Anda di halaman 1dari 3

PEMBESARAN PROSTAT JINAK

Kode Nomor : No. Revisi : Halaman :


Ditetapkan :
PANDUAN
Tanggal Terbit :
PRAKTIK
KLINIK
Dr. Ari Kusuma, SpOG Dr. Gloria Illona, MM
Ketua Komite Medik Direktur

PENGERTIAN 1. Pembesaran Prostat Jinak adalah hiperplasia kelenjar periuretra yang


mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah.

2. Pembesaran Prostat Jinak dahulu disebut hipertrofi prostat jinak (Benign


Prostat Hypertrophy).

3. Prevalensinya meningkat sejalan dengan peningkatan usia pada pria.

ANAMNESIS 1. Gejalanya adalah Lower Urinary Tract Syndrome (LUTS) dibedakan men-
jadi gejala iritatif dan obstruktif.

2. Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi pada
malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (ur-
gensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria).

3. Gejala obstruktif adalah pancaran melemah, rasa tidak lampias sehabis


miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus
mengedan (straining), kencing terputus-putus (intermittency), dan waktu
miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen kar-
ena overflow.

PEMERIKSAAN FISIK 1. Pada pasien dengan penyakit lanjut, misalnya gagal ginjal, dapat dite-
mukan uremia, peningkatan tekanan darah, denyut nadi, respirasi, foetor
uremik, perikarditis, ujung kuku yang pucat, tanda-tanda penurunan men-
tal serta neuropati perifer.

2. Bila sudah terjadi hidronefrosis atau pionefrosis, ginjal teraba dan nyeri di
bagian CVA (Costo Vertebrae Angularis).

3. Buli-buli yang distensi dapat dideteksi dengan palpasi dan perkusi.

4. Pemeriksaan pada penis dan uretra penting untuk mencari etiologi dan
menyingkirkan diagnosis banding seperti striktur, karsinoma, stenosis
meatus atau fimosis.

5. Pada pemeriksaan colok dubur harus diperhatikan konsistensi prostat,


adakah asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas teraba.

KRITERIA DIAGNOSIS 1. Keluhan biasanya disusun dalam bentuk skor simtom. Terdapat beberapa
jenis klasifikasi yang dapat digunakan untuk membantu diagnosis dan
menentukan tingkat beratnya penyakit, di antaranya adalah skor internas-
ional gejala-gejala prostat WHO (International Prostate Symptom Score,
IPSS) dan skor Madsen Iversen.

1. Kelemahan otot detrusor dapat disebabkan oleh kelainan saraf (kandung


DIAGNOSIS kemih neurologik) misalnya pada lesi medulla spinalis, neuropati diabetes,
DIFERENSIAL bedah radikal yang mengorbankan persarafan di daerah pelvis, dan peng-
gunaan obat-obatan (penenang, penghambat reseptor ganglion dan
parasimpatolitik).

2. Kekakuan leher buli-buli dapat disebabkan oleh proses fibrosis

3. Resistensi uretra dapat disebabkan oleh pembesaran prostat (jinak atau


ganas), tumor di leher buli-buli, batu uretra dan striktur uretra.

PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan laboratorium.


PENUNJANG Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting untuk melihat
adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Elektrolit , kadar ureum dan krea-
tinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status
metabolik. Pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA) dilakukan seba-
gai dasar penentuan perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini keganansan.
1. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen, pielografi
intravena, USG dan sitoskopi. Tujuan pemeriksaan pencitraan ini adalah
untuk memperkirakan volume Benign Prostat Hypertropy (BPH), menen-
tukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residu urin, dan mencari ke-
lainan patologi lain, baik yang berhubungan maupun tidak dengan BPH.

1. Observasi (watchfull waiting)


TATALAKSANA
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Setiap tiga bulan
lakukan control keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok
dubur.

1. Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenegik α

Obat –obat yang sering dipakai adalah prazosin, terazosin, afluzosin atau
yang lebih selektif α1a (tamsulosin).

a. Penghambat enzim 5-α-reduktase


Obat yang biasa dipakai adalah fenasteride (Proscar).
a. Fitoterapi, antara lain eviprostat.
1. Terapi bedah
Indikasi absolut untuk untuk terapi bedah yaitu retensi urin berulang,
hematuria, tanda penurunan fungsi ginjal, infeksi saluran kemih berulang,
tanda-tanda obstruksi berat (divertikel, hidroureter, dan hidronefrosis), dan
ada batu saluran kemih.
1. Terapi invasif minimal.
- Transurethral Microwave Thermotheraphy (TUMT)
- Dilatasi Balon Transuretral (TUBD)
- High-intensity Focused Ultrasound.
- Ablasi Jarum Transurethra (TUNA)
- Stent Prostat
EDUKASI Untuk keluhan ringan, nasehat yang diberikan ialah mengurangi minum setelah
makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan
(parasimpatolitik), mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alco-
hol agar tidak terlalu sering miksi.

PROGNOSIS Prognosis pada umumnya baik, namun bergantung dari ada atau tidaknya komp-
likasi..

KEPUSTAKAAN 1. Tanagho: McAnich J ed. Smith”s General Urology. 147h ed. Hertfordshire
Lange Medical Publications, 2000; 348-355.

2. Rahardjo D, Prostat Hipertrofi. Dalam: Reksoprodjo S, Pusponegoro AD,


Kartono D, Hutagalung EU. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa
Aksara, 1995; 161-170.

3. Rahardjo D, Prostat, kelainan-kelainan jinak, diagnosis, dan penanganan.


Dalam: Jakarta: Subbagian Urologi Bagian Bedah Fakultas Kedokteran In-
donesia, 1999; 15-60.

Anda mungkin juga menyukai