OLEH
ANDRI WIBIANTORO
NIM.191133003
B. ETIOLOGI
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan
keseimbangan testosteron-estrogen ,karena produksi testosterone
menurun dan terjadi konversi testosterone menjadi estrogen pada
jaringan adipos di perifer, berdasarkan angka autopsy perubahan
mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40
tahun. Bila perubahan mikroskopi kini terus berkembang akan terjadi
perubahan patologi kanatomik. ( Sjamsuhidayat, 1998)
Etiologi BPH belum jelas namun terdapat factor resiko dan
hormon androgen. Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi
pada priausia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopi kini
berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pria
usia 50 tahun angka kejadianyna sekitar 50%, usia 80 tahun sekitar
80% dan usia 90 tahun 100%. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
C. PATOFISIOLOGI
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan – lahan
sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi perlahan -
lahan. Tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat serta otot
detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau
divertikal. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi.
Apabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan
mengalami dekompensasi tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensio urine yang selanjutnya dapat menyebabkan
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Adapun patofisiologi dari masing – masing gejala adalah:
1. Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistansi uretra
adalah gambaran awal dan menetap dari BPH
2. Resitancy terjadi karena detrusor tidak dapat melawan resistensi
uretra.
3. Intermittency terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi
resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminasi dribbling dan rasa
belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang
banyak dalam buli-buli.
4. Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak
lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih
pendek.
5. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari(nokturia)karena
hambatan normal dari korteks berkurang dan tonus stinger dan
uretra berkurang dan tonus spingter dan uretra berkurang selama
tidur.
6. Urgensi dan dysuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh
ketidakstabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.
7. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan
berkembangnya penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara berkala
karena setelah buli-buli mencapai compliance maksimum, tekanan
dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.
(Mansjoer, 2000).
D.PATHWAYS
D. MANIFESTASI KLINIK
Biasanya gejala-gejala pembesaran prostat jinak, dikenal sebagai
lower urinary tract symptoms (LUTS) dibedakan menjadi gejala iritatif
dan obstruktif. Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun
untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan miksi yang sangat
mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria).
Gejala obstruktif adalah pancaran melemah, rasa tidak lampias
sehabis miksi, kalua mau miksi harus menunggu lama (hesitancy),
harus mengedan (straining), kencing terputus-putus (intermittency) dan
waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan
inkontinen karena over flow. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000)
Kompleks gejala obstruktif dan iritatif mencakup :
a. Peningaktan frekuensi berkemih
b. Nokturia
c. Dorongan ingin berkemih
d. Anyang-anyangan
e. Abdomen tegang
f. Volume urin menurun
g. Harus mengejan saat berkemih
h. Aliran urin tidak lancar
i. Urin terus menerus menetes setelah berkemih (dribbling)
j. Rasa seperti kandung kemih tidak kosong dengan baik (Brunner
&Suddarth, 2001).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Urine analisa (rutine)
- Urine biakan dan resistensi
- Ureum darah, fosfatosa asam, leukosit
- Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA)
b. Pemeriksaan Diagnostik
- Sitoskopi – sistogram
- USG abdomen bawah
- Kateterisasi
Ditemukannya prostat membesar
F. PENATALAKSANAAN
1. Pre op
a. Pemeriksaan diagnostik
1). Urinalisa
2). Cultur urin
3). Citologi urin
4). BUN (creatin)
5). Asam fosfat serum (antigen khusus prostatik)
6). SOP
7). Sitoscopy
8). Urografi ekskretory/EVP
b. Kateterisasi
c. Terapi antibiotik
d. Balance cairan
e. Pembedahan
1). Reseksi transureteral prostst (TUR/TUPP)
2). Prostotektomi suprapubis
3). Prostotektomi perineal
4). Prostotektomi retropublik
5). Insisi prostat transuretral (TUIP)
2. Post op
a. Irigasi kandung kemih kontinyu
b. Irigasi kandung kemih intermitten
c. Analgetik
d. Terapi IV parentral
e. Balance cairan
f. Puasa sampai bising usus terdengar
G. PENGKAJIAN FOKUS
1. Sirkulasi
Tanda :peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal).
2. Eliminasi
Gejala :
- Penurunan kekuatan atau dorongan aliran urine, tetesan
- Keragu-raguan pada berkemih awal
- Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih.
- Nukturia, disuria, hematuria
- Duduk untuk berkemih
- ISK berulang, Riwayat batu (statis urinaria)
- Konstipasi (protrusi prostat abdomen bawah (dispense
kandung)
Tanda : Massa padat di bawah abdomen bawah (disfensi kandung
kemih), nyeri tekan kandung kemih.
3. Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia; mual, muntah
Penurunan berat badan
4. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri suprapubis, panggul, atau punggung, tajam, kuat
(pada prostatitis akut).
Nyeri punggung bawah.
5. Keamanan
Gejala : Demam
6. Seksualitas
Gejala : Masalah tentang efek kondisi / terapi pada kemampuan
seksual.
Takut inkontmensia / menetas selama hubungan intim.
Penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi.
Tanda : Pembesaran, nyeri tekan prostat
7. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal,
penggunaanan tipertensif / anti depreson, anti bioticurinaria atau agen
antibiotik, obat yang dijual bebas untuk flu / alergi obat mengandung
simpatomimetik.
Pertimbangan :
Rencana Pemulangan :memerlukan bantuan dengan menajemen
terapi, contoh kateter.(MarylnnE. DoengeS)
H. KOMPLIKASI
Urinary traktus infection
Retensi urin akut
Obstruksi dengan dilatasi uretra, hydronefrosis dan gangguan
fungsi ginjal.
Bila operasi bisa terjadi :
Impotensi (kerusakan nevron pudendes)
Hemoragic paska bedah
Fistula
Striktur paska bedah
Inkontinensia urin
2.Diagnosa Keperawatan
1.Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
3.INTERVENSI
NO. DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. 1.Ansietas berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan Jelaskan tujuan,manfaat,batasan,dan jenis relaksasi yang
dengan kekhawatiran intervensi selama 15 tersedia
mengalami menit,maka tingkat ansietas Demonstrasikan dan latih tehnik relaksasi napas dalam
kegagalan,berhubungan menurun dengan Berikan harapan yang realistis sesuai prognosis
dengan : Fasilitasi penuntunan ibadah oleh keluarga dan/atau
Tampak gelisah Kriteria Hasil : rohaniawan
Sulit berkonsentrasi 1. Verbalisasi khawatir
Merasa khawatir akibat kondisi yang
dengan akibat dari dihadapi cukup menurun
kondisi yang dihadapi 2. Perilaku gelisah
anoreksia menurun
frekuensi nadi, 3. Anoreksia menurun
napas,darah meningkat 4. Frekuensi nadi napas
dan darah menurun
4.EVALUASI
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad A.K. Muda.2003. Kamus Lengkap Kedokteran, Edisi Revisi. Surabaya: Gita
Media Press.
Aru W. Sudoyo, Setyohadi, Idrus Alwi, Siti Setiati,dkk. 2000. Buku Ajar
IlmuPenyakitDalam, jilid I, edisiketiga. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI.