Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

”H” DENGAN
POST OPERASI BENINGNA PROSTAT HIPERPLASIA
DI RUANG AHMAD DAHLAN RSU PKU MUHAMMADIYAH SRAGEN

Disusun Oleh:
WINARNI, S.Kep
NIM: 02202208073

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUTE TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022/2023

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine
dengan menutup orifisium uretra (Smeltzer, 2009). Benign Prostat Hyperplasia adalah pembesaran
kelenjar dan jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin
berkenaan dengan proses penuaan. Prostat adalah kelenjar yang berlepis kapsula dengan berat
kira-kira 20 gram, berada di sekeliling uretra dan di bawah leher kandung kemih pada pria
(Suharyanto & Madjid, 2013). Benign Prostat Hyperplasia merupakan pembesaran ukuran sel dan
diikuti oleh penambahan jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi patologis yang paling umum
diderita oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50 tahun (Prabowo & Pranata, 2014)
B. Penyebab dan faktor predisposisi
Etiologi BPH sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang diduga
berperan dalam proliferasi/ pertumbuhan kelenjar prostat. BPH tumbuh pada pria yang berusia tua dan
memiliki testis yang masih menghasilkan testosteron. Beberapa hipotesis menyebutkan timbulnya
hiperplasia prostat karena adanya ketidak seimbangan antara estrogen-testosteron, interaksi antara sel
stroma dan epitel prostat dan berkurangnya kematian sel (apoptosis). Testosteron diproduksi oleh sel
leydig di testis dan diubah oleh enzim 5α-reductase menjadi dihidrotestosteron (DHT) meransang
proliferasi sel epitel dan stroma prostat. Kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya
pada prostat normal, hanya saja pada BPH aktivitas enzim 5α-reductase lebih banyak pada BPH yang
menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak
terjadi. Faktor Usia Prevalensi BPH meningkat dengan bertambahnya usia. Beberapa studi observasi
dari Eropa, Amerika Serikat dan Asia telah menunjukkan usia yang lebih tua menjadi faktor risiko
timbulnya BPH dan perkembangan klinis. Data dari Krimpen and Baltimore Longitudinal Study of
Aging menunjukkan volume prostat meningkat seiring bertambahnya usia dimana tingkat pertumbuhan
prostat sebesar 2-2,5% per tahun pada pria yang lebih tua.
a. Faktor Genetik
Sebuah penelitian analisis kasus-kontrol yang dilakukan pada laki-laki yang berusia
kurang dari 64 tahun yang menjalani operasi untuk BPH, didapatkan hasil bahwa 50%
dari laki-laki yang berusia <60 tahun yang menjalani operasi BPH mewarisi penyakit
ini.
b. Faktor Obesitas
Berdasarkan The Baltimore Longitudial Study of Aging peningkatan indeks massa tubuh
(IMT) berhubungan dengan peningkatan 0,41 ml volume prostat dan memiliki
peningkatan risiko pembesaran prostat 3,5 kali lipat dibandingkan dengan non-obesitas.
c. Faktor Diabetes
Penelitian studi cross-sectional dari Swedia bahwa dokter yang mendiagnosis diabetes
secara signifikan terkait dengan peningkatan ukuran prostat yang konsisten dengan
BPH. Para peneliti ini mengamati bahwa pasien dengan LUTS mendapati pria dengan
diabetes memiliki kelenjar prostat yang lebih besar daripada pria non-diabetes.
BerdasarkanThe Baltimore Longitudial Study of Aging pria dengan peningkatan glukosa
puasa 3 kali lipat lebih mungkin mengalami BPH dibandingkan dengan pria dengan
glukosa normal. Peningkatan insulin serum dan peningkatan glukosa darah plasma
puasa telah dikaitkan denganpeningkatan ukuran prostat dan risiko pembesaran prostat.
d. Faktor Aktivitas Fisik
Peningkatan aktivitas fisik telah dikaitkan dengan penurunan risiko BPH dalam
beberapa penelitian besar menunjukkan bahwa olahraga merupakan faktor pendukung.
Dalam Physicians Health Study, latihan dikaitkan dengan penurunan risiko BPH.
Penelitian yang dilakukan Lacey di Cina (studi kasus-kontrol) peningkatan aktivitas
pekerjaan seperti pengeluaran energi dikaitkan dengan penurunan risiko BPH.
e. Faktor Diet
Ada beberapa penelitian mengatakan bahwa makronutrien dan mikronutrien dapat
mempengaruhi risiko BPH dan LUTS. Penelitian analyses of a single study population
di Italia (study kasus-kontrol) bahwa roti, telur unggas dan pati dapat meningkatkan
risiko terjadinya BPH sedangkan kacang hijau, kacang-kacangan, buah dan sayuran
dapat menurunkan risiko terjadinya BPH.
f. Faktor Inflamasi
Peradangan berperan dalam perkembangan BPH yang dibuktikan dengan hubungan
antara BPH dan peradangan dari histologis pada spesimen yang diperoleh oleh biopsi
prostat yang menunjukkan sitokin inflamasi pada jaringan BPH. Penyebab yang
mendasari peradangan prostat masih belum jelas meskipun ada beberapa hipotesis
mengatakan kerusakan jaringan karena adanya infeksi, respon autoimun. Infeksi seperti
gonorrhea, chlamydia dan trichomonosis.
g. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok pada orang dewasa merupakan sebuah kebiasaan yang diciptakan
sendiri, sehingga mempunyai pengaruh bagi tubuh diri sendiri. Rokok mengandung
nikotin. Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirolidone yang terdapat dalam
nikotiana tabacum atau sintesisnya yang bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan
ketergantungan. Nikotin dan konitin (produk pemecah nikotin) pada rokok
mengakibatkan aktifitas enzim perusak androgen sehingga menyebabkan penurunan
kadar testosteron. Kebiasaan merokok ≥ 12 batang/hari mempunyai risiko 10 kali untuk
menderita benign prostatic hyperplasia.
h. Kebiasaan Minum Alkohol
Konsumsi alkohol akan menghilangkan kandungan zink dan vitamin B6 yang penting
untuk prostat yang sehat. Zink sangat penting kelenjar prostat. Prostat menggunakan
zink 10 kali lipat dibandingkan dengan organ yang lain. Zink membantu mengurangi
kandungan prolaktin di dalam darah. Prolaktin meningkatkan penukaran hormon
testosterone menjadi dehidrotestosteron.
C. Manifestasi klinik (Tanda dan Gejala)

Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar saluran

kemih. Menurut (Purnomo, 2011) tanda dan gejala dari BPH yaitu: keluhan pada saluran kemih

bagian bawah, gejala pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran kemih.

a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah

1) Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan di kandung kemih sehingga urin tidak bisa

keluar), hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran miksi lemah, Intermiten (kencing terputus-putus),

dan miksi tidak puas (menetes setelah miksi)

2) Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi yang sangat mendesak)

dan disuria (nyeri pada saat miksi)

b. Gejala pada saluran kemih bagian atas

Keluhan akibat hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas berupa adanya gejala

obstruksi, seperti nyeri pinggang, benjolan dipinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis),

atau demam yang merupakan tanda infeksi atau urosepsis.

c. Gejala diluar saluran kemih


Adanya keluhan penyakit hernia inguinalis atau hemoroid. Timbulnya penyakit ini

dikarenakan sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan tekanan intra

abdominal. Adapun gejala dan tanda lain yang tampak pada pasien BPH, pada pemeriksaan

prostat didapati membesar, kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan, anoreksia, mual, dan

muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrik, dan gagal ginjal dapat terjadi dengan retensi

kronis dan volume residual yang besar.

D. Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen urethra prostatika dan menghambat aliran
urin yang menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk mengeluarkan urin, kandung
kemih harus berkontraksi lebih kuat untuk melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus
dapat menyebabkan perubahan pada anatomik kandung kemih berupa hipertrofi otot detrusor,
trabekulasi. Perubahan struktur pada kandung kemih menyebabkan pasien merasakan keluhan
pada lower urinary tract symptom (LUTS). Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh
bagian kandung kemih. Tekanan pada kedua muara ureter dapat menimbulkan aliran balik urin
dari kandung kemih ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter. Keadaan ini jika berlangsung
terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan bisa sampai ke gagal ginjal.
Obstruksi yang diakibatkan oleh BPH tidak hanya disebabkan oleh adanya massa prostat yang
menyumbat urethra posterior, tetapi juga dapat disebabkan oleh tonus otot polos yang ada pada
stroma prostat, kapsul prostat dan otot polos pada leher kandung kemih.
E. Pathway Keperawatan
F. Penatalaksanaan
Menurut (Haryono, 2012) penatalaksanaan Benign Prostat Hyperplasia
(BPH) meliputi :
a. Terapi medikamentosa
1) Penghambat adrenergik, misalnya: prazosin, doxazosin, dan afluzosin
2) Penghambat enzim, misalnya finasteride
3) Fitoterapi, misalnya eviprostat
b. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dankomplikasi, adapun
macam-macam tindakan bedah meliputi:
1) Prostatektomi
a) Prostatektomi suprapubis, adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi
abdomen yaitu suatu insisi yang dibuat ke dalam kandung kemih dan kelenjar prostat
diangkat dari atas.
b) Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum.
c) Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih umum dibanding tindakan
suprapubik di mana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat yaitu antara
arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.
2) Insisi Prostat Transurethral (TUIP)
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen melalui uretra.
Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30 g / kurang) dan efektif
dalam mengobati banyak kasus dalam BPH.
3) Transuretral Reseksi Prostat (TURP)
Adalah operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop di
mana resektroskop merupakan endoskopi dengan tabung 10- 3-F untuk pembedahan uretra
yang dilengkapi dengan alat pemotong dan counter yang disambungkan dengan arus listrik
(Haryono, 2012). Transurethral Resection of the Prostate (TURP) merupakan operasi
tertutup tanpa insisi, serta tidak mempunyai efek merugikan terhadap potensi kesembuhan,
dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran antara 30-60 gram, kemudian dilakukan
reseksi. Cairan irigasi digunakan secara terus menerus dengan cairan isotonis selama
prosedur. Setelah dilakukan reseksi,. dipasang kateter foley tiga saluran nomer 24 yang
dilengkapi balon 30 ml, untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung
kemih. Irigasi kandung kemih yang konstan dilakukan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan
darah lagi. Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai cairan jernih. Kateter setelah 3-5 hari
setelah operasi dan pasien sudah berkemih dengan lancer. Penyembuhan terjadi dengan
granula dan reepitelisasi uretra pars prostatika (Nuari & Widayati, 2017)
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Haryono, 2012) pemeriksaan penunjang BPH meliputi :
1. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingter anus mukosa
rectum kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
2. Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat juga keadaan buli-buli
termasuk residual urine.
3. Urinalisis dan kultur urine
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red Blood Cell) dalam
urine yang memanifestasikan adanya pendarahan atau hematuria (Prabowo & Pranata, 2014).
4. Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data pendukung untuk
mengetahui penyakit komplikasi dari BPH.
5. PA (Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi. Sampel jaringan akan
dilakukan pemeriksaan mikroskopis untukmengetahui apakah hanya bersifat benigna atau
maligna sehingga akan menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.

H. Pengkajian Fokus
Pengkajian merupakan kegiatan menganalisis informasi, yang dihasilkan dari pengkajian
skrining untuk menilai suatu keadaan normal atau abnormal, kemudian nantinya akan digunakan
sebagai pertimbangan dengan diagnosis keperawatan yang berfokus pada masalah atau resiko.
Pengkajian harus dilakukan dengan dua tahap yaitu pengumpulan data (informasi subjektif
maupun objektif) dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medis (Herdman, H. T., &
Kamitsuru, 2017). Pengkajian melibatkan beberapa langkah-langkah di antaranya yaitu pengkajian
skrining. Dalam pengkajian skrining hal yang pertama dilakukan adalah pengumpulan data.
Pengumpulan data merupakan pengumpulan informasi tentang pasien yang di lakukan secara
sistemastis. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu wawancara (anamnesa),
pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik (pshysical assessment). Langkah selanjutnya
setelah pengumpulan data yaitu lakukan analisis data dan pengelompokan informasi.
Selain itu, terdapat 14 jenis sub kategori data yang harus dikaji yakni respirasi, sirkulasi,
nutrisi atau cairan, eliminasi, aktivitas atau latihan, neurosensori, reproduksi atau seksualitas,
nyeri atau kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan atau perkembangan, kebersihan diri,
penyuluhan atau pembelajaran, interaksi sosial, dan keamanan atau proyeksi (SDKI, 2017).
Dalam hal ini, masalah yang diambil termasuk ke dalam kategori psikologis dan
subkategori nyeri dan kenyamanan. Pengkajian pada masalah nyeri akut meliputi:
d. Identitas
Identitas pasien yang harus dikaji meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, nomor rekam medik, tanggal MRS, dan
diagnosis medis.
e. Keluhan utama:
Subjektif: mengeluh nyeri
Menurut (Andarmoyo, 2013) karakteristik nyeri dikaji dengan istilah PQRST sebagai berikut:
1) P (provokatif atau paliatif) merupakan data dari penyebab atau sumber nyeripertanyaan
yang ditujukan pada pasien berupa:
a) Apa yang menyebabkan gejala nyeri?
b) Apa saja yang mampu mengurangi ataupun memperberat nyeri?
c) Apa yang anda lakukan ketika nyeri pertama kali dirasakan?
2) Q (kualitas atau kuantitas) merupakan data yang menyebutkan seperti apa
nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan kepada pasien dapat berupa:
a) Dari segi kualitas, bagaimana gejala nyeri yang dirasakan?
b) Dari segi kuantitas, sejauh mana nyeri yang dirasakan pasien sekarang dengan nyeri yang
dirasakan sebelumnya. Apakah nyeri hingga mengganggu aktifitas?
3) R (regional atau area yang terpapar nyeri atau radiasi) merupakan data mengenai di mana
lokasi nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan pada pasien dapat berupa:
a) Di mana gejala nyeri terasa?
b) Apakah nyeri dirasakan menyebar atau merambat?
4) S (skala) merupakan data mengenai seberapa parah nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan
yang ditujukan pada pasien dapat berupa: seberapa parah nyeri yang dirasakan pasien jika diberi
rentang angka 1-10?
5) T (timing atau waktu) merupakan data mengenai kapan nyeri dirasakan, pertanyaan yang
ditujukan kepada pasien dapat berupa:
a) Kapan gejala nyeri mulai dirasakan?
b) Seberapa sering nyeri terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap?
c) Berapa lama nyeri berlangsung?
d) Apakah terjadi kekambuhan atau nyeri secara bertahap?
f. Data riwayat penyakit sekarang: pasien BPH pasca operasi TURP diawaliagen pencedera
fisik (prosedur operasi).
g. Data riwayat penyakit keluarga: riwayat keluarga dihubungkan denganadanya penyakit
keturunan yang di derita.
h. Data riwayat psikososial : Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan
lingkungan sekitar sebelum maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa
sakit, karena penyakit yang dideritanya, dan bagaimana pasienmenggunakan koping
mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang kemungkinan muncul dalam pasien post operasi BPH antara lain:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pendera fisik (prosedur operasi)
2. Resiko ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan trauma /perdarahan
3. Resiko perdarahan dibuktikan dengan tindakan pembedahan
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

J. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan
atau tindakan mandiri yaitu yang harus dilakukan oleh perawat dan tindakan kolaboratif yaitu yang
dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya. Intervensi dilakukan untuk membantu pasien mencapai hasil
yang diharapkan (Mayasari, 2012). Intervensi menurut SIKI (2016) diantaranya sebagai berikut :
Diagnosa Tujuan, Kriteria Hasil Intervensi
(D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (1.08238)
Nyeri akut Setelah dilakukan Intervensi 1. Identifikasi lokasi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 jam ,karakteristik,durasi,
agen pencedera fisik ,maka Nyeri akut menurun frekuensi,kualitas nyeri
(prosedur operasi) dengan kriteria hasil : 2. Observasi tanda-tanda vital
1. Keluhan nyeri menurun (5) klien
2. Meringis menurun (5) 3. Berikan Teknik non
3. Sikap protektif menurun (5) farmakologis untuk
4. Pola nafas membaik (5) mengurangi rasa nyeri,misal
5. Tekanan darah membaik (5) terapi music
6. Pola tidur membaik (5) 4. Pertahankan lingkungan
yang tenang dan suasana
yang nyaman
5. Ajarkan teknik relaksasi
dengan menarik nafas dalam
saat nyeri timbul
6. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
(D.0036) Keseimbangan cairan Pemantauan Cairan (1.03121)
Resiko (L.03020) 1. Monitor frekuensi
ketidakseimbangan Setelah dilakukan Intervensi kekuatan nadi
cairan dibuktikan keperawatan selama 1x 24 jam 2. Monitor frekuensi nafas
dengan ,maka keseimbangan cairan 3. Monitor tekanan darah
trauma/perdarahan meningkat dengan kriteria hasil : 4. Dokumentasikan hasil
1. Haluaran urin meningkat (5) pemantauan
2. Tekanan darah membaik (5)
3.Turgor kulit membaik (5)
4.Denyut nadi membaik (5)

(D.0012) Tingkat perdarahan (L.02017) Pencegahan perdarahan


Resiko perdarahan (1.02067)
dibuktikan dengan Setelah dilakukan Intervensi
1. Monitor tanda dan gejala
tindakan keperawatan selama 1x 24 jam
pembedahan perdarahan
,maka tingkat perdarahan
2. Monitor nilai Hematokrit dan
menurun dengan kriteria hasil :
Hemoglobin
1.Hematuria menurun (5)
3. Pertahankan bed rest selama
2.Hematokrit membaik (5)
perdarahan
3.Hemoglobin membaik (5)
4. Jelaskan tanda-tanda
4.Tekanan darh membaik (5)
perdarahan
5.Denyut nado membaik (5)
5. Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan
6. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan
(D.0142) Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (1.14539 )
Resiko infeksi Setelah dilakukan Intervensi 1. Monitor tanda-tanda vital
dibuktikan dengan keperawatan selama 2x 24 jam serta tanda – tanda infeksi
efek prosedur maka,Tingkat infeksi menurun (jumlah, warna, dan bau
invasif dengan kriteria hasil : dari luka operasi)
1. Kadar sel darah putih 2. Rawat luka dengan teknik
membaik (5 ) septik dan antiseptik
2. Nyeri menurun (5 ) 3. Anjurkan klien untuk
3. Demam menurun (5) mengkonsumsi makanan
4. Bengkak Menurun(5) tinggi protein dan intake
5. Cairan berbau busuk cairan yang adekuat
menurun (5) 4. Anjurkan klien untuk
6. Kemerahan menurun (5) mobilisasi secara bertahap
5. Anjurkan klien untuk
menjaga kebersihan,
meminimalkan infeksi
nasokomial dengan
menjaga kebersihan
lingkungan dan batasi
pengunjung
6. Kolaborasi dalam
penatalaksanaan
pemberian antibiotik
Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan
2018
FORMAT
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : Winarni,S.Kep


NIM : 02202208073

I. PENGKAJIAN
Data Demografi Pasien
Nama : Tn.”S”
T.T.L : 31 Desember 1953
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : S1
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
TB/BB : 160/50
Alamat /No.Tlp : Karang manis, Bentak,Sidoharjo,Sragen
Orang Terdekat yang : Tn.”R”
Dihubungi
Hubungan : Anak
Alamat : Karang Manis,Bentak,Sidoharjo, Sragen
No. Telp :
Masuk Panti :-
Riwayat Keluarga
Pasangan ( Hidup)
Status Pernikahan : Nikah
Umur : 68 tahun
Pekerjaan : IRT
Pasangan (meninggal)
Tahun meninggal :
Penyebab Kematian :
Anak Anak :
Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan Saat ini : Pensiunan

Pekerjaan sebelumnya : Guru


Sumber pendapatan dan : Sekolah
Kecukupan
Riwayat Lingkungan hidup
Tipe tempat tinggal :
Jumlah kamar : 4 Kamar
Jumlah orang serumah : 2 0rang
Derajat privasi :
Riwayat Rekreasi
Hobi/ Minat : Jalan -jalan
Liburan/ perjalanan atau : tidak ada riwayat perjalanan
rekrasi lainnya
Sistem Pendukung Kesehatan
Dokter,perawat, :-
klinik, dan
perawatan
kesehatan di panti
Deskripsi kekhususan
Hari khusus yang : tidak ada
dirayakan, kebiasaan
kebiasaan khusus,
kebiasan sebelum tidur
Status Kesehatan Saat ini
Keluhan Utama Saat ini : Pasien mengatakan nyeri sekali pada saluran kencing ,panas.Skala
nyeri 7,wajah terlihat menahan nyeri
Riwayat keluhan Utama : Sebelum masuk RS pasien mengeluh sulit BAK,terpasang DC 2
way no 16

Pengetahuan/ : Pasien tahu nama penyakit yang dialaminya


pemahaman terhadap
masalah kesehatan yang
Dialami
Obat obatan yang : Tidak ada
dikonsumsi (nama dosis,
tanggal resep diperoleh)
Status kesehatan umum : 1 Bulan yang lalu mengeluh BAK sulit
selama setahun terakhir
Status kesehatan umum : Tidak ada
selama 5 tahun terakhir
Pola Pola Kebiasaan
Pola Makan : makan 3x 1 porsi dengan nasi sayur dan lauk
Pola Eliminasi urine : BAK Sulit sebelum dilakukan tindakan operasi, BAK lancar setelah
dilakukan tindakan operasi,pasien terpasang DC no 20 Three Way
disertai irigasi terfiksasi dipaha kiri, warna urin agak kemerahan
Pole eliminasi bowel : Selama sakit diRS pasien belum pernah BAB
Pola Aktivitas : Pasien terlihat protektif saat akan mengubah posisi badan
Pola Tidur : tidak ada masalah untuk pola tidur
Pola Personal Hygiene : selama diRS personal hygiene sendiri,keluarga hanya menyiapkan
saja
Pemeriksaan Fisik
TTV TD : 150/90 mmHg N: 98x/mnt RR : 20 x/mnt S : 36,5
Keadaan UMUM (beri check untuk gejala yang dialami) Y TIDAK
A
Mudah Lelah √
Merasa BB menurun √
Nafsu Makan menurun √
Nafsu makan meningkat √
Demam √
Keringat malam √
Gangguan tidur √
Sering pilek √
Integumen (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Lesi/ luka pada kulit √
Pruritus √
Perubahan warna kulita √
Perubahan tekstur kulit √
Sering memar √
Penyembuhan luka lambat √
Hempoetik (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Perdarahan abnormal (gusi, feses, urine) √
Pembengkakan kelenjar limfe √
Anemia √
Riwayat transfusi darah √
Kepala (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Sakit kepala/ Nyeri kepala √
Trauma kepala masa lalu √
Gatal gatal di kulit kepala √
Rambut rontok/mudah tercabut dan patah √
Kulit kepala bersih √
Rambut bersih dan bersinar √
Mata (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Perubahan pengilhatan √
Menggunakan Kaca mata √
Nyeri pada mata √
Air mata berlebihan √
Bengkak disekitar mata √
Diplopia √
Mata Kabur √
Telinga (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Penurunan pendengaran √
Tinitus √
Vertigo √
Alat bantu dengar √
Hidung/Sinus(beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Rinorea √
Epistaksis √
Polip √
Mendengkur √
Nyeri pada sinus √
Riwayat infeksi √
Mulut/ Tenggorokan (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Sakit tenggorokan √
Lesi/luka pada mulut √
Perubahan suara √
Kesulitan menelan √
Perdarahan pada gusi √
Karies √
Gigi palsu √
Sakit gigi √
Leher (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Kekakuan leher √
Nyeri tekan √
Benjolan/ masa pada leher √
Keterbatasan gerak √
Pembesaran kelenjar tiroid √
Payudara (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Benjolan abnormal pada payudara √
Nyeri tekan √
Bengkak √
Keluar cairan dari puting susu √
Perubahan bentuk puting susu √
Respirasi (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Batuk √
Sesak Napas √
Hemoptisis √
Sputum √
Ronchi √
Whezing √
Kardiovaskuler (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Nyeri dada/ ketidaknyamanan √
Palpitasi √
Sesak napas √
Dispneu pada aktivitas √
Dispneu nokturnal proksimal √
Ortopnea √
Mur mur √
Edema √
Varises √

Gastrointestinal (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK


Disfagia √
Nyeri ulu hati √
Mual dan muntah √
Hematemesis √
Perubahan nafsu makan √
Ikterik √
Benjolan/ masa √
Diare √
Konstipasi √
Melena √
Hemoroid √
Perdarahan rectum √
Genitourinaria (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Disuria √
Retensi urin √
Inkontinensia urin √
Poliuria √
Oliguria √
Nyeri saat berkemih √
Neurologi (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Sakit kepala migrain √
Kejang √
Sinkope √
Paralisis √
Tremor √
Parastesia √
Riwayat cidera kepala √
Gangguan kordinasi √
Gangguan memori √
Endokrin (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Intoleransi terhadap panas √
Intoleransi terhadap dingin √
Goiter √
Pigmentasi kulit √
Perubahan rambut √
Polifagia √
Polidipsia √
Poliuria √
Reproduksi Pria (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Lesi √
Nyeri testikuler √
Masa testikuler √
Masalah prostat √
Penyakit kelamin √
Perubahan aktivitas seksual √
Reproduksi Wanita (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Lesi √
Dispareunia √
Nyeri pelvik √
Pedarahan √
Penyakit kelamin √
Menopause √
Riwayah operasi √
Psikososial (beri check untuk gejala yang dialami) YA TIDAK
Cemas √
Depresi √
Insomnia √
Menangis/ sedih √
Gugup √
Takut √
Sulit kosentrasi √
Marah √
Pemeriksaan Status Fungsional Lansia/ Tingkat Ketergantungan Lansia (Indeks ADL’s Barthel )

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketergantunag lansia dalam terhadap orang
lain dalam memenuhi kebutuhan ADL nya.
Prosedur pemeriksaan : lingkari skor yang sesuai dengan kondisi pasien, lalu jumlahkan total
skor.
Skor 20 = lansia mandiri, 12 – 19 = ketergantungan ringan, 9 – 11 = ketergantungan sedang, 5 –
8 = ketergantungan berat, 0 -4 = ketergantungan total.

Aktivitas Kemampuan Skor


Makan Mandiri 2
Perlu bantuan orang lain untuk memotong 0
makanan
Tergantung penuh pada pertolongan orang lain 1
Berpakaian Mandiri 2
Sebagian dibantu 1
Tegantung orang lain 0
Mandi Mandiri 1
Tergantung orang lain 0
Berjalan / mobilisasi Mandiri 3
Dibantu satu orang / walker 2
Dengan kursi roda 1
Tidak mampu 0
Transfer (tidur >>> duduk) Mandiri 3
Dibantu satu orang 2
Dibantu dua orang 1
Tidak mampu 0
Naik turun tangga Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tidak mampu 0
Mengontrol BAB Kontinen teratur 2
Kadang kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
Mengontrol BAK Kontinen teratur 2
Kadang kadang inkontinen 1
Inkontinen 0
Menggunakan toilet (pergi ke/dari Mandiri 2
toilet, melepas/mengenaka celana, Perlu pertolongan 1
menyeka dan menyiram) Tergantung orang lain 0
Membersihkan diri (lap muka, sisir Mandiri 1
rambut, sikat gigi) Perlu pertolongan 0
TOTAL SKOR 20

Kesimpulan : Lansia Mandiri

Pengkajian Status Fungsional / Tingkat Kemandirian (Indeks KATZ)


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemandirian lansia dalam kehidupan sehari
hari.
Prosedur pemeriksaan : berilah nilai ”1” atau ”0” pada skor yang sesuai dengan kondisi pasien,
lalu jumlahkan total skor. Nilai ”1” = mandiri, nilai ”0” = bergantung.
Total Skor 6 = berfungsi sepenuhnya atau lansia mandiri, skor 3 – 5 = gangguan sedang atau
lansia dibantu, skor < 2 = gangguan fungsi berat atau lansia memiliki ketergantungan.

No Aktivitas Mandiri ”1” Bergantung ”0”


Lansia
1 Mandi Tidak membutuhkan bantuan Memerlukan bantuan terhadap lebih
atau menerima bantuan saat dari satu bagian tubuh (tidak mampu
mandi hanya pada bagian mandi sama sekali)
Skor : 1 tubuh tertentu seperti
punggung.
2 Berpakaian Mampu mengambil dan Memerlukan bantuan mengambil dan
mengenakan secara lengkap mengenakan pakaian ataua bila tidak
tanpa memerlukan bantuan pasien tidak akan berpakaian
Skor : 1 kecil saat menalikan sepatu lengkapan atau tidak berpakaian sama
sekali
3 Berpindah Bergerak naik turun dari Tidak turun dari tempat tidur sama
tempat tidur dan kursi tanpa sekali apabila turun membutuhkan
Skor : 1 memerlkukan bantuan bantuan penuh
(mungkin membutuhkan
pegangan atau walker)
4 Aktivitas Aktivitas baik tanpa Dengan pengawasan dan bantuan
pengawasan atau tanpa penuh
Skor : 1 bantuan
5 Toileting Pergi ke toilet, membuka baju, Tidak mampu ke toilet untuk proses
dan membersihkan genitalia eliminasi
Skor : 1 sendiri tanpa
bantuan
6 Inkontinensia Mengendalikan perkemihan Pengawasan dilakukan, memerlukan
dan defekasi secara mandiri, bantuna dalam mengendalikan
Skor : 1 kadang terjadi perkemihan dan defekasi
ketidaksengajaan

Total Skor : 6 Kesimpulan : berfungsi sepenuhnya

Pengkajian Status Kognitif Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kognitif lansia yang berhubungan dengan
memori jangka pendek.
Prosedur pemeriksaan : tuliskan jawaban lansia pada kotak yang tersedia sesuai pertanyaan, dan
beri nilai ”+” untuk jawaban yang benar, dan nilai ”-” untuk jawaban yang salah atau tidak tau.
Hitung jumlah nilai ”-”.
Total kesalahan ”-” 0 -2 = fungsi intelektual utuh, kesalahan 3-4 = kerusakan intelektual ringan,
kesalahan 5 – 6 = kerusakan intelektual sedang, kesalahan 7 – 10 = kerusakan intelektual berat.

No Pertanyaan Jawaban Nilai (+ / - )


1 Tanggal berapa hari ini ? empat +
2 Hari apa sekarang ? Rabu +
3 Apa nama tempat ini ? RS PKU +
4 Berapa nomor telepon anda. Nomor telpon tidak punya _
Dimana alamat anda (jika tidak Alamat :karang manis
memiliki nomor telepon)
5 Berapa umur anda sekarang ? 70 an +
6 Kapan anda lahir ? 31 Desember 1953 +
7 Siapa presiden indonesia sekarang ? Pak jokowi +
8 Siapa nama presiden sebelumnya ? SBY +
9 Siapa nama kecil ibu anda ? Wagiyem +
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17 +
pengurangan 3 dari setiap angka
baru semua secara menurun
Total Nilai Kesalahan ( - ) :1
Kesimpulan : Fungsi intelektual utuh

Pengkajian Aspek Kognitif dan Fungsi Mental Mini Mental State Exam (MMSE)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui aspek kognitif dan status mental lansia.
Prosedur pemeriksaan : tuliskan kemampuan menjawab lansia pada kotak skor yang tersedia.
Masing masing pertanyaan memiliki skor maksimal dan tuliskan skor kemampuan lansia
menjawab dan jumlahkah total akhir skorr .
Total skor 24 – 30 = kognitif normal, 17 – 23 = gangguan kognitif ringan, 0 – 16 = gangguan
kognitif berat.

Test Penilaian Skor Skor


Maksimal Lansia
Orientasi Tanyakan kepada lansia tentang Waktu : 5
. Jam
. Hari 5
. Tanggal
. Bulan
. Tahun
Tanyakan tentang tempat (dimana kita 5
sekarang)
1. Nama tempat
2. Kelurahan 5
3. Kecamatan
4. Kabupaten
5. Provinsi
Registrasi Pemeriksa membutuhkan 3 nama benda 3
Meja Kursi Lemari
(Tiap benda disebutkan dalam satu detik 3
kemudian meminta pasien mengingat dan
mengulang kembali tiga objek yang
disebutkan pemeriksaan)

Perhatian dan Menghitung mundur mulai dari angka 100 5


perhitungan dikurangi 7, berhenti setelah jawaban kelima
1. 100 – 7 = 93
2. 93 – 7 = 86
3. 86 – 7 = 79 5
4. 79 – 7 = 72
5. 72 – 7 = 65

Atau mengeja kata K A R T U dari belakang


UTRAK
Mengingat Kembali Pasien diminta kembali mengulang 3 nama 3
yang tadi disebutkan dinomor sebelumnya 3
Meja Kursi Lemari
Bahasa Reponden menyebutkan tiga benda yang 2 2
ditunjuk oleh pemeriksa
Pengulangan Responden mengulang kata kata yang 1
diucapkan pemeriksa 1
: NAMUN JIKA AKAN TETAPI

Pengertian Verbal Pemeriksa meminta pasien melakukan tiga 0


perintah
1. Ambil kertas dengan tangan kanan 3
2. Lipat kertas menjadi 2 bagian
3. Letakkan kertas dilantai
Perintah tertulis Pemeriksan menulis satu kata 1
” TUTUP MATA 1
Minta responden melakukan perintah yang
ditulis pemeriksa

Menulis Kalimat Pemeriksa meminta pasien menulis satu 1 1


kalima yang bermakna
(Subyek + Predikat + Obyek+ Keterangan)
Menggambar / Pasien diminta menirukan gambar dibawah ini 1 0
Konstruksi

Total Skore 29

Kesimpulan : kognitif normal,


Pengkajian Inventaris Depresi BECK
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat depresi yang dialami lansia.
Prosedur pemeriksaan : lingkari angka sesuai uraian atau jawaban lansia pada masing masing
komponen pemeriksaan dan hitung total akhir skore.
Total Skore 0 – 4 = tidak ada depresi, 5 – 7 = depresi ringan, 8 – 15 = depresi sedang, 16+ =
depresi berat
Skore
Uraian
A. Kesedihan

3 Saya sangat sedih /tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya.

2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya.
1 Saya merasa sedih atau galau.
0 Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik.
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan.
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai sebagai orang tua.(suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan.
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0 Saya tidak merasa gagal.
D. Ketidak Puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya tidak merasa tidak puas.
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga.
2 Saya merasa sangat bersalah.
1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri.
2 Saya muak dengan diri saya sendiri.
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan.
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
1 Saya merasa lebih baik mati.
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri.
H. Menarik Diri dari Sosial

3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada
mereka semuanya.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan

3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.


2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
1 Saya berusaha mengambil keputusan.
0 Saya membuat keputusan yang baik.
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan.
2 Saya merasa bahwa aada perubahan-perubahan yang permanen dalam penampilan
saya dan ini membuat saya tak menarik.
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik.
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya.
K. Kesulitan Kerja

3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.


2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu.
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu.
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya.
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai napsu makan sama sekali.
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Dari Beck AT, Beck RW : Screening depresed patients in family practice (1972)
Total Skore : 0 Kesimpulan :Tidak ada depresi.
Pengkajian APGAR Keluarga dengan Lansia
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi sosialisasi lansia.
Prosedur pemeriksaan : berikan skore pada masing masing jawaban lansia dengan skore 0 jika
tidak pernah, 1 jika kadang kadang, dan 2 jika selalu. Hitung total skore dan interprestasikan.
Total skore < 3 = disfungsi keluarga sangat tinggi, skore 4 – 6 = disfungsi keluarga sedang, 7 – 10
=fungsi sosialisasi keluarga sehat

No Fungsi Uraian Skore


1 Adaption Saya puas bahwa saya dapat kembali bersama teman teman/ 2
keluarga saya untuk membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
2 Patnership Saya puas dengan cara teman teman/ keluarga saya 2
membicarakan dan mendukung keinginanan saya untuk
melakukan aktivitas
3 Growth Saya puas bahwa teman teman/ keluarga saya menerima 2
dan mendukung keinginan saya melakukan aktivitas
4 Affection Saya puas bahwa teman teman/ keluarga saya 2
mengekspresikan efek dan meresepon terhadap emosi
emosi saya seperti marah, sedih atau mencintai
5 Resolve Saya puas dengan cara teman teman/ keluarga saya dan 2
saya menyediakan waktu bersama sama
Dari Smilkstein G 1982
Total Skore 10

Kesimpulan : Fungsi sosialisasi keluarga sehat


Pengkajian resiko jatuh skore 2 : Kesimpulan : Resiko rendah

Terapi : - Infus RL 20 tpm terpasang ditangan kiri


Injeksi Ceftriaxon 1gr/12 jam
Kalnex 250 mg/8 jam
Ranitidin 1amp/12 jam
Ketorolac 1amp/8 jam
Hasil Laborat
Darah Rutin tanggal 4 april 2023
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJU
KAN
Haemoglobin 9,7 g/dL 12 12.30-15.30

Lekosit 11.900 ul 4400-11.300

Trombosit 209.000 /ul 150.000 –350.000

Hematokrit 37,3 % 35-47

Eritrosit 3,95 106/ul 4,1-5,4

MCV 81,8 fL 80.0 –96.0

MCH 25,3 Pg/cell 28.0 –33.0

MCHC 30,9 g/dL 33 –36.0

Basofil 0.1 % 0–1

Eosinofil 0.0 % 2–4

Netrofil 84.9 % 50 – 70

Limfosit 9,5 % 25 – 40

Monosit 5,4 % 2–8

NLR 8,64 < 3.13

GDS 183

Ureum 0,7 0-1,19


Mg/dl
Creatinin 24 Mg/dl 16-55
Urin Rutin tanggal 4 April 2023
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJU
KAN
Warna Kuning Tua -

Kekeruhan Agak keruh -

PH 9,0 -

Berat jenis 1010 Mg/dl

Protein Positif (+2) -

Glukosa Negatif -

Uribilin Negatif -

Bilirubin Negatif -

Keton Negatif Mg/dl

Darah Positif (+1)

Lekosit Negatif

Nitrit Negatif

Sedimen leukosit 2,5

Sedimen Eritrosit 25-50

Sel Epitel 0-2

Sel Epitel-Silinder -

Kristal Ca fosfat (++)

Darah Rutin tanggal 6 april 2023


PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJU
KAN
Haemoglobin 10,2 g/dL 12 12.30-15.30
Lekosit 9.900 ul 4400-11.300

Trombosit 212.000 /ul 150.000 –350.000

Hematokrit 37,3 % 35-47

Eritrosit 3,95 106/ul 4,1-5,4

MCV 81,8 fL 80.0 –96.0

MCH 25,3 Pg/cell 28.0 –33.0

MCHC 30,9 g/dL 33 –36.0

Basofil 0.1 % 0–1

Eosinofil 0.0 % 2–4

Netrofil 84.9 % 50 – 70

Limfosit 9,5 % 25 – 40

Monosit 5,4 % 2–8

NLR 8,64 < 3.13


II. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
2.1 ANALISIS DATA
No Data Masalah Etiolog
i
1 DS : - Pasien mengatakan nyeri Nyeri Agen pencedera fisik
(prosedur operasi)
sekali pada saluran kencing
- Pasien mengatakan panas
didaerah operasi ,terus
menerus
- Pasien mengatakan Skala
nyeri 7
DO : - TD 150/90 mmHg
- Nadi 98 x/mnt
- Respirasi : 20x/mnt
- Pasien tampak meringis
menahan nyeri
- Pasien terlihat protektif
saat akan mengubah posisi
badan

2 DS : - Resiko Perdarahan Tindakan pembedahan


DO : - Pasien terpasang DC Three
Way disertai irigasi terfiksasi
dipaha kiri,Warna urin agak
kemerahan
- Nilai Lab HB : 9,7 (tanggal
4 April 2023)
- Nilai Lab urin rutin
ditemukan darah (+1)
3 DS : - Resiko Infeksi Efek prosedur invasif
DO : - Pasien terpasang DC Three
Way disertai irigasi terfiksasi
dipaha kiri
- Terpasang infus ditangan kiri
sejak 3 april 2023
-Nilai Lab leukosit : 11900 ul
(tanggal 4 April 2023)
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

2. Resiko perdarahan dibuktikan dengan tindakan pembedahan

3. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif


III. NTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Kep Luaran Intervensi
(D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (1.08238)
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Intervensi 1. Identifikasi lokasi
agen pencedera fisik (prosedur
keperawatan selama 1x 24 jam ,karakteristik,durasi,
operasi)
,maka Nyeri akut menurun frekuensi,kualitas nyeri
dengan kriteria hasil : 2. Observasi tanda-tanda vital klien
1.Keluhan nyeri menurun (5) 3. Berikan Teknik non
2.Meringis menurun (5) farmakologis untuk mengurangi rasa
3.Sikap protektif menurun (5) nyeri,misal terapi music
4.Pola nafas membaik (5) 4. Pertahankan lingkungan yang
5.Tekanan darah membaik (5) tenang dan suasana yang nyaman
5. Ajarkan teknik relaksasi dengan
menarik nafas dalam saat nyeri
timbul
6. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
(D.0012) Tingkat perdarahan (L.02017) Pencegahan perdarahan (1.02067)
Resiko perdarahan dibuktikan 1.Monitor tanda dan gejala perdarahan
dengan tindakan pembedahan Setelah dilakukan Intervensi
2.Monitor nilai Hematokrit dan
keperawatan selama 1x 24 jam
Hemoglobin
,maka tingkat perdarahan
3.Pertahankan bed rest selama
menurun dengan kriteria hasil :
perdarahan
1.Hematuria menurun (5)
4.Jelaskan tanda-tanda perdarahan
2.Hematokrit membaik (5)
5.Anjurkan segera melapor jika
3.Hemoglobin membaik (5)
terjadi perdarahan
4.Tekanan darah membaik (5)
6. Kolaborasi pemberian obat
5.Denyut nadi membaik (5) pengontrol perdarahan

(D.0142) Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (1.14539 )


Resiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan Intervensi 1. Monitor tanda-tanda vital serta
dengan efek prosedur invasif keperawatan selama 2x 24 jam tanda – tanda infeksi (jumlah,
maka,Tingkat infeksi menurun warna, dan bau dari luka operasi)
dengan kriteria hasil : 2. Rawat luka dengan teknik septik
1.Kadar sel darah putih dan antiseptik
membaik (5 ) 3. Anjurkan klien untuk
2.Nyeri menurun (5 ) mengkonsumsi makanan tinggi
protein dan intake cairan yang
adekuat
4. Anjurkan klien untuk mobilisasi
secara bertahap
5. Anjurkan klien untuk menjaga
kebersihan, meminimalkan
infeksi nasokomial dengan
menjaga kebersihan lingkungan
dan batasi pengunjung
6. Kolaborasi dalam
penatalaksanaan pemberian
antibiotik
I. IMPLEMENTASI & EVALUASI

Hari/ Dx. Implementasi Evalua Nama


Tangga Kep si dan
l SOAP TTD
Perawat
5 April 2023 Nyeri akut berhubungan  Mengidentifikasi S : pasien mengatakan biasanya
/09.00 WIB dengan agen pencedera lokasi,karakteristik,durasi, tensinya normal sus.malam bisa
fisik (prosedur operasi) frekuensi,kualitas nyeri tidur,masih terasa nyeri
 Mengobservasi tanda-tanda vital
klien O: TD : 150/80 mmHg
Nadi 98 x/menit Win
 Mengajarkan teknik relaksasi dengan
Rr :24 x/mnt
menarik nafas dalam
Skala nyeri 7
 Memberikan injeksi analgetik
Pasien mampu
ketorolac 1 Ampul
mendemontrasikan cara nafas
dalam

5 April 2023  Mengontrol lingkungan dari S:-


/17.00 WIB O : Pasien tampak beristirahat Win
kebisingan pengunjung
dengan nyaman
 Mengobservasi tanda –tanda vital
TD :150/70 mmHg
Nadi 80 x/mnt
Skala nyeri 6
Wajah rileks
A : Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
5 April 2023 Resiko perdarahan  Memonitor tanda dan gejala S : Pasien mengatakan iya Win
/07.00 WIB dibuktikan dengan sus,nnt kalo selang pipis terlihat
perdarahan
tindakan pembedahan merah sy segera lapor
 Menjelaskan tanda – tanda O : Pasien tampak mengerti
TD :150/70 mmHg
perdarahan Nadi 80 x/mnt
 menganjurkan segera melapor Skala nyeri 7
Wajah rileks
 Mempertahankan bed rest selama
perdarahan

5 April 2023
/09.00 WIB S: Pasien mengatakan air
 Memberikan injeksi kalnex 250 pipis masih semburat merah Win

mg O : Selang pipis terlihat warna


jernih
A :masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Hari/ Dx. Implementasi Evalua Nama
Tangga Kep si dan
l SOAP TTD
Perawat
6 April 2023 Nyeri akut berhubungan  Mengidentifikasi S : pasien mengatakan nyeri
/09.00 WIB dengan agen pencedera lokasi,karakteristik,durasi, sudah menurun
fisik (prosedur operasi) frekuensi,kualitas nyeri
 Mengobservasi tanda-tanda vital O: TD : 140/80 mmHg
klien Nadi 80 x/menit
Rr :20 x/mnt Win
 Mengajarkan teknik relaksasi dengan
Skala nyeri 3
menarik nafas dalam
 Memberikan injeksi analgetik
ketorolac 1 Ampul

S:-
O : Pasien tampak beristirahat
dengan nyaman
6 April 2023  Mengontrol lingkungan dari TD :130/70 mmHg
/17.00 WIB (Score 5) Win
kebisingan pengunjung
Nadi 80 x/mnt
 Mengobservasi tanda –tanda vital
Skala nyeri 3 (Score 5)
Wajah rileks (Score 5)
A : Masalah teratasi
P: Perahankan intervensi
6 April 2023 Resiko perdarahan  Memonitor tanda dan gejala S: Pasien mengatakan air Win
/09.00 WIB dibuktikan dengan perdarahan pipis bening,jernih
tindakan pembedahan  Memberikan injeksi kalnex 250 O : Selang pipis terlihat warna
jernih
mg TD :150/70 mmHg
Nadi 80 x/mnt
Hasil HMT :37,3
A : Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi

6 April 2023 Resiko infeksi  Memonitor tanda –tanda infeksi S : Pasien mengatakan bersedia Win
/09.00 WIB dibuktikan dengan  Menganjurkan klien untuk untuk makan tinggi protein
efek prosedur mengkonsumsi makanan tinggi O : Pasien tampak mengerti
invasive protein dan intake cairan yang TD :140/70 mmHg
adekuat Nadi 80 x/mnt
 Menganjurkan klien untuk menjaga Hasil AL tgl 6 april 9900 (5)
kebersihan, meminimalkan infeksi Suhu 36 ◦C
nasokomial dengan menjaga Skala nyeri 4 (5)
kebersihan lingkungan A: Masalah teratasi
 Memberikan injeksi Ceftriaxon 1gr P : Pertahankan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai