Anda di halaman 1dari 19

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.

03
RUMAH SAKIT TK. IV 04.07.03 dr. ASMIR

ASUHAN DAN TERAPI GIZI TERINTREGRASI


RUMAH SAKIT TK. IV 04.07.03 dr. ASMIR

Salatiga, Januari 2017


TIM PENYUSUN
PANDUAN ASUHAN DAN TERAPI GIZI TERINTREGASI
RUMAH SAKIT TK.IV 04.07.03 dr. ASMIR SALATIGA

Ketua : dr Yuyun H

Sekertaris : Sisilia Indrikurnianingrum , AMG


Anggota :
1. Sisilia Indrikurnianingrum , AMG
2. Widia Ani Kusuma, S. Gz
3. Amaliska Nanda Rezadhita, AMD. Gz

2
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Rumkit Tk. IV
04.07.03 dr. Asmir telah memiliki panduan pelayanan gizi di Rumkit Tk. IV 04.07.03 dr.
Asmir. Panduan ini diharapkan menjadi acuan dalam setiap melakukan tindakan bagi
tenaga medis tenaga profesional lainnya dilingkungan Rumkit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir

Kami berterima kasih kepada Tim Penyusun yang telah menyelesaikan panduan asuhan
dan terapi nutrisi terintregasi di Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir ini. Kami percaya
bahwa tidak ada yang sempurna kecuali Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu kami
menerima masukan untuk kesempurnaan panduan ini untuk masa yang akan datang.

Ditetapkan di : Salatiga
Pada Tanggal : 15 Januari 2017
Karumkit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir

dr Abdul Gani, M. Ked., Sp. PK

Mayor Ckm NRP 11030000530771

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


TIM PENYUSUN ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup ......................................................................................................... 2
C. Batasan Operasional ................................................................................................ 3
D. Landasan Hukum ..................................................................................................... 4
BAB II PELAYANAN GIZI ............................................................................................... 5
BAB III ASUHAN GIZI ..................................................................................................... 9
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 40

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga kualitas
hidup yang optimal. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat gizi.
Sedangkan status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih
zat gizi. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah
berlebihan. Kedua kondisi di atas dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Berbagai penelitian mengenai hubungan antara zat gizi dan penyakit telah banyak
dilakukan. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh beberapa Rumah Sakit
Umum di Jakarta tahun 1995-1999 menunjukkan 20-60% pasien menderita kurang
gizi pada saat sebelum dan dirawat di rumah Sakit. Untuk itu perlu adanya terapi gizi
medis untuk mempertahankan status gizi yang optimal, mempercepat penyembuhan
dan membantu mencegah memburujnya kondisi kesehatan pasien.
Terapi gizi adalah pelayanan gizi klinik dan asuhan gizi yang merupakan bagian
dari pelayanan medis untuk penyembuhan pasien yang diselenggarakan secara
tepadu dengan upaya pelayanan gizi promotif, preventif dan rehabilitatif. Terapi gizi
medis ini diselenggarakan oleh sekelompok tenaga kesehatan di rumah sakit yang
disebut dengan Tim Terapi Gizi. Tim ini terdiri dari dokter spesialis, dokter, dietisien,
perawat ruangan, seta ahli farmasi yang mempunyai komitmen terhadap pelayanan
gizi klinik. Adanya Tim Terapi Gizi di rumah sakit berperan dalam menekan malnutrisi
dan memberikan manfaat lainnya. Hal ini dibuktikan dalam beberapa penelitian seperti
penelitian oleh Weinsier dkk dan Hassel dkk, menunjukkan bahwa intervensi gizi oleh
Tim Terapi Gizi Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang
mengutamakan keselamatan pasien maka dilakukan pendekatan modern di bidang
pelayanan kesehatan yang berfokus kepada pasien, dimana kebutuhan terbaik pasien
yang diutamakan. Sejalan dengan itu pelayanan asuhan gizi sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan juga dituntut untuk selalu meningkatkan kualitasnya melalui
pelayanan gizi yang berfokus pada keselamatan pasien, yang disebut dengan
pelayanan gizi berbasis patient safety dan sejalan dengan standar akreditasi.

5
B. BATASAN OPERASIONAL
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstuktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Berpikir kritis adalah kemampuan menganalisis masalah gizi, merumuskan dan
mengevaluasi pemecahan masalah dengan mendengarkan dan mengamati fakta
serta opini secara terintegrasi. Karakteristik dan cara berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir konseptual, rasional, kreatif, mandiri, dan memiliki
keinginan untuk tahu lebih dalam.
3. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan
pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar
belakang praktek palayanan.
4. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap dan perlaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah
gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
5. Kolaborasi yaitu proses dimana individu, kelompok dengan kepentingann yang
sama bergabung untuk menangani masalah yang teridentifikasi. Pada
pelaksanaan PAGT dietisien mengkomunikasikan rencana, proses, dan hasil
monitoring evaluasi kegiatan asuhan gizi kepada pasien dan petugas kesehatan
lain yang menangani masalah gizi tersebut.
6. Membuat Keputusan yaitu proses kritis dalam memilih tindakan yang terbaik dalam
proses asuhan gizi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
7. Memecahkan Masalah yaitu proses yang terdiri dari identifikasi masalah gizi,
formulasi pemecahan masalah, implementasi dan evaluasi hasil.
8. Monitoring dan Evaluasi Gizi adalah kegiatan untuk mengetahui respon
pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
9. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatana teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik dimasyarakat
maupun rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya.

6
10. Nutrisionis Registered (NR) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi dan sarjana gizi
yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
11. Pelayanan Gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan,
dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,
anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka
mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
12. Pendekatan pada Proses Asuhan Gizi adalah identifikasi dan pengaturan berbagai
kegiatan secara sistematis serta interaksi antara berbagai kegiatan yang
menekankan pada pemahaman dan pemenuhan kebutuhan gizi, nilai tambah dari
proses yang dilakukan, efektivitas dan unjuk kerja serta penggunaan ukuran yang
objektif untuk perbaikan berkelanjutan.
13. Preskripsi diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual
mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat
gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute
pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi,
komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta
kesukaan dan niali-nilai yang dianut oleh pasien/klien.
14. Proses Asuhan Gizi Trestandar (PAGT) adalah pendekatan sistematikdalam
meberikan pelayanan asuahan gizi yang berkualitas yang dilakukan oleh tenaga
gizi, melalui serangkaian aktivitas yang teroganisir yang meliputi identifikasi
kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk ememnuhi kebutuhan gizi.
15. Registered Dietision (RD) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau sarjana gizi
yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi
serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berhak
mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik dan
menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
16. Rujukan gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang memberikan
pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi, baik
secara vertikal maupun horizontal.
17. Technical Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendididkan diploma tiga gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli
Madya Gizi (AMG) yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7
18. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga gizi meliputi Technical
Registered Dietisien (TRD), Nutrisionis Registered (NR) dan Registered Dietisien
(RD).

C. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 tentang
Penyelangaraan Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi.
6. Perturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS).
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Gizi.
8. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No. HK.00.06.3.4.1819 tanggal
24 maret 2007 tentang Pembentukan Tim Terapi Gizi di RS.

8
BAB II
KONSEP PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme
tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Sering terjadi kondisi klien/pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan
gizinya.Pengaruh tersebut bisa berjalan timbal batik, seperti lingkaran setan.Hal tersebut
diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ
tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit
dan kekurangan gizi. Disamping itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat
hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung
koroner dan darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk membantu
penyembuhannya.
Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya
harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan
perubahan fungsi organ selama proses penyerribuhan. Dengan kata lain, pemberian diet
pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan..Upaya
peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah
sakit, merupakan tugas dan tanggung-jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang
bergerak di bidang gizi.

9
A. PELAYANAN GIZI
Kegiatan Pelayanan Gizi dapat dilaksanakan berdasarkan mekanisme berikut ini
GAMBAR 1
MEKANISME PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

Penjelasan :
Gambar 1 tentang Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Klien/ pasien rumah sakit
dibedakan dalam 2 (dua) kategori, yaitu :
1. Pasien Rawat Inap
a. Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaaan fisik,
antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan menetapkan
apakah pasien memerlukan terapi diet atau tidak.
b. Pada tahap intervensi/ implementasi
1) Bila tidak memerlukan terapi diet :

10
a) Pasien dipesankan makanan biasa ke tempat pengolahan makanan.
b) Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan. Di
ruang perawatan makanan disajikan ke pasien.
c) Selama dirawat, pasien mendapatkan penyuluhan mengenai gizi umum
tentang makanan seimbang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan dan lingkungannya.
d) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan
lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan
asupan makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan
bahwa ia memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
e) Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan
pulang.
f) Bila memerlukan terapi diit, prosesnya sama dengan bila ia dari semula
memerlukan terapi diet.
2) Bila memerlukan terapi diet :
a) Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus/ diet, yang
sesuai dengan keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makan dan nafsu
makan.
b) Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan/ konseling gizi agar
diperoleh persesuaian paham tentang dietnya, dan pasien dapat
menerima/ menjalankan diet
c) Diet khusus dipesan ke tempat pengolahan makanan (dapur). Dari tempat
pengolahan makanan diet didistribusikan ke ruang perawatan. Di ruang
perawatan, makanan khusus disajikan ke pasien.
d) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan
lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan
asupan makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan
apakah ia memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
e) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan makanan biasa, proses
selanjutnya sama dengan butir (a).
f) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus, proses
selanjutnya lihat pada butir (b).
g) Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet, maka saat akan
pulang pasien memperoleh penyuluhan/ konseling gizi tentang penerapan
diet di rumah.
11
h) Bila memerlukan tindak lanjut, pasien mengikuti proses pelayanan gizi
rawat jalan.
i) Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat dirujuk ke
Puskesmas atau institusi kesehatan lain untuk pembinaan selanjutnya.
2. Pasien Rawat Jalan
Dari hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan
dokter lainnya, kemudian dokter menentukan apakah pasien perlu terapi diet.
a. Bila tidak memerlukan terapi diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan gizi
umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya, dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan keadaan kesehatan dirinya.
b. Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dikirim ke klinik gizi untuk memperoleh
penyuluhan/konseling tentang diet/terapi yang ditetapkan dokter. Proses
selanjutnya mengikuti prosedur dari klinik tersebut.

12
BAB III
ASUHAN GIZI

1. Pengertian
Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi
pasien.Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga Terapi Gizi Medik. Pelayanan
kesehatan paripurna seorang pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan, secara
teoritis memerlukan 3 (tiga) jenis asuhan (care) yang pada pelaksanaannya dikenal
sebagai pelayanan (services). Ketiga jenis asuhan tersebut adalah :
a) Asuhan Medik
b) Asuhan Keperawatan
c) Asuhan Gizi

2. Tujuan
Tujuan utama Asuhan Gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien
secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat maupun
konseling gizi pada pasien rawat jalan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
kerjasama tim yang terdiri dari unsur terkait untuk melaksanakan urutan kegiatan,
yang dikelompokan menjadi 5 (lima) kegiatan, yaitu :
a. Membuat diagnosis masalah gizi
b. Menentukan kebutuhan terapi gizi. Dalam pelaksanaan asuhan gizi, penentuan
terapi gizi pasien perlu mempertimbangkan 3 (tiga) macam kebutuhan yaitu a)
penggantian (replacement), b) pemeliharaan (maintenance), dan c)
penambahan akibat kehilangan (loss) yang berkelanjutan dan untuk pemulihan
jaringan dengan berpedoman kepada: tepat zat gizi (bahan makanan), tepat
formula, tepat bentuk, tepat cara pemberian, serta tepat dosis dan waktu.
c. Memilih dan mempersiapkan bahan/ makanan/ formula khusus ( oral, enteral
dan parenteral ) sesuai kebutuhan.
d. Melaksanakan pemberian makanan.
e. Evaluasi/ pengkajian gizi dan pemantauan.

13
3. PROSEDUR KERJA ASUHAN GIZI DI RUANG RAWAT INAP
Berikut ini tabel tentang prosedur kerja asuhan gizi di ruang rawat inap.
NO KEGIATAN MEKANISME UNSUR TERKAIT PEN. JAWAB
1.
a. Klinis Dilakukan untuk setiap Dokter Dokter
pasien baru dan di
monitor setiap hari
b. Deteksi Dilakukan pada saat Dokter Dokter & Kep.
pasien baru masuk Ruangan
c. Antropometri Penimbangan dilakukan Perawat/Dietisien/ Kepala
diukur BB dan seminggu sekali Nutrition ruangan
TB
d. Laboratorium Glukosa darah, Hb, Urine Dokter/ Analis Dokter/ Analis
lengkap, Feses
e. Anamnesis Wawancara Dietisien/ Dietisien/
riwayat gizi Nutritions Nutritions
2. Interensi
a. Klinis Mengatasi semua gejala Dokter/ Perawat Dokter
penyakit (hipoglikemia,
hipotermia, dehidrasi,
infeksi, dll)
b. Diet - Menentukan diet Dokter/ Dietisien/ Dietisien/
- Pemantauan Nutritions/ Perawat
- Konsumsi makanan Perawat
- Status gizi
- Penyuluhan gizi
- Pemberian diet
- Persiapan pulang
- Pencatatan gizi
3. Pelaporan Berdasarkan rekam Dokter/ Dietisien/ Dokter/
medik : Nutritions/ Dietisien/
- Ruang rawat jalan Perawat Kepala
- Ruang rawat inap ruangan

14
4. ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT INAP
1) Pengkajian Status Gizi.
a. Antropometri
Setiap pasien akan diukur data antropometri, berupa Tinggi Badan
(TB), Panjang Badan (PB), Berat Badan (BB), Tinggi lutist, tebal lemak
bawah kulit (skin fold technic), Lingkar Lengan Atas (ULA), dan lain lain
sesuai dengan kebutuhan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi, jaringan lemak
subkutan, trofi otot dan defisiensi zat gizi lainnya. Pemeriksaan fisik
dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis, yang berhubungan
dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab akibat
antara status gizi dengan kesehatan, serta menentukan terapi obat dan
diet. Pemeriksaan fisik meliputi : Tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat
kurus, pucat atau bengkak ) atau gizi lebih (gemuk atau sangat
gemuk/obesitas); sistem kardiovaskuler; sistem pernafasan, sistem
gastrointestinal; sistem meta bol ik/endokri n dan sistem
neurologik/psikiatrik.
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta
menegakkan masalah gizi klien/ pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga
untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi
gizi.Data pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan status gizi
dan penyakit misalnya kadar Hb, albumin darah, glukosa, profit lipid,
creatinin, kolesterol total, HDL, LDL, gula darah, ureum, creative, asam
urat, trigliserida, dan Feces.
2) Riwayat Gizi
Setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan makan
sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan
frekuensi makan, serta pantangan makan. Asupan zat gizi diukur dengan
menggunakan model makanan (food model) dan selanjutnya dianalisis zat
gizinya dengan menggunakan Daftar Analisa Bahan Makanan atau Daftar
Bahan Makanan Penukar.
Analisis asupan gizi memberikan informasi perbandingan antara
15
asupan dengan kebutuhan gizi dalam sehari. Setiap pasien rawat inap akan di
anamnesis untuk mengetahui asupan makanan sebelum dirawat yang meliputi:
asupan zat gizi, pola makan, bentuk & frekuensi makan, serta pantangan
makan. Semua data antropometri, klinis dan biokimia yang didapat dicatat pada
formulir pencatatan gizi (terlampir).
3) Penentuan Kebutuhan Gizi
Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien/pasien atas dasar
status gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu perlu juga
mernperhatikan kebutuhan untuk penggantian zat gizi (replacement),
kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena kehilangan (loss) serta
tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang sakit.
4) Penentuan Macam dan Jenis Diet
Setelah dokter menentukan diet pasien tersebut, dietesien akan
mempelajari menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai selanjutnya akan
menterjemahkan ke dalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan
yang akan diberikan. Makanan diberikan dalam berbagai bentuk/konsistensi,
(biasa.lunak, cair dsb) sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan zat
gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan makanan yang digunakan.
Apabila dari rencana diet tersebut diperlukasn penyesuaian, maka dietesien
akan mengkonsultasikannya kepada dokter.
5) Konseling dan Penyuluhan Gizi
Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat
rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi,
metode, penilaian, dan tindak lanjut.Tujuan dari konseling gizi adalah membuat
perubahan perilaku makan pada pasien. Hal ini akan terwujud melalui;
a) Penjelasan diet yang perlu dijalankan oleh pasien, yang diperlukan untuk
proses penyembuhan
b) Kepatuhan pasien untuk melaksanakan diet yang telah ditentukan
c) Pemecahan masalah yang timbul dalam melaksanakan diet tersebut.
6) Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut
Aktivitas utama dari proses evaluasi pelayanan gizi pasien adalah
memantau pemberian makanan secara berkesinambungan untuk menilai
proses penyembuhan dan status gizi pasien. Pemantauan tersebut mencakup
antara lain perubahan diet, bentuk makanan, asupan makanan, toleransi
terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah, keadaan klinis difekasi, hasil
16
laboratorium dan lain-lain.
Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai
dengan hasil evaluasi pelayanan gizi antara lain perubahan diet, yang dilakukan
dengan mengubah preskripsi diet sesuai kondisi pasien. Bila perlu, dilakukan
kunjungan ulang atau kunjungan rumah.Untuk pasien yang dirawat walaupun
tidak memerlukan diet khusus tetapi tetap perlu mendapat perhatian agar tidak
terjadi Hospital Malnurished terutama pada pasien-pasien yang mempunyai
masalah dalam asupan makanannya seperti adanya mual, muntal, nafsu
makan rendah dsb.Pemantauan berat badan dan status gizi perlu dilakukan
secara rutin, sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya.Pada pasien anak
pemantauan berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari.

17
BAB IV
PENUTUP

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan


kedokteran, berdampak pula pada bidang gizi dan dietetik.Pelayanan gizi yang
dilaksanakan di rumah sakit tentu perlu senantiasa disesuaikan dengan perkembangan
tersebut.
Dalam rangka menyongsong era globalisasi dan menghadapi persaingan bebas
diberbagai bidang, maka pelayanan gizi rumah sakit juga harus disiapkan secara
profesional.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
lainnya di rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah sastu upaya dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun
pasien rawat jalan di rumah sakit.
Panduan Pelayanan Gizi Rumah Sakit bertujuan untuk memberikan acuan yang
jelas dan professional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit
yang tepat bagi klien/ pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Selain itu,
pedoman ini juga akan bermanfaat bagi pengelola gizi rumah sakit dalam
mengimlementasikan dan mengevaluasi kemajuan dan perkembangan pelayanan gizi
yang holistik.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor : 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129 / menkes / SK / II /
2008 tentang Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan Mutu dan Gizi Pangan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 374 / Menkes / SK / III /
2007 tentang Standar Profesi Gizi.
6. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI nomor 849/Menkes/SKB/VIII/2001 dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 35 tahun 2001 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya.
7. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23/Kep/M.PAN/4/2001 tentang
Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya.
8. Pedoman Penyusunan Panduan Prakti dan Clinical Pathway dalam Asuhan
Terintregrasi Sesuai Standar Akresitasi Rumah Sakit 2012
9. PGRS, 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Kementrian Kesehatan RI
10. Supariasa, I. D. N, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.

19

Anda mungkin juga menyukai