‖. Hal ini menunjukan
bahwa sudah lengkap dan terisinya penanggung biaya
pasien selama dalam perawatan di Santosa Hospital
Bandung Central.
167
final dan men-scan dalam bentuk PDF untuk menjadi bahan tagihan
rumah sakit ke pihak BPJS Kesehatan.
b. Biling System
Seperti yang dipaparkan sebelumnya di hasil kegiatan, billing
system yang diterapkan di Santosa Hospital Bandung Central adalah
Fully Integrated Bill System yang terintergrasi ke semua bagian Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS). Sistem billing ini telah dilaksanakan
dengan baik sebagaimana seluruh data pasien mulai saat pendaftaran di
semua unit, proses penegakkan diagnosis, pemeriksaan penunjang,
pemberian tindakan, pengobatan sampai selesai mendapatkan
perawatan dan dipulangkan telah terekam dan terdokumentasikan
sebagaimana mestinya. Ada pun hasil output dari sistem ini berupa
informasi pembiayaan rincian biaya atau pun tagihan dari keseluruhan
pelayanan kesehatan yang diterima pasien.
1) Resume Pengkajian Berkas Billing
Berdasarkan pengkajian berkas pengklaiman JKN kasus
Hemodialisa, didapatkan hasil bahwa berkas billing di Santosa
Hospital Bandung Central telah dilengkapi dengan baik karena
menunjang syarat pengklaiman. Ada pun hasil analisisnya adalah
sebagai berikut. Seorang laki-laki dengan nomor rekam medis
45XXXX datang ke Unit Hemodialisa dengan riwayat yang sama
untuk melakukan cuci darah dan melakukan pendaftaran BPJS rawat
jalan. Karena pasien merupakan pasien BPJS, maka biaya pelayanan
mulai dari pendaftaran, kemudian laboratorium dan hemodialisa
ditanggung oleh penjamin (BPJS). Data tersebut ada dalam lembar
invoice berupa lembar tagihan rumah sakit dan total biaya yang
ditanggung BPJS. Adapun untuk berkasnya terdiri dari lembar SEP,
lembar invoice, surat rujukan dari FKTP, form tindakan dan lembar
asuhan keperawatan pasien hemodialisa. Meskipun tidak
menggunakan resume medis karena berupa pemberian tindakan,
tetapi fungsinya telah terwakili oleh lembar asuhan keperawatan
180
sedangkan jika tarif rumah sakit lebih tinggi dari tarif INA CBGs
karena pasien naik satu tingkat dari hak kelas perawataanya atas
keinginan sendiri, maka selisih antara tarif rumah sakit dan INA
CBGs akan dibayar oleh pasien atau keluarga pasien.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, dalam kasus Hemodialisa
untuk kompetensi klaim INA-CBG‘s, tarif total rumah sakit lebih tinggi
dari tarif yang ditanggung BPJS dengan selisih Rp. 477.500. Maka
untuk menyiasatinya, rumah sakit menerapkan subsidi silang karena
tidak semua pelayanan kesehatan tarifnya lebih rendah dari tarif yang
dapat diklaim BPJS sehinga selisih tersebut dapat tercover.
3. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit, Masalah-masalah yang berkaitan
dengan Kesehatan dan Tindakan Medis (KKPMT) V
a. Neoplasma
1) Diagnosis
a) Diagnosis Utama : Hodgkin‘s Disease
b) Terminologi : Hodgkin‘s Disease / Lymphoma Disease
Hodgkin‘s (keterangan) = penemu hodgkin disease, kanker
pada limfatik
Disease (keterangan) = penyakit
Lymph (Word Root) = limfa
-oma (Suffix) = kanker
c) Arti Keseluruhan : Hodgkin‘s Disease atau Lymphoma
Disease merupakan penyakit berupa kanker pada sistem
limfatik yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.
d) Organ : Limfa
e) Leadterm : Hodgkin
f) ICD 10 Volume 3 : hal 324 : Hodgkin (-) disease C81.9
g) ICD 10 Volume 1
hal 195 : C81.9 Hodgkin lymphoma, unspecified
hal 1047 : M9650/3 Hodgkin lymphoma, NOS
h) Kode akhir : C81.9 M9650/3
182
f) ICD 10 Volume 1
hal 998 : Z51.1 Chemotherapy session for neoplasm
g) Kode akhir : Z51.1
h) Kesimpulan : Jadi, Chemotherapy session for
neoplasm kode terbaca akurat dengan kode Z51.1 pada ICD
10.
3) Tindakan
a) Tindakan : BEACOPP
b) Terminologi : BEACOPP regimen in chemoptherapy
BEACOPP (keterangan) = regimen kemoterapi untuk
pengobatan Hodgkin’s Disease yang
dikembangkan Kelompok Studi Hodgkin
Jerman ntuk pasien di tahap >II atau awal
(IA atau IB)
Regimen (keterangan) = cara
In (keterangan) = pada
Chem/o (Combining Form ) = obat, kimia
-therapy (Suffix) = terapi
c) Arti Keseluruhan : skema BEACOPP pada chemoptherapy
untuk mengobati pasien dengan penyakit Hodgkin’s Disease
d) Leadterm : Chemotherapy
e) Index to Prosedur : hal 44: Chemotherapy (-) for cancer
NEC 99.25
f) Tabular List : hal. 260: 99.25 Injection or infusion of
cancer chemotheurapeitic substance
g) Kode akhir : 99.25
h) Kesimpulan : Jadi, tindakan BEACOPP terbaca akurat
pada ICD 9 CM dengan kode 99.25.
b. Infeksi
1) Diagnosis
184
e) Leadterm : Reconstruction
f) Index to Prosedur
hal 253: Reconstruction (-) bonem except facial (- -) facial
NEC (- - -) with total osteotomy 76.44
g) Tabular List : hal 185: 76.44 Total osteotomy of other
facial bone with synchronous reconstruction
h) Kode akhir : 76.44
i) Kesimpulan : Jadi, tindakan Total osteotomy of other
facial bone with synchronous reconstruction terbaca akurat
pada ICD 9 CM dengan kode 76.44.
8) Tindakan Bone Graft to Facial Bone
a) Tindakan : Bone Graft to Facial Bone
b) Terminologi
Bone (word root) = tulang
Graft (ketrangan) = transplantasi / cangkok
Faci (word root) = wajah
-al (Suffix) = berkaitan dengan
c) Arti Keseluruhan : Pencangkokan / transplantasi tulang
untuk tulang wajah.
d) Leadterm : Graft
e) Index to Prosedur : hal 64: Graft (-) bone (- -) facial NEC
76.91
f) Tabular List : hal 186: 76.91 Bone Graft to Facial
Bone
Debridement NOS
g) Kode akhir : 76.91
h) Kesimpulan : Jadi, tindakan Bone Graft to Facial Bone
terbaca akurat pada ICD 9 CM dengan kode 76.91.
9) Tindakan Open reduction of maxillary fracture
a) Tindakan : Open reduction of maxillary fracture
b) Terminologi Medis
193
d) Organ : Pankreas
e) Lead term : Diabetes
f) ICD 10 Volume 3 : hal 201: Diabetes, diabetic (-) Type II
E11.-
g) ICD 10 Volume 1 : hal 253: E11 Non Insulin dependent
diabetes mellitus
Hal 252 .9 without complication
h) Kode akhir : E11.9
i) Simpulan : Jadi diagnosos Diabetes Mellitus Type II terbaca
akurat pada ICD 10 dengan kode E11.9
4) Diagnosis Penyerta
a) Diagnosis penyerta : Hypertension
b) Terminologi medis
Hyper (Preffix) = Berlebih
Tens (Word root) = Tekanan darah
-ion (suffix) = Kondisi
c) Arti keseluruhan : Kondisi tekanan darah berlebih
d) Organ : Jantung
e) Lead Term : Hypertension
f) ICD 10 Volume 3 : hal 332: Hypertension, hypertensive
(accelerated) (benign) (essential) (idiopathic) (malignant)
(primary) (systemic) I10
g) ICD 10 Volume 1 : hal 421: I10 Essential (primary)
Hypertension
h) Kode akhir : I10
i) Simpulan : Jadi diagnosis Hypertension terbaca akurat pada
ICD 10 dengan kode I10
5) Diagnosis Penyerta
a) Diagnosis Penyerta : Deficiency Vitamin D
b) Teninologi medis
Deficiency (keterangan) = kekurangan
196
-tomy(Suffix) = penyayatan
c) Arti Keseluruhan : penyayatan pada perut dengan cara
eksplorasi
d) Leadterm : Exploration
e) ICD-9-CM index to procedures :
Hal 177 : Exploration (-)laparotomy site 54.12
f) Tabular list : hal 142
54.12 reopening of recent laparotomy site
Reopening of recent laparotmy site for : control of
haemorrhage, exploration, incision of hematome
g) Kode Akhir : 54.12
h) Kesimpulan : Jadi tindakan Exploration Laparotomy kode
akurat terbaca 54.12
c. Susunan yang Benar
I. a. Multiple Organ Failure (R68.8) (COD)
b. Multiple Organ Dysfunction Syndrom (MODS) 6 Organ
(R68.8) (AOC)
c. Shock Septic (R57.2) (AOC)
d. Pneumonia (J18.9) (OC)
II : - Adenocarcinoma colon post therapy (C18.9 M8140/3)
- Laparotomy Exploration dan Reanastomose.
d. Aturan Sertifikat
UcoD : Pneumonia
Aturan : Aturan yang dipakai adalah General Principle, karena
ada lebih dari 1 kondisi yang dilaporkan dalam sertifikat, maka kondisi
yang diisikan tersendiri pada bagian I terbawah dipilih sebagai
penyebab dasar dan kondisi tersebut dapat mengakibatkan semua
kondisi diatasnya..
e. Tabel MMDS
UcoD : Pneumonia dengan kode J18.9
1) Tabel A
206
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil Praktik Klinik (PK) IV di Santosa Hospital
Bandung Central dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Manajemen Mutu dan Informasi Kesehatan (MMIK)
a. Kegiatan analisis kualitatif belum dilaksanakan karena keterbatasan
SDM dan waktu juga membutuhkan persiapan yang lebih. Namun
demikian, Santosa Hospital Bandung Central telah melakukan
analisis kuantitatif untuk mengetahui kelengkapan pengisian rekam
medis yang dilakukan untuk seluruh berkas rekam medis (BRM) di
unit rawat inap setiap senin-sabtu terkecuali hari libur. Ada pun
kegiatan analisis kualitatif AKLA dan AKMed yang dilakukan
penyusun dapat disimpulkan bahwa BRM tersebut telah
diimplementasikan dengan baik.
b. Elemen penilaian di Santosa Hospital Bandung Central berupa data
pendukung baik itu dokumen atau pun regulasi untuk MIRM 9 telah
terpenuhi dan terimplementasikan sebagaimana mestinya. Namun
untuk Elemen Penilaian 4 pada pengisian formulir belum
sepenuhnya lengkap khususnya untuk kode ICD 9 CM yang masih
kosong.
c. Clinical Practice Guidelines (CPG) dan Clinical Pathway (CP) di
Santosa Hospital Bandung Central di Santosa Hospital Bandung
Central sudah tersedia namun belum diimplementasikan
sebagaimana mestinya. Adapun dalam pembuatan CPG dan CPG
rekam medis tidak terlibat secara langsung karena pembuatan CP
dan CPG dilakukan oleh dokter spesialis untuk kemudian diberikan
kepada komite medis.
2. Sistem Pembiayaan Sarana Pelayanan Kesehatan
208
211
212