PELAYANAN GIZI
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Pedoman Pelayanan Gizi di
Rumah Sakit Muslimat NU “Muna Anggita” ini berhasil disusun.
Akhirnya saran dan koreksi demi penyempurnaan buku Pedoman ini sangat
kami harapkan.
Terima kasih
Tim Penyusun
ii
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUSLIMAT NU
“MUNA ANGGITA”
KABUPATEN BOJONEGORO
NOMOR : 152/RS.MNU.MA/PER/VI/2019
TENTANG
iii
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
78 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
MUSLIMAT NU “MUNA ANGGITA”
Pasal 1
Pedoman Pelayanan Gizi sebagai Pedoman dalam pelayanan
pasien di lingkungan Rumah Sakit Muslimat NU “Muna
Anggita”.
Pasal 2
Pedoman Pelayanan Gizi di Lingkungan Rumah Sakit
Muslimat NU “Muna Anggita” sebagaimana yang dimaksud
pada Pasal 1 terdiri atas:
a. Bab I : Definisi
b. Bab II : Ruang Lingkup
c. Bab III : Tata Laksana
d. Bab IV : Dokumentasi
Pasal 3
Pedoman Pelayanan Gizi di Lingkungan Rumah Sakit
Muslimat NU “Muna Anggita” sebagaimana yang dimaksud
pada Pasal 1 tercantum dalam lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
iv
Pasal 4
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Bojonegoro
Pada tanggal ……………
Direktur,
dr. MOH.ASARI
v
DAFTAR ISI
PELAYANAN GIZI........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
PERATURAN DIREKTUR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II STANDAR KETENAGAAN .............................................................................. 9
BAB III STANDAR FASILITAS .................................................................................. 13
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN .................................................................. 17
BAB V LOGISTIK ......................................................................................................... 40
BAB VI KEAMANAN DAN HIGIENE SANITASI MAKANAN .............................. 42
BAB VII KESELAMATAN KERJA............................................................................. 59
BAB VIII PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN GIZI 63
BAB IX PENUTUP ......................................................................................................... 66
A. LATAR BELAKANG
Kata gizi berasal dari bahasa Arab “Ghizai” yang berarti makanan yang
menyehatkan. Gizi merupakan terjemahan resmi Bahasa Indonesia dari kata
Nutrition (Soekirman, 2000). Ilmu gizi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari proses makanan sejak masuk mulut sampai dicerna oleh organ-
organ pencernaan, dan diolah dalam suatu sistem metabolisme menjadi zat-
zat kehidupan (zat gizi dan zat non gizi) dalam darah dan sel-sel tubuh
membentuk jaringan dan organ tubuh dengan fungsinya masing-masing
dalam suatu sistem, sehingga menghasilkan pertumbuhan (fisik) dan
perkembangan (mental), kecerdasan dan produktifitas sebagai syarat
dicapainya kehidupan sehat, bugar dan sejahtera (Soekirman, 2000).
Gizi berperan penting dalam mencapai dan mempertahankan
kesehatan.Lebih luas lagi ilmu gizi digunakan sebagai terapi pendukung
penyembuhan penyakit.Berbagai macam jenis penyakit degeneratif, penyakit
kritis dan keadaan malnutrisi.
Masalah malnutrisi pada berbagai keadaan penyakit dapat
mempengaruhi proses penyembuhan dan lama rawat. Terdapat
kecenderungan peningkatan kasus penurunan status gizi pada pasien yang di
rawat di rumah sakit (Hospital Malnutrition) pada kelompok khusus mulai
dari bayi, anak, sampai usia lanjut (usila) sehingga dirasakan perlu adanya
penatalaksanaan gizi khusus, untuk mempertahankan dan meningkatkan
status gizi yang optimal serta mempercepat penyembuhan pasien.
Untuk mengatasi terjadinya (Hospital malnutrition) maka Ahli Gizi
melakukan asuhan gizi yang merupakan rangkaian kegiatan assesmen
(pengkajian) pada pasien yang beresiko malnutrisi setelah diskrining oleh
perawat. Ahli Gizi harus memberikan pelayanan yang berkualitas, yang
dimaksud berkualitas adalah pemberian intervensi gizi harus benar, tepat
waktu, tepat sasaran sesuai penyakitnya dengan cara yang tepat pula. Untuk
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan pedoman ini adalah memberikan informasi tentang bagaimana
pelayanan gizi pasien di RS Muslimat NU “Muna Anggita” Bojonegoro. Bagi
tenaga Ahli Gizi serta profesi lain yang terkait, agar dapat berkolaborasi
memberikan pelayanan gizi yang bermutu
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan gizi di RS Muslimat NU “Muna Anggita”
meliputi:
1. Pelayanan asuhan gizi rawat jalan
2. Pelayanan asuhan gizi rawat inap
3. Penyelenggaraan makanan
4. Penelitian dan pengembangan gizi
11. Tim terapi gizi adalah sekelompok tenaga profesi di rumah sakit yang
terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter/dokter spesialis, ahli gizi,
farmasis dan perawat dari setiap unit pelayanan yang menangani pasien-
pasien khusus (beresiko malnutrisi) untuk mencapai pelayanan gizi yang
bermutu
12. PPA (Profesional Pemberi Asuhan) adalah profesi yang memberikan
asuhan atau tindakan pada pasien. Untuk nutrisionis, mempunyai jenjang
sebagai berikut:
a. Registered dietisien
b. Nutrisionis registered
c. Technical registered dietisien
13. Nutrisionis Registered adalah tenaga Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana
Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
14. Registered Dietesien yang selanjutnya disingkat RD adalah tenaga Sarjana
Terapan Gizi dan Sarjana Gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi
(internsip) dan telah uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan berhak mengurus ijin memberikan
pelayanan gizi, makanan dan dietetik dan menyelenggarakan praktek
mandiri
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Nomor
5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Lembaran
Negara Tahun 2009 Nomor 153 Tambahan Lembaran Negara Nomor
5072);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 78 Tahun 2013 tentang pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Tahun 2011 Nomor
694);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 691/MENKES/PER /VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Gizi;
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi Ketenagaan di Instalasi Gizi RS Muslimat NU “Muna Anggita”
Bojonegoro pada tahun 2015 bisa dilihat dalam tabel berikut.
No Unit Ketenagaan Pendidikan KETERANGAN
S1 D3 D1 SMA/SMK SMP SD PNS KONTRAK
1 Kepala Instalasi 1 1
2 Unit pelayanan 1 1 2 16 1 3 3 20
makan pasien
3 Unit Pelayanan 1 6 2 3
Gizi Rawat Inap
4 Unit Pelayanan 1 1 2
Gizi Rawat Jalan
5 Unit Kegiatan 1
Litbang Gizi
6 PJ Admin/Tata 1 1
Usaha
Sub Total 3 9 3 17 1 3 8 25
TOTAL 40 40
A. DENAH RUANGAN
Pembagian ruangan dalam pelaksanaan pelayanan gizi di RS Muslimat
NU “Muna Anggita” terdiri dari :
1. Ruang Kantor
a. Ruang pimpinan
b. Ruang staf
c. Ruang kerja/administrasi
2. Ruang Distribusi, yang digunakan untuk pemorsian:
a. Makan pasien/karyawan
b. Snack Pasien/karyawan
c. Buah pasien
d. Susu/Diet cair pasien
3. Ruang Produksi (dapur), yang digunakan untuk memasak:
a. Makan/minum pasien
b. Makan/minum karyawan
c. Snack pasien/karyawan
4. Ruang Penerimaan bahan makanan dan persiapan
5. Ruang penyimpanan bahan makanan kering:
a. Ruang penyimpanan bahan makanan kering susu
b. Ruang penyimpanan bahan makanan kering non susu
6. Ruang Penyimpanan bahan makanan segar, di bagi 2 alat:
a. Alat penyimpanan suhu beku (<0oC)/Freezer
b. Alat penyimpanan suhu dingin (0-10oC)/chiller
7. Ruang Cuci Alat Makan Pasien
8. Ruang Penyimpanan peralatan makan dan peralatan masak
9. Ruang Ganti pegawai
10. Ruang Penyimpanan Tabung LPG
11. Ruang penyimpanan Trolly
3. Penyelenggaraan makanan
Peralatannya adalah sebagai berikut:
a. Ruang Kantor
1) Meja, kursi, lemari buku, loker ahli gizi
2) Komputer, mesin tik, printer
3) Alat tulis kantor
4) Telepon
b. Ruang Distribusi, yang digunakan untuk pemorsian:
1) Bain Marie (meja berpenghangat)
2) Meja kerja dengan/tanpa kabinet
3) Meja kerja dengan rak dan kabinet
4) Meja persiapan susu
5) Lemari untuk menyimpan susu
6) Trolly kecil terbuka
7) Piring, gelas, sendok dan peralatan makan pasien lainnya
c. Ruang Produksi (dapur), yang digunakan untuk memasak:
1) Boiling pan (untuk merebus air dengan kapasitas besar)
2) Tilting Pan (untuk memasak sayur dengan kapasitas besar)
3) Kompor Low/High Pressure
4) Oven
5) Meja kerja dengan/tanpa kabinet
6) Tempat cuci peralatan memasak
7) Lemari untuk menyimpan peralatan
8) Blender, mixer, dan lain-lain
d. Ruang Penerimaan bahan makanan dan persiapan
1) Meja penerimaan bahan makanan
2) Timbangan barang
3) Tempat mencuci bahan makanan segar
4) White board dan spidol
Poli
Gizi
Skrining Gizi oleh perawat
Keterangan:
Pasien mendaftar di loket rawat jalan sesuai poli yang diinginkan.
Pasien diskrining gizi oleh perawat atau bidan.Bila pasien beresiko
malnutrisi, konsul kepada nutrisionis.Bila atas permintaan sendiri
menuju poli gizi, maka pasien langsung di skrining oleh ahli gizi.
Apabila dokter merasa pasien membutuhkan edukasi atau konseling
gizi, dokter dapat merujuk ke poli gizi untuk dilakukan hal tersebut.
Sebelum melakukan edukasi atau konseling, sebaiknya memperhatikan
:
a. Keyakinan serta nilai nilai pasien dan keluarga
b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan, dan bahasa yang
digunakan
c. Hambatan emosional dan motivasi
d. Keterbatasan fisik dan kognitif
e. Kesediaan pasien menerima informasi
Pasien
Rujukan
Pasien Masuk
Tujuan
tercapai Asuhan
Gizi tidak
dilanjutkan
Gambar 4.2 Alur dan proses asuhan gizi pasien rawat jalan
(Sumber:Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) (2014)
Setelah pasien masuk ke poli gizi, akan dilakukan asesmen gizi berupa
riwayat gizi, antropometri, laboratorium, pemeriksaan fisik dan
riwayat pasien. Kemudian ahli gizi menetapkan diagnosa gizi.
Kemudian melakukan intervensi gizi berupa edukasi dan atau
konsultasi gizi.
Beresiko
Malnutrisi
Tujuan
tercapai STOP
Pasien Pulang
Gambar 4.3 Alur dan proses asuhan gizi pasien rawat inap
(Sumber:Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) (2014)
Re Asesmen
4. Pengkajian/Asessmen Gizi
Asesmen gizi adalah kegiatan mengumpulkan data terkait gizi dan
mengidentifikasi masalah gizi yang mungkin terjadi terhadap pasien. Data
yang dikumpulkan meliputi :
1) Identitas umum pasien seperti nama pasien, nomor rekam medis, ruang,
tanggal asesmen dan diagnosa dokter
2) Data antropometri yaitu data berat badan, panjang/tinggi badan,tinggi
lutut, dan lingkar lengan atas. Dilakukan pengukuran lingkar lengan atas
pada pasien dengan tingkat mobilisasi minimal. Dari data tersebut dapat
5. Diagnosa Gizi
Diagnosa gizi sangat spesifik dan berbeda dengan diagnosis medis.
Diagnosis gizi bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Diagnosa gizi
adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab ahli gizi untuk
menanganinya. Pada tahap ini, ahli gizi akan mencari pola dan hubungan
antar data yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Apabila
ditemukan kesenjangan atau masalah dengan membandingkan antara data
yang dikumpulkan dengan standar, diagnose gizi dapat disusun. Dimana
diagnosa gizi menjadi jembatan penghubung antara asesmen dan intervensi
gizi. Penulisan diagnosa terstruktur dengan menggunakan konsep PES, yaitu
problem, etiologi, sign dan symptoms.
Tujuan diagnosa gizi adalah mengindentifikasi adanya problem gizi,
faktor penyebab yang mendasari, dan menjelaskan tanda dan gejala yang
melandasi adanya problem gizi.
Domain diagnosa gizi dibedakan menjadi tiga yaitu :
1) Domain asupan
2) Domain klinis
3) Domain perilaku-lingkungan (behavior)
9. Preskripsi diet
Preskripsi diet adalah tahap pemesanan diet sesuai kebutuhan
pasien.Preskripsi diet dibedakan menjadi dua jenis yaitu diet awal dan diet
definitive. Diet awal biasanya dilakukan oleh dokter jaga atau dokter
penanggung jawab pelayanan dan atau perawat atau bidan.Penentuan diet
definitive dilakukan oleh dokter penanggung jawab pelayanan dan nutrisionis.
Pada pasien dengan kondisi tertentu, dokter menentukan jenis diet dan
kebutuhan energi. Kemudian nutrisionis mengkomunikasikan bentuk
makanan dengan mempertimbangkan kondisi pasien. Serta memberikan
feedback kepada dokter tentang kecukupan kebutuhan energy, protein, zat
gizi lain baik oral, enteral, maupun parenteral.
Jika pasien masuk rumah sakit saat nutrisionis tidak berada di ruangan
atau di luar jam kerja, maka perawat bertugas memesankan diet pasien
kepada unit produksi makanan.
C. Penyelenggaraan Makanan
Pengertian penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan
kepada pasien, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui
pemberian diet yang tepat. Bentuk penyelenggaraan makanan di RS Muslimat NU
“Muna Anggita” menggunakan sistem swakelola, dimana instalasi gizi
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan
makanan.
1. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah menyediakan
makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta
pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien yang membutuhkan.
2. Sasaran dan Ruang Lingkup
Sasaran penyelenggaraan makanan di RS Muslimat NU “Muna Anggita”
terutama pasien yang rawat inap dan karyawan dengan resiko tinggi (daerah
rawan dan ketergantungan).
Sedangkan Ruang Lingkup penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi
produksi dan distribusi makanan.
k. Distribusi makanan
Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian
makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi konsumen/pasien
yang dilayani.
Tujuan distribusi makanan adalah konsumen/pasien mendapat
makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. Sistem distribusi yang
digunakan di RS Muslimat NU “Muna Anggita” adalah sistem sentralisasi
yaitu makanan diporsi pada alat makan di instalasi gizi. Jam distribusi
makanan di Instalasi Gizi adalah sebagai berikut :
1) Makan pagi : 07.00 - 07.30 WIB
2) Snack pagi : 09.30 – 10.00 WIB
3) Makan siang : 12.00 - 12.30 WIB
4) Snack siang : 14.30 – 15.00 WIB
5) Makan sore : 17.00 - 17.30 WIB
6) Snack malam jam 22.00 untuk pasien DM disertakan pada saat
distribusi makan sore
Perangkat pendukung:
1) SPO distribusi makanan matang ke ruang pemorsian
2) SPO Pendistribusian makanan pasien
3) SPO Pendistribusian makanan selingan pasien diabetes
4) SPO Pemorsian makanan
5) SPO pengontrolan kualitas makanan
l. Pengambilan Alat makan Kotor
Pengambilan alat makan kotor adalah suatu kegiatan mengambil atau
membawa kembali alat makan pasien dari ruang perawatan ke instalasi gizi
untuk dilakukan proses pencucian. Pengambilan alat makan kotor dilakukan
4 kali dalam sehari pada :
Tabel 6.1 Suhu dan lama penyimpanan bahan makanan mentah dan segar
Lama Waktu penyimpanan
No Jenis Bahan Makanan <3 hari <1 minggu >1 minggu
1 Daging, ikan, udang, dan -5 – 0oC -10 - -50oC <-10oC
hasil olahannya
2 Telur, buah dan hasil 5-7oC -5 – 0oC -5oC
olahannya
3 Sayur, buah dan minuman 10oC 10oC 10oC
4 Tepung dan biji-bijian 25oC 25oC 25oC
3. Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan yang baik adalah pengolahan makanan yang
mengikuti kaidah prinsip-prinsip higiene sanitasi dan cara produksi
makanan yang baik:
5. Pengangkutan Makanan
Dalam pengangkutan makanan ada beberapa hal yang harus di perhatikan,
adalah:
a. Pengangkutan bahan makanan
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3)
2) Menggunakan kendaraan khusus pengankut bahan makanan dan
higienis
3) Bahan makanan tidak boleh di injak, di banting dan di duduki
4) Bahan makanan yang dalam pengangkutan harus dalam keadaan
dingin, diangkut dengan menggunakan pendingin sehingga bahan
makanan tidak rusak. Seperti daging, susu cair dan sebagainya.
b. Pengangkutan bahan makanan
1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3)
2) Menggunakan kendaraan khusus pengankut bahan makanan dan
higienis
A. PENGERTIAN
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan
pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana dan kebijakan
yang ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan
yang terjadi sesuai dengan tujuan arah pengawasan. Tujuan pengendalian
agar semua kegiatan dapat tercapai secara berdaya dan berhasil guna,
dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja,
pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana dan kebijakan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran
yang dikehendaki.
Pada dasarnya terdapat 4 langkah yang dapat dilakukan dalam pengawasan
dan pengendalian mutu pelayanan, yaitu:
1. Penyusunan standar, baik standar biaya, standar performance mutu, standar
kualitas keamanan produk, dan sebagaianya.
2. Penilaian kesesuaian, yaitu membandingkan dari produk yang dihasilkan
atau pelayanan yang ditawarkanterhadap standar tersebut.
3. Melakukan koreksi bila diperlukan, yaitu dengan mengoreksi penyebab
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
4. Perencanan peningkatan mutu, yaitu membangun upaya yang
berkelanjutan untuk memperbaiki standar yang ada.