Disusun oleh :
LAILA ISTIQOMAH
SRP 21318051
panggul pria di bawah kandung kemih di depan rectum. Kelenjar ini terdiri dari
jaringan kelenjar dinding uretra yang menonjol pada masa pubertas. Kelenjar prostat
mengelilingi uretra, yaitu saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke penis
penyakit yang sering terjadi pada pria dewasa dimana terjadi pembesaran prostat
(Dipiro et al, 2015). BPH terjadi pada zona transisi prostat, dimana sel stroma dan sel
epitel berinteraksi. Sel ini tumbuh dipengaruhi oleh hormon seks dan respon sitokin.
Pada penderita BPH, hormon dihidrotestosteron (DHT) sangat tinggi dalam jaringan
prostat. Sitokin dapat memicu respon insflamasi dengan menginduksi epitel. Prostat
yaitu hiperaktif kandung kemih, inflamasi, pancaran miksi lemah (Skinder et al,
2016).
jinak yaitu nookturia, inkotinensia urin, aliran urin tersendat, mengeluarkan urin
disertai darah dan merasa tidak tuntas setelah berkemih (Dipiro et al, 2015).
B. Etiologi
pada usia lanjut. Faktor pertumbuhan (growth factor) sebagai pemacu pertumbuhan
1
stroma kelenjar prostat, meningkatnya lama hidup sel prostat karena berkurangnya
sel yang mati dan terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan
produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan (Purnomo,
2012).
hormon pemicu utama terjadinya proliferasi kelenjar dan stroma pada pasien
BPH. DHT berikatan dengan reseptor pada nukleus dan pada gilirannya
Estrogen pada prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat
2
kematian sel-sel prostat. Akibatnya sel-sel prostat mempunyai umur yang lebih
Sel-sel stroma mendapat stimulasi dari DHT dan estradiol yang kemudian
sendiri dan sel epitel. Stimulasi itu menyebabkan proliferasi sel-sel stroma
TGF-ß berperan dalam proses ini. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang
mampu mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis. Kehidupan sel ini
3
C. Klasifikasi
1. Derajat I : Pada colok dubur didapatkan penonjolan prostat dengan batas atas
2. Derajat II : Pada colok dubur didapatkan penonjolan prostat jelas dengan batas
3. Derajat III : Pada colok dubur batas atas prostat tidak dapat diraba. Sisa volume
urine >100ml.
A. Laki-laki yang memiliki umur 50 tahun memiliki risiko sebesar 6,24 dibanding
dengan laki-laki yang berumur < 50 tahun. Sesuai dengan pertambahan usia,
kadar testosteron mulai menurun secara perlahan pada usia 30 tahun dan turun
B. Risiko BPH pada laki-laki dengan riwayat keluarga yang pernah menderita BPH
sebesar 5,28 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat
keluarga yang pernah menderita BPH. Dimana dalam riwayat keluarga ini
terdapat mutasi dalam gen yang menyebabkan fungsi gen sebagai gen penekan
tanpa adanya batas kendali. Hal ini memenuhi aspek biologic plausibility dari
asosiasi kausal.
memiliki risiko 5,35 lebih besar untuk terkena BPH dibandingkan dengan yang
4
mengkonsumsi makanan berserat dengan frekuensi tinggi. Diet makanan berserat
yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Nikotin dan konitin (produk pemecahan
E. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, pasien BPH adalah gejala pada saluran kemih bagian bawah
atau lower urinary track symptoms (LUTS). Gejala pada saluran kemih bagian
bawah terdiri dari gejala iritiatif (storage symptoms) dan gejala obstruktif (voiding
didesak oleh prostat yang membesar. Gejala yang terjadi berupa harus menunggu
pada permulaan miksi (hesistancy), pancaran miksi yang lemah (weak stream), miksi
pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna pada saat miksi atau berkemih,
sehingga kandung kemih sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejala yang
terjadi adalah frekuensi miksi meningkat (frequency), nookturia, dan miksi sulit
penderita pembesaran prostat jinak yaitu nookturia, inkotinensia urin, aliran urin
tersendat-sendat, mengeluarkan urin disertai darah, dan merasa tidak tuntas setelah
5
F. Patofisiologi
dengan DHT. Hormon ini merupakan hormon yang mengacu pertumbuhan prostat
sintesis dalam kelenjar prostat dari hormon testosterone dalam darah. Proses sintesis
ini dibantu oleh enzim 5-reduktase tipe 2. Selain DHT sebagai precursor, estrogen
usia, maka prostat akan lebih sensitif dengan stimulasi androgen, sedangkan estrogen
melebihi batas normal, maka akan terjadi desakan pada traktus urinarius. Pada tahap
dorongan mengejan dan kontraksi yang kuat dari m. detrusor mampu mengeluarkan
urine secara spontan. Namun, obstruksi yang sudah kronis membuat dekompensasi
kemih.
Keluhan yang biasanya muncul dari obstruksi yaitu dorongan mengejan saat
miksi yang kuat, pancaran urine lemah/menetes, dysuria (saat kencing terasa
terjadi pada klien BPH menimbulkan penekanan pada prostat dan jaringan sekitar,
sehingga menimbulkan iritasi pada mukosa uretra. Iritabilitas inilah yang akan
misalnya hidronerfosis, gagal ginjal, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
6
kateterisasi untuk tahap awal sangat efektif untuk mengurangi distensi vesika
Pembesaran pada BPH terjadi secara bertahap mulai dari zona periuretral dan
transisional. Hyperplasia ini terjadi secara nodular dan sering diiringi oleh
prolliferasi fibromuskulat untuk lepas dari jaringan epitel. Oleh karena itu, hiperplasi
zona transisional dan zonna sentral pada prostat berasal dari turunan duktus wolffi
dan proliferasi zona perifer berasal dari sinus urogenital. Sehingga, berdasarkan latar
belakang embriologis inilah bisa diketahui mengapa BPH terjadi pada zona
transisional dan sentral, sedangkan Ca prostat terjadi pada zona perifer (Prabowo,
7
G. Pathway
8
9
H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
kontraktil terhadap agonist yang terkait. Pemberian obat yang secara selektif
2008).
b. Penghambat 5 α-reductase
reductase di dalam sel prostat. Penurunan kadar DHT akan menurunkan pula
c. Fitoterapi
untuk tujuan medis. Penggunaan fitoterapi pada BPH mulai banyak dilakukan
adalah potongan kecil-kecil dari palmetto berry, kulit kayu Pygeum africanum,
akar Echinacea purpurea,dan Hypoxis rooper, ekstrak serbuk sari dan daun
poplar.
10
2. Nonfarmakologi
a. Watchful waiting
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah
tidak mendapat terapi namun hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal
1) Microwave transurethral
selama prosedur.
11
memberikan energi radiofrekuensi tingkat rendah melalui jarum kembar
prostat. Sebuah komputer mengontrol suhu air, yang mengalir ke balon dan
wilayah yang tepat prostat. Sekitar jaringan dalam uretra dan kandung
c. Bedah
1) Operasi transurethral.
irigasi, dan loop listrik yang memotong jaringan dan segel pembuluh darah.
2) Open surgery
12
Dalam beberapa kasus ketika sebuah prosedur transurethral tidak
(>100 gram), ketika ada komplikasi, atau ketika kandung kemih telah rusak
Penyulit yang dapat terjadi adalah inkontinensia uirn (3%), impotensia (5-
3) Operasi laser
pada suhu yang lebih dari 100oC mengalami vaporasi. Teknik laser
sampai 2 bulan, tidak langsung dapat miksi spontan setelah operasi dan peak
I. Komplikasi
Menurut Arifiyanto (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat
adalah :
2. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi.
13
3. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu.
4. Hematuria.
5. Disfungsi seksual.
14
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian focus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita BPH merujuk
pada teori menurut Smeltzer dan Bare (2002), Tucker dan Canobbio (2008) serta
1. Anamnesa
Prostat hanya dialami oleh pria, keluhan yang sering dialami oleh klien disebut
dengan Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) yang terdiri dari hesistansi,
pancaran urine lemah, intermittensi, ada sisa urine pasca miksi, urgensi,
Kaji apakah memilki riwayat infeksi saluran kemih (ISK), adakah riwayat
/ hernia sebelumnya.
Kaji adanya keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit
BPH.
a. Eliminasi
Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu,
menetes, jumlah pasien harus bangun pada malam hari untuk berkemih
15
tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi
minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang
Kaji lama tidur pasien, adanya waktu tidur yang berkurang karena
d. Nyeri/kenyamanan.
Nyeri supra pubis, panggul atau punggung, tajam, kuat, nyeri punggung
bawah.
penggunaan alkhohol.
f. Pola aktifitas
Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit. Pada umumnya
16
g. Seksualitas
i. Pemeriksaan fisik
Adanya peningkatan nadi dan tekanan darah. Hal ini merupakan bentuk
kompensasi dari nyeri yang timbul akibat obstruksi meatus uretralis dan
adanya distensi bladder. Jika retensi urine berlangsung lama sering ditemukan
adanya tanda gejala urosepsis (peningkatan suhu tubuh) sampai pada syok
septik.
Obstruksi kronis pada saluran kemih akibat BPH menimbulkan retensi urine
pada bladder. Hal ini memicu terjadinya refluks urine dan terjadi
adanya rabaan pada ginjal. Pada palpasi supra simfisis akan teraba distensi
bladder (ballotemen).
17
Pemeriksaan RC (Rectal Toucher) adalah pemeriksaan sederhana yang paling
1) Laboratorium
nilai PSA <4ng/ml tidak perlu dilakukan biopsy. Sedangkan bila nilai
2) Radiologis/pencitraan
18
volume residu urin serta untuk mencari kelainan patologi lain, baik yang
kegagalan ginjal.
19
Diagnosa Keperawatan
No. Standar Diagnosis Keperawata Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
1. D.004 Inkotinensia urin berlanjut L.04036 kontinensia urine I.04152 manajemen eliminasi urine :
Definisi : pengeluaran urine tidak ekpektasi : membaik Tindakan
terkendali dan terus menerus tanpa
distesi atau perasaan penuh pada kriteria hasil : Observasi
kandung kemih 1. Kemampuan berkemih 1. Identifikasi tanda dan gejala rtensi atau
Gejala tanda mayor meningkat inkontinensia urine
20
2. Ajarkan mengukur cairan dan haluaran urine
3. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu
yang tepat untuk berkemih
4. Ajarkan terapi modalitas, menggunakan otot-otot
panggul
5. Anjurkan minum yang cukup
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra,
jika perlu
2. D.0077 Nyeri akut b. L.08066 tingkat nyeri I.08238 manajemen nyeri
Definisi : pengalaman sensorik atau c. Ekspektasi menurun Definisi : mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
emosional yang berkaitan dengan d. Kriteri hasil : sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan atau fungsional, 1. Kemampuan menuntaskan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset
dengan onset mendadak atau lambat aktifitas meningkat mendadak atau lambat berintensitas ringan hingga berat
dan berintensitas ringan hingga 2. Keluhan nyeri menurun dan konstan.
berat yang berlangsung kurang dari 3. Meringis menurun Tindakan
tiga bulan 4. Sikap protektif menurun Observasi
5. Gelisah menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Gejala dan tanda mayor 6. Kesulitan tidur menurun kualitas, intensitas nyeri
Subjektif Frekuensi nadi membaik 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mengluh nyeri 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
Objektif 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
1. Tampak meringis memperingan nyeri
2. Bersikap protktif (mis. Waspada, 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
posisi menghindari nyeri) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
3. Gelisah 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
4. Frekuensi nadi meningkat 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
21
5. Sulit tidur sudah diberikan
Gejala dan tanda minor 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Subjektif Terapeutik
- 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
Objektif rasa nyeri
1. Tekanan darah meningkat 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
2. Pola nafas berubah 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Nadsu makan berubah 4. Pertimbangkan jenis dan sumber dalam pemilihan
4. Proses berpikir terganggu strategi nyeri
5. Menarik diri Edukasi
6. Berfokus pada diri sendiri 1. Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
7. diaforesis 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
1. 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kola borasi pemberian analgetik, jika perlu
3. D.0055 gangguan pola tidur e. L.05045 pola tidur Ekspektasi: I.09265 dukungan tidur
membaik Kriteria hasil : Tindakan :
Definisi : gangguan kualitas dan 1. Keluhan sulit tidur Observasi :
kuantitas waktu tidur akibat faktor meningkat 1. Identifikasi pola aktifitas dan tidur
eksternal 2. Keluhan sering terjaga 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan
menurun atau psikologis)
Gejala dan tanda mayor Subjektif 3. Keluhan tidak puas tidur 3. Identifikasi makanan dan minuman yang
menurun mengganggu tidur
1. Mengeluh sulit tidur 4. Keluhan pola tidur berubah 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2. Mengeluh sering terjaga menurun
3. Mengeluh tidak puas tidur 5. 5. Keluhan istirahat tidak
4. 4. Mengeluh pola tidur berubah cukup menurun
22
5. Mengeluh istirahat tidak cukup 6. Kemampuan beraktivitas Terapeutik
meningkat 1. Modifikasi lingkungan
2. Batasi waktu tidur siang
Gejala dan tanda minor 3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
subjektif 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
1. Mengeluh kemampuan 5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
beraktivitas menurun kenyamanan
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhaadap tidur REM
5. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur
6. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
23
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo & Andi Eka Pranata. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy
Companies, Inggris.
Kaur Roar Jaspreet. (2013). Karakteristik Pasien Benign Prostate Hyperplasia (Bph)
Yang
2011.
Mochtar, Chaidir, dkk. (2015). Panduan Penataan Klinis Pembesaran Prostat Jinak
(Benign
Indonesia
24
Skinder, D., Zacharia, I., Studin, J., and Covino, J., 2016. Benign Prostatic Hyperplasia:
25
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN BPH
3. Umur : 79 Tahun
4. Nama : Tn. A
5. Suku/Bangsa : Indonesia
7. Agama : Islam
8. Pendidikan : SD
S : 37OC N :100C/menit
TD :143/166 mmHg RR :22x/mnt
Kesadaran :
Compos Mentis Apatis Somnolen
Sopor Koma
2. Sistem Pernafasan
27
d. Suara nafas vesikuler BBronko vesikuler
Ronki Wheezing
e. Alat bantu ya tidak
Jenis :
Masalah keperawatan :
3. Sistem Kardiovaskuler
gallop lain-lain...................
d. CRT 2 detik
Masalah keperawatan :
4. Sistem Persyarafan
a. GCS :15
6. Sistem pencernaan
b. Kekuatan otot
5 5
29
5 5
e. Fraktur ya tidak
f. Traksi/spalk/gips ya tidak
h. Kulit
8. Sistem Endokrin
Masalah keperawatan................................
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
30
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN
1. Mandi : 1x/hari
2. Keramas: 1x/5hari
3. Memotong kuku :14hr
4. Merokok : ya tidak
5. Alkohol : ya tidak
Masalah keperawatan :...............................................
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakit sering kadang-kadang tidak pernah
31
GDS 133 mg/ dL
natrium 133.24 mmol/L
Kalsium 4.13 mmol/L
Cl- 93.86 mmol/L
Ca 1.24 mmol/L
thorax PA Kesan : kardiomegali dengan curiga efusi
pleura kanan minimal kalsifikasi arcs aorta
32
ANALISA DATA
NO TGL/JAM DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1 5-11-2021 DS : Inkotinensia urin belanjut hyperplasia epitel dan stroma prostat
• keluarga mengatakan pasien
bangun terus malam hari
BPH ( Benigna Prostat Hiperplasia)
untuk buang air kecil
• Tidak bisa buang air kecil
secara spontan sejak 1 hari Kronis
sebelum masuk
• Riwayat operasi prostat tahun
2016
Iritabilitas N. Urinarius
DO :
• Terpasang blast pungsi
kehilangan kontrol miksi
• BAK spontan (-)
• Produksi urine 500 cc/ 8 jam
Inkotinensia urin
• Warna urine kuning jernih
33
2 5-11-2021 DS : Nyeri akut Obstruksi saluran kencing bawah
pasien mengatakan nyeri di
simfisis pubis, nyeri jika ditekan ,
Residual urin tinggi
P : nyeri jika beraktifitas
Q : Nyeri seperti ditarik-tarik
R : nyeri daerah simfisis pubis
Tekanan intravesika meningkat
menjalar ke penis sejak 2 hari
yang lalu
S : Skala nyeri 6 Sensitifitas meningkat
T : nyeri mucul hilang datang
,dapat berlangsung 30 menit.
Nyeri akut
DO :
• Meringis
• nyeri tekan pada simpisis
pubis
• nyeri jika beraktifitas
• TD : S : 37OC
N:100C/menit
TD :143/166 mmHg
RR :22x/mnt
34
3 5-11-2021 DS : gangguan pola tidur Tekanan intravesika meningkat
• Keluarga pasien mengatakan
pasien sering terbangun
Sensitifitas meningkat
dimalam hari karena ingin
buang air kecil dan nyeri
• Tidur malam sering terbangun Nyeri akut
35
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn . A
Usia : 79 Thn
No CM : 00152084
DM : BPH
NO DX KEPERAWATAN TTD
36
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn . A
Usia : 79 Thn
No CM : 00152084
DM : BPH
No DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI TTD
Dx.
KEPERAWATAN HASIL
1 Inkotinensia urin kontinensia urine 1. Identifikasi tanda dan gejala rtensi atau inkontinensia
belanjut b.d urine
kerusakan refleks ekpektasi : membaik 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
kontraksi detrusor kriteria hasil : inkontinensia urine
d.d tidak sadar 3. Monitor eliminasi urine (frekuensi, konsistensi,aroma,
inkontinensia urine 1. Kemampuan berkemih volume, warna)
meningkat 4. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
2. Nokturia menurun 5. Batasi asupan cairan ,jika perlu
6. Ambil sample urine tengah (midsteam) atau kultur
3. Distensi kandung 7. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
kemih menurun 8. Ajarkan mengukur cairan dan haluaran urine
9. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat
4. Frekuensi berkemih untuk berkemih
membaik 10. Ajarkan terapi modalitas, menggunakan otot-otot
panggul
11. Anjurkan minum yang cukup
12. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
2 Nyeri akut b.d ageni. tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
37
pencedera disiologisj. Ekspektasi menurun intensitas nyeri
k. Kriteri hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
d.d mengeluh nyeri,
1. Kemampuan 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
menuntaskan aktifitas 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
meningkat nyeri
2. Keluhan nyeri menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
3. Meringis menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
4. Sikap protektif menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
5. Gelisah menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
6. Kesulitan tidur menurun diberikan
Frekuensi nadi membaik 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber dalam pemilihan strategi
nyeri
14. Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
17. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
18. Kola borasi pemberian analgetik, jika perlu
3 Gangguan pola pola tidur Ekspektasi: 1. Identifikasi pola aktifitas dan tidur
membaik 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan atau
tidur b.d hambatan
Kriteria hasil : psikologis)
lingkungan d.d 1. Keluhan sulit tidur 3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
meningkat 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
mengeluh susah
2. Keluhan sering terjaga 5. Modifikasi lingkungan
tidur, mengeluh menurun 6. Batasi waktu tidur siang
38
sering terjaga 3. Keluhan tidak puas tidur 7. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
menurun 8. Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Keluhan pola tidur 9. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
berubah menurun 10. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau tindakan untuk
5. Keluhan istirahat tidak menunjang siklus tidur-terjaga
cukup menurun 11. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
6. Kemampuan beraktivitas 12. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
meningkat 13. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
14. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhaadap tidur REM
15. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur
16. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi
lainnya
39
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Tn . A
Usia : 79 Thn
No CM : 00152084
DM : BPH
TGL/WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
40
dan haluaran urine
9. mengajarkan mengenali tanda A : masalah Inkotinensia urin teratasi Sebagian
berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih P : intervensi dilanjutkan
10. mengajarkan terapi modalitas, 1. mengidentifikasi tanda dan gejala retensi atau
menggunakan otot-otot panggul inkontinensia urine
11. menganjurkan minum yang cukup 2. mengidentifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
12. berkolaborasi pemberian obat inkontinensia urine
supositoria uretra, jika perlu 3. memonitor eliminasi urine (frekuensi,
konsistensi,aroma, volume, warna)
4. mencatat waktu-waktu dan haluaran berkemih
5. mengambil sample urine tengah (midsteam) atau kultur
6. mengajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
7. mengajarkan mengukur cairan dan haluaran urine
8. mengajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
9. mengajarkan terapi modalitas, menggunakan otot-otot
panggul
10. menganjurkan minum yang cukup
11. rencana pasang foley cateter ulang dikamar operasi
45
secara mandiri 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
12. mengajarkan teknik kualitas, intensitas nyeri
nonfarmakologis untuk 2. mengidentifikasi skala nyeri
mengurangi rasa nyeri 3. mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
13. berkolaborasi pemberian analgetik memperingan nyeri
tramadol 100 mg drip dalam 4. memonitor efek samping penggunaan analgetik
asering 500 cc 5. memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
6. mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
7. memfasilitasi istirahat dan tidur
8. menjelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
9. menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
10. mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
11. berkolaborasi pemberian analgetik tramadol 100mg
drip dalam asering 500 cc
46
8. menetapkan jadwal tidur rutin A : Masalah gangguan pola tidur teratasi Sebagian
9. melakukan prosedur untuk P :Intervensi dilanjutkan
meningkatkan kenyamanan 1. mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur
10. menjelaskan pentingnya tidur 2. mengidentifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan atau
cukup selama sakit psikologis)
11. menganjurkan menepati kebiasaan 3. mengidentifikasi makanan dan minuman yang
waktu tidur mengganggu tidur
12. mengajarkan faktor-faktor yang 4. mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi
berkontribusi terhadap gangguan 5. memodifikasi lingkungan
pola tidur 6. membatasi waktu tidur siang
13. mengajarkan relaksasi otot 7. memfasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
autogenik atau cara 8. menetapkan jadwal tidur rutin
nonfarmakologi lainnya 9. melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
10. menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
11. menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
12. mengajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
13. mengajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
9-11-2021 1. mengidentifikasi tanda dan gejala S :
16.00-18.00 retensi atau inkontinensia urine • keluarga pasien mengatakan masih terpasang selang
2. mengidentifikasi faktor yang di kandung kemih pasien
menyebabkan retensi atau • pasien masih belum bisa BAK spontan
inkontinensia urine • keluarga mengatakan urine berwarna kuning jernih,
3. memonitor eliminasi urine jumlah 500cc/ 8 jam
(frekuensi, konsistensi,aroma, O :
volume, warna) • Terpasang blast pungsi
4. mencatat waktu-waktu dan o BAK spontan (-)
haluaran berkemih • Produksi urine 500 cc/ 8 jam
5. mengajarkan mengenali tanda • Infus asering 1500cc/24 jam
47
berkemih dan waktu yang tepat • Minum 1500 cc/hari
untuk berkemih • Warna urine kuning jernih
6. menganjurkan minum yang cukup • Os belum bisa BAK spontan
7. rencana cek lab darah rutin, cek
serologi untuk persiapan operasi A : masalah Inkotinensia urin teratasi Sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. mengidentifikasi tanda dan gejala retensi atau
inkontinensia urine
2. mengidentifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
3. memonitor eliminasi urine (frekuensi,
konsistensi,aroma, volume, warna)
4. mencatat waktu-waktu dan haluaran berkemih
5. mengajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
6. menganjurkan minum yang cukup
7. menganjuran cek PSA sesuai intruksi dokter
9-11-2021 1. mengidentifikasi lokasi, S:
18.00-20.00 karakteristik, durasi, frekuensi, • pasien mengatakan nyeri di simfisis pubis, nyeri jika
kualitas, intensitas nyeri ditekan ,
2. mengidentifikasi skala nyeri • P : nyeri jika beraktifitas
3. mengidentifikasi faktor yang • Q : Nyeri seperti ditarik-tarik dan ditusuk-tusuk
memperberat dan memperingan • R : nyeri daerah simfisis pubis menjalar ke penis
nyeri • S : Skala nyeri 4
4. memonitor efek samping • T : nyeri mucul hilang datang ,dapat berlangsung 20
penggunaan analgetik menit. Nyeri berkurang jika diberi anti nyeri
5. memberikan teknik O:
nonfarmakologis untuk
• Os masih Meringis
mengurangi rasa nyeri
• nyeri tekan pada simpisis pubis
48
6. mengontrol lingkungan yang • nyeri jika beraktifitas
memperberat rasa nyeri • terpasang infus asering drip tramadol 100mg
7. memfasilitasi istirahat dan tidur • TD : S : 36.5OC N:98C/menit
8. menjelaskan penyebab, periode, TD :151/77 mmHg RR :22x/mnt
pemicu nyeri • Pasien bisa melakukan Teknik nafas dalam jika nyeri
9. menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri A : masalah nyeri teratasi Sebagian
10. mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk P : intervensi dilanjutkan
mengurangi rasa nyeri 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
11. berkolaborasi pemberian kualitas, intensitas nyeri
analgetik tramadol 100mg drip 2. mengidentifikasi skala nyeri
dalam asering 500 cc 3. mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
4. memonitor efek samping penggunaan analgetik
5. memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
6. mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
7. memfasilitasi istirahat dan tidur
8. menjelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
9. menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
10. berkolaborasi pemberian analgetik tramadol 100mg
drip dalam asering 500 cc
50