Seorang laki-laki berusia 70 tahun di rawat dirumah sakit dengan keluhan tidak dapat
buang air kecil sejak 4 bulan yang lalu walaupun ia merasakan keinginan untuk BAK.
Pasien juga mengeluh sakit pada perut bagian bawah. Pada pemeriksaan fisik di
dapatkan Regio Suprapubik Bulging dan pemeriksaan colok dubur didapatkan
prostate membesar.
Tugas :
Pembahasan :
Keluhan tidak dapat buang air kecil sejak 4 bulan yang lalu, walaupun
merasakan ingin BAK.
- Pasien tidak dapat BAK bisa di sebabkan karena terjadinya pembesaran prostate
(BPH) karena pembesaran prostat ini bisa mengobstruksikan jalan keluar kandung
kemih, yang menyebabkan LUTS (Gejala saluran kemih bawah yang
mengagnggu), peningkatan resiko ISK, dan mengganggu fungsi sel kemih atas.
Dua proses yang menyebabkan obstruksi ini yaitu : Hiperplasia dan Hipertrofi.
(Ilmu bedah. R. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong. Edisi 2. 2004)
- Obtruksi terjadi pada saat hiperplasia menyempitkan lumen dan segmen uretra
yang melalui prostate. Obstruksi juga terjadi pada saat prostate melampaui atas
leher kandung kemih, menurunkan kemampuannya untuk menyalurkan urine
sebaai respon terhadap miksi dan saat perkemihan dari lobus median prostate
keluar meluas kedalam uretra prostatistika. (Ilmu bedah. R. Sjamsuhidayat dan
Wim de Jong. Edisi 2. 2004)
- Lobus yang mengalami hipertrofi dapat menyumbat kolum vesika / uretra
prostatik dengan demikian menyebabkan pengosongan urine inkomplit/ retensi
urin. ( keperawatan medikal bedah. Joyce M. Black dan Jane Hokanson Hawks.
Edisi 8. 2014)
- Pertumbuhan prostat dan obstruksi uretra lebih lanjut pada akhirnya akan
melampaui kemampuan otot detrusor untuk berkontraksi dan cukup kuat /
angguan pada kontraksi cukup lama, dan kontraksiterputus-putus. (Ilmu bedah. R.
Sjamsuhidayat dan Wim de Jong. Edisi 2. 2004)
- Gejala dan tanda obtruksi saluran kemih yaitu miksi terputus, menetes pada akhir
miksi, pancaran menjadi lemah dan merasakan belum puas setelaj miksi. Apabila
otot detrusor menjadi dekompensasi akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir
miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih dan timbul rasa tidak
tuntas pada akhir miksi. Jia keadaan ini berlanjut, pada suatu saat akan terjadi
kemacetan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. (Ilmu bedah. R.
Sjamsuhidayat dan Wim de Jong. Edisi 2. 2004)
- Selan ditemukan gejala obstruksi akan dtemukan tanda dan gejala iritasi. Gejala
iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi/
pembesasaran prostat menyebbakan pengosongan ada kandung kemih sehingga
vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh, oleh sebab itu penderita sering
merasakan keinginan untuk BAK. (Ilmu bedah. R. Sjamsuhidayat dan Wim de
Jong. Edisi 2. 2004)
Skor Keluhan
Pemandu untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala obstruksi akibat
pembesaran prostat adalah sistem penskoran keluhan. Salah satu sistem penskoran
yang digunakan secara luas adalah International Prostat SymptomScore (IPSS) yang
telah di kembangkan American Urological Association (AUA) dan di standarisasi
oleh World Health Organization (WHO). Skor ini berguna untuk menilai dan
memantau keadaan pasien BPH. IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-masing
memiliki nilai 0 hingga 5 dengan total maksimum 35. Kuesioner IPSS dibagikan
kepada pasien dan di harapkan pasien mengisi sendiri setiap pertanyaan. Berat
ringannya keluhan pasien BPH dapat digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh,
yaitu : skor 0-7 : ringan, skor 8-9 :sedang, dan skor 20-35 : berat. Selain 7 pertanyaan
tersebut, di dalam daftar pertanyaan IPSS terdapat satu pertanyaan tunggal mengenai
hidup (quality of life atau QoL) yang juga terdiri atas 7 kemungkinan jawaban.
Pemeriksaan Fisik
Status Urologis
Ginjal
Pemeriksaan fisik ginjal pada kasus BPH untuk mengevaluasi adanya
obstruksi atau tanda infeksi
Kandung kemih
Pemeriksaan kandung kemih dilakukan dengan palpasi dan perkusi untuk
menilai isi kandung kemih, ada tidaknya tanda infeksi.
Colok Dubur
Colok dubur atau digital rectal examination (DRE) merupakan pemeriksaa
yang penting pada pasien BPH. Dan pemeriksaan colok dubur ini dapat
diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul
yang merupakan salah satu tanda keganasan prostat. Mengukur volume prostat
dengan DRE cenderung lebih kecil dari pada ukuran ang sebenarnya.
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis dapat menentukan adanya leukosituria dan
hematuria. Apabila di temukan hematuria, maka perlu dicari penyebabnya. Bila di
curigai adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine.
Pemeriksaan PSA bersama dengan colok dubur lebih superior dari pada
pemeriksaan colok dubur saja dalam mendeteksi adanya karsinoma prostat. Oleh
karena itu, pada usia di atas 50 tahun atau di atas 40 tahun (pad kelompok dengan
resiko tinggi) pemeriksaan PSA menjadi snagat penting guna mendeteksi
kemungkinan adanya karsinoma prostat. Apabila kadar PSA >4 ng/ml, biopsy
prostat dipertimbangkan setelah didiskusikan dengan pasien.