KEPERAWATAN PERIOPERATIF
NIM. P1337420215067
8. Pemeriksaan penunjang
Prabowo dan Pranata (2014, p.134) menyebutkan bahwa pemeriksaan
diagnostik pada pasien BPH adalah:
a.Urinalisis dan Kultur urin
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red
Blood Cell) dalam urine yang memanifestasikan adanya
perdarahan/hematuria.
b. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan internal
dalam abdomen. Sampel yang diambil adalah cairan abdomen dan diperiksa
jumlah sel darah merahnya.
c.Ureum, Elektrolit dan Serum Kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data
pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH, karena
obstruksi yang berlangsung kronis seringkali menimbulkan hidronefrosis
yang lambat laun akan memperberat fungsi ginjal dan pada akhirnya
menjadi gagal ginjal.
d. PA ( Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi. Sampel
jaringan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui apakah
hanya bersifat benigna atau maligna, sehingga akan menjadi landasan untuk
treatment selanjutnya.
e.Catatan harian berkemih
Setiap hari perlu dilakukan evaluasi output urine, sehingga akan terlihat
bagaimana siklus rutinitas miksi dari pasien. Data ini menjadi bekal untuk
membandingkan dengan pola eliminasi urine yang normal.
f. Uroflowmetri
Dengan menggunakan alat pengukur, maka akan terukur pancaran urine.
Pada obstruksi dini seringkali pancaran melemah bahkan meningkat. Hal ini
disebabkan obstruksi dari kelenjar prostat pada traktus urinarius. Selain itu,
volume residu urine juga harus diukur. Normalnya residual urine < 100 ML.
Namun, residual yang tinggi membuktikan bahwa vesika urinaria tidak
mampu mengeluarkan urine secara baik karena adanya obstruksi.
g. USG Ginjal dan Vesika Urinaria
USG ginjal bertujuan untuk melihat adanya komplikasi penyerta dari BPH,
misalnya hidronephrosis. Sedangkan USG pada vesika urinaria akan
memperlihatkan gambaran pembesaran kelenjar prostat.
a. Pre operasi
1) Retensi urin
2) Nyeri kronis
3) Cemas
b Post operasi
1) Nyeri akut
2) Kurang pengetahuan
3) Risiko infeksi
3. Rencana Keperawatan
- Anjurkan klien/keluarga
untuk menmcatat outpout
urin
Fluid management
· Timbang
popok/pembalut jika
diperlukan
· Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
· Monitor status
hidrasi ( kelembaban
membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah
ortostatik ), jika diperlukan
· Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori harian
· Lakukan terapi IV
· Monitor status
nutrisi
· Berikan cairan
· Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
· Dorong masukan
oral
· Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
· Dorong keluarga
untuk membantu pasien
makan
· Tawarkan snack
( jus buah, buah segar )
· Kolaborasi dokter
jika tanda cairan berlebih
muncul meburuk
· Atur kemungkinan
tranfusi
· Persiapan untuk
tranfusi
- Perubahan
autonomic dalam tonus Analgesic Administration
otot (mungkin dalam
§ Tentukan lokasi,
rentang dari lemah ke
karakteristik, kualitas, dan
kaku)
derajat nyeri sebelum
- Tingkah laku pemberian obat
ekspresif (contoh :
§ Cek instruksi dokter
gelisah, merintih,
tentang jenis obat, dosis,
menangis, waspada,
dan frekuensi
iritabel, nafas
panjang/berkeluh § Cek riwayat alergi
kesah)
§ Pilih analgesik yang
- Perubahan diperlukan atau kombinasi
dalam nafsu makan dan dari analgesik ketika
minum
pemberian lebih dari satu
§ Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, Analgesic Administration
nadi dan dilatasi pupil)
§ Tentukan lokasi,
- Perubahan karakteristik, kualitas, dan
autonomic dalam tonus derajat nyeri sebelum
otot (mungkin dalam pemberian obat
rentang dari lemah ke
§ Cek instruksi dokter
kaku)
tentang jenis obat, dosis,
- Tingkah laku dan frekuensi
ekspresif (contoh :
§ Cek riwayat alergi
gelisah, merintih,
menangis, waspada, § Pilih analgesik yang
iritabel, nafas diperlukan atau kombinasi
panjang/berkeluh dari analgesik ketika
kesah) pemberian lebih dari satu
§ Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
Faktor yang
dan dosis optimal
berhubungan :
§ Pilih rute pemberian
Agen injuri (biologi,
secara IV, IM untuk
kimia, fisik, psikologis)
pengobatan nyeri secara
teratur
§ Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.
· Monitor kerentanan
terhadap infeksi
· Batasi pengunjung
· Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
· Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
· Pertahankan teknik
isolasi k/p
· Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
· Ispeksi kondisi
luka / insisi bedah
· Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
· Dorong masukan
cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
· Ajarkan cara
menghindari infeksi
· Laporkan kecurigaan
infeksi
· Laporkan kultur
positif
4. Evaluasi
Kriteria yang diharapkan terhadap diagnosis yang berhubungan dengan
obstruksi urinari adalah :
a. Mengatasi obstruksi urine tanpa infeksi atau komplikasi yang permanen
b. Tidak mengalami tekanan atau nyeri berkepanjangan
c. Mengungkapkan penurunan atau tak adanya kecemasan tentang retensio
urine.
d. Menunjukan tingkat fungsi sexual kembali sebagaimana sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Intensitas Nyeri Post Operasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia). Jurnal Kesehatan,
Elsevier.
Doenges, Marilynn. E. Moorhouse Frances. M., & Murr. C.A. (2015). Manual
Praktik . Edisi 7. Volume 1. Terjemahan oleh Dwi Widiarti, et. Al. Jakarta:
EGC.
Elsevier.
Nursalam,. & Baticaca,. F.B. (2009). Asuhan Keperawatan padaa pasien dengan
Kemenkes Semarang.
Prabowo, E dan Andi, E.P,. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
2017.
Nuha Medika.