Anda di halaman 1dari 32

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

DIARE AKUT PADA ANAK

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien diare akut yang


sistematis yakni Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan
1. Pengertian
untuk menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan
berkualitas.
Melanjutkan hasil skrining malnutrisi, masuk ke dalam kategori
2. Asesmen/Pengkajian
Proses Asuhan Gizi Terstandar. Melihat data berat badan, tinggi
Antropometri
badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar Kepala
Melihat data HB, Hematokrit, Leukosit, elektrolit, hasil analisis feses,
Asesmen/Pengkajian Biokimia
Albumin, data laboratorium lain terkait gizi (bila ada)

Asesmen/Pengkajian Klinis/Fisik Anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare, konstipasi, demam

Asesmen/Pengkajian Riwayat Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk makanan,
Makan rata-rata asupan makan sebelum masuk RS

Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini dan


Asesmen/Pengkajian Riwayat
penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan, status
Personal
kesehatan mental serta status kognitif

Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan makan


(tidak napsu makan, mual, sakit perut) ditandai dengan asupan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) makanan 50% dari kebutuhan (NI-2.1)
Kekurangan asupan kalium berkaitan dengan muntah, diare tidak
dapat mencukupi kebutuhan kalium ditandai dengan kalium ≤ 3 (NI-
5.10.1)
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memperberat saluran
cerna.
2. Mencegah dan mengurangi risiko dehidrasi
3. ASI tetap diberikan
b. Implementasi
Prinsip Diet :
1. Energi dan protein sesuai kebutuhan berat badan ideal dan
sesuai tinggi badan aktual
2. Protein 10–15% total energi, Lemak 25–30%, KH 55–60%
3. Cukup Vitamin dan mineral serta cairan
4. Bila hipokalemia diberikan makanan tinggi kalium.
5. Diberikan dalam porsi kecil tapi sering 6 x makan sehari
6. Bentuk makanan sesuai toleransi per oral makanan lembek,
c. Edukasi lumat, bubur susu, buah,biskuit susu.

1
Jalur pemberian diutamakan secara oral. Bila dibutuhkan pemberian
secara enteral dan/atau parenteral, akan ditatalaksana lanjut oleh
DPJP Utama dan/atau Dokter Spesialis Gizi Klinik.
d. Konseling Gizi

Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien


dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai asupan cairan dan
elektrolit, bentuk makanan baik jumlah, jadwal dan jenis makanan
yang dianjurkan diusahakan secepatnya kembali ke makanan semula.
e. Koordinasi dengan tenaga
kesehatan lain
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan
dokter, perawat, apoteker, dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan
pasien

1. Status Gizi berdasarkan antropometri


2. Hasil biokimia terkait giziK Kalium, leukosit, HB, Albumin, feses
5. Monitoring dan Evaluasi
3. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, demam, muntah, tidak napsu
makan
4. Asupan Makanan

Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan intervensi


6. Re Asesmen (Kontrol kembali)
(terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang dari rumah
sakit
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat
Badan/Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat
7. Indikator/Outcome
Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB)
3. Balance cairan dan elektrolit sesuai/normal
4. Tidak ada mual, muntah dan diare serta ada napsu makan
1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi Dietisien
Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Persatuan
8. Kepustakaan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology
(IDNT) Reference Manual

2
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

DEMAM BERDARAH PADA ANAK

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien demam berdarah yang


1. Pengertian sistematis dimana Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan untuk
menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas

Melanjutkan hasil skrining malnutrisi dan masuk ke dalam kategori Proses


2. Asesmen/Pengkajian :
Asuhan Gizi Terstandar.
Ahli Gizi mengkaji data berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan
Antropometri
IMT
Mengkaji data laboratorium seperti HB, HT, Trombosit, Albumin, data
Biokimia
laboratorium lain terkait gizi (bila ada)

Mengkaji adanya anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare, konstipasi,


Klinis/Fisik
suhu tubuh, perdarahan saluran cerna.

Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk makanan,


Riwayat Makan
rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif dan kuantitatif)

Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini, riwayat
Riwayat Personal penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen
makanan, status kesehatan mental serta status kognitif

1. Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan makan, tidak
napsu makan, mual, sakit perut ditandai dengan asupan makanan 50%
3. Diagnosis Gizi (Masalah dari kebutuhan (NI-2.1)
Gizi) 2. Kekurangan asupan cairan per oral berkaitan dengan demam muntah
tidak dapat mencukupi kebutuhan ditandai dengan asupan cairan 60%
dari kebutuhan (NI-3.1), Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung
kondisi pasien
4. Intervensi Gizi (Terapi
Gizi) Tujuan :
a. Perencanaan 1. Mempertahankan status gizi optimal
2. Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna untuk
memenuhi kebutuhan yang meningkat, asupan makan ≥ 80%
3. Makanan diberikan bertahap

Preskripsi Diet :
1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan ideal sesuai
Tinggi badan aktual
2. Protein 10-15% dari energi total
3. Lemak 25-30% dari energi total
4. Karbohidrat 55-65% dari energi total

3
5. Cukup vitamin dan mineral
6. Cukup cairan dari makanan maupun minuman
7. Makanan bervariasi
8. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan pagi, siang,
malam dan 2-3 kali makanan selingan pagi, siang, malam.
9. Mudah dicerna porsi kecil sering
10. Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi
11. Jenis Diet makan cair (enteral), saring/lunak atau dapat dikombinasi
sesuai dengan daya terima. bubur susu, bubur saring, biskuit susu,
b. Implementasi makanan lunak maupun makan biasa.
c. Edukasi 12. Jalur makanan diutamakan melalui oral. Bila diberikan secara enteral atau
d. Konseling Gizi parenteral, pasien akan ditatalaksana oleh DPJP Utama dan/atau oleh Dokter
e. Koordinasi dengan Spesialis Gizi Klinik.
tenaga kesehatan Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
lain Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien dan
penunggu pasien (care giver)
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan dokter,
perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil positif
maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan dan cairan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada hari ke 4
6. Re Asesmen (Kontrol atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan intervensi sesuai hasil
Kembali) monitoring evaluasi. Jika pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di
rawat jalan untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit

1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


7. Indikator (Target yang 2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat Badan/ Umur
akan dicapai/Outcome) (BB/U),Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat Badan menurut
Panjang/Tinggi Badan (BB/TB)

1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi Dietisien Indonesia


(AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT)
8. Kepustakaan
Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth Edition.
Academy of Nutrition and Dietetics 2013

4
5
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

DEMAM THYPOID

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien thypoid yang sistematis,


1. Pengertian yakni Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan untuk
menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas.
Melanjutkan hasil Skrining malnutrisi dengan MST Modifikasi. Bila
2. Asesmen/Pengkajian skor <2, pasien ditatalaksana dengan Proses Asuhan Gizi Terstandar.
Antropometri Ahli Gizi melihat data berat badan, tinggi badan, serta Lingkar Lengan
Atas dan IMT.
Melihat data HB, Hematokrit, Leukosit, Albumin, data laboratorium
Asesmen/Pengkajian Biokimia
lain terkait gizi (bila ada)
Anoreksia, demam, mual, diare, perasaan tidak enak di perut, lidah
Asesmen/Pengkajian Klinis/Fisik
kotor
Asesmen/Pengkajian Riwayat Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan termasuk jajan diluar,
Makan bentuk makanan, asupan sebelum masuk RS, dll.
Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini dan
Asesmen/Pengkajian Riwayat
penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan, status
Personal
kesehatan mental serta status kognitif
Asupan makan kurang berkaitan dengan gangguan pola makan tidak
napsu makan ditandai dengan tidak dapat makan makanan RS hanya
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
dapat menghabiskan ½ porsi makanan (NI - 2.1) Diagnosis Gizi lain
dapat pula timbul tergantung kondisi pasien.
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Memberikan makanan dan minuman secukupnya agar tidak
memberatkan saluran cerna
b. Implementasi
Syarat Diet Lambung :
1. Mudah dicerna porsi kecil sering
2. Energi dan Protein cukup disesuaikan dengan kemampuan pasien
3. Lemak rendah bertahap dinaikan, Rendah Serat
4. Cukup cairan
5. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan cair atau sesuai daya
terima. bubur susu, bubur saring, biskuit susu, makanan lunak
(oral/enteral/parenteral/kombinasi) sesuai kondisi klinis dan
kemampuan mengkonsumsi
6. Tidak mengandung bumbu2 yang merangsang (cabe, merica,
c. Edukasi cuka,dll)
d. Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien
dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet lambung
e. Koordinasi dengan tenaga

6
Koordinasi pelayanan gizi dengan dokter, perawat, apoteker dan
kesehatan lain
tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
5. Monitoring dan Evaluasi b. Hasil biokimia terkait gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, demam, tidak napsu makan, mual
d. Asupan Makanan

Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan intervensi


6. Re Asesmen (Kontrol kembali)
(terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang dari rumah
sakit
Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
7. Indikator/Outcome

1. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology


(IDNT) Reference Manual 2013
8. Kepustakaan 2. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth
Edition. Academy of Nutrition and Dietetics 2013

7
PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)
APENDISITIS AKUT
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien apendisitis yang
1. Pengertian sistematis yakni Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan
untuk menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas
Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan atau
2. Asesmen/Pengkajian:
kondisi khusus.

Data berat badan, lingkar lengan atas, tinggi badan, Indeks Masa
Antropometri
Tubuh
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti HB, Hematokrit,
Biokimia
Leukosit, dll (bila ada)
Klinis/Fisik Mengkaji data nyeri perut, mual, anoreksia
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan
kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini,
Riwayat Personal riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan
suplemen makanan, status kesehatan mental, serta status kognitif
Prediksi sub optimal asupan energi berkaitan rencana tindakan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
bedah/operasi ditandai dengan asupan energi lebih rendah dari
kebutuhan (NI-1.4)
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
Memberikan kebutuhan dasar
Mengganti kehilangan zat gizi
Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
Preskripsi Diet :
- Kebutuhan Energi 30–35 kkal/kgBB. Pada pasien dengan status gizi
baik sesuai dengan kebutuhan energi normal ditambah faktor stres
sebesar 30% dari Metabolisme Basal.
- Protein 1,2–1,5 g/kgBB, disesuaikan dengan fungsi ginjal
- Selama pemulihan kondisi diberikan tinggi energi protein
Lemak 20–25% dari energi total
b. Implementasi Pemberian Karbohidrat cukup
Makanan Cukup vitamin dan mineral
Diberikan bertahap disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk
menerimanya
Jenis Diet diberikan bertahap sesuai kemampuan dan kondisi pasien
c. Edukasi dimulai dari Diet Makanan Cair Jernih 30 ml/jam bisa kombinasi
dengan Makanan Parenteral, Diet Makanan Cair Kental, Lunak.
Pemenuhan nutrisi enteral dan/atau parenteral akan ditatalaksana
oleh DPJP Utama dan/atau Dokter Spesialis Gizi Klinik

8
Mudah dicerna porsi kecil sering
Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi
Cukup cairan
Pelaksanaan pemberian makan sesuai dengan preskripsi diet dengan
bentuk cair/saring/lunak/biasa
d. Konseling Gizi
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga dan
e. Koordinasi dengan tenaga penunggu pasien (care giver)
kesehatan lain Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan
dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan
pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil
positif maupun negativf dari :
5. Monitoring dan Evaluasi 1. Status Gizi berdasarkan antropometri
2. Hasil biokimia terkait gizi
3. Fisik Klinis terkait gizi, demam, tidak nafsu makan, mual
4. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien setelah kunjungan awal jika
6. Re Asesmen (Kontrol kembali)
diperlukan. Jika ada masalah gizi dianjurkan kontrol kembali/re
asesmen di rawat jalan.
1. Asupan makan ≥ 80% dari kebutuhan
7. Indikator (Target yang akan 2. Status Gizi Optimal
dicapai/Outcome) 3. Tidak ada mual, anoreksia
4. Peningkatan Pengetahuan Gizi seimbang
1. Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien Indonesia
(AsDI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology
8. Kepustakaan (IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth
Edition. Academy of Nutrition and Dietetics 2013

9
PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)
SECTIO CAESAREA
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien section caesarea yang
1. Pengertian sistematis yakni Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan
untuk menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas
2. Asesmen/Pengkajian:
Menindaklanjuti hasil skrining MST Modifikasi. Bila skor <2, pasien
ditatalaksana Proses Asuhan Gizi Terstandar. Ahli Gizi mengkaji data
berat badan, tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, dan IMT.
Antropometri
Mengkaji data laboratorium seperti Hemoglobin, Hematokrit,
Biokimia
Trombosit, Albumin, data laboratorium lain terkait gizi (bila ada).
Mengkaji adanya anoreksia, mual, muntah, sakit perut, suhu tubuh,
Klinis/Fisik
perdarahan pada bekas luka operasi.
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan
kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini,
Riwayat Personal riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan
suplemen makanan, status kesehatan mental, serta status kognitif
Prediksi sub optimal asupan energi berkaitan rencana tindakan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
bedah/operasi ditandai dengan asupan energi lebih rendah dari
kebutuhan (NI-1.4)
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Mempertahankan status gizi optimal
2. Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna untuk
memenuhi kebutuhan yang meningkat, asupan makan ≥ 80%
3. Makanan diberikan bertahap

b. Implementasi Pemberian Preskripsi Diet:


Makanan 1. Kebutuhan energi 40–45 kkal/kgBB ideal ditambah dengan 330
kkal.
2. Protein sebesar 20% dari energi total
3. Lemak sebesar 25% dari energi total
4. Karbohidrat 55% dari energi total
5. Cukup vitamin dan mineral
6. Cukup cairan dari makanan maupun minuman
7. Makanan bervariasi
8. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan pagi,
siang, malam dan 2–3 kali makanan selingan pagi, siang dan
malam.
9. Pemberian diet dilakukan bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi

10
10. Jenis diet makan cair per oral, saring/lunak atau dapat
dikombinasi sesuai dengan daya terima. Bubur susu, bubur
saring, biskuit susu, makanan lunak maupun makan biasa.
11. Jalur makanan diutamakan per oral. Bila membutuhkan nutrisi
enteral dan/atau parenteral, akan ditatalaksana lanjut oleh DPJP
Utama dan/Dokter Spesialis Gizi Klinik.

c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga dan
d. Konseling Gizi penunggu pasien (care giver)
e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan
kesehatan lain dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan
pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil
positif maupun negatif dari :
5. Monitoring dan Evaluasi 1. Status Gizi berdasarkan antropometri
2. Hasil biokimia terkait gizi
3. Fisik Klinis terkait gizi, demam, tidak nafsu makan, mual
4. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien setelah kunjungan awal jika
6. Re Asesmen (Kontrol kembali)
diperlukan. Jika ada masalah gizi dianjurkan kontrol kembali/re
asesmen di rawat jalan.
7. Indikator (Target yang akan
Asupan makan ≥ 80% dari kebutuhan
dicapai/Outcome)
1. Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien Indonesia
(AsDI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology
8. Kepustakaan (IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth
Edition. Academy of Nutrition and Dietetics 2013

11
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

DEMAM THYPOID PADA ANAK

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien thypoid yang sistematis,


9. Pengertian yakni Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan untuk
menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas.
Melanjutkan hasil Skrining malnutrisi, masuk ke dalam Proses Asuhan
10. Asesmen/PengkajianAntropometri Gizi Terstandar. Ahli Gizi melihat data berat badan, tinggi badan, dan
status gizi (BB/TB)
Melihat data HB, Hematokrit, Leukosit, Albumin, data laboratorium
Asesmen/Pengkajian Biokimia
lain terkait gizi (bila ada)
Asesmen/PengkajianKlinis/Fisik Demam, mual, tidak nafsu makan, muntah
Asesmen/PengkajianRiwayat Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan termasuk jajan diluar,
Makan asupan sebelum masuk RS, dll.
Asesmen/PengkajianRiwayat Riwayat penyakit saat ini dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan
Personal suplemen makanan
Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan makan,
tidak napsu makan, mual, sakit perut ditandai dengan asupan
11. Diagnosis Gizi(Masalah Gizi) makanan kurangdari kebutuhan (NI-2.1)

Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien


12. Intervensi Gizi(Terapi Gizi) Tujuan :
f. Perencanaan 4. Memenuhi kebutuhan zat gizi
5. Mempertahankan status gizi optimal
6. Memberikan makanan dan minuman secukupnya agar tidak
memberatkan saluran cerna

g. Implementasi Syarat Diet Lambung :


7. Mudah dicerna porsi kecil sering
8. Energi dan Protein cukup disesuaikan dengan kemampuan pasien
9. Lemak rendah bertahap dinaikan, Rendah Serat
10. Cukup cairan
11. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan cair atau sesuai daya
terima. bubur susu, bubur saring, biskuit susu, makanan lunak
(oral/enteral/parenteral/kombinasi) sesuai kondisi klinis dan
kemampuan mengkonsumsi
12. Tidak mengandung bumbu2 yang merangsang (cabe, merica,
cuka,dll)
h. Edukasi
i. Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien
dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet lambung

j. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan dokter, perawat, apoteker dan

12
kesehatan lain tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien
e. Hasil biokimia terkait gizi HB, Hematokrit, Leukosit, Albumin, data
laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
13. Monitoring dan Evaluasi
f. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, demam, tidak napsu makan, mual,
muntah
g. Asupan Makanan
Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan intervensi
14. Re Asesmen (Kontrol kembali)
(terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang dari rumah
sakit

15. Indikator/Outcome 1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan

3. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology


(IDNT) Reference Manual 2013
4. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth
16. Kepustakaan
Edition. Academy of Nutrition and Dietetics 2013

13
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

KEJANG DEMAM PADA ANAK

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien kejang demam yang


1. Pengertian sistematis, yakni Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan
untuk menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas.
2. Asesmen/Pengkajian Melanjutkan hasil Skrining malnutrisi, masuk ke dalam Proses Asuhan
Gizi Terstandar. Ahli Gizi melihat data berat badan, tinggi badan, dan
Antropometri status gizi (BB/TB)
Melihat data HB, Hematokrit, Leukosit, Albumin, data laboratorium
Pengkajian Biokimia
lain terkait gizi (bila ada)
Pengkajian Klinis/Fisik Demam, mual, tidak nafsu makan, muntah
Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan termasuk jajan diluar,
Pengkajian Riwayat Makan
asupan sebelum masuk RS, dll.
Riwayat penyakit saat ini dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan
Pengkajian Riwayat Personal
suplemen makanan
Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan makan,
tidak napsu makan, mual, sakit perut ditandai dengan asupan
3. Diagnosis Gizi(Masalah Gizi) makanan kurangdari kebutuhan (NI-2.1)

Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien

4. Intervensi Gizi(Terapi Gizi)


Tujuan :
a. Perencanaan
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Memberikan makanan dan minuman secukupnya agar tidak
memberatkan saluran cerna

b. Implementasi
Syarat Diet Tinggi Energi dan Tinggi Protein :
1. Mudah dicerna porsi kecil sering
2. Cukup vitamin dan mineral serta cairan
3. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan cair atau sesuai
daya terima. bubur susu, bubur saring, biskuit susu, makanan
lunak (oral/enteral/parenteral/kombinasi) sesuai kondisi klinis
dan kemampuan mengkonsumsi

c. Edukasi
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien
d. Konseling Gizi
dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet Tinggi Energi dan
Tinggi Protein

e. Koordinasi dengan tenaga


Koordinasi pelayanan gizi dengan dokter, perawat, apoteker dan
kesehatan lain
tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien
5. Monitoring dan Evaluasi a. Hasil biokimia terkait gizi HB, Hematokrit, Leukosit, Albumin,

14
data laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
b. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, demam, tidak napsu makan,
mual, muntah
c. Asupan Makanan
Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan intervensi
6. Re Asesmen (Kontrol kembali)
(terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang dari rumah
sakit

7. Indikator/Outcome Asupan makan ≥80% dari kebutuhan

1. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition


Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
8. Kepustakaan 2. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care Process.
Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics 2013

15
PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)
HERNIOTOMI
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien herniotomi yang sistematis yakni
1. Pengertian Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan untuk menangani masalah
gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas
2. Asesmen/Pengkajian: Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan atau kondisi
khusus.

a. Antropometri Data berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT)
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti HB, Hematokrit, Leukosit, dll
Biokimia
(bila ada)
Klinis/Fisik Mengkaji data nyeri luka post operasi
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk makanan,
Riwayat Makan
rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit
Riwayat Personal
keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan
3. Diagnosis Gizi (Masalah
Prediksi suboptimal asupan energi berkaitan rencana tindakan bedah/operasi
Gizi)
ditandai dengan asupan energi lebih rendah dari kebutuhan (NI-1.4)

4. Intervensi Gizi (Terapi Tujuan :


Gizi) Memberikan kebutuhan dasar
a. Perencanaan Mengganti kehilangan zat gizi

Preskripsi Diet :
- Kebutuhan Energi 30–35 kkal/kgBB. Pada pasien dengan status gizi baik
sesuai dengan kebutuhan energi normal ditambah faktor stres sebesar 30%
dari Metabolisme Basal.
- Protein 1,2–1,5 g/kgBB, disesuaikan dengan fungsi ginjal
- Selama pemulihan kondisi diberikan tinggi energi protein
- Lemak 20–25% dari energi total
- Karbohidrat cukup
- Cukup vitamin, serat dan mineral
- Diberikan bertahap disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk
menerimanya
- Jenis Diet diberikan bertahap sesuai kemampuan dan kondisi pasien dimulai
dari Diet Makanan Cair Jernih 30 ml/jam bisa kombinasi dengan Makanan
Parenteral, Diet Makanan Cair Kental, Lunak.
- Pemenuhan nutrisi enteral dan/atau parenteral akan ditatalaksana oleh
DPJP Utama dan/atau Dokter Spesialis Gizi Klinik

b. Implementasi Mudah dicerna porsi kecil sering


Pemberian Makanan Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan kemampuan

16
mengkonsumsi
Cukup cairan
Pelaksanaan pemberian makan sesuai dengan preskripsi diet dengan bentuk
c. Edukasi cair/saring/lunak/biasa
d. Konseling Gizi
e. Koordinasi dengan Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga dan penunggu
tenaga kesehatan pasien (care giver) diet Tinggi Energi Tinggi Protein
lain Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan dokter,
perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil positif
maupun negativf dari :
5. Monitoring dan Evaluasi
1. Hasil biokimia terkait gizi HB, Hematokrit, Leukosit, dll (bila ada)
2. Fisik Klinis terkait gizi nyeri luka post operasi
3. Asupan Makanan
6. Re Asesmen (Kontrol
Melihat kembali kondisi pasien setelah kunjungan awal jika diperlukan. Jika ada
kembali)
masalah gizi dianjurkan kontrol kembali/re asesmen di rawat jalan.

7. Indikator (Target yang akan


Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
dicapai/Outcome)
1. Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI).
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT)
8. Kepustakaan Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth Edition.
Academy of Nutrition and Dietetics 2013

17
PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)
STROKE ISKEMIK
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien stroke iskemi yang sistematis
1. Pengertian yakni Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan untuk menangani
masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas
2. Asesmen/Pengkajian: Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan atau kondisi
khusus.

a. Antropometri Data berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT)
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti HB, hematokrit, albumin,
Biokimia
leukosit, kolesterol, LDL, HDL, dan trigliserida, dll (bila ada)
Klinis/Fisik Mengkaji data tekanan darah, mual, muntah, suhu tubuh, nafsu makan
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk makanan,
Riwayat Makan
rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit
Riwayat Personal
keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi disebabkan gangguan fungsi organ
3. Diagnosis Gizi (Masalah
ditandai ketidaknormalan kadar lipid serum (NC.2.2)
Gizi)

Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien


4. Intervensi Gizi (Terapi Tujuan :
Gizi) Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
a. Perencanaan dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit
Mengganti kehilangan zat gizi

Preskripsi Diet Stroke :


- Makanan diberikan porsi kecil dan sering
- Kebutuhan Energi cukup 25-45 kkal/kgBB. Pada pasien akut energi 20
kkal/kgBB
- Protein cukup 0,8-1 g/kgBB, disesuaikan dengan fungsi ginjal
- Lemak cukup 20–25% dari energi total. Utamakan sumber lemak tidak
jenuh ganda, batasi sumber lemak jenuh yaitu <10% dari kebutuhan energi
total. Kolesterol dibatasi < 300 mg.
- Karbohidrat cukup, yaitu 60-70% dari kebutuhan energi total
- Cukup vitamin,serat, dan mineral
- Penggunaan natrium dibatasi
- Diberikan bertahap disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk
menerimanya
- Jenis Diet diberikan bertahap sesuai kemampuan dan kondisi pasien dimulai
dari Diet Makanan Cair Kental, Lunak.

- Pemenuhan nutrisi enteral dan/atau parenteral akan ditatalaksana oleh

18
DPJP Utama dan/atau Dokter Spesialis Gizi Klinik

Mudah dicerna porsi kecil sering


Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan kemampuan
b. Implementasi Pemberian
mengkonsumsi
Makanan
Cukup cairan, serat dan mineral
Pelaksanaan pemberian makan sesuai dengan preskripsi diet dengan bentuk
cair/saring/lunak/biasa

Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga dan penunggu
c. Edukasi
pasien (care giver) diet stroke
d. Konseling Gizi
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dengan dokter,
e. Koordinasi dengan tenaga
perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain terkait asuhan pasien
kesehatan lain
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil positif
maupun negativf dari :
1. Hasil biokimia terkait gizi HB, hematokrit, albumin, leukosit, kolesterol,
5. Monitoring dan Evaluasi
LDL, HDL, dan trigliserida, dll (bila ada)
2. Fisik Klinis terkait gizitekanan darah, mual, muntah, suhu tubuh, nafsu
makan
3. Asupan Makanan
6. Re Asesmen (Kontrol
Melihat kembali kondisi pasien setelah kunjungan awal jika diperlukan. Jika
kembali)
ada masalah gizi dianjurkan kontrol kembali/re asesmen di rawat jalan.

7. Indikator (Target yang


Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
akan dicapai/Outcome)
1. Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI).
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT)
8. Kepustakaan Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth Edition.
Academy of Nutrition and Dietetics 2013

19
PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)
COVID DEWASA
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien covid yang sistematis yakni Ahli Gizi
1. Pengertian berfikir kritis dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas
2. Asesmen/Pengkajian: Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan atau kondisi khusus.

a. Antropometri Data berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT)
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti HB, hematokrit, albumin, leukosit,
b. Biokimia
kolesterol, LDL, HDL, dan trigliserida, dll (bila ada)
c. Klinis/Fisik Mengkaji data tekanan darah, mual, muntah, suhu tubuh, nafsu makan
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk makanan, rata-rata
d. Riwayat Makan
asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga,
e. Riwayat Personal
riwayat penggunaan suplemen makanan
Kekurangan intake makanan oral berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan energi
3. Diagnosis Gizi
ditandai dengan intake makanan <80% (NI.2.1)
(Masalah Gizi)

Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien


4. Intervensi Gizi (Terapi
Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
- Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
yang meningkat dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit
- Mengoptimalkan daya tahan tubuh dan status gizi
Prinsip/Jenis Diet : Tinggi Energi, Tinggi Protein. Jika ada komorbid, disesuaikan
dengan penyakit komorbid.

b. Implementasi Preskripsi Diet Covid:


Pemberian - Energi diberikan 30-35 kkal/kgBBI . Peningkatan suhu tubuh setiap 1 C diatas 37 C,
Makanan energi ditambah 13%.
- Pada pasien akut/ kritis energi 25-30 kkal/kgBBI (pada pasien obesitas/ BMI>30 :
11-14 kkal/kgBB Aktual). Pemberian kalori bertahap 10-15 kkal/kgBB/hari (mulai
dari <70% total asupan terpenuhi)
- Protein cukup 1,2-2 g/kgBB (15-25% total energi) dengan memperhatikan fungsi
ginjal
- Lemak cukup 25–30% dari energi total. Utamakan sumber lemak tidak jenuh
ganda, batasi sumber lemak jenuh yaitu <10% dari kebutuhan energi total.
Kolesterol dibatasi < 300 mg.
- Karbohidrat cukup, yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total
- Cukup vitamin,serat, dan mineral terutama vitamin C minimal 100-200 mg/hari
- Bentuk makanan diberikan bertahap sesuai kemampuan dan kondisi pasien

20
dimulai dari Diet Makanan Cair, Saring, Lunak dan Makanan Biasa.
- Pemberian makanan diberikan via oral, enteral atau parenteral
- Pemenuhan nutrisi enteral dan/atau parenteral akan ditatalaksana oleh DPJP
Utama dan/atau Dokter Spesialis Gizi Klinik

c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien/ keluarga/ penunggu pasien
d. Konseling Gizi (care giver) terkait tujuan dan prinsip diet Covid atau diet tinggi kalori dan protein

e. Koordinasi dengan Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dokter, perawat,
tenaga kesehatan farmasi dan tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien
lain terkait pemeriksaan biokimia, fisik/klinis, pemberisan obat dan diet enteral (jika ada)
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil positif maupun
negatif dari :
5. Monitoring dan
- Hasil biokimia terkait gizi HB, hematokrit, albumin, leukosit, kolesterol, LDL, HDL,
Evaluasi
dan trigliserida, gula darah dll (bila ada)
- Fisik Klinis terkait gizi tekanan darah, mual, muntah, suhu tubuh, nafsu makan
- Asupan Makanan
6. ReAsesmen (Kontrol
Melihat kembali kondisi pasien setelah kunjungan awal jika diperlukan. Jika ada
kembali)
masalah gizi dianjurkan kontrol kembali/re asesmen di rawat jalan

7. Indikator (Target - Hasil pemeriksaan biokomia terkait gizi mendekati/mencapai normal (jika ada)
yang akan - Fisik/klinis mendekati/mencapai normal
dicapai/Outcome) - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
1. PDGKI. 2020. Panduan Praktis Penatalaksanaan Nutrisi Covid-19. Jakarta :
Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT)
Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
8. Kepustakaan Language for the Nutrition Care Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition
and Dietetics 2013
4. Nutrition-Management-in-Critically-Ill-Project-Team, Chineese Nutrition Society,
2020
5. Kemenkes. 2020. Panduan Pelayanan Gizi dan Dietetik di Rumah Sakit Darurat.
Jakarta: ASDI

21
PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)
COVID ANAK
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien covid yang sistematis yakni Ahli
1. Pengertian Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi
sehingga aman, efektif dan berkualitas
Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan atau kondisi
2. Asesmen/Pengkajian: khusus.

a. Antropometri Data berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT), panjang badan
(unuk usia 0-2 tahun)
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti HB, hematokrit, albumin,
b. Biokimia
leukosit, kolesterol, LDL, HDL, dan trigliserida, dll (bila ada)
c. Klinis/Fisik Mengkaji data tekanan darah, mual, muntah, suhu tubuh, nafsu makan
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk makanan,
d. Riwayat Makan
rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit
e. Riwayat Personal
keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan
Kekurangan intake makanan oral berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) energi ditandai dengan intake makanan <80% (NI.2.1)

Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien


4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
- Memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi
pasien yang meningkat dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi
penyakit
- Mengoptimalkan daya tahan tubuh dan status gizi
Prinsip/Jenis Diet : Tinggi Energi, Tinggi Protein (Jika ada penyakit penyerta,
b. Implementasi Pemberian disesuaikan dengan penyakit komorbid)
Makanan
Preskripsi Diet Covid:
- Energi dan protein sesuai kebutuhan berat badan ideal dan sesuai tinggi
badan aktual
- Protein 10–15% total energi, Lemak 25–30%, KH 55–60%
- Cukup Vitamin dan mineral serta cairan
- Bentuk makanan sesuai toleransi per oral makanan lembek, lumat, bubur
susu, buah, biskuit susu.
- Pemberian makanan diberikan via oral, enteral atau parenteral sesuai
dengan kondisi pasien
- Pemenuhan nutrisi enteral dan/atau parenteral akan ditatalaksana oleh DPJP
Utama dan/atau Dokter Spesialis Gizi Klinik

22
c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien/ keluarga/ penunggu
d. Konseling Gizi pasien (care giver) terkait tujuan dan prinsip diet Covid pada anak

e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dokter, perawat,
kesehatan lain farmasi dan tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan derajat kesehatan
pasien terkait pemeriksaan biokimia, fisik/klinis, pemberisan obat dan diet
enteral (jika ada)
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor hasil positif
maupun negatif dari :
- Hasil antropometri yaitu Berat Badan dan LILA (bila ada)
5. Monitoring dan Evaluasi - Hasil biokimia terkait gizi HB, hematokrit, albumin, leukosit, kolesterol,
LDL, HDL, dan trigliserida, gula darah dll (bila ada)
- Fisik Klinis terkait gizi tekanan darah, mual, muntah, suhu tubuh, nafsu
makan
- Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien setelah kunjungan awal jika diperlukan atau 3
6. ReAsesmen (Kontrol kembali)
hari setelah kunjungan awal (jika hasil skrining <2). Jika ada masalah gizi
dianjurkan kontrol kembali/re asesmen di rawat jalan.
- Hasil pemantauan berat badan (jika diperlukan dan kondisi pasien gizi
kurang) minimal meningkat 5 gr/kgBB/hr dalam 3 hari. Dan Status gizi
berdasarkan antropometri Berat Badan/Umur (BB/U), Tinggi Badan
menurut umur (TB/U), Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan
7. Indikator (Target yang akan
(BB/TB) meningkat
dicapai/Outcome)
- Hasil pemeriksaan biokomia terkait gizi mendekati/mencapai normal (jika
ada)
- Fisik/klinis mendekati/mencapai normal
- Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
1. PDGKI. 2020. Panduan Praktis Penatalaksanaan Nutrisi Covid-19. Jakarta :
Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT)
Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
8. Kepustakaan Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth Edition.
Academy of Nutrition and Dietetics 2013
4. Kemenkes. 2020. Panduan Pelayanan Gizi dan Dietetik di Rumah Sakit
Darurat. Jakarta: ASDI
5. WHO, 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS. 1st ed.
Jakarta: World Health Organization.

23
PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)
GEA PADA DEWASA
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien Gastroenteritis Akut yang
1. Pengertian sistematis yakni Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan untuk
menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas.
2. Asesmen/Pengkajian: Melanjutkan hasil skrining malnutrisi, masuk ke dalam kategori Proses Asuhan
Gizi Terstandar. Melihat data berat badan, tinggi badan dan Lingkar Lengan
a. Antropometri Atas
Melihat data HB, Hematokrit, Leukosit, elektrolit, hasil analisis feses, Albumin,
b. Biokimia
data laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
c. Klinis/Fisik Anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare, konstipasi, demam
Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk makanan, rata-rata
d. Riwayat Makan
asupan makan sebelum masuk RS
Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini dan penyakit
e. Riwayat Personal
keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental
Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan makan (tidak nafsu
makan, mual, sakit perut) ditandai dengan asupan makanan <80% dari
kebutuhan (NI-2.1)

Kekurangan asupan cairan berkaitan dengan peningkatan cairan ditandai


3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
dengan adanya diare dan muntah (NI-3.1)

Kekurangan asupan kalium berkaitan dengan muntah, diare tidak dapat


mencukupi kebutuhan kalium ditandai dengan kalium ≤ 3 (NI-5.10.1)

Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien


4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan Diet:
- Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memperberat saluran cerna.
- Mencegah dan mengurangi risiko dehidrasi
Prinsip/Jenis Diet : Diet bertahap. Rendah Serat
b. Implementasi Pemberian
Makanan Preskripsi Diet :
- Energi dan protein sesuai kebutuhan berat badan, tinggi badan, usia dan
faktor stress
- Protein 10–15% total energi, Lemak 25–30%, KH 55–60%
- Cukup Vitamin dan mineral serta cairan
- Menghindari produk susu (sesuai dengan toleransi perorangan)
- Bila hipokalemia diberikan makanan tinggi kalium.
- Mudah dicerna dan tidak merangsang saluran cerna (tidak berbumbu
tajam)
- Diberikan dalam porsi kecil tapi sering 6 x makan sehari

24
- Bentuk makanan diberikan bertahap sesuai kemampuan dan kondisi
pasien untuk menerimanya dimulai dari Diet Makanan Cair, Saring, Lunak
dan Makanan Biasa.
- Jalur pemberian diutamakan secara oral. Bila dibutuhkan pemberian
secara enteral dan/atau parenteral, akan ditatalaksana lanjut oleh DPJP
Utama dan/atau Dokter Spesialis Gizi Klinik.

Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien dan
c. Edukasi penunggu pasien (Care Giver) mengenai asupan cairan dan elektrolit, bentuk
d. Konseling Gizi makanan , jumlah, dan jenis makanan yang dianjurkan serta yang tidak
dianjurkan

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dokter, perawat,
e. Koordinasi dengan tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lain terkait pemeriksaan biokimia, fisik/klinis,
kesehatan lain pemberisan obat dan diet enteral (jika ada) untuk meningkatkan derajat
kesehatan pasien
1. Status Gizi berdasarkan antropometri
2. Hasil biokimia terkait gizi Kalium, Natrium, leukosit, HB, Albumin, feses
5. Monitoring dan Evaluasi (jika ada)
3. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, demam, muntah, didare, mual, tidak napsu
makan
4. Asupan Makanan dan cairan
6. Re Asesmen (Kontrol Melihat kembali kondisi pasien setelah kunjungan awal jika diperlukan atau 3
kembali) hari setelah kunjungan awal (jika hasil skrining <2). Jika ada masalah gizi
dianjurkan kontrol kembali/re asesmen di rawat jalan.
1. Status Gizi menedekati/ mencapai Normal berdasarkan antropometri
7. Indikator (Target yang akan 2. Tidak ada mual, muntah dan diare serta nafsu makan meningkat
dicapai/Outcome) 3. Balance cairan dan elektrolit sesuai/normal
4. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
1. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT)
Reference Manual
8. Kepustakaan
2. Jassas BA et al. 2018. Gastroenteritis in adults. International Journal of
Community Medicine and Public Health Nov;5(11).

25
PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)
CKD ON HD
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien ginjal kronis dengan hemodialisa
1. Pengertian yang sistematis yakni Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan untuk
menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas
Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan atau kondisi
2. Asesmen/Pengkajian:
khusus.

a. Antropometri
Data berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT)
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti ureum, kreatinin, HB,
b. Biokimia hematokrit, kalium, natrium, fosfor, kalsium, albumin, kolesterol, LDL, HDL, dan
trigliserida, dll (bila ada)
Mengkaji data ada tidaknya asites/edema, mual, muntah, tekanan darah, nafsu
c. Klinis/Fisik
makan dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan dan minuman, bentuk
d. Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makanan dan minuman sebelum masuk RS
(kualitatif dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit
e. Riwayat Personal
keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan
Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan makan (tidak nafsu
makan, mual, muntah) ditandai dengan asupan makanan <80% dari kebutuhan
(NI-2.1)

Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan hemodialisa ditandai dengan


3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
asupan protein tidak adekuat dan kadar albumin <3 mg/dl (NI-5.1)

Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi berkaitan dengan menurunnya


fungsi ginjal ditandai ketidaknormalan kadar ureum kreatinin (NC.2.2)

Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien


4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan Diet:
- Memenuhi kebutuhan energi dan protein sesuai dengan kondisi pasien
- Mencegah kekurangan gizi dan mempertahankan/memperbaiki status gizi
pasien
- Menjaga keseimbangan cairan
- Menurunkan kadar ureum dan kreatinin dalam darah menuju normal
Prinsip/Jenis Diet : Tinggi Protein

b. Implementasi Pemberian Preskripsi Diet :


Makanan - Energi cukup yaitu 35 kkal/kgBBI/hari untuk usia <60 tahun dan 30
kkal/kgBBI/hari untuk usia >60 tahun. Bila diperlukan penurunan berat

26
badan, harus dilakukan secara berangsur (250-500 g/minggu)
- Protein tinggi yaitu 1-1,2 g/kgBBI/hari. 50% berasal dari protein hewani
(protein dengan nilai biologi tinggi) dan 50% protein nabati
- Karbohidrat cukup, yaitu 55-75% dari kebutuhan energi
- Lemak cukup yaitu 15-30% dari kebutuhan energi total
- Natrium dibatasi yaitu <2000 mg/hari atau <5 gr garam dapur sehari
- Kalium dibatasi 40 mg/kgBB/hari
- Fosfor 800-1000 mg/hari
- Mudah dicerna dan tidak merangsang saluran cerna (tidak berbumbu
tajam)
- Cairan dibatasi yaitu jumlah urin 24 jam ditambah 500-750 ml
- Diberikan dalam porsi kecil tapi sering 6 x makan sehari
- Bentuk makanan diberikan bertahap sesuai kemampuan dan kondisi
pasien untuk menerimanya dimulai dari Diet Makanan Cair, Saring, Lunak
dan Makanan Biasa.
- Jalur pemberian diutamakan secara oral. Bila dibutuhkan pemberian
secara enteral dan/atau parenteral, akan ditatalaksana lanjut oleh DPJP
Utama dan/atau Dokter Spesialis Gizi Klinik.

c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien dan
d. Konseling Gizi penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet yang diberikan, asupan cairan,
bentuk makanan, jumlah, dan jenis makanan yang dianjurkan serta yang tidak
dianjurkan

e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dokter, perawat,
kesehatan lain farmasi dan tenaga kesehatan lain terkait pemeriksaan biokimia, fisik/klinis,
pemberisan obat dan diet enteral (jika ada) untuk meningkatkan derajat
kesehatan pasien
- Status Gizi berdasarkan antropometri
- Hasil biokimia terkait gizi yaitu ureum, kreatinin, HB, hematokrit, kalium,
5. Monitoring dan Evaluasi natrium, fosfor, kalsium, albumin dll (jika ada)
- Fisik Klinis terkait dengan Gizi yaitu asites/edema, mual, muntah, tekanan
darah, nafsu makan
- Asupan Makanan terutama protein dan cairan
6. Re Asesmen (Kontrol Melihat kembali kondisi pasien setelah kunjungan awal jika diperlukan atau 3
kembali) hari setelah kunjungan awal (jika hasil skrining <2). Jika ada masalah gizi
dianjurkan kontrol kembali/re asesmen di rawat jalan.
- Hasil pemeriksaan antropomertri yaitu status Gizi menedekati/ mencapai
Normal
- Hasil pemeriksaan biokimia terkait gizi mendekati/mencapai normal
7. Indikator (Target yang akan
- Hasil pemeriksaan fisik/klinis yaitu Tidak ada mual, muntah dan diare serta
dicapai/Outcome)
nafsu makan meningkat
- Hasil pemeriksaan dietary yaitu balance cairan dan elektrolit
sesuai/normal dan Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
8.

27
- Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI).
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
- Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT)
Reference Manual 2013
9. Kepustakaan - International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth Edition.
Academy of Nutrition and Dietetics 2013
- Hardinsyah & Supariasa. 2016. Ilmu Gizi : Teori dan Aplikasi. Jakarta : ECG
- Cornelia dkk. 2013. Konseling Gizi. Jakarta : Penebar Plus

28
PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)
OSTEROARTHRITIS
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien osteoarthritis yang sistematis
1. Pengertian yakni Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan untuk menangani
masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas
Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan atau kondisi
2. Asesmen/Pengkajian:
khusus.

a. Antropometri
Data berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT)
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti kalsium total dalam serum,
b. Biokimia
fosfor, kalsium urin, kolesterol, LDL, HDL, dan trigliserida, dll (bila ada)
Mengkaji data keluhan yang dirasa seperti nyeri pada sendi, mual, muntah,
c. Klinis/Fisik
tekanan darah, nafsu makan dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan dan minuman
d. Riwayat Makan (terutama kopi dan alkohol), bentuk makanan, rata-rata asupan makanan dan
minuman sebelum masuk RS (kualitatif dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit
e. Riwayat Personal
keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan
Kelebihan asupan oral berkaitan dengan kurangnya pengetahuan terhadap
kecukupan kebutuhan makanan dan minuman oral ditandai dengan asupan
melebihi kebutuhan (NI-2.1)

3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)


Kelebihan berat badan berkaitan dengan asupan energi yang berlebih dari
kebutuhan ditandai dengan aktivitas fisik dan lahraga kurang dan IMT > 25
kg/m2 (NI-3.3)

Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien


4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan Diet:
- Memenuhi kebutuhan asupan sesuai dengan kondisi pasien
- Memperrtahankan atau Memperbaiki status gizi pasien
- Mengurangi risiko terjadinya komplikasi
Prinsip/Jenis Diet : Rendah Lemak Jenuh, Rendah Energi (untuk pasien obese)

b. Implementasi Pemberian Preskripsi Diet :


Makanan - Energi cukup sesuai dengan tinggi badan, berat badan, usia, jenis keamin
dan faktor aktivitas. Jika obesitas, pengurangan berat badan dilakukan
secara bertahap +500 kkal/hari. Bila diperlukan penurunan berat badan,
harus dilakukan secara berangsur (250-500 g/minggu)
- Protein cukup yaitu 15-20%/hari
- Karbohidrat cukup, yaitu 55-65% dari kebutuhan energi
- Lemak cukup yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total

29
- Cairan, Vitamin dan mineral cukup terutama vitamin C, vitamin E, Vitamin
A, kalsium
- Diberikan dalam porsi kecil tapi sering 3x makan utama , 2 x snack sehari
- Bentuk makanan diberikan bertahap sesuai kemampuan dan kondisi
pasien untuk menerimanya dimulai dari Diet Makanan Cair, Saring, Lunak
dan Makanan Biasa.
- Jalur pemberian diutamakan secara oral. Bila dibutuhkan pemberian
secara enteral dan/atau parenteral, akan ditatalaksana lanjut oleh DPJP
Utama dan/atau Dokter Spesialis Gizi Klinik.

c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien dan
d. Konseling Gizi penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet yang diberikan, bentuk makanan,
jumlah, dan jenis makanan yang dianjurkan serta yang tidak dianjurkan

e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dokter, perawat,
kesehatan lain farmasi dan tenaga kesehatan lain terkait pemeriksaan biokimia, fisik/klinis,
pemberisan obat dan diet enteral (jika ada) untuk meningkatkan derajat
kesehatan pasien
- Status Gizi berdasarkan antropometri
- Hasil biokimia terkait gizi seperti kalsium total dalam serum, fosfor, kalsium
5. Monitoring dan Evaluasi urin, kolesterol, LDL, HDL, dan trigliserida, dll
- Fisik Klinis terkait dengan Gizi yaitu nyeri pada sendi, mual, muntah,
tekanan darah, nafsu makan
- Asupan Makanan
6. Re Asesmen (Kontrol Melihat kembali kondisi pasien setelah kunjungan awal jika diperlukan atau 3
kembali) hari setelah kunjungan awal (jika hasil skrining <2). Jika ada masalah gizi
dianjurkan kontrol kembali/re asesmen di rawat jalan.
- Hasil pemeriksaan antropomertri yaitu status Gizi menedekati/ mencapai
Normal
- Hasil pemeriksaan biokimia terkait gizi mendekati/mencapai normal
7. Indikator (Target yang akan
- Hasil pemeriksaan fisik/klinis yaitu nyeri berkurang, tidak ada mual,
dicapai/Outcome)
muntah dan diare
- Hasil pemeriksaan dietary yaitu asupan makanan dan minuman 90-110%
dari kebutuhan
- Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI).
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
- Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT)
Reference Manual 2013
8. Kepustakaan
- International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth Edition.
Academy of Nutrition and Dietetics 2013
- Cornelia dkk. 2013. Konseling Gizi. Jakarta : Penebar Plus

30
PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)
BPH
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien Benign Prostatic Hyperplasia
1. Pengertian yang sistematis yakni Ahli Gizi berfikir kritis dalam membuat keputusan untuk
menangani masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas
Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan atau kondisi
2. Asesmen/Pengkajian:
khusus.

a. Antropometri
Data berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh (IMT)
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti kolesterol, LDL, HDL, dan
b. Biokimia
trigliserida, dll (bila ada)
Mengkaji data keluhan yang dirasa seperti nyeri, mual, muntah, tekanan darah,
c. Klinis/Fisik
nafsu makan dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan dan minuman
d. Riwayat Makan (terutama kopi dan alkohol), bentuk makanan, rata-rata asupan makanan dan
minuman sebelum masuk RS (kualitatif dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit
e. Riwayat Personal
keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan
Kelebihan asupan oral berkaitan dengan kurangnya pengetahuan terhadap
kecukupan kebutuhan makanan dan minuman oral ditandai dengan asupan
melebihi kebutuhan (NI-2.1)

3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)


Kelebihan berat badan berkaitan dengan asupan energi yang berlebih dari
kebutuhan ditandai dengan aktivitas fisik dan lahraga kurang dan IMT > 25
kg/m2 (NI-3.3)

Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien


4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan Diet:
- Memenuhi kebutuhan asupan sesuai dengan kondisi pasien
- Memperrtahankan atau Memperbaiki status gizi pasien
- Mengurangi risiko terjadinya komplikasi
Prinsip/Jenis Diet : Rendah Lemak Jenuh, Rendah Energi (untuk pasien obese)

b. Implementasi Pemberian Preskripsi Diet :


Makanan - Energi cukup sesuai dengan tinggi badan, berat badan, usia, jenis keamin
dan faktor aktivitas. Jika obesitas, pengurangan berat badan dilakukan
secara bertahap +500 kkal/hari. Bila diperlukan penurunan berat badan,
harus dilakukan secara berangsur (250-500 g/minggu)
- Protein cukup yaitu 15-20%/hari
- Karbohidrat cukup, yaitu 55-65% dari kebutuhan energi
- Lemak cukup yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total

31
- Cairan, Vitamin dan mineral cukup terutama zinc, vitamin C, vitamin E,
Vitamin A
- Serat cukup
- Bentuk makanan diberikan bertahap sesuai kemampuan dan kondisi
pasien untuk menerimanya dimulai dari Diet Makanan Cair, Saring, Lunak
dan Makanan Biasa.
- Jalur pemberian diutamakan secara oral. Bila dibutuhkan pemberian
secara enteral dan/atau parenteral, akan ditatalaksana lanjut oleh DPJP
Utama dan/atau Dokter Spesialis Gizi Klinik.

c. Edukasi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien dan
d. Konseling Gizi penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet yang diberikan, bentuk makanan,
jumlah, dan jenis makanan yang dianjurkan serta yang tidak dianjurkan

e. Koordinasi dengan tenaga Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dokter, perawat,
kesehatan lain farmasi dan tenaga kesehatan lain terkait pemeriksaan biokimia, fisik/klinis,
pemberisan obat dan diet enteral (jika ada) untuk meningkatkan derajat
kesehatan pasien
- Status Gizi berdasarkan antropometri
- Hasil biokimia terkait gizi seperti kolesterol, LDL, HDL, dan trigliserida
5. Monitoring dan Evaluasi
- Fisik Klinis terkait dengan Gizi yaitu nyeri, mual, muntah, tekanan darah,
nafsu makan
- Asupan Makanan
6. Re Asesmen (Kontrol Melihat kembali kondisi pasien setelah kunjungan awal jika diperlukan atau 3
kembali) hari setelah kunjungan awal (jika hasil skrining <2). Jika ada masalah gizi
dianjurkan kontrol kembali/re asesmen di rawat jalan.
- Hasil pemeriksaan antropomertri yaitu status Gizi menedekati/ mencapai
Normal
- Hasil pemeriksaan biokimia terkait gizi mendekati/mencapai normal
7. Indikator (Target yang akan
- Hasil pemeriksaan fisik/klinis yaitu nyeri berkurang, tidak ada mual,
dicapai/Outcome)
muntah dan diare
- Hasil pemeriksaan dietary yaitu asupan makanan dan minuman 90-110%
dari kebutuhan
- Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI).
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
- Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT)
Reference Manual 2013
8. Kepustakaan
- International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual.
Standardize Language for the Nutrition Care Process. Fourth Edition.
Academy of Nutrition and Dietetics 2013
- Cornelia dkk. 2013. Konseling Gizi. Jakarta : Penebar Plus

32

Anda mungkin juga menyukai