Disusun oleh :
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
B. Tujuan pelaporan.......................................................................................2
iv
C. Manajemen Unit Kerja ............................................................................14
2. Manajemen Resiko.....................................................................................98
4. Patient Safety............................................................................................109
1. Sistem Reproduksi……………………………………………………121
A. Simpulan ..................................................................................................147
B. Saran ........................................................................................................148
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelengkapan Pengisian Rekam Medis 24 Jam Setelah Selesai Pelayanan
................................................................................................................ 25
Tabel 2.2 Kelengkapan Informed concent Setelah Mendapatkan Informasi
yang Jelas ............................................................................................... 26
Tabel 2.3 Waktu Penyediaan Dokumen Rekam Medik Pelayanan Rawat Jalan.. 26
Tabel 2. 4 Waktu Penyediaan Dokumen rekam medis Pelayanan Rawat Inap .... 27
Tabel 2. 5 Anatomi Sistem Reproduksi Laki-laki .................................................. 39
Tabel 2. 6 Anatomi Sistem Reproduksi Perempuan ............................................... 39
Tabel 2. 7 Terminologi Medis Sistem Reproduksi Laki-laki................................. 40
Tabel 2. 8 Terminologi Medis Sistem Reproduksi Perempuan ............................. 40
Tabel 2. 9 Terminologi Medis Sistem Kehamilan, Persalinan, dan Nifas ............ 42
Tabel 2. 10 Terminologi Medis Periode Perinatal ................................................... 43
Tabel 2.11 Terminologi Medis Malformasi Kongenital...........................................44
Tabel 3.1 Evaluasi Formulir Assesmen Rehabilitasi Medik ....................................47
Tabel 3.2 Analisis Formulir Elektronik ....................................................................49
Tabel 3.3 Rekapitulasi Bulanan Sensus Harian ........................................................55
Tabel 3.4 Rekapitulasi Bulanan .................................................................................56
Tabel 3.5 10 Besar Penyakit Rawat Jalan .................................................................69
Tabel 3.6 10 Besar Penyakit Rawat Inap ..................................................................71
Tabel 3.7 10 Penyakit Penyebab Kematian Terbanyak Rawat Inap .......................73
Tabel 3.8 10 Tindakan Operasi Terbanyak Rawat Inap...........................................75
Tabel 3.9 Jumlah Pasien Rawat Inap Berdasarkan Kelas Perawatan ......................77
Tabel 3.10 Average, Max, Min .................................................................................78
Tabel 3. 11 Kualifikasi Pendidikan SDM Unit Kerja RMIK di RSUD Kabupaten
Ciamis 2019 .............................................................................................. 87
Tabel 3.12 Identifikasi……………………………………………………………….112
Tabel 3.13 Pelaporan yang Penting…………………………………………………..114
Tabel 3.14 Otentikasi………………………………………………………………...116
Tabel 3.15 Pencatatan dan Pendokumentasian yang Benar………...………………….119
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menilai
kesejahteraan suatu negara. Dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan taraf
kesehatan masyarakatnya, salah satunya dengan meningkatkan kualitas pelayanan di
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan dapat
ditingkatkan melalui manajemen informasi kesehatan yang baik.
Peningkatan manajemen informasi kesehatan dapat dicapai melalui
penyempurnaan pengelolaan rekam medis dan informasi kesehatan. Menurut
(Permenkes 269/ MENKES /PER/ III/ 2008) Rekam Medis adalah berkas yang berisi
catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang
telah diberikan serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Profesi Rekam Medis dan informasi kesehatan, diakui sebagai salah satu profesi
tenaga kesehatan seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan, disebutkan bahwa Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk
dalam kelompok tenaga keteknisian medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
j terdiri atas perekam medis dan informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi
pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis
gigi dan mulut, dan audiologis, oleh karena itu peran rekam medis dalam peningkatan
mutu pelayanan adalah dengan memberikan pelayanan yang cepat, pengolahan data
yang tepat, dapat memberikan pengamanan pada dokumen rekam medis, juga selalu
bersikap ramah dan memberikan pelayanan yang baik. Hal tersebut akan terwujud
apabila data yang dimasukan lengkap dan benar, kemudian produktivitas kerja yang
baik serta di tunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Peningkatan mutu di fasilitas pelayanan kesehatan perlu dilakukan perencanaan
sumber daya manusia diperlukan untuk melihat beban kerja yang dilakukan oleh
tenaga perekam medis sehingga sesuai dengan kapasitas dan kemampuan petugas.
Fasilitas pendukung dalam kinerja pun perlu diperhatikan agar terciptanya kelancaran
sistem di unit rekam medis agar sarana dan prasarana yang ada lebih efektif dan
efisien.
1
2
tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung, Pasal 5 ayat (5) dalam hal terjadi
kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan
pembetulan, Pasal 5 ayat (6) pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan
yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang bersangkutan.
Secara umum komponen rekam medis terdiri dari: formulir rekam
medis, clip atau fastener, pembatas dan folder rekam medis.
1) Formulir Rekam Medis
Rekam Medis terdiri dari banyak formulir yang semuanya
digunakan sesuai tujuan tertentu. Beberapa hal penting terkait dengan
formulir rekam medis adalah:
a) Semua formulir seharusnya dibuat dengan ukuran yang sama, biasanya
kertas ukuran A4.
b) Nama dan nomor rekam medis rekam medis pasien, serta judul
formulir seharusnya ditempatkan pada posisi yang sama pada setiap
formulir.
Hanya formulir yang disetujui oleh komite rekam medis yang boleh
dimasukkan dalam rekam medis.
2) Clip atau Fastener
Formulir-formulir rekam medis (kertas) seharusnya disatukan dalam
dengan clip atau fastener dan penambahan formulir tidak dapat dilakukan
dengan mudah.
3) Pembatas
Rekam medis yang baik adalah memberikan pembatas pada setiap
kunjungan pasien ke sarana pelayanan kesehatan agar dengan mudah
diidentifikasi kunjungan pasien.
4) Folder (sampul) Rekam Medis
Hal yang harus dperhatikan dalam merancang folder atau sampul
rekam medis yaitu:
a) Semua rekam medis seharusnya disimpan dalam folder rekam medis.
Folder sebaiknya terbuat dari kertas yang lebih tebal misalnya kertas
manila.
7
b) Folder rekam medis sebaiknya disimpan "on their spine" , pada bagian
lidah folder yaitu bagian dari folder yang memiliki bagian yang lebih
menonjol ke arah luar dibandingkan bagian yang lain sehingga nomor
rekam medis jelas terlihat oleh petugas filing.
c) Setiap sarana pelayanan kesehatan seharusnya menganggarkan
pembelian perlengkapan rekam medis setiap tahun.
d) Selain itu pada setiap folder rekam medis seharusnya tercantum: nama
pasien; nomor rekam medis; dan tahun kunjungan terakhir.
b. Media Dokumen Rekam Medis Elektronik (Computer Based)
Rekam Medis elektronik merupakan catatan Rekam Medis pasien
seumur hidup pasien dalam format elektronik tentang informasi kesehatan
seseorang yang dituliskan oleh satu atau lebih petugas kesehatan secara
terpadu dalam tiap kali pertemuan antara petugas kesehatan dengan klien.
Rekam Medis elektronik bisa diakses dengan computer dari suatu jaringan
dengan tujuan utama menyediakan atau meningkatkan perawatan serta
pelayanan kesehatan yang efesien dan terpadu (Potter & Perry, 2009).
Rekam medis elektronik (rekam medis berbasis-komputer) adalah
gudang penyimpanan informasi secara elektronik mengenai status kesehatan
dan layanan kesehatan yang diperoleh pasien sepanjang hidupnya, tersimpan
sedemikian hingga dapat melayani berbagai pengguna rekam medis yang sah.
Dalam rekam kesehatan elektronik juga harus mencakup mengenai
data personal, demografis, sosial, klinis dan berbagai event klinis selama
proses pelayanan dari berbagai sumber data (multimedia) dan memiliki fungsi
secara aktif memberikan dukungan bagi pengambilan keputusan medi s
(Shortliffe, 2001)
Pada isi rekam medis individual hendaknya mencerminkan sejarah
perjalanan kondisi kesehatan pasien mulai dari lahir sampai berlangsungnya
interaksi mutakhir antara pasien dengan rumah sakit. Pada umumnya struktur
rekam medis individual ini terdiri dari daftar masalah sekarang dan masa lalu
serta catatan-catatan SOAP (Subjective, Objective, Assessment, dan Plan)
untuk masalah-masalah yang masih aktif, rangkuman data klinis untuk
konsumsi manajer rumah sakit, pihak asuransi (data klaim), kepala unit klinis,
dan institusi terkait sebagai pelaporan. Suatu rangkuman data klinis yang
penting misalnya mengandung jumlah pasien rawat inap menurut ciri-ciri
demografis, cara membayar, diagnosis dan prosedur operatif Registrasi
8
2) Pendahuluan (introduction)
Introduction memuat informasi pokok yang menjelaskan tujuan
formulir. Biasanya tujuan ditunjukan oleh judul. Kalau penjelasan lebih
lanjut diperlukan, pernyataan yang jelas bisa dimasukkan di dalam
formulir untuk menjelaskan tujuan.
3) Perintah (instruction)
Instruction sebaiknya tidak boleh diletakkan diantara ruang-ruang,
karena hal ini membuat formulir terkesan berantakan dan mempersulit
pengisian. Formulir yang baik harus bersifat self-instruction artinya harus
berisi instruksi-instruksi yang jelas bagi pengisi untuk menuliskan data
tanpa harus bertanya lagi.
4) Badan (body)
Body merupakan badan formulir yang disediakan untuk kerja
formulir yang sesungguhnya.
5) Penutup (close)
Close merupakan merupakan ruangan untuk tanda tangan
pengautentikasi atau persetujuan.
b. Aspek Fisik
1) Warna
Desain formulir harus mempertimbangkan penggunaan warna dan
jenis tinta yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan dalam
merancang desain formulir. Warna yang baik adalah warna yang datanya
mudah dibaca, terutama bila menggunkan karbon. Warna yang baik adalah
warna yang cerah.
2) Bahan
Bahan harus diperhatikan dalam penelitian bahan adalah berat
kertas dan kualitas kertas yang berkaitan dengan permanency atau
penyimpanan.
3) Ukuran
Ukuran yang digunakan adalah ukuran praktis yang disediakan
dengan kebutuhan isi formulir. Usahakan ukuran kertas yang digunakan
berupa ukuran kertas yang standar dan banyak dijual.
4) Bentuk
Bentuk menyatakan bentuk vertical, horizontal, dan persegi
panjang.
10
c. Aspek Isi
1) Kelengkapan Item atau Butir Data Item
Data apa saja yang perlu dimasukkan dalam mendesain formulir.
2) Terminologi Data
Ada tidaknya istilah bahasa medis yang tidak diketahui oleh orang
awam yang perlu diberi keterangan dalam Bahasa Indonesia.
3) Istilah
Ada tidaknya istilah yang tidak diketahui oleh orang awam yang
perlu diberi keterangan dengan bahasa yang mudah dimengerti.
4) Singkatan
Ada tidaknya singkatan yang digunakan dalam formulir. Biasanya
setiap rumah sakit memiliki singkatan yang sesuai dengan kebijakan
rumah sakit.
5) Simbol
Ada tidaknya simbol yang digunakan dalam formulir. Biasanya
setiap rumah sakit menggunakan simbol standar yang sesuai dengan
kebijakan rumah sakit (Agatha Maria Puspandari Pudyastuti, 2018).
4. Pengertian Design Interface
Antar muka (User Interface) sangat diperlukan dalam suatu pembuatan
sistem. Dengan adanya antar muka, diharapkan pengguna akan mudah memahami
apa yang harus dilakukan dan menghindari terjadinya kebingungan saat
menggunakan sistem. Pressman (2010, p312).
a. Tujuan Desain Interface
Tujuan dari Desain Antarmuka Pengguna adalah untuk membuat
interaksi pengguna sesederhana dan seefisien mungkin, dalam hal mencapai
tujuan pengguna atau apa yang sering disebut dengan user-centered design.
b. Prinsip Umum Design User Interface
Menurut Deborah J. Mayhew, dengan General Principles Of UI Design,
atau Prinsip Umum Desain User Interface terdapat beberapa prinsip yang harus
dipahami para perancang sistem, terutama untuk mendapatkan hasil maksimal
dari tampilan yang dibuat. Diantaranya :
1) User Compatibility, yang bisa berarti kesesuaian tampilan dengan tipikal
dari user. Karena berbeda user bisa jadi kebutuhan tampilannya berbeda.
Misalnya, jika aplikasi diperuntukkan bagi anak-anak, maka jangan
menggunakan istilah atau tampilan orang dewasa.
11
angka BTO berbeda. Nilai ideal Bed Turn Over (BTO) minimal 30
pasien dalam periode 1 tahun. Artinya, 1 Tempat Tidur diharapkan
digunakan 30 pasien dalam 1 tahun, berarti 1 pasien rata – rata dirawat
selama 12 hari. Hal ini sejalan dengan nilai standar ideal AvLOS yakni 3
– 12 hari. (Sudra, Rano I. 2008)
c. Manfaat Grafik Barber Johnson
1) Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan Tempat Tidur dari suatu
unit dari waktu ke waktu dalam periode tertentu.
2) Memonitor perkembangan pencapaian target efisiensi penggunaan
Tempat Tidur yang telah ditentukan dalam suatu periode tertentu.
3) Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan Tempat Tidur antar unit
dalam periode tertentu memantau dampak dari suatu penerapan
kebijakan terhadap efisiensi penggunaan Tempat Tidur.
4) Mengecek kebenaran laporan hasil perhitungan empat parameter
efisiensi penggunaan Tempat Tidur (Oktariani, 2015).
2. Statistik Data Case-Mix
Case-Mix merupakan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan
yang berhubungan dengan mutu pemeratan dan keterjangkauan yang
merupakan unsur-unsur dalam mekanisme pembayaran biaya pelayanan
kesehatan untuk pasien yang berbasis campuran. Case-Mix merupakan
suatu format klasifikasi yang berisikan kombinasi beberapa jenis penyakit
dan tindakan pelayanan di suatu rumah sakit ataupun puskesmas dengan
pembiayaan yang dikaitkan dengan mutu dan efektivitas pelayanan.
Dalam sistem Case-Mix, yang menjadi perhatian adalah bauran
kasus, yaitu apakah diagnosis utama yang ditegakkan pasien serta
komplikasi apa yang mungkin terjadi akibat diagnosis utama tersebut.
Diagnosis utama itu lah yang dijadikan acuan untuk menghitung biaya
pelayanan.
Selain memberikan fokus dalam masalah penghitungan biaya,
Case-Mix juga memberikan standar nasional mengenai berapa biaya yang
harus dikenakan untuk diagnosis tertentu. Hal ini memberikan kepastian
sekaligus transparansi pada masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan
kesehatan. Dengan demikian, biaya dapat diprediksi, dan keuntungan yang
diperoleh lebih pasti. Dengan data yang begitu lengkap dan akurat, Case-
Mix juga dapat berfungsi sebagai memajukan puskesmas dalam
14
a) Tipe pekerjaan
Pekerjaaan yang menuntut secara mental (seperti inspeksi
dan kontrol kualitas) memerlukan kesabaran dan kehati-hatian.
Pekerja shift mungkin akan kekurangan dua hal tersebut
b) Tipe sistem shift
Gangguan irama tubuh (circadian rhythms) dapat
menimbulkan kerugian terhadap kemampuan fisik dan mental
pekerja shift, khususnya ketika perubahan shift kerja dan shift
malam.
c) Tipe pekerja
Untuk contoh, pekerja yang telah berusia tua memiliki
kemampuan yang minimal untuk menstabilkan irama tubuh
ketika perubahan shift kerja. (Wulandari, 2014).
4) Tujuan dan Manfaat Manajemen Shift Kerja
Tujuan manajemen shift kerja adalah memanfaatkan sumber
daya manusia secara efektif dan optimal, dapat menekan resiko
terjadinya kecelakaan kerja, mengurangi tingkat kejenuhan dalam
bekerja, mengurangi tingkat kelelahan dan stress dalam bekerja,
dan meningkatkan motivasi kerja. (Wulandari, 2014)
Manfaat pembagian kerja adalah agar supaya pekerjaan
terselenggara dengan baik sesuai rencana dan dapat diketahui
dengan jelas tujuan suatu organisasi, pegawai atau karyawan yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya pekerjaan tersebut.
(Marzuki, 1981 dalam Wulandari, 2014).
d. Hubungan Koordinasi
Unit rawat inap (URI) adalah pelayanan klinis yang melayani
pasien yang keadaannya diharuskan menerima perawatan intensif
selama satu hari/ lebih. Fungsi yang terkait URI adalah Tempat
Pendaftaran Pasien Rawat Inap/TPPRI (penerimaan pasien rawat inap,
penyediaan form rawat inap pasien, mengambil/menerima sensus harian
rawat inap dan dokumen rekam medis pasien ranap), Assembling
(perakitan, kelengkapan, pengendalian), Filing (penyedia dokumen
rekam medis riwayat keluarga pasien), Instalasi Pemeriksaan Penunjang
dan Ruang perawatan intensif/OP/tindakan. (Shofari, 2002)
19
yang mempergunakannya
c. Pembagian Sarana dan Prasarana
Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang
dimaksud di atas berikut ini akan diuraikan istilah sarana kerja/fasilitas
kerja yang ditinjau dari segi kegunaan. Menurut Moenir (2000:120)
membagi sarana dan prasarana sebagai berikut :
1) Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung
sebagai alat produksi untuk menghasilkan barang atau berfungsi
memproses suatu barang yang berlainan fungsi dan gunanya.
2) Perlengkapan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi
sebagai alat pembantu tidak langsung dalam produksi,
mempercepat proses, membangkit dan menambah kenyamanan
dalam pekerjaan.
3) Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis benda yang
berfungsi membantu kelancaran gerak dalam pekerjaan, misalnya
mesin ketik, mesin pendingin ruangan, mesin absensi, dan mesin
pembangkit tenaga.
d. Macam-macam Tata Ruang Kantor
Tata ruang kantor adalah pengaturan tata ruang kantor serta
penyusunan alat-alat dan perabotan kantor pada luas lantai dan
ruangan kantor yang tersedia untuk memberikan sarana bagi pekerja
(Nuraida, 2008). Secara garis besar, tata ruang kantor dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
1) Ruang kantor terbuka (open plan offices)
2) Ruang kantor tertutup.
Tabel 2. 3
Waktu Penyediaan Dokumen Rekam Medik Pelayanan Rawat Jalan
Tabel 2. 4
Waktu Penyediaan Dokumen rekam medis Pelayanan Rawat Inap
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif waktu penyediaan
rekam medis sampel rawat inap yang
diamati
Denominator Total sampel penyediaan rekam
medis rawat inap yang diamati
Sumber data Hasil survei
pengamatan diruang pendaftaran
rawat jalan
Sumber data Survey
Standar < 15 menit
Penanggung jawab Kepala instalasi rekam medik
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan No 129 tahun 2008
2. Manajemen Resiko
a. Kebijakan dan Standar Operasional Prosedur Manajemen Resiko
1) Pengertian Manajemen Resiko
Smith (1990) mendifinisikan manajemen resiko sebagai
proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah
resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah
perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau
kerugian pada perusahaan tersebut.
Menurut Djojosoedarso (2003) manajemen resiko adalah
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan
resiko, terutama resiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan,
keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan,
mengorganisir, menyusun, memimpin atau mengkordinir, dan
mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan
resiko.
2) Tujuan dan Sasaran Manajemen resiko
Tujuan Manajemen Resiko yang hendak dicapai adalah
mencegah kegagalan perusahaan, mengurangi pengeluaran,
menaikkan keuntungan perusahaan, menekan biaya produksi dan
lain sebagainya.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk
mengurangi resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan
29
bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh
masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang
disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan
politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen resiko melibatkan
segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas
manajemen resiko (manusia, staff, dan organisasi).
3) Manfaat Manajemen Resiko
Menurut Darmawi, (2005) Manfaat manajemen resiko yang
diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima)
kategori utama yaitu :
a) Manajemen resiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari
kegagalan.
b) Manajemen resiko menunjang secara langsung peningkatan
laba.
c) Manajemen resiko dapat memberikan laba secara tidak
langsung.
d) Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh
adanya perlindungan terhadap resiko murni, merupakan harta
non material bagi perusahaan itu.
e) Manajemen resiko melindungi perusahaan dari resiko murni,
dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai
perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung
menolong meningkatkan public image.
b. Standar Operasional Prosedur (SOP)
1) Pengertian Standar Operasional Prosedur
Menurut Tjipto Atmoko, Standart Operasional Prosedur
merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi
pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif
dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem
kerjapada unit kerja yang bersangkutan.
2) Manfaat Standar Operasional prosedur (SOP)
a) Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan yang menyelesaikan tugasnya.
b) Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin
30
mudah dilacak
d) Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
e) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin. Oleh
karena itu diperlukan standar-standar operasi prosedur
sebagai acuan kerja secara sungguh-sungguh untuk menjadi
sumber daya manusia yang profesional, handal sehingga
dapat mewujudkan visi dan misi perusahaan.
5) Langkah Langkah Pembuatan SOP
a) Penulisan SOP
Dalam pembuatan SOP perlu adanya langkah – langkah
dalam menyusun SOP tersebut, agar tidak rancu dan jelas.
Standart Operating Procedure (SOP) dapat dikatakan baik
jika semua yang tertulis di dalamya dapat dibaca dan
dimengerti oleh setiap orang yang menggunakannya. Oleh
sebab itu diperlukan suatu cara yang benar dalam pembuatan
Standart Operating Procedure. Berikut cara efektif dalam
membuat Standart Operating Procedur.
(1) Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedure
dalam kalimat yang pendek. Kalimat yang panjang lebih
susah dimengerti.
(2) Menuliskan setiap tahapan proses pada susatu prosedure
dalam bentuk kalimat perintah. Kalimat perintah
menunjukkan langsung apa yang harus dilakukan.
(3) Mengkomunikasikan dengan jelas setiap kata yang
digunakan pada suatu prosedur.
(4) Menggunakan istilah – istilah atau singkatan yang
memang sudah umum digunakan dalam kegiatan sehari-
hari.
b) Prinsip dalam penulisan SOP
(1) Tetapkan, telaah kebijakan yang mendasari suatu
prosedur/proses kerja.
(2) Pertimbangkan prosedur merupakan suatu prosedur
menyeluruh atau terdiri dari kumpulan beberapa prosedur
yang lebih kecil (terutama bila prosedur tersebut cukup
panjang, dipecah-pecah, misalnya: Tahap Persiapan,
32
Tabel 2. 6
Anatomi Sistem Reproduksi Perempuan
d. Kodefikasi
b. Terminologi Medis
Tabel 2. 9
Terminologi Medis Sistem Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
Elemen Arti
Gravida Hamil
Para Melahirkan
b. Terminologi Medis
Tabel 2.10
Terminologi Medis Kondisi Periode Perinatal
4. Malformasi Kongenital
a. Definisi
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
44
Tabel 2.11
Istilah Medis Malformasi Kongenital
c. Kodefikasi
Berdasarkan ICD 10 Edisi 5 tahun 2010, kodefikasi malformasi
kongenital terdapat pada bab XVII dengan klasifikasi blok kode sebagai
berikut:
Q00-Q07 Cacat bawaan dari sistem saraf.
Q10-Q18 Kongenital malformasi mata, telinga, wajah dan leher.
Q20-Q28 Kongenital malformasi sistem peredaran darah.
Q30-Q34 Kongenital malformasi pada sistem pernapasan.
Q35-Q37 Sumbing bibir sumbing dan palate.
Q38-Q45 Kongenital malformasi lain dari sistem pencernaan.
Q50-Q56 Malformasi kongenital organ genital.
Q60-Q64 Malformasi kongenital dari sistem urin.
Q65-Q79 Kongenital sistem malformasi dan deformasi musculoskeletal.
Q80-Q89 Cacat bawaan lainnya.
Q90-Q99 Kromosom kelainan,NEC.
BAB III
HASIL KEGIATAN
A. Desain Formulir
1. Formulir Manual
Gambar 3.1
Formulir Assesmen Rehabilitasi Medik
a. Analisis formulir manual rawat jalan
Nama rumah sakit : RSUD Ciamis
Nama formulir : Assesmen Rehabilitasi Medik
Tempat menyimpan formulir : Poliklinik Rehabilitasi Medik
Jumlah lembar : 1 Lembar
1) Aspek Fisik
a) Bahan :Kertas HVS 70gram
b) Bentuk :Potrait
c) Ukuran :A4
d) Warna : Warna Kertas: Putih
Warna Tinta: Hitam
2) Heading
a) Judul :Assesmen Rehabilitasi Medik
b) Sub Judul :Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
45
46
Diagnosa Fisioterapi
c) Halaman :Tidak terdapat halaman
3) Introduuction :Tidak terdapat introduction
4) Intruction :Tidak terdapat instruction
5) Body
a) Margin : Kanan : 1 cm
Kiri: 2 cm
Atas: 1 cm
Bawah: 1,5 cm
b) Spasi : 1 cm
c) Huruf : Calibri ( Judul 16, Isi 12)
d) Cara mengisi : Ditulis tangan/manual
6) Close
a) Tempat : Tidak terdapat tempat
b) Tanggal : Tidak terdapat tanggal
c) Waktu : Tidak terdapat waktu
d) Tanda tangan : Terdapat tanda tangan dokter
e) Catatan tambahan :Terdapat bagian untuk pengisian
nama dan no identitas dokter
7) Aspek Isi
a) kelengkapan :Lengkap
b) Istilah :Assesmen, anamnesis, inspeksi,
palpasy,tesy
c) Singkatan :Tgl, TTD
d) Simbol :Tidak terdapat simbol
47
Gambar 3.2
Desain Interface Specify requirements
2 Direct Manipulation (Bisa dilakukan short cut untuk mengerjakan
sesuatu)
Shortcut interface ini terdapat pada interface web browsing dalam
chrome untuk memudahkan user dalam menjalankan atau
menggunakan interface. Direct manipulation atau manipulasi
langsung sudah terdapat dalam interface ini, dapat dilihat ketika
sedang menginput data yang akan langsung muncul hasilnya,
sehingga apa yang dilakukan oleh user akan ditampilkan oleh
interface.
Gambar 3.3
Desain Interface Responsiveness
Gambar 3.4
Desain Interface Protection
Terdapat juga fitur keamanan lainnya yaitu batal atau undo, fitur ini
berguna untuk membatalkan proses yang telah dilakukan, dalam hal
ini saya mengambil contoh yaitu pembatalan pada kunjungan pasien
dan edit data pasien.
52
Gambar 3.5
Desain Interface Protection
Gambar 3.6
Desain Interface Protection
Formulir elektronik yang dianalisis yaitu SIMRS GOS2
sudah baik karena mudah di mengerti sehingga mudah digunakan.
User Compatibility sudah sesuai dengan pengguna, Product
Compatibility mudah dipahami, Task Compatibility sesuai karena
fungsi desain interface sudah sesuai dengan tampilannya, bisa
dilakukan Direct Manipulation, terdapat fitur Responsiveness dan
protection untuk menghindari kesalahan. Jadi secara keseluruhan
desain interface SIMRS GOS2 sudah baik dan sesuai dengan teori
prinsip umum desain interface menurut Deborah J. Mayhew tahun
1992 yang ditulis dalam Adaptasi Deborah J.Mayhew,1992.
53
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Yeni
2 Angga
3 Upit
4 April Eka Mawar
5 Hesti
6
7
8
9
10
Gambar 3.7
Sensus Harian
PASIEN KELUAR RUANGAN
PASIEN DIPINDAHKAN KE RUANGAN LAIN PASIEN KELUAR RUMAH SAKIT
LAMA
CARA PASIEN KELUAR RS
KE RUANG / DIRAWAT
NO NAMA PASIEN NO RM KELAS NAMA PASIEN NOMOR RM KELAS DIIZINKAN PINDAH KE PULANG MATI
KELAS DIRUJUK LARI
PULANG RS LAIN PAKSA < 48 JAM > 48 JAM
1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Santi Melati 4
2 Sheila Melati 3
3 Amin v 4
4 Hendra v 4
5 Agus v 6
6 Feby v 5
7
8
9
10
TOTAL 26
Gambar 3.8
Sensus Harian
Resume :
a) Pasien Awal : 26
b) Pasien Masuk :5
c) Pasien Pindahan :1
d) Total Pasien Dirawat : 32
e) Pasien Diizinkan Pulang : 2
f) Pasien Dirujuk :1
g) Pasien Pindah Ke Rs Lain : 0
h) Pasien Pulang Paksa :0
i) Pasien Melarikan Diri :0
54
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Annga
2 Anis Mawar
3 Rini Apri Mawar
Gambar 3.9
Sensus Harian
Gambar 3.10
Sensus Harian
Resume :
a) Pasien Awal : 26
b) Pasien Masuk :2
c) Pasien Pindahan :2
d) Total Pasien Dirawat : 30
e) Pasien Diizinkan Pulang : 3
55
f) Pasien Dirujuk :0
g) Pasien Pindah Ke Rs Lain : 0
h) Pasien Pulang Paksa :0
i) Pasien Melarikan Diri :0
j) Total Pasien Keluar Hidup: 3
k) Pasien Dipindahkan :0
l) Mati Kurang Dari 48 Jam : 1
m) Mati Lebih Dari 48 Jam :0
n) Total Pasien Keluar :4
o) Banyak Pasien Yang Masih Dirawat: 26
p) Pasien Masuk Dan Keluar Pada Hari Yang Sama: 0
2) Rekapitulasi Bulanan Sensus Harian
Tabel 3.3
Rekapitulasi Bulanan Sensus Harian
PERINCIA
PASIEN MATI (9+10)
PASIEN PINDAHAN
N PSIEN
LAMA DIRAWAT
JUMLAH (2+3+4)
JUMLAH (6+7+8)
PASIEN MASUK
DIPINDAHKAN
PASIEN AWAL
PASIEN YANG
DIRAWAT)
TANGGAL
KURANG DARI 48
JAM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14
1 22 3 0 25 0 2 0 0 0 2 8 23
2 23 4 0 27 0 3 0 0 0 3 14 24
3 24 5 0 29 0 6 0 0 0 6 24 23
4 23 6 0 29 0 6 0 0 0 6 18 23
5 23 7 0 30 0 6 0 0 0 6 18 24
6 24 5 0 29 0 5 0 0 0 5 20 24
7 24 5 0 29 0 4 0 0 0 4 16 25
8 25 3 0 28 0 5 0 0 0 5 20 23
9 23 4 1 28 1 3 1 0 1 5 15 23
10 23 3 0 26 0 4 0 0 0 4 16 22
11 22 6 1 29 0 6 0 0 0 6 18 23
56
12 23 5 0 28 5 0 0 0 0 5 20 23
13 23 4 0 27 3 0 0 0 0 3 12 24
14 24 6 0 30 7 0 0 0 0 7 21 23
15 23 3 0 26 2 0 0 0 0 2 6 24
16 24 4 0 28 4 0 0 0 0 4 12 24
17 24 5 0 29 5 0 0 0 0 5 15 24
18 24 3 0 27 4 0 0 0 0 4 16 23
19 23 5 0 28 3 0 0 0 0 3 12 25
20 25 4 0 28 4 0 0 0 0 4 16 24
21 24 4 1 29 3 1 0 3 1 4 12 25
22 25 3 0 28 3 0 0 1 0 3 12 25
23 25 3 0 28 4 0 0 2 0 4 12 24
24 24 5 0 29 4 0 0 1 0 4 16 25
25 25 3 0 28 3 0 0 2 0 3 12 25
26 25 5 0 30 4 0 0 2 0 4 16 26
27 26 3 0 29 5 0 0 1 0 5 15 24
28 24 4 0 28 1 0 0 1 0 2 12 26
30 26 5 1 32 3 1 0 2 1 6 26 26
31 26 2 2 30 3 1 1 0 0 4 15 26
JM 85 12 12 46 72
H 22 127 6 1 16 0 4 1 3 8 5 3
Tabel 3.4
Rekapitulasi Bulanan
JUMLAH LAMA DIRAWAT
PERINCIAN
PASIEN KELUAR HIDUP
PASIEN SISA
BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Juli 22 133 136 4 1 3 465 26 723
Agustus 26 133 136 3 0 3 450 26 723
September 26 840 165 5 2 3 410 24 730
JUMLAH
TRIWULAN 22 1106 437 12 3 9 1325 24 2176
57
3) Rekapitulasi Tahunan
JUMLAH LAMA
PASIEN AWAL
KURANG DARI 48
JUMLAH HARI
JUMLAH HARI
PASIEN SISA
LEBIH DARI 48
KETERANGAN
(PERIODE)
DIRAWAT
MAX SENSUS
RAWAT
HIDUP
KELAS VIP
KELAS III
HARIAN
KELASII
KELAS I
TRIBULAN
JAM
JAM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 16 17 18
I 23 1423 425 9 6 3 1093 22 2330 90
II 22 1100 437 12 3 9 1310 24 2176 91
III 22 1106 437 12 3 9 1325 24 2176 92
IV 26 2431 460 5 3 2 1087 22 2338 92
JUMLAH 23 6060 1759 38 15 23 4815 22 9020 365
Gambar 3.11
Rekapitulasi Tahunan
b. Menghitung BOR
BOR = O x 100
A
= HP x 100
t A
= 9020 x 100
365 35
= 24,71 x 2,86
= 70,67
= 71%
c. Menghitung LOS
LOS = O x 365
D
= HP x 365
t 1797
= 9020 x 365
365 1797
= 24,71 x 0,20
= 5,01
= 5 hari
d. Menghitung TOI
TOI = (A – O) x t
D
= (35 – 24,71) x 365
1797
= 10,29 x 0,20
58
= 2,058
= 2 hari
e. Menghitung BTO
BTO = D
A
= 1797
35
= 51,34
= 51 kali
f. Grafik Barber Johnson
1) Mencari titik BOR
LOS = BOR / 10
= 71 / 10
= 7,1
TOI = 10 – LOS
= 10 – 7,1
= 2,9
2) Mencari titik BTO
LOS = O x t / BTO
= 1 x 365 / 51 = 7,1
TOI = O x t / BTO
= 1 x 365 / 51 = 7,1
59
Gambar 3.12
Grafik Barber Johnson
Gambar 3.13
Kinerja Pelayanan
a) Bed Occupancy Rate (BOR) RSD Mangusada tahun 2018
yaitu 83,53% , menurut Departemen Kesehatan standar ideal
64
Gambar 3.14
Data Pelayanan Rawat Jalan
Data pelayanan rawat jalan di RSD Mangusada pada tahun
2018 yaitu 186.303 kunjungan dan kunjungan terbanyak
adalah ke poliklinik interna dengan jumlah 29.660 kunjungan
atau 15,92%, sedangkan klinik yang mendapat kunjungan
terendah yaitu pavilion psikiatri dengan jumlah 93 kunjungan
atau 0,04%. Di dalam profil ini juga dibantu dengan
dokumentasi yang sangat baik karena setiap pelayanan di
poliklinik dilampirkan. Data yang ditampilkan sangat baik
karena berupa deskripsi dan tabel yang sangat jelas dan
lengkap.
h) Pelayanan IGD
Gambar 3.15
Data Pelayanan IGD
67
Gambar 3.16
Data Pelayanan Penunjang Medis
Data pelayanan penunjang medis di RSD Mangusada pada
tahun 2018 yaitu 86.268 kunjungan, dengan kunjungan
terbanyak adalah ke laboratorium jumlah 53.116 kunjungan
atau 61,57%, sedangkan kunjungan terendah yaitu endoskopi
dengan jumlah 171 kunjungan atau 0,20%. Data yang
ditampilkan sangat baik karena berupa deskripsi dan tabel
yang sangat jelas dan lengkap.
68
Gambar 3.17
Data Pelayanan Rawat Inap
Data pelayanan rawat inap di RSD Mangusada pada tahun
2018 yaitu 19.399 kunjungan, dengan kunjungan terbanyak
adalah ruangan janger jumlah 4.756 kunjungan atau 24.52%,
sedangkan kunjungan terendah yaitu ruangan ICCU dengan
jumlah 310 kunjungan atau 1,6%. Data yang ditampilkan
sangat baik karena berupa deskripsi dan tabel yang sangat jelas
dan lengkap.
3) Penilaian Penulisan
a) Data
Data yang terdapat dalam profil RS Mangusada tahun 2019
sangat bagus, karena data yang terlampir lengkap, sesuai
dengan kebutuhan profil rumah sakit, data yang tersaji juga
sangat rapi serta disertai deskripsi, tabel, gambar dan grafik.
Data yang terdapat dalam tabel dan grafik lengkap, terdapat
jumlah atau nilai yang dibutuhkan, serta sudah terdapat nilai
69
akhir dari setiap tabel, sehingga data dari tabel tersebut dapat
dianalisis dan digunakan.
Data dalam deskripsi pun lengkap dan jelas, karena
disebutkan data dalam deskripsi secara baik menggunakan
kalimat yang mudah dimengerti. Sedangkan data dalam
gambar hampir mencakup gambar dari seluruh fasilitas.
b) Tampilan
Tampilan profil RS Mangusada tahun 2019 sangat menarik
dan mudah dipahami, tampilan dan penyimpanan sudah rapi,
khususnya tampilan tabel dan grafik sehingga mudah dibaca
dan dipahami, serta tampilan data sudah lengkap karena ada
frekuensi jumlah, presentase, dan total.
c) Format
Format profil RS Mangusada tahun 2019 sudah baik karena
format berkesinambungan, sudah dikelompokan dengan baik
sesuai dengan klasifikasinya.
b. Pengolahan Data Excel
1) Sepuluh Penyakit Terbanyak Rawat Jalan RS Poltekkes
Tasikmalaya Bulan September Tahun 2018
a) Tabel
Tabel 3.5
10 Besar Penyakit Rawat Jalan
KODE
No ICD 10 DESKRIPSI JUMLAH PERSEN
Fetus and newborn
affected by
1 P03.4 caesarean delivery 38 9,82%
Gastroenteritis and
colitis of unspecified
2 A09.9 origin 36 9,30%
3 K30 Dyspepsia 13 3,36%
Non-insulin-
dependent diabetes
mellitus Without
4 E11.9 complications 13 3,36%
5 J18.0 Bronchopneumonia, 10 2,58%
70
unspecified
Atherosclerotic heart
6 I25.1 disease 9 2,33%
Dengue
7 A91 haemorrhagic fever 8 2,07%
8 J45.9 Asthma, unspecified 8 2,07%
Hypertensive heart
disease without
(congestive) heart
9 I11.9 failure 8 2,07%
Other low birth
10 P07.1 weight 8 2,07%
TOTAL 387 100%
b) grafik
Gambar 3.18
10 Besar Penyakit Rawat Jalan
c) Deskripsi
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat disimpulkan
bahwa penyakit yang sering terjadi di rawat jalan RS Poltekkes
Tasikmalaya bulan September 2018 adalah Fetus and newborn
affected by caesarean delivery, Gastroenteritis and colitis of
unspecified origin, Dyspepsia, Non-insulin-dependent diabetes
mellitus Without complications, Bronchopneumonia,
unspecified, Atherosclerotic heart disease, Dengue
haemorrhagic fever, Asthma, unspecified, Hypertensive heart
71
Gambar 3.19
10 Besar Penyakit Rawat Inap
c) Deskripsi
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat disimpulkan
bahwa penyakit yang sering terjadi di rawat inap RS Poltekkes
Tasikmalaya bulan September 2018 adalah Premature rupture
of membranes, onset of labour within 24 hours, Gastroenteritis
and colitis of unspecified origin, Fetus and newborn affected
by caesarean delivery, Hypertensive heart disease without
(congestive) heart failure, Spontaneous abortion Incomplete,
without complication, Cerebral infarction, unspecified, Severe
pre-eclampsia, Severe pre-eclampsia, Maternal care for
breech presentation, dan Other cerebral infarction. Dimana
data penyakit terbanyak yaitu Premature rupture of
membranes dengan kode O42.0 berjumlah 42 kasus atau
3,93%.
73
b) Grafik
Gambar 3.20
10 Penyakit Penyebab Kematian Terbanyak Rawat Inap
c) Deskripsi
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat
disimpulkan bahwa penyakit penyebab kematian yang
paling banyak terjadi di rawat inap RS Poltekkes
Tasikmalaya bulan September 2018 adalah Sepsis
Unspecified, Other Intracerebral Haemorrhage, Other
Cerebral Infarction, Other pneumonia, organism
unspecied, Tuberculosis Meningitis, Hypertensive Renal
Disease With Renal Failure, Atherosclerotic Heart Disease,
Cerebral Infarction , unspecified, Gastrointestinal
haemorrhage unspecified, dan Status epilepticu usnpecified.
Dimana data penyakit terbanyak yaitu sepsis unspecified
dengan kode A41.9 berjumlah 4 kasus atau 8,33%.
75
b) Grafik
Gambar 3.21
10 Tindakan Operasi Terbanyak Rawat Inap
c) Deskripsi
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat disimpulkan
bahwa 10 operasi yang paling banyak dilakukan di rawat inap
RS Poltekkes Tasikmalaya bulan September 2018 adalah
Other Manualy Assisted Delivery, Other Transfusion Whole
Blood, Computerized Axial Tomography Of Head, Other
Cesarean Section Of Unspecified Type, Electrocardiogram,
Dilation And Curetage Following Delivery Or Abortion,
Hemodialysis, Cesarean Section Of Other Specified Type,
Repair Of Hernia, dan Diagnostic Ultrasound Of Gravid
Uterus. Dimana data penyakit terbanyak yaitu other manually
assisted delivery dengan kode 73.59 berjumlah 122 operasi
atau 17,91%.
77
Gambar 3.22
Jumlah Pasien Rawat Inap Berdasarkan Kelas Perawatan
c) Deskripsi
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat disimpulkan
bahwa pasien dengan kelas perawatan 1 berjumlah 136 orang,
kelas perawatan 2 berjumlah 322 orang dan kelas perawatan 3
berjumlah 2313 orang. Hal tersebut menunjukan bahwa pasien
terbanyak yaitu di kelas perawatan 3 berjumlah 2313 orang
78
Gamber 3.23
Average, Max , Min
c) Deskripsi
Dari tabel dan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
average adalah 5,3670412, max 55 dan min 1.
C. Manajemen Unit Kerja
1. Perencanan SDM unit Kerja RMIK
Dalam penyelenggaraan sistem rekam medis yang baik, maka
diperlukan penyusunan pola ketenagaan untuk mengetahui kebutuhan
tenaga berdasarkan analisis beban kerja. Salah satu cara untuk
menentukan pola ketenagaan dapat dihitung menggunakan rumus ABK
Kesehatan. Menurut Tim Pusrengun SDM Kesehatan Badan PPSDM
79
= (312-(12+12+6+12)) x 42
= 270 x 42
= 11.340 jam
= 680.400 menit
SBK =
WKT
10
= 68.040 menit
81
FTP =
Waktu kelonggaran x waktu kegiatan X100
WKT
=
60 x 52 X 100
680.400
= 0,45 menit
STP = 1 / (1-FTP/100)
= 1 / (1-0,45/100)
= 1 / 0,995
= 1,005 = 1
SDMK =
Capaian 1 tahun X STP
SBK
=
57.000
68.040
= 0,8377 = 1 0rang
RMIK supaya pekerjaan yang dilakukan akan lebih cepat dan tepat,
Unit Kualifikasi
Nama Jabatan
Pendidikan
Kepala Dr. H. Rizali Penanggung S2 Magister
Instalasi Sofiyan, MM jawab Kesehatan
Rekam Medis
Administrasi Marini Koordinator DIII Rekam
dan Pelayanan Agustina AMD. Medis
Rekam Medis RMIK
Penanggung 1. Titim Fatimah Koordinator SMP
Jawab 2. Hendarsyah Anggota
assembling SMA
dan arsip
dokumen
rawat inap
Jabatan Kualifikasi
Unit Nama
Pendidikan
6. Dewi Anggota
7. Intan R.I Anggota S1 Kesmas
8. Agus S Anggota
9. Aldi S Anggota SMA
10. Kiki Anggota
DIII RMIK
11. Maulani Anggota
Pendaftaran 1. Erni Kateni Koordinator SMA
Rawat Inap 2. Ae Anggota
dan Admisi Anggota DIII Rekam
3. Yetiningsih
Medis
4. Ambi Ambia Anggota
5. Endang Anggota
6. Aris Anggota SMA
7. Tati Anggota SMA
S Sos
Jabatan Kualifikasi
Unit Nama
Pendidikan
5. Nana K Anggota DIII Rekam
6. Andi Medis
Maulana Anggota
7. Firman Anggota
8. Iman DIII Rekam
Firdhaus Medis
Amd.Kes
Sumber : Data Sekunder RSUD Kabupaten Ciamis (2019)
b. Pengorganisasian Pekerjaan Unit Kerja RMIK
Pengorganisasian pekerjaan pada Unit Kerja RMIK di RSUD
Kabupaten Ciamis dilakukan dengan sistem pekerjaan berupa
bekerja sesuai tugas dan tanggung jawab pada unit masing –
masinh terkait.
Unit rekam medis di RSUD Kabupaten Ciamis dipimpin oleh
dr. H. Rizali Sofyan, MM dan dibagi ke dalam dua unit,
diantaranya yaitu unit Rekam Medis (RM), dan unit Tempat
Pendaftaran Rawat Jalan (TPPRJ). Unit kerja rekam medis ini
berada di bawah pelayanan medis.
Unit TPPRJ dikoordinatori oleh 1 orang dimana membawahi
bagian filing dan pendaftaran. Pada unit RM dikoordinatori
langsung oleh kepala rekam medis.Pengisian Sensus Harian
Gawat Darurat (SHGD) dilakukan oleh administrasi IGD, yang
berpengaruh terhadap pencatatn dan pelaporan Rumah Sakit.
TPPRI dikoordinatori oleh 1 orang yang membawahi petugas
pendaftaran pasien rawat inap. Selain melakukan pendaftaran,
petugas juga bertanggungjawab terhadap pengisian buku register,
yang berpengaruh terhadap pencatatan dan pelaporan Rumah Sakit.
Pembagian waktu kerja di TPPRI dibuat shift, hal ini dikarenakan
unit TPPRI buka 24 jam untuk melayani pasien yang datang tak
terduga maupun yang bisa datang kapan saja.Pembagian
waktu kerja terbagi menjadi 3 shift, yaitu :
1) Shift pagi dari pukul 07.00 – 14.00;
90
Tebal DRM
=
250 x 6 x 1
0,5
= 3000
Expansi 25% = panjang rak seluruhnya x 25%
= 3000 x 25%
= 750
Kapasitas rak setelah expansi
Kapasitas = panjang rak seluruhnya – expansi 25%
= 3000 – 750
= 2250
Kebutuhan rak =
Jumlah DRM
Expansi
=
62.720
2.250
= 27,875 = 28 rak
95
jumlah kunjungan baru yang bertambah di tahun 2020 maka unit Filing
180 cm
35 cm
80 80
250 cm cm
cm
180 cm
80
cm
80 cm
Gambar 3.24
Desain Rak Elektronik
pengambilan dan penyimpanan dokumen rekam medis. Selain itu unit filing
tidak boleh terasa pengap dan panas serta harus ada jalan masuknya cahaya
dari ventilasi.
Menurut Rustiyanto, 2011, Jarak ideal untuk akses jalan petugas
antara almari satu dengan almari lain kurang lebih 180-200 cm, sedang
lorong dibagian sub rak kurang lebih 80-100 cm. Sehingga desain ruangan
filing diatas sudah sesuai dengan teori jarak ideal menurut Rustiyanto.
Maka desain ruang filing tersebut sudah sesuai dengan aspek ergonomi.
D. Quality Assurance dan Manajemen Resiko
1. Quality Assurance
Referensi video yang dianalisis yaitu video yang berjudul mutu pelayanan
rekam medis, yang didalamnya terdapat materi-materi yang cukup lengkap dan
sesuai dengan teori. Materi yang dijelaskan dalam video yang dianalisis adalah
sebagai berikut:
Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen, antara lain
identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Tugas dari dari
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kerja instalasi rekam medis dengan menganalisa hasil
kegiatan tahun sebelumnya;
b. Membuat usulan kebutuhan tenaga dan sarana prasaraba kain yang
dibutuhkan;
c. Membuat uraian tugas staff, memonitor, menganalisa dan mengevaluasi data
rekam medis;
d. Mengelola penyelenggaraan RM;
e. Menyiapkan bahan dalam rangka analisis data;
f. Merencanakan peningkatan SDM;
g. Menyusun Standar Prosedur Operasional Rekam Medis.
Quality Assurance (QA) adalah suatu sistem manajemen yang berfokus
pada pelanggan atau suatu pendekatan manajemen untuk organisasi yang
terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya bertujuan
untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi
keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta masyarakat.
Mutu merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dan harapan
konsumen baik internal maupun eksternal. Mutu juga dapat diatrikan sebagai
97
suatu proses perbaikan yang bertahap dan terus menerus.” –Al Assaf.1998
Mutu rekam medis sangat berperan bagi rumah sakit karena bertanggung
jawab dalam menjaga kerahasian informasi dan data pasien, serta pencatatan
medis. Faktor yang mempengaruhi mutu pelayanannya yaitu man, money,
material, mechine, modern information method, market, motivation,
management, dan marketing product requitment.
Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah suatu yang diterima seseorang
dalam hubungannya dengan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan suatu
gangguan kesehatan tertentu. Syarat rekam medis menjadi suatu pelayanan
adalah apabila DRM tersebut diperlukan untuk kepentingan asuransi, kontrol
ulang, kepentingan hukum, dan kepentingan rujukan.
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tingkat kepuasan ratarata penduduk serta penyelenggaraanya sesuai dengan
standar dan kode etik profesi (Azwar dalam Purwoastuti, 2010). Maka dari itu
Mutu pelayanan Rekam Medis meliputi indikator mutu menurut Dirjen Yanmed
(2001;5) :
a. Sensitif, yaitu peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak terlalu
banyak;
b. Spesifik, yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas, tidak
tumpang tindih;
c. Valid, benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek yang dinilai;
d. Dapat dipercaya (reliable), yaitu mampu menunjukan hasil secara sama
pada saat yang berulang kali, saat ini maupun yang akan datang.
Sedangkan indikator pelayanan dalam rekam medis menurut
Sabarguna,2004 adalah:
a. Professional
1) Petugas yang terlatih;
2) Blangko status yang baku;
3) Pencatatan dan pelaporan sesuai aturan;
4) Tiap lembar lengkap.
b. Efisiensi
1) Tidak ada pasien dengan status 2 jenis;
2) Tidak ada status pasien yang hilang;
3) Ditandatangani oleh dokter yang merawat;
98
Gambar 3.25
Standar Prosedur Operasional
1) Kotak Heading
a) Heading dan kotaknya sudah dicetak pada halaman. SOP ini hanya
memiliki 1 halaman, dan memiliki heading yang lengkap yaitu terdiri
dari Kotak Nama RS, Judul SOP, No. Dokumen, No. Revisi, tanggal
tertib, penetapan oleh direktur RS (berisi nama, no identitas, dan tanda
tangan), serta Halaman.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa heading SOP ini sudah sesuai
dengan teori.
b) Kotak RS lengkap, terdapat nama RS yaitu Rumah Sakit Umum Daerah
Ciamis, logo RS, alamat RS yaitu Jln Rumah Sakit no 76, no telp RS
yaitu (0265)771018.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kotak SOP ini sudah sesuai dengan
teori.
c) Judul SOP sudah diberi judul/nama SOP sesuai proses kerjanya, yaitu
PENERIMAAN PASIEN DI TPPRI, dan judul tersebut sudah sesuai
dengan proses kerjanya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa judul SOP ini sudah sesuai dengan
teori.
d) No. Dokumen sudah diisi sesuai ketetuan penomoran yang berlaku di
RS tersebut, yaitu 441/166.558/03.03.01.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa No Dokumen SOP ini sudah sesuai
107
dengan teori.
e) No. Revisi sudah ada dan diisi dengan nomor 0 yang berarti SOP baru.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa No Revisi SOP ini sudah sesuai
dengan teori.
f) Halaman sudah diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga total
halaman untuk SOP tersebut, yaitu 1/1 yang berarti halaman ke 1 dari 1
halaman.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa halaman SOP ini sudah sesuai
dengan teori.
g) SOP sudah diberi penamaan sesuai ketentuan (istilah) yang digunakan
RS yaitu Standar Prosedur Operasional.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penamaan SOP ini sudah sesuai
dengan teori.
h) Tanggal terbit sudah diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya atau tanggal
diberlakukannya SOP tersebut, yaitu 1 Nopember 2016.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanggal terbit SOP ini sudah sesuai
dengan teori.
i) Ditetapkan Direktur sudah diberi tanda tangan Direktur, nama jelasnya,
dan nomor identitasnya, yaitu dr.H.Aceng Solahudin Ahmad,M.Kes
dengan golongan Pembina VI/a dan NIP 19680612 200112 1 005.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penetapan SOP ini sudah sesuai
dengan teori.
2) Isi SOP:
a) Pengertian sudah berisi penjelasan dan atau definisi tentang istilah yang
mungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah pengertian.
Pengertian dalam SOP ini yaitu “Prosedur ini mengatur tata cara untuk
membuat dan menyusun rekam medis baru untuk pasien baru maupun
untuk pasien lama yang kembali berobat setelah 5 (lima) tahun.”
Pengertian ini sudah memberikan penjelasan atau definisi mengenai
SOP ini adalah untuk pedoman menyusun rekam medis baru.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian SOP ini sudah sesuai
dengan teori.
b) Tujuan sudah berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik.
Tujuan dalam SOP ini yaitu “untuk memberikan pedoman/ aturan
dalam proses pembuatan rekam medis baru:
108
Tujuan ini sudah memberikan penjelesan untuk apa SOP ini dibuat
yaitu untuk aturan pembuatan rekam medis baru.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan SOP ini sudah sesuai dengan
teori.
c) Kebijakan tidak berisi kebijakan Direktur/Pimpinan RS yang menjadi
dasar dibuatnya SOP tsb. Tidak dicantumkan kebijakan yang mendasari
SOP tersebut, namun telah dicantumkan peraturan/keputusan dari
kebijakan terkait.
Peraturan/kebijakan terkait dibuatnya SOP ini yaitu:
(1) Permenkes No 269/MENKES/PER/III/2008
(2) SK Direktur Nomor 445/Kpts.364/RSUD/XI/2016
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan SOP ini kurang sesuai
dengan teori karena hanya terdapat kebijakan peraturan saja, tidak
mencantumkan dasar pembuatan SOP.
d) Prosedur hanya berisi penjelasan syarat pembuatan rekam medis baru,
tidak ada langkah-langkah kegiatan untuk menyelesaikan proses
kegiatan pembuatan rekam medis tersebut.
prosedur dalam SOP:
(1) Pasien baru yang berobat di RSUD Kabupaten Ciamis dibuatkan
berkas rekam medis dan kartu berobat baru.
(2) Pasien lama yang kembali berobat (tidak aktif) setelah lebih dari 5
(lima) tahun, maka dibuatkan berkas rekam medis dan kartu berobat
baru.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa prosedur SOP ini kurang sesuai
dengan teori karena hanya terdapat penjelasannya saja dan tidak
mencantumkan proses kegiatan.
e) Unit terkait sudah berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur terkait
dalam proses kerja tersebut. Unit kerja yang terkait dalam SOP ini
adalah petugas pendaftaran dan sub bagian rekam medis.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa unit terkait SOP ini sudah sesuai
dengan teori.
Secara keseluruhan maka dapat disimpulkan SPO tersebut sudah sesuai
dengan teori karena sudang terdapat heading, kotak RS, judul, no dokumen, no
revisi, no halaman, penamaan, tanggal terbit, penetapan oleh direktur,
pengertian, tujuan, dan unit terkait. Namun terdapat bagian yang belum sesuai
109
dengan teori yaitu kebijakan dan prosedur, karena belum sesuai dengan
landasan kebijakan dan tidak mendeskripsikan tata cara dari proses kerja.
Sedangkan dilihat dari tampilan fisiknya maka SPO tersebut sudah sesuai
dengan standar teori, rapi, dan mudah dipahami.
4. Patient Safety
Referensi video yang dianalisis yaitu video yang berjudul identifikasi
pasien safety Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi, yang didalamnya
penjelasan mengenai patient safety yang dilakukan di RS tersebut, hasil
identifikasi video ini yaitu identifikasi pasien yang dilakukan sudah baik dan
sesuai dengan teori patient safety dan perlu dilakukan karena identifikasi yang
dilakukan sangat berpengaruh untuk keamanan pasien. Sedangkan referensi lain
yaitu bersumber dari literatur, web, dan kebijakan yang berisikan materi patient
safety yang baik, lengkap, dan jelas. Materi yang dijelaskan adalah sebagai
berikut:
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk: assesment
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan (DepKes RI, 2006).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/
2011, keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Salah satu
tindakan keselamatan pasien yaitu identifikasi pasien, Cara menentukan
identifikasi pasien yaitu menggunakan nama pasien dan tanggal lahir pasien.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai identifikasi pasien:
a. Tujuan identifikasi pasien
110
5. Analisa Kuantitatif
a. Identifikasi
1) Tabel Identifikasi
Tabel 3.12
Identifikasi
Review Jumlah Presentase(%)
A.identifikasi L TL TDK L TL TDK
1. No RM 23 7 0 76,67 23,33 0,00
2. Nama Pasien 26 4 0 86,67 13,33 0,00
3. Umur 12 18 0 40,00 60,00 0,00
4. Alamat 6 24 0 20,00 80,00 0,00
5.
Pekerjaan 0 0 30 0,00 0,00 100,00
2) Grafik Identifikasi
Gambar 3.26
Identifikasi
Dari komponen identifikasi komponen analisa identifikasi, angka tertinggi
terdapat pada nama pasien. Hal ini menunjukan bahwa penulisan nama pasien
sudah sangat baik, lengkap dan benar sesuai dengan SOP rumah sakit, maka
disimpulkan bahwa kualitas data nama pasien sudah sangat baik dan perlu
dipertahankan.
Kelengkapan tertinggi pada nama pasien dengan nilai 26 yaitu 86,67%.
Sedangkan nilai terendah pada alamat dengan nilai 6 yaitu 20%. Alamat pasien
memperoleh nilai sedikit dikarenakan petugas medis mempunyai presepsi bahwa
alamat pasien tidak begitu berpengaruh dalam pengisian formulir rekam medis,
hal ini mengakibatkan susah mengelompokan pasien berdasarkan wilayah
geografis. Seharusnya dicantumkan barcode agar penulisan alamat otomatis
113
d) Maka perlu ditambahkan item pekerjaan pada formulir rekam medis pasien
agar didapatkan data yang lebih berkualitas.
e) Maka bagi petugas medis dan dokter perlu pemahaman lebih tentang
pentingnya alamat yang lengkap pada formulir pasien.
b. Pelaporan yang Penting
1) Tabel Pelaporan yang Penting
Tabel 3.13
Pelaporan yang Penting
Review Jumlah Presentase(%)
L TL TDK L TL TDK
B. Pelaporan yang
penting
1. Anamnesa 19 11 0 63,33 36,67 0,00
2. Pemeriksaan fisik 15 15 0 50,00 50,00 0,00
3. Diagnosis utama 15 15 0 50,00 50,00 0,00
4. Diagnosis awal 21 9 0 70,00 30,00 0,00
5. Diagnosis komplikasi 14 16 0 46,67 53,33 0,00
6. Diagnosis komorbid 0 0 30 0,00 0,00 100,00
7.Informed consent 0 0 30 0,00 0,00 100,00
2) Grafik Pelaporan yang Penting
Gambar 3.27
Pelaporan yang Penting
Dari komponen analisa pelaporan yang penting, angka tertinggi terdapat
pada diagnosis awal. Hal ini menunjukan bahwa penulisan dan kelengkapan
diagnosis awal sudah sangat baik, lengkap dan benar sesuai dengan SOP rumah
sakit, maka disimpulkan bahwa kualitas data diagnosis awal sudah sangat baik
dan perlu dipertahankan.
Kelengkapan tertinggi pada diagnosis awal dengan nilai 21 yaitu 70%.
Sedangkan nilai terendah pada diagnosis komplikasi dengan nilai 14 yaitu
115
2) Grafik Otentikasi
Gambar 3.28
Otentikasi
Dari komponen otentikasi, angka tertinggi terdapat pada catatan keluar. Hal
ini menunjukan bahwa penulisan catatakn keluar masih kurang baik, belum
lengkap dan tidak sesuai sesuai dengan SOP rumah sakit, maka disimpulkan
bahwa kualitas data catatan keluar masih buruk dan perlu diperbaiki serta
ditingkatkan.
Kelengkapan tertinggi pada nama terang dokter dengan nilai 20 yaitu
66,67%. Sedangkan nilai terendah pada catatan keluar dengan nilai 6 yaitu 20%.
Catatan keluar memperoleh nilai sedikit dikarenakan petugas medis mempunyai
presepsi bahwa catatan keluar tidak begitu penting dalam pengisian formulir dan
tidak berdampak pada pengobatan pasien ataupun pembiayaan, hal ini
mengakibatkan susah mengetahui kondisi kesehatan dan waktu ketika pasien
keluar atau selesai pengobatan. Seharusnya dicantumkan catatan keluar dengan
benar agar didapatkan data mengenai kondisi dan waktu ketika pasien selesai
berobat agar mudah ketika mencari informasi terkait.
Ketidaklengkapan formulir tertinggi pada catatan keluar dengan nilai 24
yaitu 80%. Hal ini disebabkan karena petugas medis mempunyai presepsi bahwa
catatan keluar tidak begitu penting dalam pengisian formulir dan tidak berdampak
pada pengobatan pasien ataupun pembiayaan, Maka perlu diberlakukan ketentuan
mengenai catatan keluar harus diisikan dengan lengkap.
Tidak adanya kolom keadaan keluar pasien pada formulir rekam medis
mengakibatkan tidak adanya catatan mengenai keadaan pasien pada saat keluar.
118
Resikonya data yang disimpan oleh rumah sakit tidak lengkap dan akan sulit
didapatkan informasi apabila dibutuhkan mengenai keadaan pasien saat keluar.
Maka perlu ditambahkan item keadaan keluar pasien pada formulir rekam medis
pasien agar didapatkan data yang lebih berkualitas dan mudah dicari apabila ada
hal mendesak yang membutuhkan informasi terkait.
Secara garis besar komponen otentikasi masih menunjukan tingkat
kelengkapan yang rendah, dengan rata-rata grafik yang cenderung menurun.
Secara garis besar kecenderungan terlihat penurunan terendah khususnya
pada catatan keluar, tetapi pada nama terang dokter cenderung naik dari item
lainnnya. Hal ini disebabkan karena catatan keluar tidak seluruhnya terisi di
dokumen rekam medis secara lengkap. Akibatnya susah mengetahui kondisi
kesehatan dan waktu ketika pasien keluar atau selesai pengobatan. Maka bagi
petugas medis dan dokter perlu pemahaman lebih tentang pentingnya mengisi
catatan keluar yang lengkap pada formulir pasien.
Secara garis besar komponen otentikasi masih menunjukan tingkat
ketidaklengkapan yang tinggi, dengan rata-rata grafik cenderung naik.
Secara garis besar kecenderungan terlihat kenaikan tertinggi khususnya
pada catatan keluar, tetapi pada nama terang dokter cenderung turun dari item
lainnya. Hal ini disebabkan karena catatan keluar tidak seluruhnya terisi di
dokumen rekam medis secara lengkap. Akibatnya susah mengetahui kondisi
kesehatan dan waktu ketika pasien keluar atau selesai pengobatan. Maka bagi
petugas medis dan dokter perlu pemahaman lebih tentang pentingnya mengisi
catatan keluar yang lengkap pada formulir pasien.
Usulan :
a) Maka disimpulkan bahwa kualitas data catatan keluar masih buruk dan perlu
diperbaiki serta ditingkatkan.
b) Seharusnya dicantumkan catatan keluar dengan benar agar didapatkan data
mengenai kondisi dan waktu ketika pasien selesai berobat agar mudah ketika
mencari informasi terkait.
c) Maka perlu diberlakukan ketentuan mengenai catatan keluar harus diisikan
dengan lengkap.
d) Maka perlu ditambahkan item keadaan keluar pasien pada formulir rekam
medis pasien agar didapatkan data yang lebih berkualitas dan mudah dicari
apabila ada hal mendesak yang membutuhkan informasi terkait.
119
e) Maka bagi petugas medis dan dokter perlu pemahaman lebih tentang
pentingnya mengisi catatan keluar yang lengkap pada formulir pasien.
d. Pencatatan atau Pendokumentasian yang Benar
1) Tabel Pencatatan atau Pendokumentasian yang Benar
Tabel 3.15
Pencatatan atau Pendokumentasian yang Benar
Review Jumlah Presentase(%)
D. Pencatatan/ B TB TDK B TB TDK
pendokumen tasian yang
benar
1. Cara penulisan 17 13 0 56,67 43,33 0,00
2. Cara pembetulan
kesalahan 18 12 0 60,00 40,00 0,00
3. Singkatan 0 0 30 0,00 0,00 100,00
4. Penutupan 0 0 30 0,00 0,00 100,00
Gambar 3.29
Pencatatan atau Pendokumentasian yang Benar
Dari komponen pencatatan/pendokumentasian yang benar, angka tertinggi
terdapat pada cara pembetulan kesalahan. Hal ini menunjukan bahwa penulisan
cara pembetulan kesalahan sudah sangat baik, lengkap dan benar sesuai dengan
SOP rumah sakit, maka disimpulkan bahwa kualitas data cara pembetulan
kesalahan sudah sangat baik dan perlu dipertahankan.
Kebenaran tertinggi pada cara penulisan kesalahan dengan nilai 18 yaitu
60%. Sedangkan nilai terendah pada cara penulisan dengan nilai 17 yaitu 56,67%.
Cara penulisan memperoleh nilai sedikit dikarenakan petugas medis mempunyai
presepsi bahwa cara penulisan tidak begitu penting dan tidak begitu berpengaru h
dalam pengisian formulir, hal ini mengakibatkan kesalahpahaman petugas medis
120
lain yang membaca DRM. Seharusnya dilakukan penulisan dengan benar agar
didapatkan data yang benar dan akurat.
Ketidakbenaran formulir tertinggi pada cara penulisan dengan nilai 13 yaitu
43,33%. Hal ini disebabkan karena petugas medis mempunyai presepsi bahwa
cara penulisan tidak begitu penting dan tidak begitu berpengaruh dalam pengisian
formulir, Maka perlu diberlakukan ketentuan mengenai cara penulisan yang baik
dan benar.
Tidak adanya singkatan pada formulir rekam medis mengakibatkan terlalu
panjang penulisan dan tidak rapi nya penulisan, tidak adanya penutupan
mengakibatkan tidak legalnya dokumen karena tidak diakhiri penutupan.
Resikonya petugas medis lain akan kesulitan dalam menganalisa data. Maka
perlu ditambahkan item singkatan dan penulisan pada formulir rekam medis
pasien agar didapatkan data yang lebih berkualitas, mudah dipahami.
Secara garis besar komponen pencatatan/pelaporan yang benar menunjukan
tingkat kebenaran yang tinggi, dengan rata-rata grafik yang cenderung naik.
Secara garis besar kecenderungan terlihat kenaikan tertinggi khususnya
pada cara pembetulan kesalahan, tetapi pada cara penulisan cenderung turun dari
item lainnnya. Hal ini disebabkan karena cara penulisan tidak benar pengisiannya
dalam formulir rekam medis. Akibatnya petugas medis lain sulit mengerti
terhadap penulisan tersebut karena tidak sesuai prosedur. Maka bagi petugas
medis dan dokter perlu pemahaman lebih tentang pentingnya cara penulisan yang
benar pada formulir pasien.
Secara garis besar komponen pencatatan/pelaporan yang benar menunjukan
tingkat ketidakbenaran yang rendah, dengan rata-rata grafik cenderung menurun.
Secara garis besar kecenderungan terlihat penurunan terendah khususnya
pada cara pembetulan kesalaham, tetapi pada cara penulisan cenderung naik dari
item lainnya. Hal ini disebabkan karena cara penulisan tidak benar pengisiannya
dalam formulir rekam medis. Akibatnya petugas medis lain sulit mengerti
terhadap penulisan tersebut karena tidak sesuai prosedur. Maka bagi petugas
medis dan dokter perlu pemahaman lebih tentang pentingnya cara penulisan yang
benar pada formulir pasien.
Usulan:
a) Maka disimpulkan bahwa kualitas data cara pembetulan kesalahan sudah
sangat baik dan perlu dipertahankan.
121
6) ICD 9 CM tablist Hal. 219 86.11 Closed biopsy of skin and subcutaneous
tissue
7) Kode akhir: 86.11
8) Jadi tindakan Biopsy of skin terbaca akurat dengan kode 86.11
b. Kendra, Usia 22, datang untuk kemungkinan gejala ISK, ia mengalami
dysuria ringan selama 3 hari. Tidak ada urgensi, frekuensi atau hematuria.
Tidak ada demam atau sakit punggung. Ia memiliki 2 mitra pria dalam 3
bulan terakhir, tanpa kondom. Keduanya tanpa gejala. Tidak ada riwayat
IMS atau ISK sebelumnya. Protokol per klinik mengumpulkan urin untuk
klamidia. UA menunjukkan leukosit sedang, tidak ada bakteri diperlakukan
secara empiris dengan TMP-SMZ X 3 hari. Hari berikutnya, didiagnosis
karena hasil klamidia-nya positif.
Perawatan Chlamydia pedoman perawatan CDC 2006, Rx: Azitromisin 1
gm dosis tunggal, atau Doksisiklin 100 mg BID x 7 hari, kontraindikasi
selama kehamilan, efektivitas setara.
Cara mencegah infeksi nya yaitu tes untuk infeksi ulang yakni skrining 3-4
bulan setelah perawatan atau setiap kali pasien datang ke klinik dalam 12
bulan mendatang, pemberitahuan mitra (Penyedia rujukan (melapor ke
departemen kesehatan), rujukan pasien (merujuk pasangan ke klinik), terapi
mitra yang dipercepat (Rx untuk pasangan) atau memberikan obat pasien
yang ditujukan untuk pasangan dan menulis resep obat untuk pasangan).
Diagnosa Awal: ISK
1) Terminologi medis
Urin : psroot : urin
Ary: sf : berhubungan dengan
Tract : ket : saluran
Infection : ket : infeksi
2) Arti : infeksi abnormal yang terjadi pada saluran kemih
3) Organ : saluran kemih
4) Lt : infection
5) V3 hal 357 infection (–)urinary (tract) NEC N39.0
6) V1 hal 619 N39.0 urinary tract infection, site not specified
7) Kode akhir: N39.0
8) Kesimpulan : jadi diagnosis ISK kode akurat terbaca N39.0
131
besar atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih besar
atau sama dengan 90 mmHg. Ada banyak kriteria tambahan termasuk untuk
membuat diagnosis ini, tetapi dalam pengaturan pra-rumah sakit mencari
yang berikut: kuadran perut kanan atas yang parah atau nyeri epigastrium,
perdarahan, mual / muntah / gangguan pencernaan dengan rasa sakit setelah
makan, edema paru, penglihatan kabur, edema perifer , dan / atau sakit
kepala yang parah dan persisten.
Perawatan definitif untuk wanita dengan sindrom HELLP dan pre-
eklampsia adalah kelahiran bayi. Jelas, selama periode postpartum, strategi
manajemen lainnya perlu dibuat oleh para profesional EMS. Tanpa
pengelolaan, pre-eklampsia akan berkembang menjadi keadaan kejang
yang dikenal sebagai eklampsia. Langkah-langkah harus diambil untuk
mencegah hal ini, karena kemungkinan kematian ibu meningkat secara
signifikan. Seiring dengan intervensi BLS dan ALS standar, posisikan
pasien untuk mencegah kemungkinan aspirasi, jika kejang terjadi. Ketika
infus dibuat, obat utama adalah magnesium sulfat. Berikan dosis pemuatan
antara empat dan enam gram selama lima belas menit, per protokol lokal,
dan ikuti dengan pemberian terus menerus satu hingga dua gram per jam.
Ini untuk resolusi / pencegahan kejang serta pengurangan tekanan darah.
Angka target tekanan darah, umumnya, kurang dari 150 mmHg sistolik dan
diastolik kurang dari 100 mmHg. Selain itu, berbagai agen penghambat
beta, seperti labetalol, dapat diberikan untuk membantu menurunkan
tekanan darah.
Diagnosis awal : Headache
1) Terminologi medis
Headache : ket : sakit kepala
2) Arti: sakit kepala tegang yang rasa sakitnya biasanya menyebar di sekitar dahi,
bagian belakang, sampai leher.
3) Organ: kepala
4) Leadterm : headache
5) V3 hal 306 headache R51
6) V1 hal 772 headache R51
7) Kode akhir : R51
8) Kesimpulan : jadi diagnose akurat terbaca dengan kode R51
136
3) Organ : tubuh
4) Leadterm : fever
5) V3 hal 273 fever R50.9
6) V1 hal 771 R50.9 fever, unspecified
7) Kode akhir : R50.9
8) Kesimpulan : Jadi, diagnosis demam kode akurat terbaca R50.9
Dignosis Utama: Urinary Tract Infection
1) Terminologi medis
Urin : Psroot : urin
ary : sf: berhubungan dengan
Tract : ket: saluran
Infection : ket infeksi
2) Arti : infeksi yang terjadi pada saluran kemih
3) Organ: saluran kemih
4) LT : infection
5) V3 Hal 357 : - urinary (tract) NEC - -newborn P39.3
6) V1 Hal 694 : P39.3 Neonatal urinary tract infection
7) Kode akhir : P39.3
8) Kesimpulan : Jadi, Urinary Tract Infection diagnosis kode akurat terbaca P39.3
Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan urin
1) Terminologi medis
Examination : ket : pemeriksaan
Of : ket : pada
Urine : ket : urin
2) Arti : pemeriksaan pada urin
3) Organ : saluran kemih
4) Lt : examination
5) ICD 9CM index to procedures hal 97 examination (–) microscopic (--) urine
91.3
.9 other microscopic examination
6) ICD 9CM tab list hal 238 91.3 microscopic examination of specimen from
bladder, urethra, prostate, seminal vesicle, perivesical tissue, and urine of
urine and semen
.9 other microscopic examination
7) Kode akhir: 91.39
143
Lid : tutup
Reconstruction : ket : pengembalian seperti semula
2) Organ : kelopak mata
3) Arti : operasi perbaikan kelopak mata dengan menutup seperti semula
4) Lt: blepharoplasty
5) ICD 9 CM index to procedures hal 33 blepharoplasty, see also reconstruction,
eye lid 08.70
6) ICD 9CM tab list hal 30 08.70 recontruction of eyelid, not otherwise specified
7) Kode akhir : 08.70
8) Kesimpulan: jadi tindakan blepharoplasty dengan lip reconstruction kode
akurat terbaca 08.70
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Desain Formulir
a. Formulir manual yang diidentifikasi sudah baik dan mengacu pada 3 aspek
desain formulir yaitu aspek isi, aspek fisik, dan aspek anatomi, Namun pada
aspek isi masih terdapan bagian yang kurang sesuai.
b. Formulir elektronik yaitu SIMRS GOS2 sudah baik dan mengacu pada prinsip
umum desain interface yaitu user compatibility, product compatibility, task
compatibility, direct manipulation, responsiveness dan protection.
2. Statistik Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Berdasarkan hasil analisis dari grafik Barber Johnson maka dapat diketahui
bahwa hasil perhitungan menunjukan BOR ideal, AvLOS tidak ideal, TOI
ideal, dan BTO tidak ideal.
b. Berdasarkan hasil analisis dari profil rumah sakit maka dapat diketahui bahwa
hasil dari analisis menunjukan BOR ideal, AvLOS tidak ideal, TOI tidak ideal,
dan BTO tidak ideal.
3. Manajemen Unit Kerja
a. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan SDM pada soal kasus menggunakan
perhitungan analisis beban kerja dibutuhkan sebanyak 1 orang petugas rekam
medis.
b. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan produktifitas pada soal kasus
berdasarkan output,waktu standar, jumlah tenaga kerja dan waktu kerja maka
didapatkan nilai produktifitas yaitu 96,29%.
c. Perencanaan fasilitas rak filing rawat inap pada soal kasus untuk tahun 2020
dihasilkan jumlah kebutuhan rak yaitu 28 rak, maka dibutuhkan rak tambahan
sebayak 8 rak.
d. Berdasarkan aspek ergonomi maka ruang filing harus berada pada tempat yang
strategis, jarak antar rak sesuai, serta luas ruangan yang memadai.
e. Pengorganisasian unit kerja RMIK yang dianalisis sudah baik dengan adanya
jabatan, pengertian, wewenang, tanggung jawab, uraian tugas, kualifikasi dan
persyaratan kerja.
4. Quality Assurance dan Manajemen Resiko
a. Quality assurance bidang rekam medis berperan dalam menjaga kerahasiaan
informasi dan data pasien, serta pencatatan medis.
147
148
Kurniati, Ana dan Ferry Effendi. (2012). Kajian Sumber Daya Manusia
Kesehatan Di Indonesia. Jakarta: Salemba Medika.
Nuriah, Ana Arsi, dkk. (2019). Laporan Praktik Klinik (PK) III di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Ciamis. Tasikmalaya: Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Tasikmalaya.
Pusrengun Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan RI. Buku
Manual 1 Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Berdasarkan Metode
Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK Kes). Jakarta.
Assessment:
“probable GC/CT/PID”
Possible levofloxacin allergy
Consider disseminated gonorrhea, tenosynovitis
Plan:
Ceftriaxone 250mg IM plus 750mg IV
Doxycycline 100mg PO BID X 10 days
HIV, VDRL, GC, CT tests, plus CBC, chem panel
Return tomorrow for additional IV ceftriaxone.
Susan, resolution
HSV PCR positive for HSV-2.
HSV serology also positive for HSV-2.
Derm biopsy result shows Gianotti-Crosti syndrome.
Pt was started on valacyclovir, symptoms resolved within one week.
Retrospective history: partner had a history of penile lesions one month earlier.
KODE 1.4
Kendra:
•Age 22, comes in for possible UTI symptoms
• Notes mild dysuria for 3 days. No urgency, frequency or hematuria. No fever or back
pain.
• Has had 2 male partners in the last 3 months, unprotected. Both are asymptomatic.
• No prior STI or UTI history.
• Per clinic protocol collected urine for both chlamydia and a UA.
• UA shows moderate WBCs, no bacteria
Chlamydia Treatment
2006 CDC Treatment Guidelines
• Rx: Azithromycin 1 gm single dose
OR
• Doxycycline 100 mg BID x 7 days
• Effectiveness is equivalent
Prevent Reinfection
• Test for reinfection:
- Rescreen 3-4 months after treatment or whenever patient presents to clinic
within next 12 month
• Partner notification
- Provider referral (report to health dept)
- Patient referral (refers partner to clinic)
- Expedited partner therapy (Rx for partner).
KODE 4.1
KASUS ABSTRAKSI
Specialty: Neonatology
Consultant: Dr. Ridgeway
EPISODE SUMMARY
History
Baby Michalina Idah was born by Caesarean section at 29 weeks gestation. Her mother
presented to Emergency Room (ER) following a severe fall at home. The baby was
transferred immediately to the Special Care Baby Unit.
The pregnancy had proceeded normal until this point and the baby was not dysmature.
On Examination
Baby premature, had breathing problems with an Apsgar score of 3 at 1 minutes and put
onto a ventilator. Weight at bith was 1450 g.
Diagnosis on Admission
Prematurity
POST ADMISSION
Required ventilation from birth for 19 days.
Developed pneumothorax and respiratory distress syndrome.
Physiological jaundice developed which was worst on day 7.
Baby was discharge home after 53 days.
Final Diagnosis
Primary: Prematurity.
Secondary: Caesarean section birth.
Severe birth asphyxia.
Respiratory distress syndrome.
Jaundice.
Anaemia.
KODE 4.4