7. Retensio Urin
Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara
akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995). Retensio urine adalah
ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan
terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth).
Retensio urin adalah keadaan tidak bisa mengeluarkan urin dan buli-buli terisi penuh
(distensi) dengan urin disertai dengan rasa sakit di supra pubis (retensio urin akut) atau
tidak sakit di supra pubis (retensio urin kronis)
8. Kateter Folley
RSUD BADUNG : Kateterisasi urin adalah tindakan memasukkan selang kateter ke
dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan
eliminasi dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Tipe kateterisasi urin ada 2 yaitu
kateter sementara dan kateter menetap (kateter folley). Kateter sementara hanya
digunakan untuk waktu 5-10 menit sampai kandung kemih kosong dan kemudian dicabut,
sedangkan kateter folley akan menetap di kandung kemih selama beberapa minggu
sampai pasien mampu berkemih dengan tuntas dan spontan.
9. Pungsi Buli
Suatu tindakan pembedahan untuk mengalirkan kencing melalui lubang yang dibuat
supra pubik untuk mengatasi retensi urin dan menghindari komplikasi.
10. Prostat
Organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior vesica urinaria,di depan rectum, dan
membungkus uretra posterior. Prostat juga turut menghasilkan suatu cairan yang
merupakan salah satu komponen dari cairan semen sebanyak 30%
11. Operasi Prostat
Prostatektomi adalah prosedur bedah untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar
prostat, kadang juga disertai pengangkatan jaringan lain disekitarnya.
Rumusan Masalah :
1. Mengapa pasien mengeluhkan tidak bisa buang air kecil sejak 1 hari yang lalu dan
mengalami nyeri perut bagian bawah?
UNUD : Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra pars
prostatika dan menghambat aliran urine sehingga urine tidak bisa keluar dan
menumpuk di vesica urinaria. Selain itu, juga dapat mengakibatkan tingginya tekanan
intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
untuk melawan tekanan, menyebabkan terjadinya perubahan anatomi buli-buli, yakni:
hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli.
Perubahan struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih
bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS).
2. Mengapa keluhan BAK makin memberat sejak 6 bulan terakhir?
Karena sebelumnya sudah ada gejala LUTS yang makin memberat dan ditandai dengan
skor IPSS 7
Ikatan Ahli Urologi : Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa
lower urinary tract symptoms (LUTS), yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding
symptoms), gejala iritasi (storage symptoms), dan gejala pasca berkemih. Gejala
obstruksi meliputi pancaran kemih lemah dan terputus (intermitensi), merasa tidak puas
sehabis berkemih. Gejala iritasi meliputi frekuensi berkemih meningkat, urgensi,
nokturia. Gejala pasca berkemih berupa urine menetes (dribbling); hingga gejala yang
paling berat adalah retensi urine
3. Apa makna pemeriksaan fisik pada pasien?
Daerah perut bagian bawah menoonjol dan terasa nyeri saat ditekan disebabkan karena
vesica urinaria atau kandung kemih terisi penuh oleh urin yang menumpuk dan tidak bisa
keluar. Ditandai dengan adanya masa di suprasimfisis, lunak karena berisi cairan dan
terasa nyeri ketika ditekan.
Basuki : Pada pemeriksaan fisis mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan
teraba massa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urine.
4. Mengapa dokter memasang kateter folley?
CDK Journal : Karena terjadi retensi urin (urin tidak dapat keluar atau tersumbat) maka
urin harus dikeluarkan dengan memasang kateter folley dengan memasukkan selang
kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra.
5. Apa tanda pemasangan kateter berhasil?
Urin sudah keluar melalui kateter, daerah suprapubis sudah tidak menonjol lagi dan
keluhan nyeri pada perut bagian bawah berkurang, serta percabangan kateter sudah
mendekat ke MUE. Karena tidak ada hambatan di uretra.
6. Mengapa dilakukan pungsi buli?
UNHAS : Karena pemasangan kateter folley tidak berhasil, bisa disebabkan karena ada
sumbatan atau hambatan pada uretra.
7. Apa yang dilakukan setelah pungsi buli berhasil?
Identifikasi volume (800 cc) volume didalam vesica urinaria yang dapat merangsang
saraf sehingga mempunyai keinginan untuk berkemih saat 300-500cc namun saat ada
retensi urin otot detrusor akan berdilatasi sehingga vesica urinaria dapat menampung urin
hingga 3000cc. , identifikasi warna urin dan bau kemudian lakukan pemeriksaan
urinalisis dan kultur urin.
8. Pemeriksaan Fisik tambahan yang dilakukan?
UNUD : Pemeriksaan fisik berupa colok dubur dan pemeriksaan neurologis dilakukan
pada semua penderita. Yang dinilai pada colok dubur adalah ukuran dan konsistensi
prostat. Colok dubur pada pembesaran prostat jinak menunjukkan konsistensi prostat
kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan
nodul, sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras atau teraba nodul dan
mungkin di antara prostat tidak simetri (Purnomo, 2012). Apabila didapatkan indurasi
pada perabaan, waspada adanya proses keganasan, sehingga memerlukan evaluasi yang
lebih lanjut berupa pemeriksaan kadar Prostat Spesific Antigen (PSA) dan transrectal
ultrasound (TRUS) serta biopsi (Cooperberg, 2013).
9. Mengapa melakukan anamnesis IPSS?
Ikatan Ahli Urologi : Pemandu untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala
obstruksi akibat pembesaran prostat adalah sistem skoring keluhan. Salah satu sistem
penskoran yang digunakan secara luas adalah International Prostate Symptom Score
(IPSS) yang telah dikembangkan American Urological Association (AUA) dan
distandarisasi oleh World Health Organization (WHO). Skor ini berguna untuk menilai
dan memantau keadaan pasien BPH.2,3 IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-
masing memiliki nilai 0 hingga 5 dengan total maksimum 35 (lihat lampiran kuesioner
IPSS yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia). Kuesioner IPSS dibagikan
kepada pasien dan diharapkan pasien mengisi sendiri setiap pertanyaan. Beratringannya
keluhan pasien BPH dapat digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh, yaitu: skor 0-7:
ringan, skor 8-19: sedang, dan skor 20-35: berat.4-6 Selain 7 pertanyaan di atas, di dalam
daftar pertanyaan IPSS terdapat satu pertanyaan tunggal mengenai kualitas hidup (quality
of life atau QoL) yang juga terdiri atas 7 kemungkinan jawaban.4-5 Saat ini IPSS telah
divalidasi dalam bahasa Indonesia, dengan hasil validasi dan realibilitas sangat baik, dan
terbukti memiliki kualitas sama dengan versi asli. Derajat gejala saluran kemih bagian
bawah dikelompokkan menjadi tiga, nilai 0-8 derajat ringan, 9-19 derajat sedang, dan 20
ke atas derajat berat. IPSS hanya digunakan untuk menilai beratnya gejala, dan bukan
merupakan faktor diagnostik untuk menegakkan adanya BPH