TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
dengan menekan kelenjar normal yang tersisa (Guyton & Hall, 2016)
pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering untuk
intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun (Brunner & Suddarth,
2017)
Prosedur ini berlangsung sekitar 1-2 jam. Sebuah instrumen yang disebut
supaya daerah yang akan dioperasi tetap terang dan tidak tertutup oleh
8
9
2. Anatomi Fisiologi
ini menempel pada diafragma urogenital yang sering disebut sebagai otot
dasar panggul.
mengenai sifat endokrin ini masih belum pasti. Bagian yang peka terhadap
androgen. Oleh karena itu pada orang tua bagian tengahlah yang
serabut yang berasal dari nervus sakralis ketiga dan keempat melalui
eksterna dan pre sakralis, serta sangat penting dalam mengevaluasi luas
cairan vesikula seminalis dan sperma. cairan prostat bersifat basa (alkalis).
3. Etiologi
terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikrokopik ini
berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria
usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun 80%.
Sekitar 50% dari angka tersebut menyebabkan gejala dan tanda klinis.
Etiologi Nyeri pada Post Operasi TURP Pada klien dengan post
a. Tindakan Pembedahan
Hall, 2016)
4. Klasifikasi
Tabel 2.1
Klasifikasi BPH
tingkat seperti terlihat dalam tabel 2.1 yang dinilai berdasakan pemeriksaan fisik
dengan colok dubur dan pemeriksaan sisa volume urin/atau residu urin yang ada
Tabel 2.2
Derajat berat hipertrofi prostat
resection /tur).
berbagai macam tanda dan gejala. Gejala BPH berganti-ganti dari waktu-
kewaktu dan mungkin dapat semakin parah, menjadi stabil, atau semakin
buruk secara spontan. Berbagai tanda dan gejala dapat dibagi dalam dua
untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli- buli mengalami
diwujudkan dalam bentuk retensi urine akut. Adapun gejala dan tanda
a. Retensi urine
15
i. Kolikrenal
6. Patofisiologis
kemih. Pada beberapa kasus jika obstruksi keluar terlalu hebat, terjadi
progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat.
destrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat destrusor ke dalam
tojolan mukosa, yang apabila kecil dinamakan sekula dan apabila besar
terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi
buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tekanan itu. Kontraksi
oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah
atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan
6. Patofisiologi
Bagan 2.1
Patofisilogi BPH
BPH
Pembedahan TUR P
Resiko Kekurangan Volume Cairan Nyeri Akut Adanya Media Masuk Kuman
Resiko Infeksi
19
7. Komplikasi TUR-P
a. Komplikasi intraoperatif
1) Perdarahan
2) Sindrom TURP
3) Ekstravasasi
b. Komplikasi pasca-operasi
1) Bladder tamponade
2) Infeksi
3) Retensi urin
4) Inkontinensi urin
5) Striktur uretra
7) Ejakulasi retrograde
8) Disfungsi ereksi
10) Meninggal
Pasien kehilangan darah antara 2,4 – 2,6 mL per menit selama reseksi.
20
(>40-60 gr), adanya infeksi, waktu operasi yang lama (>1 jam) dan
yang direseksi.
transfusi darah meningkat pada pasien dengan berat jaringan prostat yang
direseksi >30 gram. Sedangkan pasien dengan berat jaringan prostat yang
mmol/L.21 Hal ini terjadi 15 menit setelah mulai reseksi atau selambatnya
24 jam pasca-operasi.
hidrostatik dari cairan irigasi, tekanan vena perifer yang rendah, durasi
8. Pemeriksaan Penunjang
dubur dinilai:
3) Menilai keadaanprostate.
b. Laboratorium
(normal sisa urin kosong dan batas intervensi urin lebih dari
100cc).
ringan 6-8ml/detik.
d. Pemeriksaan lain
khusus lainnya.
9. Penatalaksanaan
1. Definisi
ini dapat meningkatkan aliran getah bening dan aliran balik vena,
satu metode yang paling umum dari terapi komplementer. Terapi pijat dan
2. Tujuan
dari pasien dan juga massage pada kaki, selain merangsang sirkulasi dapat
bagi pasien. Foot massage menjadi salah satu tindakan massage yang
memblokir bagian dari nyeri ke sistem saraf pusat, selain itu foot massage
Mohammed, 2014).
3. Prinsip Pelaksanaan
mampu menstimulasi nervus (A-Beta) di kaki dan lapisan kulit yang berisi
nervus sistem pusat. Oleh karena itu, otak tidak menerima pesan nyeri,
hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aay Rumhaeni,
2019) yang menyatakan bahwa foot hand massage yang diberikan 4 kali
operasi TUR-P di rumah sakit. Hal ini dikarenakan tindakan foot massage
budaya massage dapat diterima, dan foot massage aman diberikan pada
pasien di ruang ICU, selain tidak perlu merubah posisi pasien TUR-P yang
masih terpasang traksi di hari ke nol post operasinya, massage ini dapat
4. Prosedur Pelaksanaan
d. Melumuri kedua telapak tangan dengan lotion atau minyak baby oil
bagian jari-jari kaki selama 15 detik disetiap bagian kaki kanan dan
kiri.
kenyamanan pasien.
k. Dokumentasi kegiatan.
menggosok dan memijat telapak kaki pasien secara perlahan dari arah
dalam ke arah sisi luar kaki pada bagian terluas kaki kanan selama 15
detik
28
bagian telapak kaki pasien dari arah dalam ke sisi luar kaki selama 15
detik
c. Pegang semua jari-jari oleh tangan kanan dan tangan kiri menopang
searah jarum jam dan tiga kali berlawanan arah jarum jam selama 15
detik
d. Tahan kaki diposisi yang menunjukan ujung jari kaki mengarah keluar
e. Tahan kaki di area yang lebih luas bagian atas dengan menggunakan
seluruh jari (ibu jari ditelapak kaki dan dan empat jari dipunggung
pada bagian punggung kaki sampai kebawah jari-jari kaki dan tangan
h. Posisi tangan berganti, tangan kanan menopang tumit dan tangan kiri
i. Pegang kaki dengan lembut tapi kuat dengan tangan kanan dibagian
punggung kaki hingga kebawah jari-jari dan gunakan tangan kiri untuk
selama 15 detik
tangan kanan untuk memutar searah jarum jam dan berlawanan arah
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
30
b. Integritas Ego
perubahan perilaku.
c. Eliminasi
Pada kasus post operasi BPH terjadi gangguan eliminasi yang terjadi
konstipasi.
bawah.
f. Keselamatan/keamanan
keselamatan tidak luput dari pengkajian perawat karena hal ini sangat
operasi), sedang pada post operasi perlu adanya inspeksi balutan dan
juga adanya tanda-tanda infeksi baik pada luka bedah maupun pada
saluran perkemihannya.
2. Diagnosa Keperawatan
(TURP).
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.3
Intervensi Keperawatan
berhubungan dengan eliminasi utrine adekuat, dengan secara berkala atau terus-
obstruksi sekunder, kriteria hasil: menerus dengan teknik
perubahan sistem irigasi 1. Pasien dapat buang air kecil steril.
pasca pembedahan. teratur bebas dari distensi 2. Atur posisi selang kateter
kandung kemih. dan urin bag sesuai
2. Menunjukan residu pasca gravitasi dalam keadaan
berkemih kurang dari 50 ml. tertutup.
3. Observasi adanya tanda-
tanda shock/hemoragi.
4. Mempertahankan
kesterilan sistem drainage
cuci tangan sebelum dan
sesudah menggunakan
alat dan observasi aliran
urin serta adanya bekuan
darah atau jaringan.
5. Monitor urine setiap jam
(hari pertama operasi)
dan setiap 2 jam (mulai
hari kedua post operasi).
3 Resiko terjadinya infeksi Setelah dilakukan tindakan Manajemen pencegahan
berhubungan dengan keperawatan tidak terjadi infeksi:
port de entrée infeksi, dengan kriteria hasil: 1. Pertahankan sistem
mikroorganisme melalui 1. Tidak ada tanda-tanda infeksi kateter steril.
kateterisasi, dan jaringan seperti radang, dan kemerahan 2. Ambulasi dengan kantung
terbuka 2. TTV dalam batas normal. drainase dependen.
3. Awasi tanda vital,
perhatikan demam ringan,
menggi gil, nadi dan
pernapasan cepat, gelisah,
disorientasi.
4. Observasi drainase dari
luka, sekitar kateter supra
pubik.
5. Observasi terjadinya
tanda-tanda infeksi
(kalor, dolor, rubor,
tumor dan fungsio laesa).
6. Lakukan rawat luka
dengan teknik aseptik.
7. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
antibiotik
4 Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan Hydration management:
berhubungan dengan keperawatan tidak terjadi 1. Monitor keadaan umum
prosedur pembedahan perdarahan, dengan kriteria pasien.
(TURP). hasil: 2. Observasi vital sign
1. Vital sign dalam batas sesuai indikasi.
normal. 3. Pantau output cairan
2. Tidak ada tandatanda selama tindakan
perdarahan. continuous bladder
3. Tidak ada dehidrasi. irrgation.
5 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pengajaran
dengan proses penyakit. perawatan pasien dan keluarga prosedur/perawatan:
memahami tentang prognosis, 1. Kaji tingkat kecemasan
34
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi