Anda di halaman 1dari 63

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


2015

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKITPKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
NOMOR: ...... /S.K.3.2/III/2015

TENTANG
PENETAPAN PEDOMAN PELAYANAN GIZI
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


Menimbang : a. Bahwa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta perlu
untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan melalui
peningkatan mutu secara berkesinambungan;
b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah
sakit perlua adanya buku pedoman yang mengatur pelayanan
unit gizi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
c. Bahwa sesuai butir a dan b diatas perlu ditetapkan dalam suatu
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
Mengingat : 1. SK PP Muhammaddiyah nomor: 233/KEP/1.0/D/2013 tanggal 9
shafar 1435/12 Desember 2013 tentang Penetapan Direktur
Utama dan Direktur Bidang RS PKU Muhammadiyah
Yogayakarta Masa Jabatan 2013-2017
Memperhatikan : 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
417/MENKES/PER/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah
Sakit Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentangGizi;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
417/MENKES/PER/II/2011 tentang Komisi Akreditasi
RumahSakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT PKU


MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Pertama : Memberlakukan Buku Pedoman Pelayanan Gizi RUMAH SAKIT
PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagaimana terlampir bersama
Surat Keputusan ini sebagai Pedoman Pelayanan Gizi RUMAH
SAKIT PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat hal-hal yang perlu penyempurnaan akan
diadakan perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Yogyakarta
PadaTanggal : 30 Maret 2015

Direktur Utama,

dr. H. Joko Murdiyanto, Sp.An


NBM : 867.919
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Pedoman Pelayanan Gizi di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta ini berhasil disusun.
Banyak faktor yang mempengaruhi masalah kurang gizi di rumah sakit diantaranya
adalah perkiraan kebutuhan gizi pasien yang tidak akurat, seperti monitoring dan pencatatan
berat badan dan tinggi badan yang tidak dilaksanakan, asupan makanan yang kurang, tingkat
beratnya penyakit dan status gizi awal masuk rumah sakit merupakan penyebab menurunnya
keadaan gizi.
Status gizi akan menjadi optimal bila tubuh memperoleh cukup zat gizi dan digunakan
secara efisien. Asupan gizi yang baik bagi pasien yang dirawat inap di rumah sakit sangat
diperlukan untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, memperpendek lama
hari rawat, mencegah timbulnya komplikasi, menurunkan mortalitas dan morbiditas, yang
pada akhirnya dapat menghemat biaya pengobatan. Peran pelayanan gizi rawat jalan juga
merupakan hal yang sangat penting dilaksanakan. Konseling gizi pada pasien rawat jalan
dapat mempercepat proses penyembuhan, oleh karena itulah dibutuhkan sebuah buku
pedoman yang mengatur dan memberikan informasi mengenai pelayanan gizi dirumah sakit.
Semoga dengan tersusunnya buku Panduan Pelayanan Gizi Rumah Sakit ( PGRS ) ini
mutu pelayanan gizi khususnya di rumah sakit dapat lebih ditingkatkan, sehingga proses
penyembuhan pasien dilaksanakan secepat mungkin dan tujuan untuk meningkatkan status
gizi baik perorangan maupun masyarakat secara umum dapat tercapai.

Wassalamualaikum Wr Wb
Yogyakarta, 2015

Tim Unit Gizi

ii
DAFTAR ISI
.............................................................................................................
Halaman Judul . i
.............................................................................................................
Kata Pengantar .. ii
.............................................................................................................
Daftar Isi .. iii
BAB I Pendahuluan...................................................................................... 1
A. Latar belakang................................................................................ 1
B. Tujuan............................................................................................. 2
C. Ruang Lingkup.............................................................................. 2
D. Batasan Operasional....................................................................... 3
E. Landasan Hukum............................................................................ 5
BAB II Standar Ketenagaan......................................................................... 6
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia................................................ 6
B. Distribus
Ketenagaan...................................................................... 7
C. Pengaturan Jaga.............................................................................. 8
BAB III Standar Fasilitas................................................................................ 10
A. Denah Ruang ................................................................................ 10
B. Standar
Fasilitas.............................................................................. 10
C. Standar Fasilitas Pendukung.......................................................... 13
Tata Laksana
BAB IV Pelayanan................................................................... 15
A. Tata Laksana Produksi dan Distribusi Makanan........................... 15
B. Tata Laksana Pelayanan Gizi Ruang Rawat Inap.......................... 19
C. Tata laksana Konseling dan Edukasi Gizi Rawat jalan.................. 28
D. Tata Laksana Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan........... 28
E. Tim Terapi Gizi.............................................................................. 30
BAB V Logistik............................................................................................... 31
A. Pengertian...................................................................................... 31
B. Tujuan............................................................................................ 31
C. Syarat Managemen Logistik.......................................................... 31
D. Kegiatan Logistik di Instalasi Gizi................................................. 31
BAB VI Keselamatan Pasien.......................................................................... 38
A. Pengertian...................................................................................... 38
Tujuan............................................................................................... 38
C. Sasaran Keselamatan Pasien di Instalasi Gizi.............................. 38
D. Pelaporan Keselamtan Pasien Rumah Sakit.................................. 39
BAB VII Keselamatan Kerja........................................................................... 40
A. Keselamatan
Kerja.......................................................................... 40
B. Keamanan Makanan, Higiene dan Sanitasi Makanan.................... 44
BAB VIII Pengawasan dan Pengendalian Mutu............................................. 62
A. Pengertian...................................................................................... 62
ii
B.Tujuan Pengawasan dan pengendalian Mutu.................................. 62
C. Indikator Mutu dan Pelayanan....................................................... 63
D. Pencatatan dan Pelaporan.............................................................. 63
Penutup..............................................................................................
BAB IX . 65
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 67
Lampiran

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah malnutrisi pada berbagai keadaan penyakit dapat mempengaruhi proses
penyembuhan dan lama rawat. Terdapat kecenderungan peningkatan kasus
malnutrisi/penurunan status gizi pasien yang dirawat di rumah sakit (Hospital Malnutrisi)
pada kelompok khusus mulai dari bayi, anak, sampai usia lanjut (usila) sehingga
dirasakan perlu adanya penatalaksanaan gizi khusus, untuk mempertahankan dan
meningkatkan status gizi yang optimal serta mempercepat penyembuhan pasien.
Untuk mengatasi terjadinya Hospital Malnutrisi maka dietisien (Ahli Gizi) melakukan
asuhan gizi yang merupakan rangkaian kegiatan asesmen (pengkajian) pada pasien yang
berisiko malnutrisi setelah dilakukan skrining gizi. Dietisien harus memberikan pelayanan
berkualitas yaitu pemberian intervensi gizi yang sesuai, tepat waktu, tepat sasaran sesuai
penyakitnya dengan cara yang tepat. Untuk pemberian asuhan gizi yang tepat, secara
berurutan tahapan kegiatan yang harus dilalui yaitu dari asesmen/pengkajian gizi
(Nutrition Assesment), diagnosa Gizi (Nutrition Diagnosis), intervensi gizi (Nutrition
Intervention) yang didalamnya diuraikan mengenai rencana terapi gizi, implementasi,
edukasi dan konseling gizi. Terapi gizi yang diberikan harus dilihat dampaknya terhadap
perubahan yang terjadi pada pasien sesuai tujuan yang hendak dicapai, oleh karena itu
tahapan berikut disebut monitoring dan evaluasi. Tingkat kemajuan pasien, respon pasien
dimonitor dan dicatat dalam rekam medis seperti daya terima makanan, keluhan makan,
perubahan pemahanan/perilaku.
Pada pelaksanaan intervensi gizi, Unit Produksi dan Distribusi makanan berperan
penting dalam menyediakan makanan sesuai diet, jumlah zat gizi yang dibutuhkan, dan
mendistribusikan sesuai jadwal, jenis penyakit dan menu yang disediakan bervariasi
berputar selama 10 hari. Makanan yang disajikan selain bernilai gizi sesuai dengan
kebutuhan pasien juga harus aman dari bahaya secara biologi, fisik dan kimia.
Pengelolaan makanan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dilaksanakan
oleh Unit Produksi dan Distribusi Makanan dengan tugas pokoknya adalah
menyelenggarakan kegiatan Perencanaan, Penerimaan dan Penyimpanan, Persiapan
Bahan, Pengolahan dan Pendistribusian Makanan.
Pemberian intervensi gizi pada pasien dapat berubah setiap saat disesuaikan dengan
diagnosis gizi (masalah gizi), kondisi yang ditemukan pada pasien, sehingga preskripsi
diet definitif ditetapkan berdasarkan kolaborasi antara Dietisien dengan Dokter
ii
Penanggung Jawab Pasien. Intervensi gizi dalam asuhan gizi diberikan pada pasien yang
berisiko malnutrisi, malnutrisi dan kondisi khusus. Pada pasien yang tidak berisiko
apabila setelah di skrining ulang dinyatakan berisiko maka pasien dibuatkan rencana
terapi gizi yaitu mendapatkan asesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi, kemudian
dimonitoring dan dievaluasi pemberiaannya sampai tujuan tercapai.
Pelaksanaan pelayanan gizi di Rumah Sakit memerlukan sebuah pedoman sebagai
acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien,
memperpendek lama hari rawat, serta menghemat biaya perawatan. Buku pedoman ini
diharapkan dapat menjadi pegangan atau acuan bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan indikator yang
telah ditetapkan.
B. Tujuan
PedomanPelayananGiziinibertujuan :
1. Sebagai acuanpenyelenggaraan pelayanan gizi di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
2. Untuk menerapkan konsep pelayanan gizi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
3. Sebagai bahan evaluasi terhadap kegiatan pelayanan gizi di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pelayanan gizi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
terdiri dari :
1. Penyelenggaraan Makanan
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap
3. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
4. Penelitian dan Pengembangan Gizi.
D. BatasanOperasional
1. Pelayanan gizi di rumah sakit yaitu kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit dalam rangka upaya preventif,
kuratif, rehabilitative, kuratif dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam
kondisi sehat atau sakit.
2. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terstruktur dalam identifikasi masalah
gizi, penyediaan diet yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan, dan membantu
mengarahkan pola makan yang tepat sesuai dengan penyakit melalui konseling dan
edukasi gizi. Kegiatan asuhan gizi diawali dengan skrining gizi, untuk pasien yang
ii
malnutrisi dan berisiko malnutrisi diberikan asuhan gizi sesuai dengan proses asuhan
Gizi.
3. Skrining gizi adalah proses dari identifikasi klinik yang berhubungan dengan resiko
malnutrisi dengan tujuan untuk merencanakan terapi gizi yang sesuai. Informasi yang
dikumpulkan pada skrining gizi meliputi : umur, tinggi badan, berat badan saat ini dan
biasanya, perubahan nafsu makan, kesulitan mengunyah dan menelan makanan,
adanya mual dan muntah, atau diare. Perangkat skrining gizi antara lain MST
(Malnutrition Screening Tool) dan Strong Kids untuk anak
4. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien melalui kegiatan
pemberian terapi diet. Terapi diet merupakan pengaturan makan dengan tujuan
memperbaiki kondisi penyakit. Modifikasi diet dapat berupa pembatasan atau
penambahan zat gizi tertentu.
5. Penyuluhan Gizi adalah kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap dan perilaku positif bagi individu serta masyarakat rumah sakit.
6. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh Dietisien untuk menanamkan dan

meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi
masalah gizi.
7. Dietisien adalah seoarang ahli gizi yang telah mendalami pengetahuan dan
ketrampilan dietetik melalui pendidikan dasar D4/S1 Gizi, mendapat sertifikat dari
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) bekerja di unit pelayanan yang
melaksanakan asuhan gizi.
8. Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu, penerimaan bahan makanan, penyimpanan, persiapan,
produksi/pengolahan bahan makanan, sampai dengan pendistribusian makanan
kepada pasien,serta monitoring evaluasi.
9. Penerimaan bahan Makanan adalah pemeriksaan, penimbangan, pencatatan dan
pelaporan tentang macam, kualitas, kuantitas bahan makanan sesuai dengan
spesifikasi dan pesanan yang ditetapkan
10. Penyimpanan Bahan Makanan adalah tata cara menata, menyimpan, menjaga
keamanan dan mutu bahan makanan kering dan segar di gudang penyimpanan bahan

ii
11. Persiapan Bahan Makanan adalah kegiatan pra pengolahan bahan, meliputi
pembersihan, pengupasan, pemotongan, perendaman, pencucian.
12. Pengolahan Makanan adalah kegiatan memproses bahan makanan mentah menjadi
makanan yang siap dikonsumsi, berkualitas (bergizi dan bercita rasa tinggi) dan aman.
13. Distribusi Makanan adalah kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah
porsi dan jenis makanan secara sentralisasi di Unit Produksi Makanan dan Pantri
selanjutnya dibagikan kepada pasien di ruang rawat inap disesuaikan dengan jadwal
pelayanan makan pasien.
14. Makanan Cair adalah makanan dalam bentuk cair yang diproduksi oleh Unit
Produksi Makanan, dibuat dari campuran beberapa bahan makanan dengan bahan
dasar susu (untuk makanan cair standar), Makanan cair dibuat sedemikian rupa
sehingga mampu melewati pipa nasogastrik.
15. Makanan saring adalah makanan semi padat dengan tekstur halus. Bahan makanan
pokoknya terbuat dari tepung beras atau havermut, lauk dan sayurnya dihaluskan
dengan blender/ lauk dalam bentuk cincang halus.
16. Makanan Lunak adalah makanan yang memiliki tekstur mudah dikunyah, ditelan
dan dicerna dibanding dengan makanan biasa. Makanan pokok yang digunakan
adalah beras dibuat bubur atau nasi tim, lauk dan sayur dimasak sedemikian rupa
sehingga tidak keras dan tidak merangsang dan tidak pedas.
17. Makanan Biasa adalah makanan yang dapat dan biasa dimakan orang sehat pada
umumnya. Bentuk makanan pokok biasanya nasi, lauk dan sayur beraneka ragam,
bervariasi dengan bentuk tekstur dan aroma normal.
18. Higiene Makanan adalah kondisi dan perlakuan untuk menjamin kebersihan dan
keamanan makanan
19. Sanitasi Makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor kebersihan makanan,
meliputi : orang, tempat, Alat pelindung diri (APD), perlengkapan masak dan bahan
makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
kesehatan.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Edisi tahun 2013Kementerian Kesehatan
RI

ii
4. Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan dan
Praktek TenagaGizi
5. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan
6. Permenkes RI 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga
7. Kepmenkes No: 715/Menkes/SK/XI/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi jasa
8. Kepmenkes RI Nomor : 382/ MENKES/ SK/ III/2007 tentang Pedoman PPI di RS dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
9. KepMenKes Nomor : 1204/ MenKes/ SK/ X/ 2004 tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.

ii
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kebutuhansumber daya manusiauntuk setiapkegiatanpelayanangizidi RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta sebagai berikut :
1. Nutrisionist
a. Nutrisionist sebagai kepala unit pelayanan gizi dengan kualifikasi pendidikan
minimal S1 Gizi,sudah memiliki STR dan SIK ,pengalaman minimal 3 tahun.
b. Nutrisionist sebagai supervisor unit produksidengan kualifikasi pendidikan
minimal D3 Gizi, sudah memiliki STR dan SIK pengalaman minimal 3 tahun.
c. Nutrisionist untuk asuhan gizi dengan kualifikasi minimal pendidikan DIV
Gizi dan sudah memiliki STR dan SIK ,pernahmengikutipelatihan PAGT
dasar / NCP basic
2. Tenaga administrasi
Tenaga administrasi berfungsi sebagai pencatat pembukuan administrasi dan
pengadaan barang juga sebagai tenaga pembukuan stok bahan makanan.
Kualifikasi pendidikan minimal SMK jurusan administrasi + kursus komputer
3. Juru masak
Juru masak berfungsi sebagai tenaga pengolahan makanan diet biasa dan diet
khusus. Kualifikasi untuk tenaga juru masak diet biasa meliputi pendidikan
minimal SMA + kursus juru masak atau SMK Boga.
Kualifikasi untuk juru masak diet khusus dengan pendidikan minimal SMK Boga
4. Tenaga Pemorsian
Tenaga pemorsian berfungsi sebagai tenaga yang memorsikan makanan diet biasa
dan diet khusus.
Kualifikasi untuk tenaga pemorsian makanan diet biasa dan diet khusus meliputi
pendidikan minimal SMA atau SMK Boga
Kualifikasi untuk tenaga pemorsian diet khusus dengan pendidikan minimal SMK
Boga.
5. Pramusaji
Tenaga pramusaji berfungsi sebagai tenaga distribusi diet biasa dan diet khusus
Kualifikasi untuk tenaga pramusaji meliputi pendidikan minimal SMA atau SMK
Boga
ii
6. Pembuat minum
Tenaga pembuat minuman berfungsi sebagai tenaga yang membuat minuman dan
mendistribusikan minuman termasuk distribusi air minum pegawai
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi tenaga sesuai kegiatan pelayanan gizi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.DistribusiTenaga

KategoriTenaga TugasPokok Kebutuhan


1. Nutrisionist Kepala Unit 1
Supervisor 2
Konseling, AsuhanGiziKlinik 1
2. Administrasi AdministrasiKeuangan 1
UrusanLogistik /Gudang 1
3. Jurumasak Pengolahan diet khusus 5
Pengolahan diet biasa 4
4. TenagaPemor Pemorsian diet khusus& diet khusus 4
sian
5. Pramusaji Mendistribusikan diet khusus& diet 14
biasa
6. Pembuatminu Pembuatanminumdokter,direksidandistri 2
m
busiminumpegawai

C. Pengaturan Jaga
Pengaturanjagaberdasarkanpadatugaspokokdan jam kerjayang
ditetapkanuntukpelayanangizi yang secaralengkapdapatdilihatpadatableberikutini :
Tabel 2.PengaturanJagaPelayananGizi
KategoriTenaga TugasPokok Pagi Siang Malam
1. Nutrisionis Kepala Unit V
Supervisor V
Konseling, V
AsuhanGiziKlinik
2. Administrasi AdministrasiKeuangan V
UrusanLogistik /Gudang V
3. .Jurumasak Pengolahan diet khusus V V V

ii
Pengolahan diet biasa V V V
4. TenagaPemorsi Pemorsian diet khusus& V V V
an
diet biasa
5. Pramusaji Mendistribusikan diet V V V
khusus& diet biasa
6. Pembuatminum Pembuatanminumdokter,di V V
reksidandistribusiminumpe
gawai

Keterangan Jam Kerja :


1.Tenaga Gizi selain pramusaji
Dinas Pagi : 07.00 14.00 WIB
Dinas Siang : 14.00 21.00 WIB
Dinas Malam : 21.00 07.00 WIB
2. Pramusaji
Dinas Pagi : 06.00 13.00 WIB
Dinas Siang : 13.00 20.00 WIB
Dinas Malam : 21.00 07.00 WIB
Dinas Pagi Tanggung : 07.00 14.00 WIB
Dinas Siang Tanggung : 14.00 21.00 WIB

ii
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang (terlampir)

B. Standar Fasilitas
Fasilitas ruang dan peralatan yang tersedia di Instalasi Gizi RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan Makan
a. Ruang / tempat penerimaan bahan makanan. Tersedia fasilitas:
1) Timbangan bahan.
2) Meja tulis dan kursi
3) Meja penerimaan
4) Wastafel
5) Kereta pengangkut bahan makanan
b. Tempat penyimpanan bahan makanan basah
Ruang / tempat penyimpanan bahan makanan yang memenuhi persyaratan
kesehatan yaitu sirkulasi udara baik, penerangan baik, kelembaban tertentu,
bebas serangga, bebas binatang pengerat
1) Penyimpanan bahan makanan basah menggunakan lemari es dengan suhu
5 10 0C.
2) Menggunakan freezer dengan suhu -2 4 0C.
3) Penerangan cukup.
4) Sirkulasi udara cukup.
5) Kelembaban 35 60 %
c. Tempat/ ruang penyimpanan bahan makanan kering
1) Almari/ rak penyimpanan bahan makanan kering yang bersekat
2) Timbangan makanan
3) Meja dan kursi
d. Ruang / tempat persiapan makanan
1) Meja persiapan stainless steel
2) Bangku kerja
3) Peralatan untuk persiapan, seperti pisau, telenan dll.
ii
e. Ruang / tempat produksi yang meliputi tempat pemasakan, pembagian dan
penyajian.
1) Ruang pemasakan dibedakan untuk pasien diet biasa dan diet khusus
2) Pembagian / penyajian makanan pasien dilakukan oleh petugas pemorsi
makan pasien yang dibedakan untuk diet biasa dan diet khusus
3) Petugas dapur/penyaji makan ruangan mengambil makanan dengan
menggunakan trolly tertutup.
4) Petugas dapur ruangan menyajikan makanan kepada pasien sesuai dengan
porsi dan diet serta sesuai dengan etiket diet yang tercantum
f. Ruang / tempat pencucian alat
1) Tersedia tempat pencucian peralatan dapur
2) Tersedia tempat pencucian peralatan makan
3) Tersedia air dingin dan air panas
4) Tersedia 4 bak pencucian peralatan.
5) Pencucian peralatan makan menggunakan perendaman dalam presep
6) Pencucian peralatan dengan menggunakan cairan pencuci piring
7) Tersedianya bak pembilasan
8) Tersedianya bak sterilisasi air panas
9) Tempat sampah tertutup
g. Ruang Perkantoran dan Administrasi
1) Tersedia lemari penyimpanan arsip.
2) Tersedia komputer sebagai fasilitas pendukung kerja dan penyelesaian
administrasi.
3) Tersedia papan informasi yang berisi visi dan misi Instalasi Gizi, jadwal
dinas, menu, jadwal kebersihan dan lain lain.
h. Tempat cuci tangan
1) Tersedia wastafel di ruang penyajian
2) Tersedia air bersih dengan menggunakan kran mengalir.
3) Sabun cuci tangan menggunakan sabun anti bakteri.
4) Tersedia Handwrap
5) Tersedia pengering tangan
i. Tersedianya Toilet
1) Sabun.
2) Gayung
ii
3) Sabun cair
4) Bak Mandi
j. Ruang ganti karyawan
1) Lowker penyimpanan baju seragam kerja
2) Gantungan baju
3) Kaca/ cermin
4) Rak sepatu
k. Pembuangan sampah
1) Pembuangan sampah menggunakan tempat sampah tertutup dan berlapis
kantong plastik hitam yang disiapkan dimasing masing bagian
pengolahan.
2) Pembuangan sampah menggunakan sampah tertutup dan berlapis plastik
berwarna kuning untuk tempat sampah di ruang pencucian peralatan
3) Sampah diambil oleh petugas kebersihan setiap hari untuk dibuang
ditempat pembuangan sementara.
2. Konsultasi Gizi
Ruang / tempat penyuluhan, edukasi dan konseling gizi
a. Penyuluhan gizi kepada keluarga pasien dan kelompok masyarakat dilakukan oleh
ahli gizi/dietisien di ruang Konseling Gizi
b. Edukasi dan Konseling gizi untuk pasien rawat inap dilakukan oleh ahli gizi/dietisien
diruang rawat inap.
c. Tersedia leaflet, dan food model sebagai sarana pendukung kegiatan penyuluhan,
edukasi dan konselingi gizi.
d. Tersedia alat ukur Antopometri
e. Tersedia peralatan kantor / ATK

C. Standar Fasilitas Pendukung


1. Fasilitas / peralatan untuk edukasi konseling gizi / penyuluhan diet. Terdiri dari:
a. Timbangan berat badan.
b. Alat pengukur tinggi badan.
c. Food model (1 set).
d. Daftar bahan makan penukar.
e. Leaflet (ibu menyusui, ibu hamil, anak sehat, makan bayi sehat, diabetes
melitus, gagal ginjal kronik, jantung, lambung, rendah garam, rendak
ii
kolesterol, rendah lemak, rendah protein, rendah purin, makanan cair /
sonde, dislipidemia, batu ginjal).
f. Lembar Diagnosa Gizi dalam formulir permintaan konseling gizi.
g. Buku Penuntun/Pedoman Konseling Gizi.
2. Fasilitas penyimpanan bahan makanan.
a. Freezer 1 unit untuk penyimpanan bahan makanan mentah (daging, ayam,
ikan )
b. Chiller 1 unit untuk penyimpanan sayuran mentah, bumbu
3. Fasilitas penerimaan bahan makanan.
a. Tersedia timbangan bahan makanan.
b. Meja penerimaan
4. Fasilitas distribusi.
a. Tersedia trolly tertutup didapur ruangan masing masing.
b. Tersedia trolly untuk distribusi makanan di Instalasi Gizi.
c. Tersedia baki dan peralatan makan didapur ruangan masing masing.
5. Tersedia Alat pelindung diri.
a. Schort / celemek.
b. Topi / penutup kepala.
c. Masker.
d. Cempal.
e. Sarung tangan disposible.
6. Penerangan dan ventilasi cukup
a. Tersedianya penerangan (lampu) disetiap bagian dalam dan luar gedung
Instalasi Gizi.
b. Tersedia sarana exhaus fan, ventilasi fan dan kipas angin baling baling
yang cukup untuk membantu sirkulasi dan ventilasi ruangan.
7. Alat pemadam kebakaran.
a. Tersedia 3 unit tabung pemadam kebakaran.
b. Tersedia chek list pemeliharaan sarana.
c. Pengecekan fungsi tabung pemadam kebakaran dilakukan oleh petugas Unit
Pemeliharaan Sarana sesuai dengan jadwal pemeliharaan.
8. Standar inventarisasi peralatan Instalasi Gizi.
Tersedia inventarisasi peralatan yang digunakan di Instalasi Gizi yang
dikelompokkan sesuai dengan ruang / tempat peralatan tersebut tersedia
ii
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tatalaksana kegiatan pelayanan gizi di Instalasi Gizi terdiri dari 4 cakupan pelayanan
dengan mekanisme kerja sebagai berikut:
A. Tata Laksana Produksi Dan Distribusi Makanan
1. Penetapan Peraturan pemberian Makanan di Rumah Sakit ( PPMRS )
a. Penetapan peraturan pemberian makanan Rumah Sakit ditetapkan oleh Direktur
Rumah Sakit sebagai salah satu acuan dalam memberikan pelayanan gizi pada
pasien dan karyawan.
b. Unit produksi memberikan makanan kepada pasien dalam penyelenggaraan
makan di RS sesuai dengan PPMRS yang memuat : standar pemberian
makanan pasien berdasarkan kelas perawatan ( VIP, Kelas I,II. III), standar
makanan karyawan, jenis diet dan bentuk makanan yang diberikan untuk pasien
dewasa maupun pasien anak.
c. Penyusunan penentuan pemberian makanan RS berdasarkan : kebijakan RS,
macam konsumen yang dilayani, Angka Kecukupan Gizi yang mutakhir dan
kebutuhan gizi diet khusus, Standar makanan sehari makanan biasa dan diet
khusus, penentuan menu dan pola makan, penetapan kelas perawatan, Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang berlaku.
2. Menyusun standar makanan rumah sakit sesuai dengan penuntun diet
a. Standar makanan adalah susunan macam/contoh bahan makanan serta
jumlahnya (berat kotor) yang digunakan sebagai standar dalam sistem
penyelenggaraan makanan, disesuaikan dengan dana yang tersedia dan
kecukupan gizi.
b. Tujuannya adalah tercapainya kecukupan gizi yang selaras dengan dana yang
tersedia. Besar kecilnya dana yang tersedia akan mempengaruhi standar
makanan, namun demikian Instalasi gizi bertanggungjawab terhadap
tercapainya kecukupan gizi minimal.
c. Langkah langkah menyusun standar makanan :
1) Menetapkan standar kecukupan gizi
2) Menetapkan Standar Makanan berdasarkan nilai gizi, anggaran dan
mengonversikan bahan makanan dalam berat kotor.
3) Menetapkan standar makanan berdasarkan distribusi makanan sehari
3. Menyusun anggaran belanja Instalasi Gizi
ii
Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan penyusunan
anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makan untuk pasien dan
karyawan.
a. Ahli gizi menghitung jumlah pasien dan karyawan yang dilayani dalam 1 tahun
sebelumnya.
b. Merencanakan kebutuhan bahan makanan basah dan kering.
c. Kepala Instalasi Gizi menyusun rencana anggaran belanja sesuai dengan
kebutuhan dengan prediksi kenaikan harga pasaran sebesar 10% dari rencana
anggaran tahun sebelumnya.
d. Kepala Instalasi Gizi melakukan penghitungan unit cost pertahun.
4. Menyusun menu makanan
a. Untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien berdasarkan bentuk dan jenis diet maka
Unit produksi makanan menerapkan pedoman menu pasien dengan siklus 10
hari dan hari ke 31.
b. Siklus menu disusun berdasarkan pola makan 3x sehari yang terdiri dari
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah dengan menganut
pada kaidah gizi seimbang. Diperhitungkan pula variasi makanan, standar porsi
dan standar resep.
c. Penyusunan siklus menu 10 (sepuluh) hari untuk pasien dengan Menu standar
dibedakan berdasarkan kelas perawatan VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III.
d. Penyusunan standar resep, standar bumbu, standar porsi dan pedoman menu.
e. Penyusunan snack untuk pasien dan snack dokter

5. Melakukan Pengadaan Bahan Makanan


Kegiatan pengadaan bahan makanan meliputi penetapan spesifikasi bahan
makanan, perhitungan, harga makanan, pemesanan dan pembelian bahan makanan
a. Menetapkan spesifikasi bahan makanan sesuai dengan ukuran, bentuk,
penampilan dan kualitas bahan makanan.
b. Pemesanan bahan makanan/order bahan makanan disesuaikan dengan pedoman
menu, jumlah pasien, dan karyawan yang dilayani.
1) Pemesanan bahan makanan basah/segar dilakukan tiap hari
2) Pemesanan bahan makanan kering dilakukan 3x dalam seminggu

ii
3) Pemesanan snack pasien dan dokter pada rekanan kue dilakukan tiap hari
dengan menyerahkan jadwal snack 1 bulan.
c. Pembelian bahan makanan dilakukan oleh rekanan yang sudah ditunjuk RS
sesuai dengan harga pasar.
6. Melakukan penerimaan bahan makanan
a. Bahan makanan yang datang ditimbang, diperiksa sesuai permintaan dan
spesifikasi.
1) Bahan makanan basah/segar seperti sayur, bumbu, buah, ikan, ayam, daging
dikirim setiap hari.
2) Bahan makanan kering seperti beras, gula, terigu dan lain-lain diterima dari
bagian gudang besar sesuai bon permintaan
b. Apabila bahan makanan yang diterima tidak sesuai dengan spesifikasi, macam
,kualitas dan kuantitas maka bahan makanan tersebut dikembalikan pada
rekanan dan diganti pada hari tersebut.
c. Penerimaan bahan makanan dicatat dalam kartu stock.
d. Bahan makanan basah yang langsung digunakan dikirim ke bagian persiapan
7. Melakukan Penyimpanan Bahan Makanan
Penyimpanan bahan makanan adalah tata cara menata, menyimpan, menjaga
keamanan bahan makanan kering dan basah/segar di gudang penyimpanan bahan
makanan, sesuai kaidah yang berlaku.
a. Penyimpanan bahan makanan dikelompokkan sesuai dengan jenis dan masa
kadaluwarsa.
b. Mengontrol suhu penyimpanan bahan makanan
1) Bahan makanan kering disusun beraturan, Bahan makanan yang
perputarannya cepat diletakkan dekat dengan penyaluran.
2) Bahan makanan segar dikelompokkan sesuai suhu penyimpanan :
a) Penyimpanan segar (Fresh Cooling) bahan makanan disimpan dalam
lemari pendingin dengan suhu 1 -4 C untuk suhu cair, telur dan makanan
matang. Sayuran segar berkisar 10 15 C.
b) Penyimpanan dingin ( Chilly) dengan suhu antara (-5) 0 C untuk
menyimpan daging, ikan, ayam tidak lebih dari 3 hari.
c) Penyimpanan beku (Freezer) dengan suhu ( -10) C untuk menyimpan
daging dalam waktu lama.
c. Penyimpanan bahan makanan dicatat dalam kartu stock.
ii
8. Melakukan Penyaluran Bahan Makanan
Mendistribusikan bahan makanan berdasarkan permintaan dari unit kerja
pengolahan dengan dilakukan pencatatan di buku stok.
9. Melakukan Persiapan Bahan Makanan
Persiapan bahan makanan adalah kegiatan pra pengolahan bahan makanan
meliputi membersihkan, mengupas, memotong, merendam, mencuci, menggiling
dan meracik. Kegiatan persiapan bahan makanan dilakukan pada waktu pagi
hinggga siang hari.
10. Mengelola produksi dan distribusi makanan bagi pasien rawat inap dan pasien rawat
jalan serta karyawan sesuai dengan kebutuhan
a. Produksi makanan.
Pengolahan makanan adalah kegiatan mengubah bahan makanan menjadi
makanan yang siap dikonsumsi, berkualitas dan aman. Pengolahan makanan di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta diklasifikasikan berdasarkan jenis diet
yaitu Pengolahan untuk pasien umum dan pasien diet.
1) Pengolahan makanan biasa pasien kelas I, II, III, VIP dan penunggu VIP
dilakukan oleh petugas produksi pengolahan makanan biasa disesuaikan
dengan menu dan jumlah permintaan.
2) Pengolahan makanan diet khusus, saring, cair dan permintaan menu khusus
dilakukan oleh petugas produksi pengolah diet khusus disesuaikan dengan
menu diet dan jumlah permintaan.
b. Distribusi makanan.
Distribusi makanan adalah kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah
porsi dan jenis makanan bagi pasien. Pendistribusian makanan pasien dilakukan
oleh petugas distribusi/ pramusaji sesuai dengan menu, diet, jumlah dan waktu
yang sudah ditentukan.
B. Tata Laksana Pelayanan Gizi Ruang Rawat Inap
1. Skrining Gizi
a. Kegiatan skrining gizi pada pasien dewasa rawat inap oleh Perawat
menggunakan Malnutrition Screening Tool (MST) dengan kriteria pada pasien
berisiko malnutrisi dan pasien tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus :
pasien dengan kelainan metabolik, hemodialisis, anak, geriatrik, kanker dengan
kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, sakit kritis
dan sebagainya.
ii
b. Kegiatan skrining gizi pada pasien anak rawat inap oleh Perawat menggunakan
Strongkids screening tool. Anak termasuk pasien berisiko. Asesmen gizi pada
anak bertujuan untuk mengetahui masalah gizi pasien dan penyebabnya.
c. Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka
dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah
proses asuhan gizi terstandar oleh Dietisien.
d. Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan
dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang berisiko
malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar.

Gambar 1.
Proses Asuhan Gizi Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

2. Preskripsi Diet/ Order Diet


a. Preskripsi diet/order diet awal adalah pemesanan diet pasien yang ditulis oleh
dokter dalam waktu 1 x 24 jam terdiri dari bentuk makanan dan jenis diet.
b. Pasien dengan kondisi khusus dicantumkan anjuran kebutuhan energi dan
atau zat gizi lain.
c. Perskripsi diet definitif/lanjutan ditetapkan oleh Dokter bekerjasama dengan
Dietisien dalam menentukan bentuk makanan dan kebutuhan zat gizi, jadwal
dan jenis diet yang lebih tepat sesuai dengan kondisi pasien.

ii
d. Preskripsi diet lanjutan dituliskan kembali dalam dokumen medik oleh
Dokter dan Dietisien.
e. Dalam kondisi tertentu Dietisien dapat menetapkan preskripsi diet awal dan
mengusulkan perubahan diet, penambahan preskripsi diet lanjutan. Dietisien
akan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan Dokter.
3. Asesmen Gizi
Asesmen gizi adakah kegiatan mengumpulkan dan mengkaji data terkait
gizi yang relevan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan penyebabnya. Pasien
baru yang berisiko malnutrisi, malnutrisi dan atau kondisi khusus dikunjungi
oleh Dietisien.
Data yang dikumpulkan meliputi :
1) Riwayat personal : riwayat penyakit pasien dan keluarga, tingkat sosial-
ekonomi, aktivitas fisik, kebiasaan minum obat/jamu, pengobatan alternatif
dan data lain yang berkaitan.
2) Data riwayat Diet : Alergi makanan, ketidaksukaan makanan, kesukaan
makanan, pantangan makanan, pola makan, asupan zat gizi sehari ( makanan
pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, snack, minuman ), pengalaman
diet/konseling diet.
3) Data antropometri untuk menentukan status gizi : BB, TB, apabila pasien
tidak dapat ditimbang diukur LILA dan tinggi lutut untuk memperkirakan
berat badan dan tinggi badan. Kemudian status gizi berdasarkan IMT atau
LILA. Apabila pasien pernah menimbang BB sebelumnya dapat ditanyakan
BB biasanya untuk melihat penurunan/peningkatan BB.
4) Data Laboratorium yang terkait gizi : albumin, gula darah, hemoglobin,
ureum, kreatinin dan data laboratorium lain yang terkait
5) Data klinis/fisik gizi yang berhubungan dengan defisiensi gizi ; kondisi kulit,
mata, rambut, kehilangan masa otot, kehilangan lemak, fungsi menelan,
mengunyah, menghisap, mual, muntah, kembung, diare, konstipasi, tanda-
tanda vital : Suhu, Pernafasan, Nadi, Tekanan Darah dan data lain yang
berkaitan.
Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan jenis penyakit yang biasanya lebih
spesifik.
Tujuan asesmen gizi yaitu untuk mengetahui masalah gizi pasien dan
penyebabnya, berdasarkan hal tersebut selanjutnya Detisien membuat
ii
perencanaan intervensi ( terapi gizi ) dan pemberian makanan yang sesuai dengan
kebutuhan gizi pasien dan preskripsi Dokter. Tahapan kunjungan awal adalah :
1) Dietisien mendapat informasi mengenai adanya pasien baru berdasarkan
laporan perawat/buku laporan keperawatan, daftar makanan pasien rawat inap;
2) Dietisien mengunjungi pasien dan melihat dokumen medik untuk mengetahui
risiko malnutrisi dan kondisi khusus serta preskripsi diet;
3) Dietisien melakukan anamnesis terkait gizi pada pasien berisiko malnutrisi dan
kondisi khusus. Data yang dikumpulkan meliputi ; antropometri, biokimia,
klinis, riwayat gizi serta riwayat personal dan mengkaji data-data tersebut
untuk menentukan dignosis gizi/masalah gizi.
4) Selanjutnya Dietisien membuat rencana intervensi gizi/pemberian suplemen
makanan sesuai dengan kondisi pasien dan preskripsi diet Dokter.
5) Apabila preskripsi diet dari dokter dirasa kurang sesuai, dietisien akan
mengusulkan perubahan diet, jumlah dan cara makan.
6) Berdasarkan hasil berat ringannya risiko malnutrisi pasien, Dietisien akan
melakukan monitoring evaluasi dan asesmen ulang gizi untuk mengevaluasi
efektifitas intervensi gizi.
4. Diagnosis Gizi
Penentuan diagnosa gizi adalah kegiatan identifikasi masalah
gizi/diagnosis gizi berdasarkan hasil asesmen gizi yang ditulis dengan format
kalimat yang terdiri dari problem, etiologi dan tanda/gejala. Dianosis gizi
merupakan langkah kritis yang menghubungkan antara asesmen gizi dengan
intervensi gizi. Diagnosis gizi ditentukan untuk mengidentifikasi masalah gizi
yang aktual/terbaru agar dapat memberikan intervensi gizi yang tepat. Langkah-
langkah penentuan diagnosis gizi adalah :
1) Dietisen melakukan pengumpulan data terkait gizi (data antropometri,
biokoimia, klinis/fisik, riwayat gizi dan riwayat personal);
2) Dietisien menghitung kebutuhan gizi pasien;
3) Dietisien melakukan pengkajian gizi dengan cara menbandingkan data yang
didapat dengan standar dan anjuran zat gizi sesuai kondisi penyakit pasien;
4) Kesenjangan yang timbul merupakan Diagnosis Gizi/Problem Gizi;
5) Dietisien menganalisis penyebab masalah berdasarkan hasil Pengkajian Gizi
yang telah dilakukan;

ii
6) Dietisien menentukan Tanda dan Gejala berdasarkan Pengkajian yang
dilakukan;
7) Dietisien menuliskan Diagnosis gizi dengan format sebagai berikut : Problem
(P), Etiologi (E), Sign/Simptom (S) yang biasa disingkat PES;
8) Diagnosis/Problem Gizi dapat dikelompokkan menjadi 3 Domain Intake
(Asupan), Domain klinis/Fisik dan Domain Perilaku;
9) Berdasarkan Diagnosis Gizi dibuat tujuan dan target Intervensi yang terukur.

5. Intervensi Gizi
Intervensi Gizi adalah serangkaian aktivitas spesifik dan berkaitan dengan
penggunaan bahan makanan untuk menanggulangi masalah gizi. Intervensi gizi
merupakan tindakan yang terencana secara khusus dengan tujuan untuk
mengatasi/menanggulangi masalah gizi terkait perilaku makan, kondisi
lingkungan atau status kesehatan pasien. Selama pemberian intervensi Dietisien
bekerjasama dengan pasien, keluarga dan pengasuh. Komponen intervensi
adalah perencanaan terapi gizi, implementasi/pemberian diet, edukasi dan
konseling gizi.
Dietisien harus menetapkan tujuan intervensi gizi. Intervensi gizi
mempertimbangkan preskripsi diet awal dari dokter penannggung jawab pasien
yang baru masuk. Selanjutnya Dietisien merencanakan terapi gizi berdasarkan
masalah gizi pasien, berupa merencanakan kebutuhan gizi, bentuk makanan,
jadwal, frekuensi pemberian makan sesuai kondisi penyakit dan kemampuan
makan pasien.
Dietisien berkolaborasi dan berkomunikasi dengan Dokter mengenai
preskripsi diet definitif terutama apabila terdapat ketidaksesuaian antara
preskripsi diet dari Dokter dengan perencanaan diet yang dibuat oleh Dietisien.
Implementasi pemberian diet pada pasien rawat inap dapat berupa intervensi
pemberian makanan baik oral, enteral maupun parenteral. Dalam hal
implementasi ini Dietisien berkolaborasi dengan unit produksi makanan.
Konseling gizi diberikan kepada pasien rawat inap saat dirawat dan
sebelum pulang atau saat kontrol di rawat jalan. Konseling gizi diberikan pada
pasien yang berdiet, yang berisiko malnutrisi, sudah malnutrisi atau dengan
kondisi khusus seperti pasien geriatri, pasien dengan penurunan imunitas, pasien

ii
dengan keganasan, pasien dengan gangguan metabolik DM, pasien stroke,
pasien sirosis hepatis dll.

6. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring adalah kegiatan memantau tanda dan gejala dari masalah
gizi (asupan gizi dan berat badan) setelah mendapat intervensi gizi. Evaluasi
adalah menilai keberhasilan intervensi gizi yang diberikan pada pasien dengan
masalah gizi.
Tujuan dilakukan monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui
respon pasien terhadap intervensi, tingkat kemajuan pasien, dan tingkat
keberhasilannya dimonitor dan dicatat dalam lembar monitoring evaluasi dan
asesmen ulang gizi.
Langkah langkah kegiatan monitoring evaluasi gizi dan asesmen ulang gizi :
a. Monitor perkembangan pasien yaitu mengamati perkembangan kondisi
pasien yang bertujuan untuk melihat hasil, respon pasien terhadap intervensi
gizi. Dietisien :
1) Memantau asupan makan pasien dan menganalisa daya terima makan
pasien.
2) Mencatat dan merespon keluhan makan pasien.
3) Mengecek perubahan pemahanan/perilaku makan pasien
b. Mengevaluasi hasil dan melakukan asesmen ulang gizi :
1) Riwayat gizi : untuk mengevaluasi asupan makanan, minuman, suplemen,
enteral/parenteral, sudah/belum memenuhi target dan mengevaluasi
asupan kalori & zat gizi, asupan cairan pasien sudah/belum terpenuhi
kebutuhan gizinya.
2) Biokimia terkait gizi : mengevaluasi hasil laboratorium terbaru pasien
yang terkait dengan gizi.
3) Antropometri yaitu pengukuran BB, perubahan BB, penentuan IMT dan
status gizi. Apabila tidak dapat ditimbang BB dapat menggunakan
pengukuran LILA.
4) Fisik-klinis terkait Gizi yaitu mengevaluasi tanda-tanda vital ( suhu, nadi,
pernafasan, tensi darah), mengevaluasi nafsu makan, gastrointestinal (
mual, muntah)
c. Hasil pemantauan :
ii
1) Ada perbaikan berarti intervensi yang diberikan berhasil.
2) Apabila hasil pemantauan tidak menunjukkan perbaikan bahkan
perburukan berarti intervensi gizi yang diberikan perlu dimodifikasi lagi
untuk mencapai kebutuhan pasien. Dietisien kembali melakukan
pengkajian gizi ( re-assessment) bila diperlukan. Setelah penilaian gizi
ulang dilakukan, maka proses selanjutnya sesuai dengan proses asuhan
gizi terstandar. Hal ini terus berulang sampai tujuan tercapai.
d. Konseling dan edukasi gizi pasien/ keluarga Rawat Inap
Pemberian diet yang tepat merupakan salah satu upaya untuk
mempercepat proses penyembuhan dan mencapai status gizi optimal.
Konseling gizi diberikan oleh Dietisien, akan membantu pasien untuk
mengenali masalah kesehatan terkait dengan gizi, memahami penyebab
terjadinya masalah gizi dan membantu pasien memecahkan masalahnya dan
dibantu keluarga pasien sehingga terjadi perubahan perilaku untuk dapat
menerapkan rencana diet yang ditetapkan Kegiatan edukasi dan konseling gizi
kepada pasien dewasa atau anak dan keluarga yang mendapatkan diet tertentu
selama dirawat ataupun sebelum pulang dari rumah sakit dengan menggunakan
brosur/leaflet diet yang ditulis oleh Dietisien. Tujuan diberikan konseling dan
edukasi gizi adalah untuk memberikan pengetahuan dan membantu pasien
dalam melaksanakan diet sesuai penyakit dan kebutuhannya selama dirawat
dan di rumah setelah pulang rawat. Langkah langkah konseling dan edukasi
gizi rawat inap antara lain :
1) Dietisien membaca dokumen medik untuk mengetahui kondisi pasien dan
preskripsi diet pasien yang dibuat oleh Dokter..
2) Dietisien memberikan edukasi dan konseling sesuai masalah yang didapat
dari hasil pengkajian gizi.
3) Edukasi dan konseling menggunakan media leaflet diet sesuai dengan
jenis diet yang dibutuhkan dan alat peraga food model.
4) Edukasi dan konseling dilakukan di ruang rawat inap dan mengikut
sertakan keluarga.
5) Dietisien menyiapkan dan mengisi leaflet diet sesuai penyakit dan
kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tentang jadwal, jenis, jumlah
(porsi) bahan makanan sehari menggunakan alat peraga food model,
menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tiodak dianjurkan,
ii
cara pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan
keinginan serta kemampuan pasien.
6) Dietisien memotivasi pasien untuk menjalankan anjuran diet.
7) Dietisien memberikan edukasi dan konseling gizi ulang pada saat pasien
akan pulang dari rawat inap dengan media leaflet/brosur diet sesuai jenis
diet yang harus dijalani saat di rumah.
8) Dietisien menganjurkan pasien untuk konsul ulang ke ruang layanan gizi
rawat jalan pada saat kontrol.
9) Pencatatan hasil konseling gizi ditulis pada formulir Catatan Terintegrasi
dan formulir Edukasi terintegrasi dan dimasukkan ke dalam rekam medis
pasien.
10) Pasien menandatangani formulir apabila sudah mendapatkan
edukasi/konseling gizi.
11) Edukasi Gizi bagi Keluarga Pasien yang Membawa Makanan dari Luar
Rumah Sakit.
Penjelasan yang diberikan kepada pasien dan keluarga apabila ingin
membawa makanan dari luar rumah sakit yaitu penjelasan mengenai
makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada pasien
sehubungan dengan diet serta penyakitnya. Tujuannya adalah untuk
memberikan kesempatan kepada pasien yang berdiet untuk menukar
makanan rumah sakit dengan yang diinginkan dari luar rumah sakit,
tanpa menyalahi jumlah/takaran, jenis makanan, bentuk, dan prinsip diet
serta memperhatikan higiene makanan. Langkah langkahnya antara lain
:
a) Pada saat kunjungan awal pasien baru, Dietisien menginformasikan
apabila pasien ingin mendapat makanan/membawa makanan dari luar
rumah sakit agar menginformasikan kepada Dietisien jenis makanan
yang akan diberikan kepada pasien.
b) Dietisien akan menilai makanan yang dibawa dari luar, apakah dapat
diberikan kepada pasien.
c) Dietisien memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai
makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi sesuai dengan prinsip
diet, bahan makanan penukar dan higiene makanan serta tetap
memotivasi untuk memprioritaskan makanan dari rumah sakit.
ii
C. Tata Laksana Konseling dan Edukasi Rawat Jalan
1. Pasien datang ke ruang konseling gizi di poliklinik atas rujukan dari dokter yang
merawat/permintaan pasien yang berobat di polikinik.
2. Dietisien melakukan pengukuran antropometri pada pasien dewasa yang belum
ada data Tinggi Badan, bila tidak dapat ditimbang BB akan digunakan LILA.
3. Dietisien melakukan asesmen gizi.
4. Dietisien menetapkan diagnosa gizi.
5. Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan
langkah menyiapkan dan mengisi leaflet diet sesuai penyakit dan kebutuhan gizi
pasien serta menjelaskan tentang jadwal, jenis , jumlah bahan makanan sehari
menggunakan alat peraga food model, menjelaskan tentang makanan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara pemasakan dan lain-lain yang disesuaikan
dengan pola makan dan keinginan serta kemampuan pasien
6. Dietisien memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya.
7. Pencatatan hasil konseling gizi
8. Dietisien menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang 1 bulan yang akan datang
bersamaan waktu kontrol.
D. Tata laksana Penelitian dan pengembangan gizi terapan.
Penelitian dan pengembangan gizi terapan dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan guna menghadapi tantangan dan masalah gizi terapan yang kompleks.
Ciri suatu penelitian adalah proses yang berjalan terus menerus dan selalu mencari,
sehingga hasilnya selalu mutakhir.
Tujuan penelitian dan pengembangan gizi terapan adalah untuk mencapai kualitas
pelayanan gizi rumah sakit secara berdaya guna dan berhasil guna dibidang
pelayanan gizi, penyelenggaran makanan rumah sakit, penyuluhan, konsultasi dan
konseling gizi. Hasil penelitian dan pengembangan gizi terapan berguna sebagai
masukan bagi perencanaan kegiatan, evaluasi, pengembangan teori, tatalaksana atau
standar pelayanan gizi rumah sakit. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi
terapan dilakukan atas kerja sama dengan mahasiswa praktek gizi.
1. Mekanisme Kegiatan
a. Menyusun proposal penelitian
Untuk melaksanakan penelitian pengembangan gizi terapan, diperlukan
proposal penelitian yang bersisi judul penelitian, latar belakang, tujuan,
tinjauan pustaka dan referensi, hipotesa, metode, personalia, biaya dan waktu.
ii
b. Melaksanakan penelitian
Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan sesuai dengan metode yang telah
ditetapkan.
c. Menyusun laporan penelitian
Pada umumnya laporan berisikan judul penelitian, latar belakang, tujuan,
tinjauan pustaka dan referensi, hipotesa, metode, hasil dan pembahasan, serta
kesimpulan dan saran.
2. Ruang Lingkup Penelitian dan Pengembangan
a. Pelayanan Gizi Rawat Jalan dan Rawat Inap
1) Topik Penelitian yang dapat diajukan dalam proposal penelitian:
a) Daya terima makanan pasien di ruang rawat inap
b) Asupan makan pasien dengan berbagai kasus penyakit
c) Hospital malnutrition pada pasien rawat inap
d) Kepatuhan diet, efektifitas konsultasi pada pasien rawat jalan
2) Pengembangan Gizi dari hasil Penelitian :
Berbagai standar yang dapat dikembangkan diantaranya adalah standar
asuhan gizi, standar skrining gizi, standar terapi diet, standar ketenagaan,
standar sarana prasarana : sofware perhitungan zat gizi, standar prosedur
operasional dan sebagainya.
b. Penyelenggaraan makanan
1) Topik Penelitian yang dapat diajukan dalam proposal peneltian :
a) Standar porsi hidangan
b) Pola menu standar rumah sakit
c) Standar formula makanan enteral
d) Penerimaan terhadap hidangan makanan
e) Keefektifan penggunaan APD terhadap keamanan pangan.
2) Pengembangan gizi yang dapat dilakukan dari hasil Penelitian :
a) Berbagai standar yang dapat dikembangkan adalah standar resep,
standar porsi, standar bumbu, standar waste, standar formula/makanan
enteral, seni kuliner.
b) Standar sarana prasarana yang dapat dikembangkan adalah standar alat
pengolahan, standar alat distribusi, standar kereta makan
E. Tim Terapi Gizi

ii
Kolaborasi antara Tim kesehatan sudah dimulai sejak pasien masuk ruang
perawatan dengan masing-masing tugasnya sesuai profesi. Dokter dalam waktu 1 x 24
jam menilai subjektif, objektif, asesmen berkaitan dengan penyakit pasien. Selain itu
dokter juga membuat rencana yang didalamnya berisi pengobatan termasuk
preskripsi/order diet awal yang direkomendasikan. Perawat menilai asuhan
keperawatan. Selanjutnya dietisien mengunjungi pasien baru yang berisiko kurang
gizi atau sudah kurang gizi ( malnutrisi ) pada saat perawatan untuk melakukan
asesmen gizi dan asuhan gizi . Sebaiknya dibentuk Tim Terapi Gizi/Nutrition
Support team dalam kegiatan pembahasan kasus sulit dan pencegahan hospital
malnutrition.

ii
BAB V
LOGISTIK
A. Pengertian
Managemen pelayanan logistik dan pergudangan Instalasi Gizi merupakan
penyelenggaraan pengurusan bahan makanan dan barang untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan gizi di rumah sakit atau institusi secara teratur dalam kurun waktu tertentu
secara cermat dan tepat dengan biaya seefisien mungkin
B. Tujuan
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang
tepat dan kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional tersebut di atas tercapai.
3. Tujuan Keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang
menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak
sehingga dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem akutansi.
C. Syarat Managemen Logistik
1. Sirkulasi pengeluaran bahan makanan atau barang berdasar metode FIFO ( First In
First Out ) dan FEFO ( First Expired First Out ) yaitu bahan makanan yang
disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati masa kadaluwarsa
dimanfaatkan/digunakan lebih dahulu.
2. Fasilitas penyimpanan terstandar ( bersih dan suhu sesuai )
3. Stok bahan makanan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu
4. Menjaga kualitas bahan makanan tetap terjamin
5. Adanya sistem pencatatan.
D. Kegiatan Logistik di Instalasi Gizi
1. Pemesanan Bahan Makanan
Adalah penyusunan permintaan ( order ) bahan makanan berdasarkan menu atau
pedoman menu dan jumlah pasien, karyawan yang dilayani dengan
memperhitungkan stok bahan makanan yang ada. Tujuannya adalah tersedianya
daftar pesanan bahan makanan sesuai dengan standar atau spesifikasi yang
ditetapkan Instalasi Gizi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
a. Bahan Kering
1) Penanggung jawab Logistik bahan kering Instalasi Gizi melihat persediaan
bahan makanan dan minuman kering secara fisik dan mencocokkan dengan
kartu stock kolom sisa yang ada di logistik instalasi gizi, apabila
ii
persediaan sudah menipis maka menulis perrmintaan pembelian bahan
makanan kering
2) Penanggung jawab logistik mengajukan permintaan bahan makanan kering
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bahan kering karyawan, pasien,
dalam bentuk Lembar perencanaan bahan makanan kering.
3) Penanggung jawab logistik menyerahkan lembar perencanaan bahan kering
kepada koordinator unit produksi
4) Penanggung jawab logistik membuat Surat Pemesanan dalam bon bahan
kering.
5) Kepala Instalasi Gizi memeriksa Surat Pemesanan dan menandatangani Surat
Pemesanan.
6) Penanggung jawab logistik menghubungi supplier berdasarkan pesanan
belanja kering yang sudah diotorisasi

b. Bahan Basah
1) Koordinator unit produksi bersama perencanaan /penanggung jawab gudang
basah mengajukan permintaan bahan makanan basah untuk perencanaan
kebutuhan keesokan harinya.
2) Fomulir perencanaan bahan basah telah ditandatangani oleh Kepala Instalasi
Gizi.
3) Supervisor Menandatangani Surat pemesanan
4) Bagian perencanaan gizi menyerahkan Lembar pemesanan bahan makanan
ke masing- masing supplier.

2. Penerimaan bahan makanan


Rangkaian kegiatan meneliti, memeriksa, mencatat dan melaporkan bahan
makanan yang diperiksa tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang
diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan supplier yang bersangkutan.
a. Prinsip dasar dalam penerimaan bahan makanan
Adapun prinsip dalam penerimaan bahan makanan di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta:
1) Jumlah
Bahan makanan yang diterima harus sama dengan jumlah bahan
ii
makanan yang tertulis dalam surat pemesanan Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
2) Mutu
Bahan makanan yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi bahan
makanan di Rumah Sakit PKU Yogyakarta
3) Harga
Harga bahan makanan masih mengikuti harga pasar.
Apabila terjadi ketidaksesuain baik dari segi jumlah, mutu maupun harga makan
pihak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berhak untuk
mengembalikan bahan makanan tersebut untuk ditukar oleh supplier sesuai
dengan standar Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
b. Metode penerimaan bahan makanan
Cara penerimaan yang terdapat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta yaitu secara konvensional yang memperhitungkan baik kualitas
maupun kuantitas.
c. Prosedur dalam penerimaan bahan makanan kering meliputi :
1) Supplier mengirimkan bahan makanan sesuai dengan surat pemesanan yang
diberikan oleh pihak rumah sakit.
2) Penanggung jawab logistik gizi (Gudang kering) menerima, memeriksa
jumlah atau jenis bahan makanan yang diterimanya dan menimbang bahan
makanan kering dengan nota 2 rangkap dari supplier, serta mencocokkan
dengan surat pemesanan.
3) Penanggung jawab logistik gizi mencatat semua bahan makanan kering yang
telah diterima dalam kartu stok kolom masuk dan menyimpan sesuai
dengan spesifikasi dan tata laksana bahan kering yang terdapat pada gudang
penyimpanan instalasi Gizi.
4) Penanggung jawab logistik gizi membuat rekap pengeluaran bahan kering
sebagai laporan stok
d. Prosedur dalam penerimaan bahan makanan basah meliputi :
1) Supplier mengirimkan bahan makanan sesuai dengan surat pemesanan yang
diberikan oleh pihak rumah sakit.
2) Penanggung petugas penerimaan menerima , menimbang, memeriksa jumlah
atau jenis bahan makanan yang diterimanya, serta mencocokkan dengan surat
pemesanan dan spesifikasi bahan makanan.
ii
3) Petugas penerimaan mendistribusikan bahan makanan basah ke bagian
persiapan (bumbu, sayur, lauk) sesuai dengan standar menu
4) Bahan makanan yang tidak langsung digunakan saat itu dilakukan
penyimpanan di ruang penyimpanan bahan makanan basah ( freezer / chiller
).
3. Penyimpanan bahan makanan
Suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering
dan basah/segar baik kualitas maupun kuantitas sesuai kaidah yang berlaku, beserta
pencatatan dan pelaporannya.
a. Prinsip penyimpanan bahan makanan
Adapun prinsip dalam penyimpanan bahan makanan :
1) Tempat yang tepat
2) Waktu yang tepat
3) Mutu yang sesuai dengan standar bahan makanan yang ditetapkan rumah
sakit
4) Jumlah sesuai dengan surat pemesanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit
5) Harganya sesuai dengan harga yang telah disepakati baik pihak rumah sakit
maupun supplier.
b. Jenis penyimpanan bahan makanan
1) Gudang Bahan Makanan Kering
Merupakan tempat penyimpanan bahan makanan kering yang tahan lama
seperti beras, gula, tepung-tepungan, kacang hijau, minyak, kecap,
makananan dalam kaleng dan lain- lain.
a) Syarat utama untuk menyimpan bahan makanan kering :
Ruangan khusus kering, tidak lembab
Pencahayaan cukup
Ventilasi dan udara baik
Bebas dari serangga dan binatang pengerat
Suhu ruangan antara 19 -20 C perlu dikontrol tiap hari
Penataan bahan makanan beraturan, diberi tanggal penerimaan

2) Gudang Bahan Makanan Basah


Merupakan tempat menyimpan bahan makanan yang masih segar

ii
seperti daging, ikan, unggas, sayuran dan buah. Bahan makanan tersebut
umumnya merupakan bahan makanan yang mudah rusak, sehingga perlu
dilakukan tindakan untuk memperlambat kerusakan terutama disebabkan oleh
mikroba.
Pengelompokkan bahan makanan segar sesuai dengan suhu
penyimpanan. Suhu ruangan gudang bahan makanan segar baik untuk suhu
lemari pendingin dan freezer perlu diperiksa 2 x sehari, yaitu pada saat
gudang dibuka dan ditutup sehingga keamanan bahan makanan didalamnya
dapat terkontrol.
c. Prosedur penyimpanan bahan makanan Rumah Sakit PKU Muhamadiyah
Yogyakarta meliputi :
1) Prosedur Penyimpanan Bahan Makanan Kering
a) Penanggung jawab logistik menata bahan makanan kering sesuai dengan
spesifikasinya
b) Pencatatan pada kartu stok baik setiap bahan datang maupun bahan
makanan yang keluar sesuai dengan kebutuhan selama pengolahan di
instalasi gizi, selain itu sesuai dengan permintaan dari tiap unit yang
terkait.
c) Penyimpanan bahan makanan kering di Rumah PKU Muhammadiyah
Yogyakarta menggunakan metode FIFO ( First In First Out) sehingga
stok bahan yang lebih lama dapat digunakan terlebih dahulu dan metode
FEFO ( first expired firs out ) yaitu bahan makanan yang mendekati masa
kadaluarsa dimanfaatkan/digunakan terlebih dahulu.
d) Ruang penyimpanan bahan makanan kering terdapat ventilasi sebagai
sirkulasi udara agar ruangan tidak terlalu lembab atau pengap
e) Ruangan penyimpanan bahan makanan kering juga dilengkapi dengan
timbangan.
2) Prosedur Penyimpanan Bahan Makanan Basah
a) Petugas penerimaan langsung mendistribusikan bahan makanan sesuai
dengan standar menu kepada petugas persiapan baik bumbu, lauk
maupun sayur.
b) Bahan makanan yang digunakan untuk pengolahan besoknya, dibersihkan
dan dicuci kemudian dibungkus menggunakan plastik putih dan
dimasukkan dalam lemari es agar menjaga kualitas bahan makanan.
ii
c) Petugas Cleaning Servies membersihkan lemari es setiap dua minggu
sekali.
d) Penyimpanan bahan makanan basah menggunakan metode Just in time
sehingga bahan makanan langsung digunakan untuk proses selanjutnya,
adapun menggunakan metode FIFO apabila terdapat stok bahan
makanan yang disebabkan terjadi penurunan jumlah pasien tiap harinya,
maka untuk pengolahan selanjutnya stok yang lama dipakai terlebih
dahulu.
3) Penyimpanan Makanan Enteral Komersial
Penanggung jawab logistik gizi menerima makanan enteral pabrikan
disimpan dalam almari khusus makanan enteral. Penyimpanan makanan
enteral di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan
metode FIFO ( First In First Out) sehingga stok bahan yang lebih lama dapat
digunakan terlebih dahulu dan metode FEFO ( first expired firs out ) yaitu
bahan makanan yang mendekati masa kadaluarsa dimanfaatkan/digunakan
terlebih dahulu.
Penerimaan dan pemakaian makanan enteral dicatat dalam kartu stock.
Makanan enteral diberikan kepada pasien apabila pasien membutuhkan
makanan tambahan/suplemen di luar standar.
d. Pemeliharaan dan Perawatan
Suatu kegiatan untuk menjaga kualitas bahan makanan baik kering maupun
basah untuk menghasilkan makanan yang baik untuk dikonsumsi, Prinsip dalam
Pemeliharaan dan Perawatan adalah adanya pengawasan ruangan dalam penyimpanan
baik bahan makanan kering maupun bahan makanan basah misalnya suhu pada lemari
es untuk penyimpanan bahan makanan basah. Penanggung jawab logistik menjaga
kebersihan ruangan penyimpanan untuk menghindari bahaya binatang (kecoa, tikus
,dan lain-lain) agar bahan makanan dapat terjaga dengan baik.
e. Pengawasan dan Pengendalian Bahan Makanan
Suatu Kegiatan yang mengawasi persediaan bahan makanan baik kering maupun
basah sehingga tidak terjadi penumpukan bahan makanan yang terlalu banyak, dan
mengevaluasi bahan makanan yang digunakan selama kebutuhan di instalasi gizi dan
permintaan unit yang terkait. Penanggung jawab logistik melakukan evaluasi
pengeluaran bahan makanan dan kebutuhan selama proses produksi untuk
perencanaan selanjutnya.
ii
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang dibuat rumah sakit di mana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar terciptan budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan
terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan.
C. Sasaran Keselamatan Pasien Di Instalasi Gizi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogayakarta
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien sejak
awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan yang
diterima oleh pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
3. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
tatanan pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah,
pneumonia yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi
ii
infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang
tepat.
D. Pelaporan keselamatan pasien rumah sakit
Apabila terdapat kejadian kesalahan pemberian layanan yang dapat mengganggu
keselamatan pasien, maka pelaporannya mengikuti prosedur dari tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KPRS RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)

ii
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Keselamatan Kerja
Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan
sesui yang tertuang dalam Undang-Undang No 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1. Rumah Sakit
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut di atas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan
kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa Setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam
hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi Gizi dan perlindungan terhadap Rumah
Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
a. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
ii
b. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
c. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau
terlalu dingin.
d. Tidak tersedia alat-alat pengaman
e. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.
1. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan
a. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
b. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum
mengenai penyakit tersebut.
c. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus
menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik
dan menjaga kebersihan tangan.
2. Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan
a. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai
dengan penyebaran penyakit.
b. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit menular
yang sedang dihadapi.
c. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di Instalasi Perawatan
Intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi.
d. Semua petugas di Instalasi Gizi harus menggunakan apron, penutup kepala dan
pelindung kaki (sandal/ sepatu boot) sebelum masuk ke dapur. Selain petugas instalasi
gizi yang masuk ke dapur harus menggunakan APD tersebut. hal ini bertujuan untuk
mengurangi kontaminasi yang dapat mencemari makanan, sehingga makanan aman
untuk dikonsumsi oleh pasien. Petugas dalam mengolah makanan harus menggunakan
masker atau tidak diperkenankan untuk berbicara dengan petugas pengolah yang lain.
3. Prinsip keselamatan kerja karyawan dalam proses penyelenggaraan makanan.
a. Pengendalian teknis mencakup :

ii
1) Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat
yang telah ditentukan.
2) Ruang dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur dibuat dari
bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat.
3) Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis.
4) Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
5) Tersedianya ruang istirahat untuk karyawan
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh karyawan.
c. Pekarjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari karyawan.
d. Volume kerja yang dibebankan disesuaikan dengan jam kerja yang telah ditetapkan.
e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara rutin oleh petugas Unit Pemeliharaan
Sarana sesuai jadwal .
f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi karyawan.
g. Adanya fasilitas atau peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang
cukup.
4. Prosedur keselamatan kerja
a. Ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan
Keamanan kerja di ruang ini meliputi :
1) Menggunakan alat pembuka peti atau bungkus bahan makanan menurut cara yang
tepat.
2) Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah dengan alat
pengangkut yang tersedia untuk barang.
3) Pergunakan kotak atau tutup panci yang sesuai dan hindari tumpahan bahan.
4) Tidak diperkenankan merokok diruang penerimaan dan penyimpanan bahan
makanan.
5) Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan atau diperlukan.
6) Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
7) Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat membahayakan
badan dan kualitas barang.
8) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di ruang penerimaan dan
penyimpanan.
b. Di ruang persiapan dan pengolahan makanan
1) Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik.
ii
2) Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan atau mengolah bahan makanan.
3) Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk pemakaian.
4) Bersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya.
5) Menggunakan serbet sesuai macam dan peralatan yang dibersihkan.
6) Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan mesin,
lampu, gas atau listrik dan lain-lain.
7) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.
8) Pada saat selesai menggunakan, teliti kembali apakah semua peralatan sudah
dimatikan mesinnya.
9) Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi porsi yang
ditetapkan.
10) Tidak memuat kereta makan melebihi kapasitasnya.
11) Meletakkan alat menurut menurut tempatnya dan diatur rapi.
c. Di ruang distribusi instalasi gizi
1) Tidak mengisi panci atau piring terlalu penuh.
2) Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitas kereta makan.
3) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi tempat tersebut
sampai penuh.
5. Alat pelindung kerja
a) Baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin dan enak
dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja.
b) Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur.
c) Menggunakan cempal atau serbet pada tempatnya.
d) Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah yang
cukup, sabun, alat pengering dan sebagainya.
e) Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah dijangkau.
f) Tersedia alat alat obat P3K.

B. Keamanan Makanan, Higiene dan Sanitasi Makanan


Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai penyembuhan paasien di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.Makanan yang diberikan tidak hanya harus
memenuhi unsur gizi tetapi juga untuk keamanannya yaitu harus bebas dari komponen-
komponen yang menyebabkan penyakit.Sesuai dengan Peraturan pemerintah Nomor 28 tahun
2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Makanan.
ii
1. Keamanan Makanan
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
makanan dan kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang mengganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan sehingga menjadi hal yang mutlak harus
dipenuhi dalam proses pengolahan makanan di rumah sakit. Makanan yang tidak aman
dapat menyebabkan penyakit yang disebut foodborne disease, yaitu gejala penyakit yang
timbul akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung atau tercemar bahan/senyawa
beracun atau organisme pathogen.
Upaya untuk menjamin keamanan makanan adalah dengan menerapkan jaminan
mutu yang berdasarkan keamanan makanan. Prinsip Keamanan makanan meliputi :
Good Manufacturing Practices (GMP); Hygiene dan sanitasi makanan (Penyehatan
makanan); dan Penggunaan bahan tambahan makanan. Upaya tersebut merupakan
program dan prosedur proaktif yang bersifat antisipasi dan preventif, perlu dokumentasi
secara teratur agar dapat menjamin keamanan makanan.
Good manufacturing Practices (GMP) atau Cara Pengolahan Makanan Yang
baik dan benar. GMP merupakan kaidah cara pengolahan makanan yang baik dan benar
untuk menghasilkan makanan/produk akhir yang aman, bermutu dan sesuai selera pasien.
Secara rinci tujuan kaidah ini adalah :
a. Melindungi konsumen dari produksi makanan yang tidak aman dan tidak memenuhi
syarat.
b. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan yang diproduksi sudah aman
dan layak dikonsumsi.
c. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap makanan yang disajikan
Penerapan kaidah tersebut dilakukan mulai dari pemilihan bahan makanan
sampai penyajian makanan ke pasien.
a. Pemilihan Bahan Makanan
1) Memilih dan ciri-ciri makanan yang berkualitas
Bahan makanan mentah menjadi rusak dan busuk karena beberapa penyebab,
tetapi yang paling utama adalah kerusakan atau kebusukan karena mikroba.Mutu
dan keamanan suatu produk makanan sangat tergantung pada mutu dan keamanan
bahan bakunya.
Dalam pemilihan bahan makanan terutama bahan makanan mentah/segar, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum diolah yaitu :
a) Mutu bahan makanan yang terkait nilai gizi.
ii
b) Kebutuhan bahan makanan.
c) Kebersihan.
d) Keamanan/bebas unsur yang tidak diharapkan.
Bahan makanan yang baik dan berkualitas memiliki ciri-ciri bentuk yang baik dan
menarik, ukuran/besar hampir seragam, warna, aroma, dan rasa khas, segar dan
tidak rusak tau berubah warna dan rasa, tidak berlendir. Setiap jenis bahan
makanan memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Pemilihan makanan yang aman
untuk dikonsumsi dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti berikut :
2) Pilih makanan dalam keadaan tertutup atau dalam kemasan sehingga terbebas dari
debu, lalat, kecoa, tikus serta mikroba.
3) Pilih makanan dalam kondisi baik atau sebelum melewati tanggal kadaluwarsa.
4) Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna
aslinya. Snack, kerupuk, mie dan es krim yang berwarna terlalu mencolok ada
kemungkinan telah ditambah zat pewarna tidak aman. Demikian juga dengan
warna daging sapi olahan yang warnanya tetap merah, sama dengan daging
segarnya.
5) Perhatikan juga kualitas makanan tersebut, apakah masih segar tau sudah berjamur
yang bisa menyebabkan keracunan. Makanan yang sudah berjamur menandakan
proses pengawetan tidak berjalan sempurna, atau makanan tersebut sudah
kadaluwarsa.
6) Amati komposisinya. Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahan makanan
tambahan makanan yang berbahaya yang bisa merusak kesehatan.
7) Apabila hendak membeli makanan impor, pastikan produk tersebut telah memiliki
ijin edar yang bisa diketahui pada label yang tertera di kemasan.

b. Tanda kerusakan bahan makanan


Berbagai kelompok bahan makanan memiliki tanda-tanda spesifik jika sudah
mengalami kerusakan. Berbagai tanda-tanda kerusakan yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1) Daging dan produk olahannya.
Daging mudah sekali rusak oleh mikroba. Kerusakan pada daging dapat dikenal
karena tanda-tanda sebagai berikut :
a) Adanya perubahan bau menjadi tengik atau bau busuk.
b) Terbentuknya lendir.
ii
c) Adanya perubahan warna, perubahan rasa menjadi asam.
d) Tumbuhnya kapang pada daging kering (dendeng).
2) Ikan dan produk olahannya.
Ikan dan produk olahannya rentan sekali rusak oleh serangan mikroba. Tanda-
tanda kerusakan ikan karena mikroba adalah :
a) Adanya bau busuk karena gas amonia, sulfida atau senyawa busuk lainnya.
b) Terbentuknya lendir pada permukaan ikan,
c) Adanya perubahan warna yaitu kulit dan daging ikan menjadi kusam atu
pucat.
d) Adanya perubahan daging ikan yang tidak kenyal lagi.
e) Tumbuhnya kapang pada daging ikan kering.
3) Susu dan produk olahannya.
Susu juga termasuk bahan makanan yang mudah rusak oleh mikroba. Tanda-
tanda kerusakan susu adalah :
a) Adanya perubahan rasa susu menjadi asam,
b) Susu menggumpal,
c) Terbentuknya lendir,
d) Adanya perubahan bau menjadi tengik.
e) Tumbuhnya kapang pada olahan susu.
4) Telor dan produk olahannya
Telor utuh yang masih terbungkus kulitnya dapat rusak baik secara fisik
maupun pertumbuhan mikroba. Tanda-tanda kerusakan telor utuh adalah :
a) Adanya penurunan berat telor karena airnya menguap,
b) Pembesaran kantung telor karena sebagian isi telor berkurang,
c) Timbulnya bintik-bintik berwarna hijau, hitam atau merah karena tumbuhnya
bakteri
d) Timbulnya kapang perusak telor
e) Timbulnya bau busuk.
5) Sayuran dan buah-buahan serta produk olahannya.
Sayuran atau buah-buahan dapat menjadi rusak baik secara fisik maupun oleh
serangga atau karena pertumbuhan mikroba. Tanda-tanda kerusakan sayuran
buah-buahan :
a) Menjadi memar karena benturan fisik,
b) Menjadi layu karena penguapan air,
ii
c) Timbulnya noda-noda warna karena spora kapang yang tumbuh pada
permukaannya,
d) Timbulnya bau alkohol atau asam,
e) Menjadi lunak karena sayuran dan buah-buahan berair.
6) Biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-umbian.
Meskipun sudah dikeringkan, biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-umbian
dapat menjadi rusak jika pengeringannya tidak cukup atau kondisi
penyimpanannya salah, misalnya suhu tinggi atau terlalu lembab.Tanda-tanda
kerusakan pada biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-umbian adalah adanya
perubahan warna dan timbulnya bintik-bintik berwarna karena pertumbuhan
kapang pada permukaannya.
7) Minyak goreng
Tidak menggunakan minyak goreng daur ulang atau minyak yang telah
digunakan lebih dari dua kali proses penggorengan. Tanda minyak daur ulang
komersial adalah harganya murah, ada kemungkinan sudah diputihkan dan
makanan hasil penggorenggannya akan meyebabkan tenggorokan gatal jika
dikonsumsi.
Minyak goreng yang lebih dari dua kali penggorengan biasanya warnanya sudah
hitam kecoklatan.
8) Saos
Saos yang rendah mutunya dan berisiko tidak aman, bercirikan : harga yang
amat murah, warna merah mencolok, dijual dalam kemasan tidak bermerk, cita
rasa yang tidak asli ( bukan rasa cabe dan tomat ), dan rasa pahit setelah
dikonsumsi.
c. Penggunaan Bahan Makanan Tambahan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan dari bahan baku pangan yang
ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. BTP
yang digunakan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah BTP yang
sudah terdaftar di badan POM dan standar penggunaan BTP agar tidak melampui
batas yang diperbolehkan sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan.BTP yang
digunakan antara lain :
1) Pemanis untuk minuman dan snack pasien Diabetes seperti gula tropicana slim,
sirup tropicana slim, gula diabetasol,
2) Penyedap rasa untuk masakan yang digunakan seperti royco
ii
3) Pewarna makanan.
Penyimpanan Bahan Makanan
Cara penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata,
menyimpan, memelihara kemanan makanan (kering atau basah), baik kualitas
maupun kuantitas ( termasuk standar mutu gizi) pada tempat yang sesuai
karakteristik bahan makanannya. Bahan makanan harus segera disimpan ke ruang
penyimpanan, gudang atau ruang pendingin setelah bahan makanan yang memenuhi
syarat diterima. Apabila bahan makanan langsung akan digunakan maka bahan
makanan tersebut harus ditimbang dan dicek/diawasi oleh penanggung jawab logistik
bahan makanan dibawa ke ruang persiapan pengolahan makanan.
Instalasi gizi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta mempunyai ruang
penyimpanan bahan makanan kering di gudang kering dan ruang penyimpanan bahan
makanan segar yang ada lemari pendingin dan freezer.
Secara umum persyaratan tempat penyimpanan bahan makanan :
1) Ruang penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan
kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun
bahan berbahaya.
2) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in firs out (FIFO) dan first
expired first out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu
dan yang mendekati masa kadaluwarsa dimanfaatkan/digunakan lebih dahulu.
3) Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan.
Contoh: bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin
dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan lembab.
4) Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80% - 90%
5) Penyimpanan bahan makanan olahan pabrik sesuai petunjuk penyimpanan
yang direkomendasikan pabrik.
6) Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu 10C.
7) Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai berikut :
Tabel1.Suhu dan Lama penyimpanan bahan Makanan Mentah dan segar
No Jenis Bahan Makanan Lama waktu penyimpanan
< 3 hari 1 minggu > 1 minggu
1. Daging, ikan, udang dan -5 C sampai -10 C Kurang dari
hasil olahannya 0 C sampai -10 C

ii
-5 C
2. Telor , susu dan 5 C - 7 C -5 C - 0 C < -5 C
olahannya
3. Sayur, buah dan 10 C 10 C 10 C
minuman
4. Tepung dan biji 25 C 25 C 25 C
8) Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit denag ketentuan sebagai
berikut :
a) Jarak bahan makanan dengan lantai : 15 cm.
b) Jarak bahan makanan dengan dinding : 5 cm
c) Jarak bahan makanan dengan langit-langit : 60 cm
Syarat-syarat penyimpanan bahan makanan berdasarkan jenis bahan makanannya :
1. Penyimpanan bahan kering
a) Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam golongan
ataupun urutan pemakainan bahan makanan.
b) Menggunakan bahan makanan yang diterima terlebih dahulu (FIFO = First In First
Out ). Untuk mengetahui bahan makanan yang diterima diberi tanggal penerimaan.
c) Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan di logistik
termasuk kartu stok bahan makanan harus segera diisi tanpa ditunda, letakkan pada
tempatnya, diperiksa dan diteliti secara kontinyu.
d) Kartu atau buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan, harus segera di
isi dan diletakkan pada tempatnya.
e) Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan.
f) Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus rapat dan
tidak berlobang. Diletakkan di atas rak bertingkat yang cukup kuat dan tidak
menempel pada dinding.
g) Pintu harus terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada waktu-waktu
yang ditentukan. Pegawai yang keluar masuk gudang adalah penanggung jawab
logistik.
h) Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara 19 - 21C
i) Pembersihan ruangan dan bongkar secara periodik 1 -2 kali seminggu.
j) Penyemprotan ruangan dengan insektisida dilakukan secara periodik dengan
mempertimbangkan keadaan ruangan.

ii
k) Bila terjadi perusakan atau lobang oleh binatang pengerat, harus segera dilaporkan
dan diperbaiki.
2. Penyimpanan bahan makanan basah
a) Suhu tempat harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan makanan agar tidak
menjadi rusak.
b) Pengecekan suhu dilakukan 2 kali sehari dan pembersihan lemari es dilakukan tiap
hari.
c) Pencairan es pada lemari es harus segera dilakukan setelah terjadi pengerasan
d) Semua bahan makanan yang akan dimasukkan ke lemari pendingin dibungkus
dengan plastik.
e) Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras bersama bahan makanan
yang tdak berbau.
f) Khusus sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betul diperhatikan. Untuk buah-
buahan ada yang tidak memerlukan pendingin sehingga disimpan di ruang
penyimpanan buah ditata dalam rak buah.

d. Pengolahan Makanan

Cara pengolahan makanan yang baik dan benar dapat menjaga mutu keamanan
hasil olahan makanan. Sedangkan cara pengolahan yang salah dapat menyebabkan
kandungan gizi dalam makanan hilang secara berlebihan. Pengolahan makan yang baik
adalah pengolahan makanan yang mengikuti kaidah prinsip-prinsip higiene dan sanitasi
atau cara produksi makanan yang baik yaitu :
1) Dapur harus memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko
pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan
hewan lainnya.
2) Pemilihan bahan makanan yang berkualitas baik.
3) Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas dalam
memasak harus dilakukan sesuai tahapan higienis dan semua bahan yang siap dimasak
harus dicuci dengan air mengalir.
4) Peralatan memasak :
a) Peralatan yang kontak dengan makanan :
(1) Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan yang aman dan
tidak berbahaya bagi kesehatan (Food grade)
ii
(2) Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa atau garam
dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan logam berat seperti timah hitam,
seng, tembaga dan lain-lain.
(3) Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas bahan
beracun..
(4) Kompor, tabung gas, lampu. Kipas angin harus bersih, kuat dan berfungsi baik
tidak menjadi sumber pencemaran dan tidak menyebabkan kecelakaan.
(5) Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang kontak
langsung dengan makanan.
(6) Kebersihan alat artinya tidak boleh mengandung Eshericia coli dan kuman
lainnya.
(7) Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, dan mudah dibersihkan.
b) Wadah penyimpanan makanan
(1) Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna
dan dapat mengeluarkan udara panas mencegah pengembunan.
(2) Terpisah untuk setiap jenis makanan.
c) Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua peralatan yang
akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai urutran prioritas.
d) Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan makanan
mempunyai tingkat kematangan yang berbeda. Suhu pengolahan minimal 90 C
agar kuman patogen mati dan tidak boleh memasak terlalu lama agar kandungan
zat gizi tidak hilang akibat penguapan.
Prioritas dalam memasak yang perlu diperhatikan :
(1) Dahulukan memasak makanan yang tahan lama seperti goreng-gorengan yang
kering.
(2) Makanan rawan seperti makanan berkuah dimasak paling akhir.
(3) Simpan bahan makanan yang belum waktunya dimasak di kulkas/lemari es.
(4) Simpan makanan jadi/masak yang belum waktunya dihidangkan dalam
keadaan panas.
(5) Perhatikan uap makanan jangan sampai masuk ke dalam makanan karena akan
memyebabkan kontaminasi ulang.
(6) Tidak menjamah makanan jadi/masak dengan tangan tetapi harus
menggunakan alat seperti penjepit/sendok.
(7) Mencicipi makanan menggunakan sendok khususyang selalu dicuci.
ii
e) Higiene penanganan makanan
(1) Memperlakukan makanan secara hati-hati dan seksama sesuai dengan prinsip
higiene sanitasi makanan.
(2) Menempatkan makanan dalam wadah tertutup dan menghindari penempatan
makanan terbuka tanpa penutup dengan penataan tanpa tumpang tindih.

e. Penyimpanan Makanan Masak


1) Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau, berlendir,
berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain.
2) Memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang berlaku.
3) Angka kuman E. Coli makanan harus 0/gr contoh makanan.
4) Angka kuman E. Coli minuman harus 0/gr contoh minuman.
5) Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida tidak boleh melebihi ambang
batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.
6) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first
expired first out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu dan yang
mendekati masa kadaluwarsa harus dikonsumsi lebih dahulu.
7) Tempat atau wadah penyimpanan harus harus terpisah untuk setiap jenis makanan
jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi yang
dapat mengeluarkan uap air.
8) Makanan jadi tidak dicampur dengan bahan makanan mentah.
9) Penyimpanan makanan jadi harus memperhatikan suhu sebagai berikut :
Tabel 2.Suhu Penyimpanan Makanan Masak Berdasarkan Jenisnya
No Jenis makanan Suhu Penyimpanan
Disajikan Akan Belum
dalam waktu segera segera
lama disajikan disajikan
1, Makanan kering 25 C - 30
C
2. Makanan basah > 60 C - 10 C
(berkuah)
3. Makanan cepat 65,5 C -5 C - >1
basi C

ii
(santan, telor,
susu)
4. Makanan 5 C - 10 C < 10 C
disajikan dingin

f. Pengangkutan Makanan
Makanan ,masak sangat disukai oleh bakteri karena cocok untuk berkembang
biaknya bakteri. Oleh karena itu cara penyimpanan dan pengangkutannya harus
memperhatikan wadah penyimpanan makanan masak. Setiap makanan masak
memiliki wadah terpisah, pemisahan didasarkan pada jenis makanan dan setiap
wadah harus memiliki tutup tetapi tetap berventilasi serta alat pengangkutan yang
khusus.
a. Pengangkutan bahan makanan
a) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun.
b) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan yang higienis.
c) Bahan makanan tidak bolah diinjak, dibanting dan diduduki.
b. Pengangkutan makanan jadi/masakan/siap santap.
a) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun.
b) Menggunakan trolly khusus pengangkut makanan jadi/masak dan harus selalu
higienis.
c) Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan bertutup.
Hindari perlakuan makanan ditumpuk, diduduki, diinjak dan dibanting.
d) Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan jumlah
makanan yang akan ditempatkan.
e) Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang mencair
(kondensasi).
f) Perhatikan suhu dan diatur agar makanan tetap panas pada suhu 60 C atau
tetap dingin pada suhu 40 C.

g. Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.Makanan
yang disajikan adalah makanan yang siap dan layak santap. Yang perlu diperhatikan
pada tahap penyajian makanan adalah jarak dan waktu tempuh dari dapur sampai ke

ii
ruang perawatan karena mempengaruhi kondisi penyajian dan keterlambatan
penyajian.
Prinsip penyajian makanan :
1) Prinsip perwadahan
Setiap jenis makanan ditempatkan ditempatkan dalam wadah yang terpisah dan
memiliki tutup untuk mencegah kontaminasi silang.
2) Prinsip kadar air
Makanan yang mengandung kadar air tinggi baru dicampur menjelang
penyajian untuk menghindari makanan cepat basi.
3) Prinsip edible part
Setiap bahan yang disajikan merupakan bahan yang dapat dimakan, hal ini
bertujuan untuk menghindari kecelakaan salah makan.
4) Prinsip pemisah
Makanan yang disajikan harus dipisah satu sama lain.
5) Prinsip panas
Penyajian makanan yang harus disajikan dalam keadaan panas, hal ini bertujuan
untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan meningkatkan selera makan. Panas
yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap dalam keadaan
panas dengan memperhatikan suhu makanan, sebelum ditempatkan dalam alat
saji panas (food warmer/bean merry) yaitu makanan harus berada pada suhu >
60 C.
6) Prinsip bersih
Setiap peralatan makan/wadah yang digunakan harusa higienis, utuh, tidak cacat
atau rusak.
7) Prinsip handling
Setiap penanganan makanan tidak boleh kontak langsung dengan anggota tubuh
yaitu gunakan irus, sendok makan untuk mencicipi makanan dan penyajian.
8) Prinsip tepat penyajian
Tepat penyajian yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang dan tepat
volume/sesuai jumlah.

2. Higiene dan sanitasi Makanan


a. Pengertian Umum Higiene dan Sanitasi
Pada hakekatnya Higiene dan Sanitasi mempunyai pengertian dan tujuan
ii
yang hampir sama yaitu mencapai kesehatan yang prima. Higiene adalah usaha
kesehatan preventif yang menitik beratkan kegiatannya kepada usaha kesehatan
individu.Sedangkan sanitasi adalah usaha kesehatan lingkungan lebih banyak
memperhatikan masalah kebersihan untuk mencapai kesehatan.
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik
beratkan pada kegiatan dan tidakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai
dari sebelum makanan diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan,
pengangkutan, sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk
dikonsumsi kepada pasien.
Persyaratan higiene dan sanitasi makanan dan minuman harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku,mengacu kepada KeputusanMenteri Kesehatan RI Nomor
1204/MENKES/KEP/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
b. Tujuan
Kegiatan penyehatan makanan dan minuman di Rumah Sakit ditujukan untuk :
1) Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan pasien
dan karyawan.
2) Menurunnya kejadian risiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan
melalui makanan.
3) Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.
Dengan higiene sanitasi maka akan mencegah kontaminasi makanan dan minuman
oleh mikroorganisme patogen dan bahan beracun atau berbahaya dan mencegah
penyebaran infeksi ke pasien dan karyawan rumah sakit melalui makanan/minuman
yang disajikan di rumah sakit.
Langkah penting dalam mewujudkan higine dan sanitasi makanan adalah :
1) Mencapai dan mempertahankan hasil produksi yang sesuai dengan suhu hidangan
(panas atau dingin).
2) Penyajian dan penanganan yang layak terhadap makanan yang dipersiapkan lebih
awal.
3) Memasak tepat waktu dan suhu.
4) Dilakukan oleh penjamah makanan yang sehat mulai penerimaan hingga
distribusi.
5) Memantau setiap waktu suhu makanan sebelum disajikan.
ii
6) Memantau secara teratur bahan makanan mentah, bumbu-bumbu sebelum
dimasak.
7) Panaskan kembali sisa makanan menurut suhu yang tepat (74 C).
8) Menghindari kontaminasi silang antara bahan makanan mentah, makanan masak
melalui tangan, alat makan dan dapur.
9) Bersihkan semua permukaan alat/tempat setelah digunakan untuk makanan.
Higiene sanitasi di Unit produksi makanan meliputi :
1) Tenaga penjamah makanan
2) Bahan makanan
3) Tempat penyimpanan bahan makanan
4) Tempat pengolahan
5) Tempat penyajian
6) Tempat distribusi
7) Peralatan makan dan masak
8) Pemeriksaan cemaran mikroba pada makanan, alat makan/masak dan tenaga
penjamah dilaksanakana tiap bulan sekali.
c. Higiene Tenaga Penjamah Makanan
Kebersihan diri dan kesehatan penjamah makanan merupakan kunci
kebersihan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat, karena penjamah
makanan juga merupakan salah satu vektor yang dapat mencemari bahan pangan
baik berupa cemaran fisik, kimia maupun biologis.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan prinsip-prinsip
personal Higiene dengan menerapkan perilaku-perilaku untuk mencegah
pencemaran pada penjamah makanan.
Tabel .3 Syarat higiene penjamah makanan.
No Parameter Syarat
1. Kondisi kesehatan Tidak menderita penyakit mudah menular
: batuk, pilek, influensa, diare, penyakit
menular lainnya
Menutup luka (luka terbuka : bisul, luka
lainnya )
2. Menjaga Mandi secara teratur dengan sabun dan air
kebersihan diri bersih

ii
Menyikat gigi dengan pasta gigi dan sikat
gigi : sebelum tidur, bsngun tidur dan
setelah makan
Berpakaian yang bersih.
Membiasakan diri selalu membersihkan
lubang hidung, lubang telinga, dan kuku
secara rutin, kuku selalu pendek agar
mudah dibersihkan
Setelah buang air besar maupun kencing
selalu mencuci tangan dengan sabun dan
air bersih.
3. Kebiasaan Sebelum menjamah atau memegang
mencuci tangan makanan
Sebelum memegang peralatan makanan
Setelah keluar dari WC/kamar kecil
Setelah meracik bahan makanan mentah :
daging, ikan, sayuran
Setelah bersalaman, memegang uang,
memperbaiki peralatan dan lain-lain
4. Perilaku penjamah Tidak menggaruk-garuk rambut, lubang
makanan hidung
dalam melakukan kegiatan Tidak merokok, tidak meludah
pelayanan penanganan sembarangan
makanan Menutup mulut saat bersin atau batuk
Tidak memakan permen, makanan pada
saat mengolah makanan
Tidak mengambil atau mencicipi makanan
dengan tangan langsung tetapi pakai alat
Tidak menyisir rambut di persiapan-
pengolahan
5. Penampilan penjamah Selalu bersih dan rapi memakai celemek
makanan Memakai tutup kepala
Memakai alas kaki yang tidak licin

ii
Tidak memakai perhiasan
Memakai sarung tangan

d. Higiene Peralatan Pengolahan Makanan


Peralatan pengolahan pangan yang kotor dapat mencemari pangan,
oleh karena itu peralatan harus dijaga agar selalu tetap bersih. Upaya untuk
menghindari pencemaran pangan dari peralatan yang kotor, lakukan :
1) Menggunakan peralatan yang mudah dibersihkan. Peralatan dari stainless steel.
2) Membersihkan permukaan meja tempat pengolahan makanan dengan sabun cair
dan air bersih dengan benar.
3) Membersihkan semua peralatan termasuk pisau, sendok, panci, piring setelah
dipakai dengan menggunakan sabun cair dan air bersih/air panas.
4) Meletakkan peralatan yang tidak dipakai dengan menghadap ke bawah. Bilas
kembali peralatan dengan air bersih sebelum mulai memasak.

ii
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana dan kebijakan yang
ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Pengawasan memberikan dampak
positif berupa:
a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pernborosan, hambatan dan ketidaktertiban
b. Mencegah terulang kembali kesalahan, penyirnpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan dan ketidakterlibatan
c. Mencari cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk mencapai tujuan
dan melaksanakan tugas organisasi
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan yang terjadi
agar semua kegiatan -kegiatan dapat tercapai serta berayaguna dan
berhasil guna, serta dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan
kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Evaluasi / Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen. Evaluasi ini bertujuan
untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang
disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Pada kegiatan evaluasi,
tekanan penilaiandilakukan terhadap masukan, proses, luaran, dampak untuk menilai
relevansi kecukupan, kesesuaian dan kegunaan.
B. Tujuan Pengawasan &Pengendalian Mutu
Pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan gizi di rumah sakit, ditujukan untuk
menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi. Fungsi dari kegiatan pengawasan dan
pengendalian mutu dalam pelayanan gizi di rumah sakit adalah:
1. Mengawasi setiap tahapan proses,
2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan,
3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu
.
ii
C. Indikator Mutu Pelayanan
Indikator mutu pelayanan gizi mencerminkan mutu kinerja instalasi gizi dalam ruang
lingkup kegiatannya (pelayanan asuhan gizi, pelayanan makanan,dsb), sehingga
manajemen dapat menilai apakah organisasi berjalan sesuai jalurnya atau tidak dan
alat untuk mendukung keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan untuk masa
yang akan datang.
Indikator penilaian yang digunakan pelayanan gizi RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta yakni:
1. Indikator penilaian rutin setiap tahun yakni sesuai standar pelayanan minimal
Rumah Sakit (Depkes RI,2008) yakni :
a. Ketepatan waktu pemberian makan pasien dengan target 100%
b. Sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pasien maksimal 20%
c. Tidak ada kesalahan pemberian diet dengan target 100%.
2. Indikator Pengembangan
Indikator yang digunakan untuk penilaian mutu pelayanan gizi sesuai kebutuhan
yakni :
a. Kejadian komplain pasien dengan target < 5 %
b. Kecelakaan kerja di ruang gizi dengan target < 2 x per bulan
c. Kesesuaian stok opname dengan target 100%
d. Kepuasaan pasien terhadap pelayanan gizi dengan target minimal 80 %
D. Pencatatan&Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan bentuk pengawasan dan
pengendalian. Pencatatan dilakukan pada setiap langkah kegiatan sedangkan
pelaporan dilakukan berkala sesuai dengan kebutuhan rumah sakit
(bulanan/triwulan/tahunan).
Beberapa pencatatan dan pelaporan dalam pelayanan gizi di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta :
1. Pencatatan surat pesanan bahan makanan
2. Pencatatan tanda terima bahan makanan oleh bagian gudang
3. Pencatatan stok bahan makanan dalam kartu stok
4. Pencatatan diet pasien tiap bangsal
5. Pencatatan kegiatan produksi makanan setiap shift
6. Pelaporan jumlah stok barang akhir bulan
7. Pelaporan jumlah porsi yang dilayani tiap bangsal per bulan
ii
8. BAB IX
9. PENUTUP
10.
11. Pelayanan Gizi Rumah Sakit perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman
dan yang terbaru yaitu mengacu Standar Internasional dan profesional.
Pelayanan gizi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
yang merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan agar
status gizi optimal sesuai dengan penyakit pasien. Kegiatan pelayanan gizi di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah asuhan gizi pada
pasien rawat inap dan rawat jalan, penyelenggaraan makanan serta penelitian
dan pengembangan gizi terapan.
12. Pedoman Pelayanan gizi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
bertujuan untuk memberikan acuan tenaga gizi dan informasi bagi Tim
Kesehatan sehingga jelas dan profesional dalam mengelola pasien terkait gizi
pasien, khususnya asuhan gizi oleh dietisien. Pedoman ini juga bermanfaat
dalam menginplementasikan proses asuhan gizi terstandar serta alur pasien
sejak masuk sampai dengan monitoring dan evaluasi kemajuan intervensi gizi
yang diberikan sesuai dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit.
13. Buku Pedoman Pelayanan Gizi ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan
pelayanan gizi yang diselenggarakan di Rumah Sakit Muhammadiyah
Yogyakarta. Dengan ini, diharapkan pelayanan gizi yang diselenggarakan
dapat terlaksana dengan baik dan dapat ditingkatkan seiring dengan kemajuan
Rumah Sakit.

ii
DAFTAR PUSTAKA
American Dietetic Association. 2010. International dietetics & nutrition terminology
(IDNT) Reference Manual : Standardized Language for The Nutrition Care Process.
Third Edition . Chicago : American Dietetic Association
Departemen kesehatan RI. 2006. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
Departemen kesehatan RI. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Departemen kesehatan RI. 2009. Pedoman penyelenggaraan Tim Terapi Gizi di Rumah
Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Departemen kesehatan RI. 2013. Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Departemen kesehatan RI. 2004.kepmenkes No : 715/Menkes/SK/V/2004 tentang
Persyaratan Higiene sanitasi Jasa Boga. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Gutawa, Miranti, dkk . 2011 pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP) proses
Asuhan Gizi terstandar (PAGT). Jakarta : Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) dan
Asosiasi Dietisien Indonesia (ASDI)
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. 2012. Pedoman pelayanan Asuhan Gizi Jakarta :
RSUPN Dr. Cipto mangunkusumo
KementerianKesehatanRepublik Indonesia bekerjasamadengan PERDALIN RSPI Prof. Dr.
SuliantiSaroso, Jakarta (2011),
Pedoman Manajerial Pencegahandan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta (2014), Struktur Organisasi Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta

ii

Anda mungkin juga menyukai