Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN

ASUHAN GIZI TERINTEGRASI


DI RUMAH SAKIT HERMINA KENDARI

RS HERMINA KENDARI

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya
Panduan Asuhan Gizi Terintegrasi di RS Hermina Kendari dapat diselesaikan sesuai dengan
kebutuhan.

Panduan Asuhan Gizi Terintegrasi di RS Hermina Kendari disusun sebagai acuan bagi RS
untuk mengembalikan status gizi baik dengan mengintervensi berbagai faktor penyebab.
Keberhasilan PAGT ditentukan oleh efektivitas intervensi gizi melalui edukasi dan konseling
gizi yang efektif, pemberian dietetik yang sesuai untuk pasien di rumah sakit dan kolaborasi
dengan profesi lain sangat mempengaruhi keberhasilan PAGT.

Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur yang memungkinkan
untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.

Panduan ini akan dievaluasi kembali untuk dilakukan perbaikan / penyempurnaan sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan atau bila ditemukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan
kondisi di rumah sakit.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan Panduan Asuhan Gizi Terintegrasi ini, untuk
dijadikan acuan dalam pelayanan di RS Hermina Kendari.

Kendari, 14 Oktober 2019


Direktur RS Hermina Kendari

1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HERMINA KENDARI TENTANG
PANDUAN ASUHAN GIZI TERINTEGRASI DI RS HERMINA KENDARI .......... iii
BAB I DEFINISI .............................................................……………..........…... 1–3
BAB II RUANG LINGKUP ……………………...……………………………... 4–6
BAB III TATA LAKSANA ………………………...…………….……….…….... 7
A. Skrining Gizi ………………………...…………….……….……....... 7
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar ………………………...……………. 7
C. Langkah-Langkah PAGT ………………………...…………….......... 8
1. Assesmen/ Pengkajian Gizi ………………………...………….... 8
a. Anamnesa/ Pengkajian Gizi ……………………...………….. 8
b. Biokimia ……………………...…………….……….……..... 8
c. Antropometri ………………...…………….……….……....... 8 – 16
2. Diagnosis Gizi ………………...…………….……….…….......... 17
3. Intervensi Gizi ………………...…………….……….……........... 17 – 18
4. Monitoring dan Evaluasi Gizi ………………...…………….….... 18 – 19
BAB IV DOKUMENTASI ……………………………. ………..……………….. 20 – 21

ii
Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Hermina Kendari No.607/KEP
DIR/RSHKDR/X/2019
Tentang : Panduan Asuhan Gizi Terintegrasi di RS Hermina Kendari

PANDUAN ASUHAN GIZI TERINTEGRASI

BAB I
DEFINISI

1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur yang


memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Berpikir Kritis adalah kemampuan menganalisis masalah gizi, merumuskan dan
mengevaluasi pemecahan masalah dengan mendengarkan dan mengamati fakta serta
opini secara terintegrasi. Karakteristik dan cara berpikir kritis adalah kemampuan untuk
berpikir konseptual, rasional, kreatif, mandiri, dan memiliki keinginan untuk tahu lebih
dalam.
3. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status
gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan
pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/ lingkungan/ latar belakang praktek
pelayanan.
4. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap
dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat
memutuskan apa yang akan dilakukannya.
5. Kolaborasi yaitu proses dimana individu, kelompok dengan kepentingan yang sama
bergabung untuk menangani masalah yang teridentifikasi. Pada pelaksanaan PAGT
dietisien mengkomunikasikan rencana, proses, dan hasil monitoring evaluasi kegiatan
asuhan gizi kepada pasien dan petugas kesehatan lain yang menangani masalah gizi
tersebut.
6. Membuat Keputusan yaitu proses kritis dalam memilih tindakan yang terbaik dalam
proses asuhan gizi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
7. Memecahkan Masalah yaitu proses yang terdiri dari identifikasi masalah gizi, formulasi
pemecahan masalah, implementasi dan evaluasi hasil

1
8. Monitoring dan Evaluasi Gizi adalah kegiatan untuk mengetahui respon pasien/ klien
terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
9. Nutritionist Registered (NR) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi dan sarjana gizi yang
telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
10. Pelayanan Gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit.
11. Pendekatan pada Proses Asuhan Gizi adalah identifikasi dan pengaturan berbagai
kegiatan secara sistematis serta interaksi antara berbagai kegiatan yang menekankan pada
pemahaman dan pemenuhan kebutuhan gizi, nilai tambah dari proses yang dilakukan,
efektivitas dan unjuk kerja serta penggunaan ukuran yang objektif untuk perbaikan
berkelanjutan.
12. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual mulai
dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan
mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute pemberian makanan.
Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan,
rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh
pasien/klien.
13. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas yang dilakukan oleh tenaga gizi,
melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi
sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.
14. Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau sarjana gizi yang
telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi serta
teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berhak mengurus izin
memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik dan menyelenggarakan praktik gizi
mandiri.
15. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang memberikan
pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi, baik secara
vertikal maupun horizontal.

2
16. Technical Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan diploma tiga gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli Madya
Gizi (AMG) yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundan-undangan.
17. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga Gizi meliputi Technical Registered
Dietisien (TRD), Nutrisionis Registered (NR) dan Registered Dietisien (RD).

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Problem gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan tubuh akan zat
gizi. PAGT merupakan proses penanganan problem gizi yang sistematis dan akan
memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi. PAGT dilaksanakan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan, seperti di rumah sakit (di rawat inap dan rawat jalan), klinik pelayanan
konseling gizi dan dietetik, Puskesmas, dan di masyarakat.

Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi terhadap kebutuhan tubuh akan zat gizi yang berbeda-beda sesuai kondisi
sehat, sakit, dan berbagai tahap pertumbuhan. Apabila asupan zat gizi kurang adekuat,
berlebih atau terjadi gangguan utilisasi zat gizi dapat menimbulkan masalah/problem gizi.
Dalam upaya penanganan problem gizi ini, perlu diidentifikasi faktor penyebab yang
mendasarinya. Akar penyebab masalah yang teridentifikasi secara tepat akan memberikan
pilihan intervensi yang lebih sesuai.

Tujuan pemberian asuhan gizi adalah mengembalikan pada status gizi baik dengan
mengintervensi berbagai faktor penyebab. Keberhasilan PAGT ditentukan oleh efektivitas
intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif, pemberian dietetik yang sesuai
untuk pasien di rumah sakit dan kolaborasi dengan profesi lain sangat mempengaruhi
keberhasilan PAGT. Monitoring dan evaluasi menggunakan indikator asuhan gizi yang
terukur dilakukan untuk menunjukkan keberhasilan penanganan asuhan gizi dan perlu
pendokumentasian semua tahapan proses asuhan gizi.

4
Gambar 1.
Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Ya
Pasien Masuk RS
Ruang Rawat Inap
Ruang Rawat Jalan
Pemantauan Asupan Makanan
Pemantauan Asupan Makanan
Konseling gizi bagi pasien pulang
Kunjuangan Rumah
Penyuluhan Gizi Umum
Konseling Gizi
(Klinik Gizi)
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tahap Penapisan
Tahap Pengkajian
Tahap Intervensi/ implementasi
Tahap Monev
Dirawat ?
Pasien Berisiko Masalah Gizi ?
Terapi Diet
Tidak
Perencanaan Makanan Khusus
Pengkajian Diet
Ya
Dukungan Gizi
Tidak
Perencanaan Makanan Biasa
Pengolahan makanan biasa dan khusus
Penyajian makanan biasa dan khusus
Penyesuaian Diet ?
Masalah Gizi ?
Stop
Perlu tindak lanjut ?

Sumber : Modifikasi dari Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Tahun 2014

5
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/ penapisan gizi oleh perawat
ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter setelah dilakukannya
pemeriksaan klinis dan diagnosis serta terapi yang diberikan termasuk terapi diet. Bagi pasien
yang bermasalah atau berisiko malnutrisi, langsung diinformasikan kepada Ahli Gizi untuk
dilakukan pengkajian gizi, dan formulasi terapi gizi. Selanjutnya implementasi terapi gizi
dilanjutkan monitoring atau pemantauan dan dilanjutkan evaluasi terapi gizi. Bila terapi gizi
telah tercapai, maka Ahli Gizi memutuskan untuk melakukan penghentian pemantauan atau
pemantauan selanjutnya diteruskan oleh DPJP.

Kegiatan pelayanan gizi dalam penyelenggaaan pelayanan gizi rumah sakit meliputi :
1. Melakukan anamnesa gizi
2. Menjelaskan proses pemeriksaan yang akan dijalani pasien
3. Melakukan pemeriksaan antrpometri
4. Mengukur dan menentukan status gizi
5. Melakukan penjaringan gangguan gizi
6. Menyelenggarakan pengkajian dietetic dan pola makan berdasarkan anamnesis dan pola
makan
7. Menentukan kebutuhan gizi dengan keadaan pasien
8. Melakukan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai dengan perubahan
klinis dan status gizi
9. Merujuk pasien ke dokter spesialis gizi klinik untuk pemeriksaan, diagnosa dan terapi gizi
lanjutan.

6
BAB III
TATALAKSANA

A. SKRINING GIZI
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/ penapisan gizi oleh
perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/ klien yang berisiko, tidak berisiko
malnutrisi atau kondisi khusus.
Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabolik, hemodialis,
geriatrik, kanker dengan kemoterapi/ radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas
menurun, sakit kritis, dan sebagainya.
Metode skrining yang digunakan adalah Nutrition Risk Screening (NRS) 2002 untuk
dewasa; Strong Kids untuk anak; MNA (Mini Nutritional Assesment) untuk geriatri.
Skrining dilakukan pada pasien baru 1 x24 jam setelah pasien masuk RS. Bila hasil
skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, dengan skoring ≥ 3 maka
dilakukan pengkajian/ assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses
asuhan gizi terstandar oleh Ahli Gizi.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan skoring ≥ 4 maka Ahli Gizi akan mengusulkan
kepada DPJP untuk merujuk pasien kepada dokter spesialis gizi klinik atau Registered
Dietisien.
Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan skrining
ulang setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang bersiko malnutrisi maka dilakukan
proses gizi terstandar.

B. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR


Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara berurutan dimulai
dari langkah asesmen, diagnosis, intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi (ADIME).
Langkah-langkah tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya. Apabila tujuan tercapai
maka proses ini akan dihentikan, namun bila tujuan tidak tercapai atau tujuan awal
tercapai tetapi terdapat masalah gizi baru maka proses berulang kembali mulai dari
assessment gizi.

7
C. LANGKAH-LANGKAH PAGT
1. Assesmen/ Pengkajian Gizi
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu Anamnesis riwayat gizi; Data
Biokimia, tes medis dan prosedur (termasuk data laboratorium); Pengukuran
antropometri; Pemeriksaan fisik klinis dan Riwayat personal.
a. Anamnesa/ Pengkajian Gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk
komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu
diperlukan data kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktivitas fisik
dan olahraga dan ketersediaan makanan di lingkungan klien. Gambaran asupan
makanan dapat melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif.
Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan
makanan. Anamnesis secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran
asupan zat gizi sehari melalui “recall makanan 24 jam dengan alat bantu ‘food
model’. Kemudian dilakukan analisis zat gizi yang merujuk kepada daftar
makanan penukar, atau daftar komposisi zat gizi makanan.
b. Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium pemeriksaan yang
berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang
berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari
data laboratorium terkait masalah gizi harus selaras dengan data assesmen gizi
lainnya seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk penggunaan suplemen,
pemeriksaan fisik dan sebagainya. Disamping itu proses penyakit, tindakan,
pengobatan, prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan
kimiawi darah dan urin, sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan.
c. Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain pengukuran Tinggi Badan (TB);
Berat Badan (BB). Pada kondisi Tinggi Lutut (TL), rentang lengan atau separuh
rentang lengan. Pengukuran lain seperti Lingkar Lengan Atas (LILA). Lingkar
pergelangan tangan, lingkar pinggang dan pinggul dapat dilakukan sesuai
kebutuhan.

8
1) Pengukuran Berat Badan
a) Pengukuran Berat Badan Pada Orang Normal
● Timbangan Injak Otomatis/Tidak Otomatis untuk Remaja dan
Dewasa
● Timbangan otomatis untuk bayi

Rumus-rumus BBI (Berat Badan Ideal)

0 – 11 bulan = n+9 atau (n:2) + 3 s/d 4


2

Ket. n = usia dalam bulan

1 – 6 tahun = 2n + 8

7 – 12 tahun = 7n-5
Ket. n = usia dalam tahun
2

>12 tahun = (TB-100) – 10% (TB-100) atau = 0,9 x (TB-100)

Catatan: Apabila TB pasien wanita <150 cm, dan TB pasien pria


<160 cm, maka:
BBI = TB – 100
BB normal = ±10%

b) Pengukuran Berat Badan Pada Kondisi Khusus


(1) Pengukuran Berat Badan dalam Kondisi Tirah Baring atau dengan
Oedema
(a) Perkiraan Berat Badan
Pada semua kedaan seperti yang disebutkan diatas, rumus
dalam tabel berikut dapat digunakan untuk memperkirakan
berat badan ideal berdasarkan panjang badan pasien.

9
Tabel 1. Memperkirakan BB berdasarkan
PB The Hamwi Methode

Bangun
Laki-laki Wanita
Tubuh
48 kg untuk 152 cm yang 4,5 kg untuk 152 cm
pertama; selanjutnya yang pertama;
tambahkan 2,7 kg untuk selanjutnya tambahkan
Sedang setiap kelipatan 2,5 cm; 2,3 kg untuk setiap
kurangi 1,13 kg untuk kelipatan 2,5 cm;
setiap cm TB < 152 cm kurangi 1,13 kg untuk
setiap cm bila TB <152
cm
Kecil Kurangi 10 % Kurangi 10%
Besar Tambahkan 10% Tambahkan 10%

Sumber : Grant, J:Hanbook of Total Parenteral Nutrition,


Philadelphia, W.B. Saunders Co. 1980.
(b) Cara Menentukan Bangun Tubuh
Bangun tubuh dapat ditentukan hanya dengan cara langsung
mengamati pasien. Namun untuk lebih meyakinkan, penentuan
kerangka tubuh dapat berdasarkan lingkar pergelangan tangan,
yaitu sebagai berikut:
Rumus :
R= Tinggi Badan (cm)
Lingkar Pergelangan Tangan (cm)

Tabel 2. Penentuan Kerangka Tubuh


Kerangka Tubuh Laki-laki Perempuan
Kecil >10,4 >11,0
Sedang 9,6 – 10,4 10,1 – 11,0
Besar <9,6 <10,1

(c) Berat Badan Koreksi


Pada pasien yang mengalami oedema atau ascites, hitung BB
sebenarnya menggunakan BB Koreksi, yaitu:
10
Rumus:
BB Koreksi = BB saat ini – Koreksi oedema/ ascites

Tabel 3. Koreksi BB pada Oedema dan Ascites


Tingkatan Oedema Ascites
Ringan
-1 kg atau 10% -2,2 kg
(Bengkak pada tangan atau kaki)
Sedang
-5 kg atau
(Bengkak pada wajah dan tangan -6 kg
20%
atau kaki)
Berat
(Bengkak pada wajah, tangan, -14 kg -10 kg
dan kaki)

(2) Estimasi Berat Badan Untuk 65 ke atas

Perempuan
BB = (MAC x 1,63) + (CC x 1,43) – 37,46 4,96 kg
Laki-laki
BB = (MAC x 2,31) + (CC x 1,5) – 50,1 5,73 kg
Sumber: Rosalind S Gibson, 2005
Keterangan:
MAC (Lingkar Lengan Atas)
CC (Lingkar Pergelangan Tangan)

(3) Untuk Kondisi Amputasi


Tabel 4. Persentase Berat Badan Berdasarkan Bagian Tubuh

Bagian Tubuh Presentase


Bagian lengan 6,5
Lengan atas 3,5
Lengan bawah 2,3
Tangan 0,8

11
Bagian kaki 18,5
Kaki bagian atas 11,6
Kaki bagian bawah 5,3
Kaki 1,8
Sumber: Rosalind S Gibson, 2005

BB yang dicari = BB Sekarang x 100


100- % amputasi (tabel persetase)

2) Pengukuran Tinggi Badan


a) Pengukuran Panjang Badan dan Tinggi Badan (untuk keadaan sehat)
(1) Pengukuran Panjang Badan
Pengukuran ini digunakan untuk mengukur panjang badan bagi
anak yang berusia < 2 tahun dan panjang badan ≤ 50 cm serta
menggunakan alat pengukur panjang badan Length Board.
(2) Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran ini digunakan mengukur tinggi badan anak ≥ 2 tahun
dan tinggi ≥ 80 cm. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan
alat pengukur tinggi (microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1
cm. Konversi dari panjang badan ke tinggi badan (dengan
mengurangi 0,7 cm) atau dari tinggi badan ke panjang (dengan
menambahkan 0,7 cm).
b) Pengukuran Estimasi Tinggi Badan (Untuk Kondisi Khusus)
(1) Pengukuran Tinggi Badan dengan Pendekatan Tinggi Lutut
Pengukuran ini digunakan sebagai salah satu cara untuk
mengetahui tinggi badan dari subjek, terutama subjek yang tidak
dapat berdiri, kaki yang diukur adalah kaki sebelah kiri. Alat yang
digunakan adalah meteran.
Rumus Estimasi tinggi badan menggunakan tinggi lutut :
Laki-laki : TB (cm) = 64,19 cm + (2,02 TL) – (0,04U)
Perempuan : TB (cm) = 84,88 + (1,83TL) – ( 0,24U)

(2) Pengukuran Tinggi Badan dengan Pendekatan Panjang Rentang


Tangan (Untuk Kondisi Khusus)
12
Pengukuran ini digunakan sebagai salah satu cara untuk
mengetahui tinggi badan dari subjek terutama yang tidak dapat
berdiri. Alat yang digunakan adalah Steel Tape.

Rumus Estimasi Tinggi Badan Berdasarkan Arm Span


menggunakan Rumus:
(a) TB Anak Perempuan (cm) :
- Usia < 10 tahun
TB (cm) = 23,99 + 0,75 (arm span) + 0,86 (umur)
- Usia ≥ 10 tahun
TB (cm) = 28,54 + 0,74 (arm span) + 0,83 (umur)
(b) TB Anak Laki-laki (cm) :
- Usia < 12 tahun
TB (cm) = 21,90 + 0,76 (arm span) + 0,72 (umur)
- Usia ≥ 12 tahun
TB (cm) = 17,91 + 0,76 (arm span) + 1,17 (umur)

(3) Pengukuran Tinggi Badan dengan Pendekatan Lengan Bawah


Tabel 5. Estimasi tinggi badan menggunakan Ulna Lenght

Ulna Height (m) Height (m)


Length Men 16-54 Men > 54 Women 16- Women >
(cm) years years 54 years 54 years
18,5 1,46 1,45 1,47 1,40
19,0 1,48 1,46 1,48 1,42
19,5 1,49 1,47 1,50 1,44
20,0 1,51 1,49 1,51 1,45
20,5 1,53 1,51 1,52 1,47
21,5 1,55 1,52 1,54 1,48
22,0 1,58 1,56 1,56 1,50
22,5 1,60 1,57 1,58 1,53
Dst
Sumber: Rosalind S Gibson, 1993

13
(4) Pengukuran Tinggi Badan dengan Pendekatan Lengan Bawah
Pengukuran ini digunakan dengan menggunakan meteran.

3) Indikator Pertumbuhan
a) Indeks Antropometri
(1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu dan
masa kini.
(2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.
(3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (TB/BB)
Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status
gizi saat ini (sekarang).
(4) Indeks Massa Tubuh
(a) IMT Anak (IMT/U)
IMT/U adalah indikator yang terutama bermanfaat untuk penapisan
kelebihan berat badan dan kegemukan. Pada bayi IMT naik
secara tajam karena terjadi peningkatan berat badan secara
cepat relatif terhadap panjang badan pada 6 bulan pertama
kehidupan. IMT menurun pada bayi setelah 6 bulan dan tetap
stabil pada umur 2-5 tahun.
(b) IMT Dewasa
Rumus IMT:
IMT = BB (kg)
TB (m²)

Tabel 6. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia


Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat < 17,0

14
berat
Kekurangan berat badan tingkat 17,0 – 18,5
ringan
Normal >18,5 - 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat >25,0 – 27,0
ringan
Kelebihan berat badan tingkat >27,0
berat
Sumber: Depkes, 1994. Pedoman praktis pemantauan status gizi
orang dewasa, Jakarta.
(5) Z-Score
Z-Score merupakan indeks antropometri yang digunakan secara
internasional untuk menentukan status gizi dan pertumbuhan, yang
diekspresikan sebagai satuan standar deviasi (SD) populasi rujukan.

Z-score = (nilai yang diamati – nilai referensi median)


Z score populasi referensi (SD)

b) Kategori Status Gizi Berdasarkan Cara Perhitungan Z-Score


Tabel 7. Kategori status gizi berdasarkan Z-score

Indikator Pertumbuhan
Z-Score PB/U atau BB/PB atau
BB/U IMT/U
TB/U BB/TB
Sangat Sangat
Lihat Catatan Lihat
Diatas 3 Gemuk Kurus
1 Catatan 2
(Obes) (Obes)
Gemuk Gemuk
Diatas 2
(Overweight) (Overweight)
Resiko Resiko
Gemuk Gemuk
Diatas 1
(Lihat (Lihat
catatan 3) catatan 3)
0
(Angka
Median)
Di
bawah
-1
Pendek
Di
(stunted) BB kurang Kurus Kurus
bawah
(lihat catatan (underweigh) (Wasted) (Wasted)
-2
4)
Di Sangat BB Sangat Sangat Kurus Sangat
15
bawah
Pendek (Serve Kurang (Severe Kurus
-3 stunted) (severe Wasted) (Severe
(Lihat catatan underweigh) Wasted)
4)
Sumber:WHO MGRS, 2005

Catatan:
1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya
tidak menjadi masalah kecuali anak yang sangat tinggi mungkin
mengalami gangguan endokrin seperti adanya tumor yang
memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuklah anak tersebut jika
diduga mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang tinggi
sekali menurut umurnya, sedangkan tinggi orang tua normal);
2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada kategori ini, kemungkinan
mempunyai masalah pertumbuhan, tetapi akan lebih baik bila anak
ini dinilai berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB atau IMT/U;
3. Hasil ploting diatas 1 menunjukkan kemungkinan resiko. Bila
kecendrungannya menuju garis z-score +2 berarti resiko lebih
pasti;
4. Anak yang pendek atau sangat pendek kemungkinan akan menjadi
gemuk bila mendapatkan intervensi yang salah.
Untuk menarik kesimpulan mengenai status gizi seseorang harus
menyimpulkan dari ketiga indikator yang telah diukur.Cara
pertama adalah melihat indikator yang bermasalah.
Contoh:
BB/U : Sangat Kurang
TB/U : Pendek
BB/TB : Normal
Kesimpulan : Anak ini pendek, oleh karenanya berat badan
dibawah berat badan seusianya (klasifikasi lama
dinyatakan sebagai gizi buruk). Namun, berat badan
16
berdasarkan tinggi badannya tergolong normal.
Sehingga apabila anak ini diberi PMT merupakan
kesalahan karena anak ini bisa menjadi gemuk.
c) Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis
yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah
gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi dari, tanda
vital dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik
pasien serta wawancara.
d) Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan atau
suplemen yang sering dikonsumsi; sosial budaya; riwayat penyakit;
data umum pasien.
(1) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang
dikonsumsi
(2) Sosial budaya
(3) Riwayat penyakit
(4) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan dan tingkat
pendidikan.
2. Diagnosis Gizi
Pada langkah dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan kemungkinan
penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan menyatakan
masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada.
Penulisan diagnosis gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem Etiologi dan
Sign/Syptomps.
Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu:
a. Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi,
zat gizi , cairan substansi bioaktif dari makanan baik melalui oral maupun
parenteral dan enteral.
b. Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau
fisik/fungsi sorgan.

17
c. Domain Perilaku/Lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan , lingkungan fisik dan akses dan keamanan
makanan.
3. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan intervensi dan
implementasi.

a. Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat berdasarkan gizi diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan
tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem), rancang
strategi intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila
penyebab tidak dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk
mengurangi gejala/tanda (sign & symptom).

Perencanaan tujuan intervensi:


1) Penetapan tujuan dapat diukur, dicapai dan ditentukan waktunya
2) Preskripsi diet
Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan
energi dan zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan, komposisi zat
gizi, frekuensi makan.
a) Perhitungan kebutuhan gizi
Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan kepada pasien/klien atas dasar
diagnosis gizi, kondisi pasien dan jenis penyakitnya.
b) Jenis Diet
Pada pasien masuk ke ruang rawat sudah dibuat permintaan makanan
berdasarkan pesanan/order diet awal dari dokter jaga/ DPJP. Technical
Registered Dietisien bersama tim atau secara mandiri akan menetapkan
jenis diet berdasarkan diagnosis gizi.
Bila jenis diet tidak sesuai dengan akan dilakukan usulan perubahan jenis diet
dengan mendiskusikannya terlebih dahulu bersama DPJP.

c) Modifikasi Diet

18
Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan dalam konsistensi;
meningkatkan/menurun nilai energi; menambah/mengurangi jenis
bahan makanan atau zat gizi yang dikonsumsi; dsb.

d) Jadwal Pemberian Diet


Jadwal pemberian diet/makanan ditulis sesuai dengan pola makan.

e) Jalur Makanan
Jalur makanann yang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau parenteral.

b. Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana Technical Registered
Dietisien melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien
dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus
menggambarkan dengan jelas : “apa, dimana, kapan, dan bagaimana” intervensi
itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana
data tersebut dapat menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya
modifikasi intervensi gizi.

4. Monitoring dan Evaluasi Gizi


Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien/klien
terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
a. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi pasien/
klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang diharapkan
oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor perkembangan
antara lain:
1) Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien
2) Mengecek asupan makan pasien/klien
3) Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan
rencana/preskripsi Diet
4) Menentukan apakah status gizi pasien/klien tetap atau berubah
5) Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif
6) Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya
perkembangan dari kondisi pasien/klien

19
b. Mengukur hasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/perubahan yang
terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur
berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosa gizi.

c. Evaluasi hasil
1) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada
asupan makanan dan zat gizi
2) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau
zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan
melalui rute enteral maupun parenteral
3) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran
yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan
fisik/klinis
4) Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi giz yang diberikan pada
kualitas hidupnya.

d. Pencatatan Pelaporan
Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan dan
pengendalian mutu pelayanan dan pengawasan dan pengendalian mutu
pelayanan dan komunikasi. Terdapat Format ADIME merupakan model yang
sesuai dengan langkah PAGT.

20
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi pada rekam medik merupakan proses yang berkesinambungan yang dilakukan
selama PAGT berlangsung. Pencatatan yang baik harus relevan, akurat dan terjadwal.
Pendokumentasian bertujuan untuk komunikasi dan informasi yang berkelanjutan dalam tim
kesehatan serta menjamin keamanan dan kualitas pemberian asuhan gizi yang dilakukan.

Dokumentasi yang tertera pada rekam medik yang mendukung selama PAGT berlangsung
yaitu :
1. Skrining Gizi yang dilakukan oleh perawat pada form Assesment Awal Rawat Inap dan
Assessment Awal Rawat Jalan
2. Proses perkembangan pasien selama perawatan dicatat pada form Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi ( CPPT ) setiap hari.
3. Proses asuhan gizi terintegrasi dicatat pada form Asuhan Gizi Dewasa dan Asuhan Gizi
Anak dengan format ADIME (Assesment, Diagnosis, Intervensi, Monitoring-Evaluasi)
a. Tata Cara
1) Tuliskan tanggal dan waktu
2) Tuliskan data data yang berkaitan pada setiap langkah PAGT
3) Membubuhkan tanda tangan dan nama jelas setiap kali menulis pada catatan
medik
b. Berdasarkan hasil berat ringannya risiko malnutrisi pasien, Dietisien / Ahli Gizi akan
melakukan asesmen ulang untuk mengevaluasi efektifitas intervensi gizi.
c. Asesmen ulang/ Follow up/ Monitoring dan evaluasi dilakukan pada :
1) Pasien dengan risiko malnutrisi berat : asesmen gizi lanjutan dilakukan setiap
hari.
2) Pasien dengan risiko malnutrisi sedang : asesmen gizi lanjutan dilakukan setiap
3 hari, apabila asupan cukup, asesmen dilakukan selang 7 hari.
3) Pasien dengan risiko malnutrisi ringan : asesmen gizi lanjutan dilakukan setiap 7
hari.

21

Anda mungkin juga menyukai