K DENGAN
POST TURP BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
DI RUANG EDELWAYS RSUD RAA SOEWONDO PATI
Disusun Oleh :
P1337420418053
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Benigna prostat hiperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering
terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormone prostat.
(Yuliana elin, 2011)
Benigna prostat hiperplasia adalah keadaan kondisi patologis yang
paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering
ditemukan untuk intervensi medis pada pria diatas usia 50 tahun (Wijaya
A. & Putri Y., 2013)
2. Etiologi
Beberapa yang diduga sebagai penyebab timbulnya hyperplasia
prostat adalah :
a. Teori hidrotestosteron dan proses aging (penuaan)
b. Tidak seimbang antara estrogen-testosteron
c. Interaksi sel stoma dan sel epitel
d. Kematian sel apoptosis
e. Sel stem
(Purnomo. B, 2011)
Ringan - Asimtomatik
- Kecepatan urinary puncak <10 mL/S
- Volume urin residual setelah pengosongan
>25-50 mL
- Peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN) dan
kreatinin serum
Jenis penanganan pada pasien dengan tumor prostat tergantung pada berat
gejala kliniknya. Berat derajat klinik dibagi menjadi empat gradasi
berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin. Seperti
yang tercantum dalam bagan berikut : (Wim de jong et all, 2005)
5. Pathway
Proses Penuaan
Ketidakseimbangan produksi
androgen dan estrogen
Kadar androgen turun Kadar estrogen
BPH
Tindakan Operatif
TURP
Bekuan
Resiko Intoleransi
Abstruksi kateter Infeksi Aktivitas
Gangguan eliminasi
urin
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elektrolit, tes sensitivitas dan
biakan urin
b. Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrogard, USG, Ct Scanning,
cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogas
dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan
secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS=Trans Rectal Ultra
Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra
sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukur sisa
urin dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu
(Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
c. Prostatektomi Retro Pubis
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak
dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui
insisi pada anterior kapsula prostat.
d. Prostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
8. Penatalaksanaan
Menurut Haryono (2012) penatalaksaan BPH meliputi :
a. Terapi medikamentosa
1) Penghambat adrenergik, misalnya prazosin, doxazosin, afluzosin.
2) Penghambat enzim, misalnya finasteride
3) Fitoterapi, misalnya eviprostat
b. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya
gejala dan komplikasi, adapun macam-macam tindakan bedah
meliputi:
1) Prostatektomi
a) Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode
mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen yaitu suatu insisi
yang di buat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat
diangkat dari atas.
b) Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui
suatu insisi dalam perineum.
c) Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih
umum di banding [endekatan suprapubik dimana insisi
abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat yaitu antara
arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung
kemih.
2) Insisi prostat transurethral (TUIP)
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan
instrumen melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar
prostat berukuran kecil (30 gr / kurang) dan efektif dalam
mengobati banyak kasus dalam BPH.
3) Transuretral Reseksi Prostat (TURP) Adalah operasi
pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop dimana resektroskop merupakan endoskopi dengan
tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang di lengkapi dengan
alat pemotong dan counter yang di sambungkan dengan arus
listrik.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan kelenjar prostat
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan prosedur pembedahan
dan pemasangan kateter urin
c. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan, pemasangan
kateter urin
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan trauma pembedahan,
pemasangan kateter
3. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan kelenjar prostat
Tujuan :Nyeri berkurang (1-3 hari).
Kriteria hasil :Keluhan nyeri berkurang, skala nyeri 1-3.
Intervensi :
1) Kaji pengalaman nyeri klien, tentukan tingkat nyeri yang dialami.
2) Pantau keluhan nyeri klien dan kaji penyebab nyeri (insisi operasi,
spasme kandung kemih, obstruksi).
3) Lakukan teknik relaksasi nafas dalam
4) Observasi tanda vital sesuai data fokus.
5) Pantau adanya perdarahan, keadaan selang drainase.
6) Beri kesempatan untuk istirahat (terutama bila nyeri), lingkungan
yang tenang nyaman, minimalisasi stressor.
7) Kolaborasi dengan dokter untuk terapi analgetik dan kaji
efektivitasnya.
4. Implementasi
Implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan impelementasi dari
perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Dalam implementasi keperawatan terdapat tindakan independen, dan
tindakan interdependen. Tindakan independen adalah suatu tindakan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari dokter atau profesi lainnya.
Sedangkan tindakan interdependen adalah kegiatan yang memerlukan
kerja sama dengan profesi kesehatan lainnya. (Ardiansyah, 2012)
5. Evaluasi
Evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegitan mengukur
pencapaian tujuan pasien dan menentukan keputusan dengan cara
membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian
tujuan. (Ardiansyah, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA
Press.
Haryono, Rudi.2012. Keperawatan medical bedah system perkemihan.
Yogyakarta : rapha publishing
Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan diagnosa
medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction.
Nursalam & Baticala. B, Fransisca, 2009, Asuhan Keperawatan pada pasien
denan Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta : Salemba Medika.
Purnomo. B. 2011. Dasar-dasar urologi. Jakarta : Sayung Seto
Yuliana Elin. 2011. ISO farmakologi. Jakarta
Widijanto G. 2011. Nursing: Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala Penyakit. PT
Indeks Permata Puri Media : Jakarta Barat
Wijaya A & Putri Y. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Keperawatan dewasa
Teori Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Tn.K DENGAN
POST TURP BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
DI RUANG EDELWAYS RSUD RAA SOEWONDO PATI
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn.K
b. Umur : 58 tahun
c. Alamat : Jrahi 02/1 Gunungwungkal
d. Agama : Kristen
e. Pendidikan: SD
f. Pekerjaan : Petani
g. No. CM : 278923
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 50
c. Alamat : Jrahi 02/1 Gunungwungkal
d. Agama : Kristen
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Petani
g. Hubungan dengan pasien : Istri
3. Perawatan di ruang pemulihan / Recovery Room (RR)
a. Ke RR jam : 13.00 WIB
b. Pemeriksaan Bromage Score (Dewasa dengan anestesi spinal)
Nilai 1
Ket :
Pasien dapat di pindah ke bangsal, jika
score kurang dari 2
c. Pasien pindah ke :
Pasien pindah ke bangsal/ruang rawat inap edelways jam 13.30 WIB
4. Keluhan saat di RR :
Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi dan merasa kedinginan.
5. Perawatan di bangsal / ruang rawat inap:
Ketika di bangsal klien diberikan teknik manajemen nyeri relaksasi nafas
dalam dan diberikan terapi irigasi Ecosol NaCl 500 ml
6. Keadaan Umum:
Keadaan umum pasien baik.
7. Kesadaran :
Tingkat kesadaran klien ketika di bangsal adalah compos mentis.
8. Pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS), TTV, Saturasi O2
GCS klien adalah E4, V5, M4
TD : 140/70 mmHg
N :80 x / menit
RR : 22 x / menit
S : 36 x / menit
9. Survey Sekunder (Lakukan secara head to toe secara prioritas)
B. ANALISA DATA
Do :
KU : Lemah dan baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 140/70 mmHg
N :80 x / menit
RR : 22 x / menit
S : 36 x / menit
P : Post TURP Benigna
Prostat Hiperplasia
Q : Tertusuk-tusuk
R : Daerah bawah genetalia
S :4
T : Terus menerus
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan terpasangnya kateter dan selang
irigasi
D. RENCANA KEPERAWATAN
NO TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
DX HASIL
1 Setelah 1. Nyeri 1. Monitor TTV 1. Untuk
dilakukan berkurang 2. Lakukan mengetahui
tindakan menjadi 0- pengkajian TTV
keperawatan 2 nyeri 2. Untuk
2x24 jam 2. Pasien komprehensif mengetahui
diharapkan tampak (PQRST) seberapa
nyeri lebih 3. Ajarkan teknik besar nyeri
berkurang nyaman manajemen pasien
nyeri relaksasi 3. Teknik
nafas dalam relaksasi
4. Kolaborasi nafas dalam
dengan dokter dapat
dalam mengurangi
pemberian obat rasa nyeri
analgetik yang
Ketorolac 2x1 dirasakan
pasien
4. Obat
analgesik
dapat
membantu
mengurangi
nyeri
2 Setelah 1. ADL 5. Kaji 1. Untuk
dilakukan dapat kemampuan mengetahui
tindakan dilakukan pasien dalam sampai batas
keperawatan secara mobilisasi mana pasien
2x24 jam mandiri 6. Ajarkan pasien mampu
diharapkan 2. Dapat bagaimana melakukan
Intoleransi melakukan merubah posisi mobilisasi
aktivitas aktivitas miring kanan- 2. Agar pasien
membaik miring kiri merasa
kanan-kiri 7. Dampingi dan nyaman dan
secara bantu pasien mencegah
mandiri bagaimana terjadinya
merubah posisi decubitus.
dan berikan 3. Agar pasien
bantuan tidak
mengalami
cedera.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ tgl Jam No Implementasi Respon TTD
Dx
Do :
P : Post TURP
Benigna Prostat
Hiperplasia
Q : Tertusuk-tusuk
R : Daerah bawah
genetalia
S :4
T : Terus menerus
F. EVALUASI
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi